Aida Ar (Ulumul Hadis Fix)
Aida Ar (Ulumul Hadis Fix)
َعجْ اَل نَ ب ِْن ُم َح َّم ِد ع َْن ْال ُمبَا َر ِك اب ُْن َح َّدثَنَا النُّفَ ْیلِ ُّي ُم َح َّم ٍد ْبنُا هللِ َع ْب ُد
َح َّدثَنَا
اع الْ ع َْن ِ َح َأبِي ع َْن َح ِك ٍیم ْب ِن قَ ْعق ٍ ِصال َ قَا َل هُ َر ْی َرةَ َأبِي ع َْن, ال َ َهللِ َرسُو ُل ق
صلَّىَ ُّْالغَاِئطَ َأ َح ُد ُك ْم َأتَى فَِإ َذا ُأ َعلِّ ُم ُك ْم ْال َوالِ ِد بِ َم ْن ِزلَ ِة لَ ُك ْم َأنَا ِإنَّ َما َو َسلَّ َم َعلَ ْی ِه هللا
اربِثَاَل ثَ ِة یَْأ ُم ُر َو َكانَ بِیَ ِمینِ ِه یَ ْستَ ِطبْ َواَل یَ ْستَ ْدبِرْ هَا َواَل ْالقِ ْبلَةَ یَ ْستَ ْقبِلْ فَاَل ٍ حْ َج
ث ع َْن َویَ ْنهَى ِ َْوال ِّر َّم ِة ال َّرو
i. Sanad
َعجْ اَل نَ ب ِْن ُم َح َّم ِد ع َْن ْال ُمبَا َر ِك اب ُْن َح َّدثَنَا النُّفَ ْیلِ ُّي ُم َح َّم ٍد ْبنُا هللِ َع ْب ُد
َح َّدثَنَا
…القِ ْبلَةَ یَ ْستَ ْقبِلْ فَاَل ْالغَاِئطَ َأ َح ُد ُك ْم َأتَى فَِإ َذا ُأ َعلِّ ُم ُك ْم ْال َوالِ ِد بِ َم ْن ِزلَ ِة لَ ُك ْم َأنَا ِإنَّ َما.
ْ
اربِثَاَل ثَ ِة یَْأ ُم ُر َو َكانَ بِیَ ِمینِ ِه یَ ْست َِطبْ َواَل یَ ْستَ ْدبِرْ هَا َواَل ٍ ث ع َْن َویَ ْنهَى حْ َج ِ ْال َّرو
….َوال ِّر َّم ِة
……ح َّدثَنَا,
َ …ع َْن, قَا َل
Skema Hadis Sunan Abu Daud
َأ َح ُد ُك ْم َأتَى فَِإ َذا ُأ َعلِّ ُم ُك ْم ْال َوالِ ِد بِ َم ْن ِزلَ ِة لَ ُك ْم َأنَا ِإنَّ َما َو َسلَّ َم َعلَ ْی ِه هللاُّ َ
صلَّى ِ
هلل َرسُو ُل قَا َل
َویَ ْنهَى بِثَاَل ثَ ِة یَْأ ُم ُر َو َكانَ بِیَ ِمینِ ِه یَ ْست َِطبْ َواَل یَ ْستَ ْدبِرْ هَا َواَل ْالقِ ْبلَةَ یَ ْستَ ْقبِلْ فَاَل ْالغَاِئطَ
ث ع َْن.
َوالرِّ َّم ِة ال َّروْ ِ
1) Sanad, menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang kita jadikan
sadaran. Menurut istilah, terdapat perbedaan rumusan pengertian sanad. Al-
Badru bin Jama’ah dan at-Tiby menyatakan bahwa sanad adalah “berita
tentang jalan matan”.2 Dengan redaksi yang berbeda, ada yang nendefenisikan
sanad dengan “silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadis), yang
menyampaikannya kepada matan hadis”.3 Muhammad ‘Ajjaj al-Katib
menyatakan bahwa sanad adalah “silsilah para perawi yang menukilkan hadis
dari sumbernya yang pertam”. Dari definisi-definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa sanad adalah para perawi yang terdapat sebelum matan
hadis.
2) Matan, dari kata al-matn yang menurut bahasa adalah tanah yang meninggi.
Sedangkan menurut istilah adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.4
Dengan redaksi yang berbeda dinyatakan bahwa matan adalah “lafaz-lafaz
hadis yang didalamnya terkandung makna-maknanya. Dari dua definisi di atas
difahami bahwa matan adalah lafaz, materi, atau teks dari hadis itu sendiri.
3) Rawi, bentuk jamak dari ruwah berarti orang yang meriwayatkan atau
memberitakan hadis (naqil al-hadis). Menurut istilah ilmu hadis, ar-riwayat
4) adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian hadis, serta penyandaran hadis
itu kepada rangkaian periwayatnya dengan bentuk-bentuk tertentu.
5) Lambang Periwayatan, adalah penyandaran berita yang dilakukan oleh setiap
pembawa berita dalam mata rantai sanad menggunakan ungkapan kata-kata
yang melambangkan pertemuan langsung (muttasil) atau tidaknya.
6) Perawi, adalah orang yang meriwayatkan Hadis. Orang yang menerima dan
menyampaikan hadis daripada Nabi Muhammad SAW.
7) Mukharrij, secara bahasa berasal dari kata kharraja yang berarti orang yang
mengeluarkan. Menurut ahli hadis, yang dimaksud mukharrij adalah orang
yang berperan dalam pengumpulan hadis. Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa yang dimaksu mukharrij atau mukhrij adalah perawi hadis atau orang-
orang yang telah berhasil menyusun kitab berupa kumpulan hadis.
b. Ahad
Secara bahasa, hadis ahad berarti hadis yang diriwayatkan oleh satu orang saja.9
Menurut istilah ulama hadis, hadis ahad adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-
syarat hadis mutawatir.10
1) Hadis Masyhur
Secara bahasa, kata masyhur merupakan ism maf’ul dari kata syahara
yang berarti masyhur, terkenal, dan populer.11
Sedangkan menurut istilah, hadis masyhur adalah hadis yang
diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih pada setiap tingkatan selama
tidak sampai pada batasan mutawatir.12
Dari definisi di atas dipahami bahwa hadi yang diriwayatkan oleh tiga
orang perawi atau lebih pada setiap tingkatan sanad disebut hadis masyhur.
Contoh hadis masyhur:
ولكن العلماء صدور˜ من ینتزعه انتزاعًا العلم یقبض ال اللهإن
العلماء بقبض العلم یقبض، اتخذ عال ًما یبق لم إذا حتى
رؤوسً̃ا الناس،ًعلم بغیر فأفتو̃ا فسئلوا جهاال
ٍ وأضلوا فضلو̃ا
“Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu ini sekaligus yang
dicabutnya dari dada para ulama, akan tetapi Dia mencabutnya dengan
mewafatkan para ulama. Hingga jika Dia tidak menyisakan seorang yang
berilmu, manusia akan mengambil tokoh-tokoh yang bodoh. Mereka pun
ditanya dan mereka berfatwa tanpa ilmu. Mereka pun sesat dan
menyesatkan.”
2) Hadis Aziz
Dalam bahasa Arab, kata ‘aziz berasal dari kata ‘azza-ya’izzu yang
berarti sedikit atau jarang, dan dari kata ‘azza-ya’azzu yang berarti kuat dan
sangat.
Menurut istilah, hadis ‘aziz adalah (hadis) yang perawinya tidak
kurang dari dua orang pada seluruh tingkatan sanadnya.13
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hadis ‘aziz adalah hadis
yang diriwayatkan oleh paling sedikit dua orang pada setiap thabaqat
(tingkatan) sanadnya, dan boleh jadi lebih dari dua orang, dengan syarat
bahwa pada salah satu tingkatan sanadnya harus ada perawinya yang tediri
dari dua orang. Contoh hadis aziz :
أجمعین والناس وولده والده من إلیه أحبَّ أكون متى أحدكم یؤمن ال
“Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga aku lebih
dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.”
3) Hadis Gharib
Menurut bahasa, kata gharib berarti menyendiri atau jauh dari
kerabatnya.
Sedangkan menurut istilah, hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan
secara sendirian oleh seorang periwayat.14
Definisi ini menyatakan bahwa hadis gharib diriwayatkan oleh satu
orang periwayat, baik pada tingkatan sanad maupun pada sebagiannya saja.
المغفر رأسه وعلى مكةَ دخل وسلم علیه اللهصلى النب ّي أن
d. Bayan Tasyri’
Bayan Tasyri’ adalah penjelasan yang berupa penetapan suatu hukum atau
aturan syar’I yang tidak didapati nashnya dalam Al-Qur’an.35 Bayanini disebut
juga dengan bayan za’id ‘ala al-kitab al-karim.36 Dalam hal ini, Nabi SAW
menetapkan suatu hukum terhadap beberapa persoalan yang muncul saat itu
dengan sabdanya sendiri tanpa didasarkan pada ketentuan ayat-ayat Al-Qur’an.
Beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan
memberikan bimbingan dan menjelaskan persoalannya.
6. Hadis Shahih dan Hadis Hasan
a. Hadis Shahih
Kata shahih secara bahasa berarti sehat, selamat, benar, sah, dan sempurna.37
Hadis Shahih secara bahasa berarti hadis yang sehat, selamat, benar, sah,
sempurna, dan yang tidak sakit. Hadis Shahih adalah hadis yang sanadnya
bersambung, para periwayatnya bersifat ‘adil dan dabit, tidak mengandung syaz
(kejanggalan) dan ‘illat (cacat).
Contoh hadis shahih:
b. Hadis Hasan
Hasan menurut bahasa adalah sesuatu yang diinginkan dan yang menjadi
kecenderungan jiwa atau nafsu. Orang yang pertama kali mempopulerkan istilah
Hadis Hasan adalah at-Tarmizi. Hadis Hasan menurut beliau adalah “tiap-tiap
hadis yang pada sanadnya tidak terdapat periwayat yang tertuduh dusta, hadis
tersebut tidak syaz, dan diriwayatkan pula melalui jalan yang lain.38 Hadis Hasan
adalah hadis yang sanadnya bersambung , diriwayatkan oleh periwayat ’adil, tidak
mengandung syaz dan ‘illat, tetapi di antara periwayatnya dalam sanad ada yang
kurang dabit.
Contoh hadis hasan :
َأبِي ع َْن ْال َجوْ نِي ِع ْم َرا ِن َأبِ ْي ع َْن الضُّ بَ ِعي ُسلَ ْی َمانَ ب ُْن َج ْعفَ ُر َح َّدثَنَا قُتَ ْیبَةُ ح َّدثَنَا
قَا َل اَأْل ْش َع ِريْ ُموْ َسي َأبِي ْب ِن بَ ْك ِر: ْت ُ یَقُوْ ُل ال َع ُد ِّو بِ َحضْ َر ِة َأبِي َس ِمع: قَا َل
…..ص هللاِ َرسُوْ َل. م:اب ِإ َّن َ ف ِظالَ ِل تَحْ تَ ْال َجنَّ ِة َأ ْب َوِ ْال ُّسیُو
“Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan kepada
kamu ja’far bin sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi musa
al-Asy’ari ia berkata: aku mendengar ayahku berkata ketika musuh datang :
Rasulullah Saw bersabda : sesungguhnya pintu-pintu syurga dibawah bayangan
pedang…” (HR. At-Tirmidzi, Bab Abwabu Fadhailil jihadi).
1
Danss Bass, “Hadis Sunan Abu Daud”, diakses dari
http://carihadis.com/Sunan_Abu_Daud/7, pada tanggal 18 November 2019 pukul 20.05.
2
Jalal ad-Din ‘Abd. Ar-Rahman ibn Abi Bakar as-Suyuti, Tadrib ar-Rawi fi Syarh Taqrib
an-Nawawi (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), h. 6.
3
At-Tahhan, Taisir, h. 15.
4
Ibid.
5
Mahmud at-Thahhan, Taisir Mushthalah al-Hadits (Beirut: Dar al-Qur’an al-Karim,
1979), h. 19.
6
Sa’di Yasin, Al-Idhah fi Tarikh al-Hadits wa ‘Ilm al-Ishthilah (Beirut: Dar al-‘Arabiyah,
1971), h. 38.
7
At-Thahhan, Taisir, h. 20.
8
At-Thahhan, Taisir, h. 20.
9
At-Thahhan, Taisir, h. 21.
10
Ibid.
11
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),
h. 748
12
At-Thahhan, Taisir, h. 22.
13
At-Thahhan, Taisir, h. 24.
14
At-Thahhan, Taisir, h. 25.
15
Idri, Studi Hadis (Jakarta: Kencana, 2010), h. 6.
17
An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawi (Indonesia: Maktabah Dahlan, tth.),
h. 2289.
18
Subhi as-Salih, Ulum al-Hadis wa Mustalahuh (Beirut: Dar al-‘Ilm al-Malayin, 1973),
h. 45.
36.
20
Idri, Studi Hadis, h. 48.
21
Abu Zahw, al-Hadis, h. 424.
22
Idri, Studi Hadis, h. 50
23
Yuslem, Ulumul Hadis, h. 138-139.
24
Yuslem, Ulumul Hadis, h. 144-145.
25
Munzier Suparta dan Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996), h. 25.
26
As-Salih, ‘Ulum al-Hadis, h. 255.
27
‘Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis, h. 255.
28
Idri, Studi Hadis, h. 72.
29
Munzier Saputra dan Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, h. 23.
30
Muslim ibn Hajjaj, Shahih Muslim, jilid I (Beirut: Dar al-Fikr, tth.) h. 481.
31
Ibid., juz I, h. 111.
32
Muslim ibn Hajjaj, Shahih Muslim, juz II, h. 1376.
33
Muhammad ibn Ismail al-Kahlani, Subul as-Salam, juz. II (Bandung: Dahlan, tth.) h.
27.
35
Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 29.
36
Abbas Mutawali Hamadah, as-Sunnah an- Nabawiyah wa Makanatuha fi at-Tasyri’
(Kairo: Dar al-Qaumiyah, 1965), h. 143.
37
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Balai Pustaka,
1985), h. 849.
38
At-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi, juz. I (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, tth.), h. 76