Anda di halaman 1dari 27
TOYOTA — MATERI PELAJARAN ENGINE GROUP olEP 2 @PT. TOYOTA- ASTRA MOTOR SISTEM STARTER PENDAHULUAN PRINSIP MOTOR STARTER PRINSIP KERJA MOTOR STARTER KONSTRUKSI DRIVE LEVER DAN DRIVE SPRING 5—13 ARMATURE BREAKE .... 5—14 CARA KERJA MOTOR STARTER 5—17 MOTOR STARTER REDUKSI 5—19 Cara Kerja Starter Clutch 5—21 Cara Kerja Starter Reduksi 5—22 SUB STARTER 5—25 SISTEM STARTER 5 — 1 PASAL 5. SISTEM STARTER - PENDAHULUAN Seperti telah diketahui, bahwa mesin tidak dapat hidup dan berputar dengan sendirinya, walaupun campuran udara dan bensin dapat disalurkan ke dalam ruang bakar. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat merubsh energi listrik menjadi energi mekanik yang berupa gerak putar. Untuk memutar poros engkol sehingga mesin dapat hidup. Kecepatan minimum yang dibutuhkan untuk menstart mesin, disesuaikan dengan kecepatan putar engkol. Dalam hal ini fungsi motor starter yang dikehendaki adalah dapat memutarkan mesin secukupnya untuk memperoleh putaran minimum dalam usaha memulai pembakaran. Adapun faktor-faktor yang mempe- ngaruhi kecepatan putar engkol tersebut adalah; tipe mesin, kondisi mesin dan faktor lainnya seperti putar- an minimum. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam uraian sesudah pengertian prinsip kerja starter. PRINSIP MOTOR STARTER Sebagaimana dijelaskan dalam dasar-dasar kelistrikan, bila sebuah konduktor dialiri arus listrik, maka di sekitarnya timbul medan magnet. Adapun arah medan magnet yang dihasilkan ter- gantung dari arah arus listrik yang mengalir. Gam- bar 5-1 dijelaskan bahwa dengan mengalirnya arus listrik yang sesuai dengan arah tanda panah maka akan dapat menimbulkan arah medan mag- net yang searah dengan putaran jarum jam. Gambar 5—1 Kaedah sekrup ulir kanan Dan selanjutnya gejala seperti ini disebut dengan kaedah sekerup ulir kanan atau kaedah ibu jari kanan Fleming. Kaedah sekrup ulir kanan, dalam hal ini arus dan garis-garis gaya magnet akan mem- punyai hubungan yang sama, sebagaimana dijelas- kan pada gambar 5—2. Gambar 6-2 Kaedoh ibu jari kanan Apabila konduktor dipegang dengan tangan kanan maka ibu jari akan menunjukkan arah dari arus yang mengalir, sedangkan garis-garis gaya magnet yang akan dihasilkan mempunyai arah sesuai dengan keempat ari lainnya. Selanjutnya arah arus yang menjauhi tersebut dapat digambarkan dalam simbul kelistrikan sebagai lingkaran dan di dalamnya ada tanda ( x ) seperti terlihat pada gambar 5—1 dan 5—2. 5 — 2 SISTEM STARTER Gambar 5-3. Arah gerak dari konduktor Pada gambar 5-3 dijelaskan, apabila sebuah konduktor diletakkan di antara dua kutub dan ke dalam kon: duktor dialiri arus listrik, maka di sekeliling konduktor akan terbentuk medan magnet dengan arah putar an jarum jam. ‘Akibatnya medan magnet yang ada di sebelah Kiri konduktor akan saling bertumpuan dengan kumpular garis gaya magnet yang sama arahnya, dan yang sebelah kanan konduktor akan saling menghapuskan. Dengar demikian akan terjadi gerakan konduktor seperti ditunjukkan pada gambar 5—3. Dari peristiwa tersebu dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara electromagnetic force, arah dari gaya magnet dan ara dari arus listriknya. Gambar 5-4 menunjukkan sebuah konduktor/kawat penghantar yang berbentuk “U". Sesuai dengan pen jelasan terdahulu dalam dasar-dasar kelistrikan, bila ke dalam konduktor tersebut dialiri arus listrik mak akan menghasilkan medan magnet yang arahnya berbeda. Untuk konduktor yang arah arusnya menjauh kita @ arah medan magnet yang ditimbulkan akan searah jarum jam. Sedangkan sebaliknya untuk kon duktor yang arah arusnya mendekati kita © , akan menghasilkan arah medan magnet berlawanan jarur (OM Gambar 5—4. Konduktor. + AN Kemudian konduktor tersebut diletakkan di antara kutub magnet Utara dan Selatan, seperti ditunjukk gambar 4, maka timbul kombinasi garis-garis gaya magnet. Akibatnya di arah “Kutub N" akan timb tenaga ke bawah dan di S akan timbul tenaga ke ates sehingga menimbulkan momen puntir (hukum tang kiri Fleming), Karena arah arus listrik yang mengalir tersebut tetap, maka perputaran ini hanya dapat b putar 90° saja. SISTEM STARTER 5 — 3 PRINSIP KERJA MOTOR STARTER Gembar 5-6. Prinsip Kerja Motor Starter Bila diperhatikan gambar 5—5 menunjukkan prinsip kerja motor starter satu siklus penuh dengan satu kon- duktor. Jika arus baterei mengalir ke konduktor melalui brush dan kembali ke baterei lagi, dan pada saat yang sama garis-garis gaya magnet dari kutub Utara ke kutub Selatan dipotong konduktor. Pada bagian yang arah arusnya menjauhi kita akan timbul gerakan ke arah bawah (searah tanda panah), dan pada saat yang sama konduktor yang arah arusnya mendekati kita, timbu! gerakan ke arah atas (searah tanda panah Pada konduktor). Akibat dari kedua gerakan tersebut, dapat menyebabkan armature (dalam hal ini Single Konduktor) bergerak setengah putaran, ke arah Putaran jarum jam. Demikian juga halnya untuk gambar berikutnya akan menghasilkan juga gerakan sebanyak setengah putaran, sehingga apabila arah dari arus konduktor yang memotong kutub magnet adalah tetap, maka putaran yang Kontinyu akan mungkin terjadi. Sedangkan jumlah putaran torque yang terjadi sebanding terhaday kedua kekuatan medan magnet dan panjang konduktor. Dalam motor yang sebenarnya, beberapa set kumparan dipergunakan untuk menghilangkan putaran yang tidak teratur dan memelihara gaya putar yang tetap tapi dengan prinsip dan fungsi yang sama. Faktor-faktor Yang Menentukan Dalam Menggunakan Motor. Starter Yang Tepat Sehubungan dengan penggunaan baterei sebagai sumber arus yang harus dapat menghasilkan tenaga putar (torque) yang sangat besar, juga ukurannya diharapkan harus kecil dan ringan. Maka untuk itu starter di- perlengkapi dengan motor starter arus searah. Dalam menentukan motor starter yang tepat menurut kebu- ‘tuhan suatu mesin, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, 5 - 4 SISTEM STARTER 1, Sitat Starter _ 4) 8/2/3 SlEluls 2) 2/3/65 8)5| 5/8 c/ol|rl> 0001. 2F1.2F-12 sooo oft 0 Mtr ery, J 400G10.8f 0.8 : Se 3000}-0.6+-0. 6) 2000}0.4¢0.4 Fon, As; OUTPUT (KW) toooto.2}0.2 omy | ° 100 200 300 Gamber 5-6. Ukuran biasa 0,8 Kw, pada waktu beterei40 AH N4749 Pada umumnya motor starter menggunakan motor starter arus searah, yang dihubungkan serie dengan field coil dan armature coil. Mengenai sifat-sifat arus searah dari motor starter diterangkan pada gambar 5-6. Tenaga putar (torque) yang dihasilkan oleh starter motor akan menambah kadar arus yang mengalir pada starter secara proporsional. Makin rendah putaran makin besar arus yang mengalir pada starter sehingga menghasilkan tenaga putar yang besar. Apabila putaran tinggi, maka timbul arus berbalik pada armature coil. Akibat dari putaran armature, arus yang mengalir pada starter menjadi sedikit dan mengakibatkan tenaga putar yang dihasilkan rendah. Kecepatan putar dapat menjadi lebih cepat, tergantung pada perbandingan tegangan yang disuplai pada starter. Hal ini akan berguna sekali pada waktu menstart mesin, di mana diperlukan tenaga yang besar sekali. Gambar 5—6 menunjukkan tegangan yang disuplai pada starter ketika dilakukan pengujian kapasitas. Dari hasil test tersebut menunjukkan apabila tegangan pada starter bertambah besar, maka kapasitas- nya akan menurun, Dengan demikian kapasitas starter sangat erat hubungannya dengan baterei. Hubungan antara kecepatan putar dan arus. Hubungan antara kecepatan putar dan arus dapat dilihat pada gambar 5-6, Pada saat starter di posisi start, arus yang keluar menurut grafik pada putaran nol, adalah 330 A (lihat titik pertemuan garis putaran/rpm dengan garis horizontal arus) dan tegangannya pada waktu itu adalah 5,5 V (tarik ga- ris vertikal memotong garis tegangan dan dari titik tersebut tarik garis horizontal memotong v). Atas dasar ini dihitung jumlah resistan (R) dari field coil dan armature coil menj fo ov 5s Y= BS = oo162 ) Pada waktu putaran starter naik sampai 5.000 rpm, bila dihitung arus pada starter pada tegangan 11 V akan menjadi; te¥e 1 = 6875A R 0,016 SISTEM STARTER 6 — 6 Seharusnya dalam keadaan ini arus yang mengalir (687,5 Ampere), tapi sebenarnya hal seperti ini dapat diketahui melalui gambar 5—6 di atas yaitu arus yang mengalir hanya 70 A. Hal tersebut dise- babkan karena dalam magnet field terdapat putaran armature yang menimbulkan arus berbalik pada armature coil, maka arus balik ini menjadi gangguan mengalirnya arus di baterei, Dari arus berbalik pada waktu negatif (—) didapatkan perhitungan sebagai berikut; menjadi; e=V-IR Berdasarkan rumusan di atas, maka perhitungan tiap rumusan terdahulu adalah sebagai berikut; e = 11 — 70 x 0,016 = 9,88V Jadi, arus 11 Volt yang dialirkan oleh 330 A dengan 5,5 Volt akan menjadi 70 Ampere, adalah dise- babkan oleh tegangan balik dari armature coil kira-kira 9,88 Volt. Apabila mesin mulai berputar dan bila resistan putaran berkurang, maka torque dari starter menjadi besar dan kecepatannya akan naik, tetapi karena bertambahnya arus berbalik, arus yang mengalir pada armature menjadi berkurang. Akibatnya bahwa arus field coil yang dihubungkan searah dengan arma- ture coil akan berkurang akhirnya starter akan menstabilkan putaran high speed. Pada saat resistan Putaran mesin membesar dan putaran tinggi dari starter rendah maka arus berbalik pada armature akan kecil. Hal ini menyebabkan bertambahnya arus yang mengalir pada armature coil dan field coil, sehingga torque yang dihasilkan akan menjadi besar. Dengan formula direct roll ini, apabila resistan- nya karena putaran pada saat mulai berputar dengan tenaga maksimum, dengan cepat dapat menurun hal ini sangat tepat untuk start. Cranking Speed Dari Mesin Seperti telah diterangkan terdahulu bahwa fungsi motor starter yang dikehendaki adalah dapat me- mutarkan mesin secukupnya untuk memperoleh putaran minimum dalam usaha memenuhi Pemba- karan. Kecepatan minimum yang dibutuhkan untuk menstar mesin, disesuaikan dengan kecepatan putar engkol adalah sebagai berikut; a). Model mesin Yang dimaksudkan model mesin di sini adalah meliputi banyaknya silinder, volume silinder, bentuk ruang bakar dan’sifat-sifat karburatornya, b). Kondisi mesin Pengertian di sini akan meliputi temperatur tekanan udara, campuran udara bensin dan ton- catan api. ©). Faktor lain Adalah putaran minimum yang dibutuhkan untuk menghidupkan mesin, diimbangi terhadap keadaan temperatur rendah. Kecepatan putar engkol (cranking speed) pada mesin yang normal, tekanan kompresi baik, dan cam- Puran udara serta saat pembakaran yang baik untuk mesin bensin yang mempunyai 4 ~ 6 silinder de- : gan besar cc-nya 100 s/d 2.000 adalah 40 ~ 60 rpm. Untuk jelasnya berikut ini contoh kecepatan putar engkol adalah sebagai berikut; 6 SISTEM STARTER 1 ~ 2 silinder’ (500 cc) 120 rpm Motor bensin =| 4 ~ 6 silinder ( 1.000 ~ 2.000 cc ) 40 ~ 60 rpm 4 silinder 80 rpm Motor diese! 6 | silinder 100 rpm Apabila permulaan start dengan kecepatan putar melebihi ketentuan di atas, namun mesin masih belur hidup, maka dapat dipastikan adanya kerusakan pada sistem yang lain. Sedangkan pada waktu mesin. distart, tegangan pada baterei tidak menurun, maka cranking speed dapat distart kembali dengan putaran high speed (20 ~ 40 rpm). Tapi jika pada saat distart, putaran tingginya rendah yakni pada saat arus besar mengalir pada starter, maka voltage terminal baterei menurun dan bila pada saat ini tegangan ignition coil berada di bawah normal (+ 8 Volt) maka ignition (penyalaan) tidak mungkin dilakukan. Cranking speed minimum yang dibutuhkan apabila tegangan baterei menurun, sekurang- kurangnya diperlukan 40 rpm. Pentingnya “Torque” Untuk Menggerakkan Mesin Torque yang dihasilkan oleh starter merupakan faktor penting dalam menentukan apakah starter dapat berfungsi dengan baik atau tidak. Setiap mesin mempunyai maksimum torque yang dihasil- kan, misal untuk mesin 4 silinder dengan 1.500 ~ 2.000 cc maksimum torquenya adalah + 0,8 ~ 1,0 kg-m. Untuk dapat menggerakkan mesin dengan kapasitas tersebut, diperlukan torque yang melebihi (sampai 6 kg-m) tetapi dalam hal ini starter hanya mempunyai torque * 0,8 ~ 1,0 kg-m, tentu kemampuan ter- sebut tidak dapat memutar poros engkol. Untuk memperbesar torque yang dihasilkan, digunakan torque dengan bantuan pemakaian roda gigi (gear). Jumiah gigi pinion dan ring gear biasanya berbanding 10 — 13, maka torque akan menjadi 10 ~ 13 kali lebih besar, Sebagai contoh digunakan mesin 12R dengan perbandingannya adalah sebagai berikut; jumlah gigi starter pinion 9 jumlah gigi ring gear 115 jumlah perbandingan gigi > = 12,78 Pada saat torque yang diperlukan poros engkol sebesar 6 kgm, maka torque yang diperlukan untuk starter adalah: 6 12,78 = 047kgm Dengan demikian dapat diketahui bahwa torque yang diperlukan untuk starter adalah 0,47 kg-m. Gambar 5—7 di bawah menunjukkan data out put starter yang diperlukan oleh mesin 12R. mbar 5—6 sebelumnya terlihat ketika torque starter 0,47 kg-m, putaran adalah + 1.700 rpm. dihasilkan putaran mesin (NE) adalah: 1.700 12,78 = 133 rpm, Pada saat mesin mulai berputar, tahanan putarannya kecil yang mestinya lebih besar dari itu. Karena tegangan pada starter dapat dihasilkan putaran yang cukup pada permulaan starter. SISTEM STARTER 5 — 7 peed a ge22 SEs 3[slals sles glalels 6000/1.2H1.2+ 12} 500011, 2000 OUTP\ aie UT (KW) oLol oh 0 100 200 300 Gambar 5—7. Sifat out put dari starter 0,8 kw. 4. Pengaruh Temperatur Rendah Terhadap Penentuan Jenis Starter Tinggi rendahnya temperatur juga ikut menentukan jenis starter yang bagaimana cocok dipergunakan untuk suatu mesin. Makin rendah temperatur berarti tahanan putaran mesin makin bertambah, sehing- ga membutuhkan torque yang lebih besar pula untuk dapat memutarkan engkol. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan suatu starter yang mempunyai daya tahan panas yang tinggi, ukurannya kecil dan ringan, dengan kecepatan fall gear dapat membangkitkan torque yang lebih besar lagi. Jenis starter yang dapat memenuhi kondisi seperti di atas, dikenal dengan starter reduksi. Penggunaan sifat starter reduksi yang dapat menimbulkan torque yang besar pada waktu start, dan dengan menye- suaikan tenaga baterei, maka mampu distart pada waktu temperatur rendah. Sifat Start’ pada Temperatur Rendah rae £2) ol3 GlS5}a}< Bel Els clo 2 > — BATERE! DENGAN VOLUME 50 AH 0001 2H 2b 424 .. BATERE] DENGAN VOLUME START 40 AH OUTPUT (KW) L 0 100 200 300 400 500 Gambar 5—8. Sifat starter out put starter Reduksi tipe 1,0 kw. Mengenai sifat-sifat start pada temperatur rendah dapat dijelaskan dengan bantuan gambar out put starter reduksi (1,0 kw) yang digunakan pada mesin 12R. 8 SISTEM STARTER Mesin 12R yang menggunekan baterei 50 AH dan distart pada waktu temperatur rendah adalah seperti berikut ini, Pada temperatur rendah (25°C) tahanan putaran mesin bertambah, diperlukan torque yang berkekuatan + 11,5 kg-m dengan putaran poros engkol + 80 rpm. jumlah gigi pinion starter 9 jumlah gigi ring gear 115 jadi perbandingan us = 12,78 Untuk menggerakkan poros engkol diperlukan torque pada starter sebagai berikut: ns. —2 = 0,90 kg-m. 12,78 = Dalam gambar, starter out put (gambar 8) pada saat torque 0,90 kg-m, putaran starternya adalah £1,100 rom. Dari data ini diperoleh data putaran (NE) sebagai: berikut: NE = 1.000 ~ 6 rpm. 12,78 Yang dianggap cukup baik untuk putaran pada start pertama. Pada waktu ini arus yang mengalir ke starter adalah 250 A. Tetapi, jika kapasitas baterei besar dan mencukupi, tegangan tidak akan ber- kurang, dengan catatan tegangan pada starter dapat dijaga lebih dari + 8,0 V, maka putaran yang di- perlukan untuk start pertama sudah terpenuhi. Tetapi hal yang perlu diperhatikan di sini adalah, bahwa pada waktu temperatur rendah maka te- gangan terminal baterei akan rendah pula. Jadi pada waktu temperatur rendah, untuk membangkit- kan kapasitas starter reduksi yang cukup maka kapasitas baterei harus lebih besar pula. Jelasiah bahwa kapasitas baterei merupakan faktor yang terpenting. KONSTRUKSI MAGNET SWITCH FIELD COIL ARMATURE ARMATURE SHAFT DRIVE HOUSING YOKE THROUGH BOLT Gambar 5-9. Konstruksi motor starter. SISTEM STARTER 5 — 9 SST STARTER 5 - 8 Motor starter tersusun dari bagian-bagian yang dapat menghasilkan gaya putar, mekanisme pemindah ‘tenaga dan sakelar magnet yang berfungsi memajukan starter clutch supaya dapat berkaitan dengan mesin. 1, Bagian Yang Menghasilkan Gaya Putar. Sebagaimana telah dijelaskan pada Step 1 bahwa bagian yang menghasilkan gaya puter terdiri dari; 1). Yoke dan Pole Core Field Coil Gambar 5-10. Konstruksi field coil, pole core den yoke. Yoke di sini berfungsi sebagai tempat mengikatkan pole core yang dibuat dari besi/logam ber- bentuk silinder dan sekaligus dapat merupakan rumah armature. Sedangkan pole core ber- fungsi menopang field coil dan memperkuat medan magnet yang ditimbulkan oleh field coil. Pada umumnya setiap starter mempunyai 4 buah pole core yang diikatkan pada yoke dengan sekerup. : 2). Field coil Gambar 5-11. Konstruksi field coil, Untuk menghasilkan medan magnet pada starter, pada starter tidak digunakan magnet perma- nent. Melainkan sustu medan magnet yang kuat yang dihasilkan dengan jalan mengalirkan arus listrik ke suatu kumparan yang disebut field coil. Field coil dibuat dari lempengan tembaga untuk mampu mengalirkan arus listrik yang kuet. Arus mengalir melewati field coil untuk menghasilkan kemagnetan yang kuat pada pole’ core dan memperkuat garis gaya magnet. Field coll disambungkan secara serie dengan armature coil, agar arus yang melewati field coil juga mengalir ke armature coil, 5 — 10 SISTEM STARTER 3). 4). Armature % Armature coil Gambar 5-12. Konstruksi armature & shaft Armature tersusun dari celah armature core, armature shaft, cormmulator, armature coils dan bagian-bagian lainnya. Kedua ujung-ujungnya ditopang (disupport) oleh bearing-bearing untuk memungkinkan armature dapat berputar di antara pole-core. ‘Armature coil dirakit di dalam celah-celah core dan masing-masing ujungnya disambungkan pada sigmen comutator. Dengan demikian arus mengalir melewati semua coil dan armature dapat berputar dengan tujuan menghasilkan torque. Sikat-sikat Brush Commutator End Frame Field Coil a oe Brush Spring Gambar 5-13. Starter motor biasanya dilengkapi dengan 4 buah sikat (brush). Dua buah diikatkan pada peme- gang yang diisulator dan disambungkan dengan armature coil melalui commutator. Sedangkan sikat lainnya diikat pada pemegang yang dihubungkan ke massa body kendaraan. Sikat ditekan ke commutator oleh pegas. Bila sikat tersebut telah aus atau tekanan pegasnya men- jadi lemah, maka sikat tidak akan dapat-melakukan hubungan baik dengan commutator. Aki- batnya, starter tidak akan dapat menerima torque yang memadai untuk menghasilkan torque yang dibutuhkan. SISTEM STARTER 5 — 11 2. Mekanisme Pemindah Tenaga 1). Kopling starter (starter clutch) Starter clutch berfungsi untuk memindahkan momen puntir dari armature shaft ke roda penerus, dan mencegah berpindahnya tenaga gerak mesin ke starter apabila mesin sudah hidup akibat putaran mesin melampaui putaran armature. CLUTCH ROLLER CLUTCH ROLLER LULL ‘SCREW SPLINE PINION PINION GEAR Gambar 5-14, Konstruksi starter clutch terdiri dari beberapa bagian seperti pinion, clutch roller, screw spline, inner dan outer, Clutch model ini disebut model roller. Clutch roller ditempatkan antara inner dan outer. Outer disatukan dengan tabung alur (spline tube), sedangkan inner disatukdn dengan pinion. Untuk mempermudah perpindahan clutch atau pinion pada waktu pinion akan ber- kaitan/lepas dari roda penerus, maka dibuat alur spiral di bagian dalam berkaitan dengan spiral spline pada ujung poros engkol. 2). Cara Kerja CLUTCH ROLLER SPRING eq feet ra INNER Gambar 5-15. 12_ SISTEM STARTER 3. 4, Apabila gigi pinion berhubungan dengan gigi roda penerus, di mana akan terjadi gesekan antare inner dan clutch roller. Pada saat itu, jika outer berputar k jh tanda panah, clutch roller akan tertekan oleh pegas ke arah ruangan yang menyempit, Akibatnya, outer dan inner berputar ke arah tanda panah sebagai satu unit seperti gambar 5—16 kiri. Tetapi setelah mesin hidup, igi pinion diputar oleh gigl roda penerus, dikarenakan perbandingan gil pinion dengan roda penerus maka roda penerus membuat gigi pinion berputar lebih cepat daripada putaran armature. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa armature dalam keadaan diam dan hanya inner yang ber- putar ke arah tanda panah, lihat gambar 5—15 kanan. Akibatnya clutch roller bergerak ke ruafg- n yang lebih besar/lebar dan clutch roller menjadi bebas, sehingga putaran armature tidak dapat rcepat oleh roda penerus (flywheel). Jika pada saat ini starter switch diputar ke posisi Off, pinion gear akan terlepas dari roda penerus dengan mudah dan pinion akan kembali ke posisi semula. Perkaitan Pinion PINION > = T F T = F F + RING GEAR.E— A 8 © D Gambar 5—16. Proses perkaitan gigi F = Kombinas daya pada sakelar magnet yang men- T = Momen perputaran starter. dorong pinion dengan dorongan dari perputeran armature dan alur spline (screw spline). Proses dari waktu starter switch diputar sampai pada pinion dan ring gear berkaitan sebagaimana digambarkan berikut ini. Seperti terlihat pada gambar 5-16A, ujung-ujung dari gigi-gigi sedang ber- sentuhan dengan ring gear sehingga pinion tidak dapat maju. Pada saat ini ujung-ujung pinion gear semua tertekan oleh bagian sisi dari ring gear, gambar 5~16. Kemudian sesudah meluncur melewati posisi seperti gambar 5—16B dan 5—16C, gaya T dan F akan menyebabkan pinion tergelincir ke dalam dan berkaitan dengan ring gear, seperti terlinat pada gam- bar 5—16D. Perkaitan gigi-gigi yang lebih baik, dapat menghasilkan kombinasi tenaga F dan T yang lebih besar, sehingga hal itu lebih baik untuk starter clutch yang mempunyai screw spline yang me- mungkinkan magneticnya kecil untuk menerima gaya F yang kuat. Pelepasan Pinion (Pinion Disengagement) Bila mesin sudah hidup, pinion dan ring gear berputar bersama-sama. Putaran pinion akan lebih besar dari ring gear. Sebagai contoh bila perbandingan (ratio) 15 dan putaran mesin pada 1.000 rpm maka pinion akan berputar dengan putaran tinggi, yaitu 15.000 rpm. Bila screw armature shaft diguneken, tenaga yang terjadi di dalam clutch dengan arah yang sama, sehingga pelepasan dapat terjadi dengan mudah/lembut. Dan bila armature mempunyai spline yang lurus, maka pelepasan pinion tergantung sepenuhnya oleh tegangan pegas pembalik daripada magnetik switch. SISTEM STARTER 5 — 13 Dengan demikian, putaran mesin yang diputuskan langsung terhadap armature, jumlah tekanan Kontak yang besar akan dikembangkan pada permukaan pinion dan ring gear membuat pelepasannya Sulit, Akibatnya, menghasilkan pelepasan pinion yang lembut, hal itu diperlukan tekanan yang rendah, Ini adalah salah satu dari beberapa alasan dari keperluan kopling starter, walaupun pada desarnya digunakan untuk mencegah starter berputar melebihi‘putaran mesin. DRIVE LEVER DAN DRIVE SPRING Gambar 5-17. Drive lever mulai bekerja. Drive lever berfungsi untuk mendorong pinion gear ke arah berkaitan dan menarik ke arah melepas dari roda penerus (fly wheel). Drive lever, dibuat jadi satu dengan drive spring, Apabila pinion akan berkaitan dengan ring gear, maka tekanan pegas (2) bertambah sehingga dapat menutup terminal utama (3) dan per- kaitannya akan menyebabkan bertambahnya momen Putaran armature dan spline thrust. Drive spring juga meringankan pukulan pada saat terjadi benturan, gambar 5—18, Gambar 5-18. Drive lever mendorong pinion berhubungan. Bila screw spline thrust atau kontak perlawanan gear surface salah, kopling tidak dapat mundur. Bila starter ‘switch diputuskan, main switch akan membuka. Potongan/jarak drive lever pada clutch menjadi lebih besar dengan demikian putaran armature berhenti, lihat gambar 5—18). 5 — 14 SISTEM STARTER ARMATURE BREAKE BRUSH HOLDER DRIVE LEVER HOUSING |. LEE P CENTER BEARING YOKE END FRAME FIELD COIL FIELD Gambar 5-19. Armature brake berfungsi sebagai pengerem sisa putaran setelah lepas dari perkaitan dengan roda penerus. Setelah starter switch diputar ke posisi OFF, armature coil masih berputar untuk sementara waktu. Dan bile mesin tidak dapat hidup pada saat distart pertama, biasanya start akan segera diulangj lagi. Tetapi bila hal tersebut dilakukan pada saat pinion masih berputar, dapat mengakibatkan rusaknya gigi-aigi pinion dan roda penerus. Dengan alasan ini, diperlukan rém untuk mempercepat berhentinya putaran armature, Gambar 5-19 menunjukkan rem armature (armature brake) model mekanis, yang menggunakan tegangan pegas rem (brake spring) untuk pengeremannya. Pada model ini, poros armature (armature shaft) selalu mendapat pengereman, tetapi tenaga pengereman tersebut jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan momen yang dihasilkan oleh starter, dan tidak tmempengaruhi/mengurangi out-putnya. Di samping itu gambar di atas menunjukkan kebaikan dari armature brake model pegas yang digunakan pada kendaraan produksi TOYOTA. Karena dari pemeliharaan ini menyebabkan aksi pengereman ringan pada armature. Armature Brake Type Electric Gambar 5—19a Jeringan listrik pengeremen armature model listrik. SISTEM STARTER 5 — 15 Disamping rem armature model pagas, ada juga rem armature model listrik di mana bekerjanya dengan sistam kerja listrik. Konstruksi motor starter model ini berbeda dengan model yang biasa, Pada model pe- Ngereman armature model listrik, gulungan field coil ditambah lagi dengan 2 gulungan lagi yaitu shunt field coil lihat gambar, satu gulungan dihubungkan seri dengan sikat + dan yang satu lagi dihubungkan dengan massa body. Gambar 5—19a memperlihatkan jaringan kelistrikan shunt field coil dengan cara kerjanya sebagai berikut. Sa- at kunci kontak ON arus yang masuk ke dalam kumparan shunt field coil akan memperkuat kemagnetan fietd coil karena arah arus masuk ke dalam shunt field coil sama maka kemagnetan juga sama, akan tetapi’ pada saat kontak starter OFF, terjadi hal sebagai berikut. Proses Pelepasan contact plate sama seperti yang model biasa dan armature masih berputar oleh putaran ‘enersia, pada saat ini brake surface dan pegas Pengereman tidak dapat langsung mengerem armature. ‘Sedangkan armature masifi terdapat sisa-sisa kemagnetan listrik Pada inti besinya dan ini mengakibatkan timbulnya arus listrik Pada shunt field coil yang menyerupai sebuah generator penghasil arus listrik. Pada shunt field coil yang berhubungan dengan sikat + akan terjadi kemagnetan yang berbeda dengan gu- lungan yang satu lagi akibatnya akan menghasilkan kemagnetan yang saling berlawanan, Hal ini berakibat timbulnya efek pengereman menjadi lebih besar dan armature akan lebih cepat berhenti bila dibandingkan dengan model yang biasa untuk dapat distart kembali. Sakelar Magnet Fungsi utama,sakelar magnet (magnetic switch) seperti telah diketahui, adalah untuk menghubungkan dan melepaskan starter clutch dengan roda penerus, dan sekaligus mengalirkan arus listrik yang besar ke motor starter melalui terminal utama. RETURN SPRING HOLD-IN PULLIN ES TERMINAL COIL COIL Gambar 5-20. Konstruksi sekelar magnet Sakelar magnet terdiri dari kontak plate yang dihubungkan dengan plunger dan bekerja bersamaan. Seperti Pada gambar “plunger digulung oleh dua buah gulungan, gulungan -bagian dalam dibuat lebih tipis dan di- sebut pull-in-coil, Sedangkan gulungan bagian luar lebih tebal dan disebut dengan hold-in-coil. Bila kekuatan magnet dari kedua kumparan ini beraksi dalam arah yang sama, plunger akan tertarik dan sebaliknya pada saat gaya magnet yang dihasilkan berlawanan arah dan masing-masing saling menghapus- kan maka plunger akan kembali ke posisi semula dengan bantuan pegas pembalik (return spring). Pull in coil dihubungkan ke massa melalui field coil dan armature, sedangkan hold in coil, dihibungkan langsung dengan massa. Adapun cara kerja sakelar megnetnya adalah sebagai berikut. a b, e 16 SISTEM STARTER Pada seat Sterter Switch On aanee SWITCH Gambar 5-21. Starter switch On. Pada seat Hokding Bila starter switch diputar ke posisi ON, arus akan mengalir melalui pull in coil dan hold in coil. Akibatnya, akan terjadi gaya magnet pada pull in coil dan hold in coil dengan arah yang sama, seperti tanda panah pada gambar 521. Gaya-gaya tersebut akan menarik plunger/kontak plate de- ‘ngan kuat, Akan tetapi, arus yang dari pull in coil ke field coil dan armature belum mampu untuk memutar motor. Setelah kontak plate menutup, terminal utama (MT) berhubungan dengan terminal C sehingga arus besar baterel akan mengalir ke field coil — armature — massa, Akibatnya armature berputar. Sedangkan pada seat ini melalui pull in coil tidak ada arus yang mengalir, sehingga kemagnetannya hilang dan plunger hanya ditahan oleh kemagnet- an yang terjadi peda hold in coil saja. Apabila starter switch di-OFF-kan,-arus yang me- ngalir ke terminal 50 tidak ada. Pada saat ini kon- tak plate masih menutup, sehingga arus di terminal C selain mengalir ke motor, juga mengalir ke pull in coil, hold.in coil + langsung ke massa. Karena arus yang mengalir berlawanan, maka gaya magnet yang dihasilkan oleh pull in coil dan hold in coil akan saling menghapuskan satu sama lainnya, sehingga kemagnetan tersebut tidak mampu lagi menahan plunger. Dengari demikian plunger akan kembali ke posisi semula dengan bantuan peges pembalik (return spring). SISTEM STARTER 5 — 17 CARA KERJA MOTOR STARTER 1, Pada saat Starter Switch ON He woLo mcoIL! PetruLe im com MS MAIN SwtTCHD RETURN SPRING roNITION swiTeH Ferie.ocon —_— FLYWHEEL FING GEAR SCREWSPLINE Gambar 6-24 Apabila starter switch diputar ke posisi ON, maka arus baterei mengalir melalui hold in coil ke massa dan di lain pihak pull in coil, field coil dan ke massa melalui armature, Pada saat ini hold dan pull in oil membentuk gaya magnet dengan arah yang sama, dikarenakan arah arus yang mengalir pada kedua kumparan tersebut sama. Seperti pada gambar 5—24. Dari kejadian ini kontak plate (plunger) akan bergerak ke arah menutup main switch, sehingga drive lever bergerak menggeser starter clutch ke arah posisi berkaitan dengan ring gear. Untuk lebih jelas lagi aliran arusnya adalah sebagai berikut; a Baterei > terminal 50 - hold incoil + massa Baterei + terminal 50 > pullincoil > fieldcoil - armature - massa. Oleh karena arus yang mengalir ke field coil pada saat itu, relatif kecil maka armature berputar lambat dan memungkinkan perkaitan pinion dengan ring gear menjadi lembut. Pada keadaan ini kontak plate belum menutup main switch. 2. Pada saat Pinion Berkaitan Penuh H.C (HOLD IN COIL) PCPULL IN COIL) M.S (MAIN SWITCH) IGNITION swiTCH F (FIELD con) = BATTERY AARMARURE) t-—| Gambar 5-25, 5 — 18 SISTEM STARTER 3. Bila pinion gear sudah berkaitan penuh dengan ring gear, kontak plate akan mulai menutup main switch, lihat gambar 6-25. Pada saat ini arus akan mengalir sebagai berikut; Baterei + terminal 50 > holdincoil > massa Baterei + mainswitch > terminal C > field coil ~ armature > massa. Seperti pada gambar 5-25 di termina, v ada arus, maka arus dari pull in coil tidak dapat mengalir, akibatnya kontak plate ditahan oleh kemagnetan hold in coil saja. Bersamaan dengan itu arus yang besar akan mengalir dari baterei ke field coil + armature > massa melalui main switch, Akibatnya startér dapat menghasilkan momen puntir yang besar yang digunakan memutarkan ring gear. Bilamana mesin sudah mulsi hidup, ring gear akan memutarkan armature melalui pinion, Untuk menghindari kerusakan pada starter akibat hal tersebut maka kopling starter akan membebaskan dan melindungi armature dari putaran yang berlebihan. Pada Saat Starter Switch OFF. H.C (HOLD IN COIL) P.c (PULL IN COIL) MS (MAIN SWITCH). IGNITION SWITCH F (FIELD COIL) ames 7— BATTERY | v Sesudah starter switch diputar ke posisi OFF, dan main switch dalam keadaan belum membuka (belum bebas dari kontak plate). Maka aliran arusnya sebagai berik Gambar 5-26. Baterei > terminal 30 + main switch > terminal C Field coil - armature > massa. Oleh Karena starter switch OFF maka pull in coil dan hold in coil 50 melainkan dari terminal C. Sehingga aliran arusnya akan menjadi; lak mendapat arus dari terminal Baterei > terminal 30. > main switch > terminal C Pull in coil + Hold in coil + massa Karena arus pull in coil dan hold in coil berlawanan maka arah gaya magnet yang dihasilkan juga berla- wanan sehingga kedua-duanya saling menghapuskan, hal ini mengakibatkan kekuatan return spring dapat mengembalikan kontak plate ke posisi semula. Dengan demikian drive lever menarik starter clutch dan pinion gear terlepas dari perkaitan. SISTEM STARTER 5 — 19 MOTOR STARTER REDUKSI Motor starter reduksi adalah motor starter yang disempurnakan dalam bentuk yang lebih kecil dan lebih cepat putarannya, Selain itu juga model ini dapat menghasilkan gaya putar yang lebih kuat, karena memakai idle gear. Dengan idle gear tersebut, gaya rotasi dari armature diperlambat sampai sepertiga agar dapat meng- hasilkan momen puntir yang lebih kuat pada pinion gear, walaupun bentuk motor starternya lebih kecil. Gambar 5-27 menunjukkan bentuk motor starter reduksi secara keseluruhan. IDLE GEAR = baer) oT | SST macner con, CLUTCH GEAR. Gambar 5-27. Bentuk motor starter reduksi. Konstruksi dan Cara Kerja : 1, Motor dan Reduction Gear Motor starter terdiri dari armature, starter dan brush (sikat sikat). Seperti ditunjukkan pada gambar 5-28 drive pinion, idle gear dan clutch gear berkaitan tetap. Putaran armature dipindahkan ke drive Pinion, melalui idler gear dan clutch gear sehingga putarannya berkurang sampai seperempat setelah melalui mekanisme clutch. . ARMATURE IDLE GEAR CLUTCH GEAR Gambar 5-28. 2. Kopling Starter (Starter Clutch) Seperti halnya pada starter konvensional, pada starter reduksipun dilengkapi dengan starter clutch. Untuk motor starter model reduksi ini, dipergunakan starter clutch seperti berikut: 5 — 20 SISTEM STARTER : ORIVE SPRING = ROLLER SPRING CLUTCH ROLLER RETURN SPRING BALL BEARING PINION SHAFT PINION BALL BEARING CLUTCH GEAR Gambar 5-29. Starter clutch reduksi. Starter clutch terdiri dari pinion shaft yang perpindahannya jadi satu dengan pinion, spline tube yang disesuaikan terhadap clutch bagian dalam, clutch cover untuk menutup clutch outer, clutch roller dan clutch gear. ROLLER SPRING DRIVE SPRING CLUTCH ROLLER RETURN PINION SPRING SHAFT RING GEAR Gambar 5-30. Clutch roller adalah jenis outer roller, dan cara kerja pergerakan dari magnetic switch menyebab- kan plunger magnetic switch menekan clutch pinion shaft, yang mana putarannya menekan retum spring dan bergerak ke arah kiri (searah tanda panah). Oleh karena screw spline memotong terhadap pinion shaft, pinion akan maju, sambil berputar dan berkaitan dengan ring gear. Untuk mencegah gigi-gigi dari roda gigi rusak (chippling) pada peristiwa Persentuhan antara gigi ke gigi karena kegagalan dalam perkaitannya dan untuk menjamin perkaiten yang wajar antara pinion dan ring gear. Drive spring diperlengkapi dengan pinion. Fungsi drive spring adalah sebagai berikut; Apabila pinion meluncur ke ring gear, drive spring ditekan oleh pinion shaft supaya hanya shaft saja yang maju, menyerap gaya plunger dan mencegah gigi-gigi dari kerusakan. SISTEM STARTER 5 — 21 Gambar 5-31. Starter clutch. Dengan pengajuan dari pinion shaft, pinion diputar oleh putaran torque dari screw spline dan menja- min perkaitan dengan ring gear. Peristiwa bila pinion seharusnya tidak berkaitan dengan ring gear, shaft sendiri yang akan maju menutup titik kontak utama magnetic switch. Armature akan berputar, menyebabkan pinion berputar dan berkaitan dengan ring gear. Untuk jelasnya dapat dilihat cara ker. janya starter gambar 5—31 clutch. Cara Kerja Starter Clutch ROLLER SPRING PINION SHarT N . lee weare baa < Seed O, aul Sa KN CLUTCH ROLLER ROLLER SPRING PINION SHAFT. CLUTCH ROLLER PINION Gambar 5-33. Seperti ditunjukkan pada gambar bahwa mekanis- me clutch roller adalah jenis outer roller. Bila start- er bekerja, roller-roller akan meluncur ke dalam outer alat mengunci bagian outer dan inner ber- samasama dan memindahkan momen puntir (torque) dari outer (clutch gear) ke inner (spline tube). Sebaliknya, apabila mesin mulai hidup dan ring gear mulai memutar pinion, bagian inner yang ber- hubungan dnegan pinion shaft dan screw spline, akan berputar lebih cepat dibanding bagian Juar (outer). Kemudian seperti pada gambar 5-33, roller-roller akan menekan pegas-pegas (springs) dan kembali ke posisi semula. Akibatnya inner akan bebas dari outer sehingga dapat mencegah armature berputar berlebihan (over running). 5 — 22 SISTEM STARTER 3. Sakelar Magnet MAIN CONTACTS MalN coNTACTS. SOLENOID cover, SOLENOID COVER HOLD IN CoML PULL INCOIL HOLD IN CoML, PALIN con Gambar 5-34 Sakelar magnet terdiri dari rumah, tutup solenoid, pull in coil untuk menarik plunger dan hold in coil untuk menahan plunger. Plunger dipakai untuk mendorong pinion keluar dari main kontak untuk mensuplai daya dari baterei ke motor. Selanjutnya terminal utama akan tertutup oleh gerakan plunger seperti terlihat pada gambar 5—34. Tapi pada waktu yang bersamaan plunger menekan pegas (spring 1). Kontak plate dan plunger meru- pakan satu kesatuan. Jadi apabila starter switch pada posisi ON, plunger tertarik ke dalam dan plunger shaft mendorong clutch pinion shaft keluar. PLUNGER SHAFT svnne@ Gambar 5-36. Gambar 5—35 menunjukkan bahwa pegas (spring 2) dipasang di dalam plunger. Fungsinya sama se- perti drive spring yang sudah diuraikan pada bagian yang menguraikan clutch. Apabila pinion melang- gar ring gear, plunger akan menekan spring 2, menutup terminal utama, Dengan tertutup terminal utama, akibatnya armature berputar dan selanjutnya pinion akan berkaitan dengan ring gear secara sempurna. ‘Cara Kerja Starter Reduksi 1. Pada saat Starter Switch ON Dengan memutar starter/switch ke posisi ON, arus akan mengalir melalui hold in coil dan bersamaan dengan ini juga mengalir ke pull in coil dan field coil. Pada saat ini, pull in coil dan field coil mengha- silkan gaya magnet dengan arah yang sama. SISTEM STARTER § — 23 FIELD COIL RING out Gean cutee SEAR Gambar 5-36 2. Pinion Gear Berkaitan Penuh Gembar 5-37 Dengan terbentuknya gaya magnet ini menyebabkan plunger tertarik ke arah kaitan ini, plunger kontak plate menutu Plunger magnet switch (sakelar magnet) tertarik ke dalam, kiri sehingga pinion berkaitan dengan ring gear. Dengan per- ip main kontak (terminal utama) sehingga field coil dan arma- 5 — 24 SISTEM STARTER ture menerima arus listrik yang besar langsung dari baterei. Akibatnya armature berputar pada kece- Patan tinggi dan drive pinion, idler gear kecepatannya turun sepertiga sampai seperempat. Sewaktu pull in coil terputus (shorted out), plunger dipertahankan hanya oleh hold in coil. 3. Selama Mesin mulai Hidup FIELD con arusH i MATURE] ip ALL ea BEARING MAIN CONTACTS ® Oo _ RING guuroH Gear cuuTcH Sean PLUNGER, IGNITION SWITCH BATTERY Gambar 5-38 Apabila mesin sudah hidup, armature akan diputarkan oleh ring gear, sehingga clutch berputar bebas dan mencegah armature berputar pada kecepatan tinggi yang berlebihan (di luar batas). 4. Pada Saat Starter Switch OFF FIELO COIL ae oe ARMATURE boar f ii PINION IDLE GEAR a / BALL BEARING a re "7 PLUNGER Maun Contacts ne eLuteH GEAR CLUTCH GEAR IGNITION swiTCH earteny, Gambar 5-39, SISTEM STARTER 5 — 25 Sen Be Dengan memutar starter swtich ke Posisi OFF, arus yang mengalir ke hold in coil akan terputus sehing- 82 plunger akan kembali ke posisi semula, akibat dari dorongan pegas 2 (plunger spring). Dengan de. mikian kontak utama (main contact) akan terbuka dari arus yang mengalir ke field coil akan terputus, dan armature akan berhenti berputar. Berhentinya armature ini dibantu dengan pengaruh pengereman dari gesekan antara brush (sikat) dan commutator. SUB STARTER (1) Penjelasan Untuk mempermudah pemeliharaan modil pada mobil yang dilengkapi dengan tilt cabin, switch sub starter ditempatkan di ruang mesin yang berfungsi untuk memperkerjakan sirkuit starter dan mempermudah menghidupkan mesin bila cabin sedang diangkat. (2) Cara menggunakan sub starter Putar kunci kontak pada posi Transmisi pada posisi netral. Bukalah cabin. Kerjakan sub starter dan start mesin. “ON” ae ge {3) Cara kerja starter 1, Persiapan untuk menghidupkan mesin. Kunci kontak . . “ON” Neutral safety switch......... "ON" ‘Sub starter switch . . . +1. "OFF" Dengan kunci kontak di set di “ON”, pindahkan transmisi Pada posisi netral menyebabkan arus mengalir dari terminal B ke terminal starter, kunci kontak melalui neutral relay switch dan ‘terminal sub-starter. 2. Menghidupkan mesin Neutral safety switch. ......., . “ON” Sub starter posisi ...... wee es ON® Dengan menekan sub starter switch saat kunci kontak pada “ON” dan transmisi Pada posisi netral menyebabkan arus mengalir dari baterei > kunci kontak > switch neutral safety + switch sub starter > relay starter -> massa. Relay akan bekerja dan memungkinkan arus dari beterei secara langsung mengalir ke terminal S switch dan starter memutarkan mesin. Bila mesin tetap hidup, dan switch starter dibebaskan atau berada pada posisi “OFF” tetapi mesin tetap hidup karena kunci-kontak berada di “ON”. 3. Mematikan mesin Sirkuit untuk mematikan mesin tidak dilengkapi lagi, jagi mesin akan mati bile kunci kontak diputar ke posisi “OFF”.

Anda mungkin juga menyukai