Anda di halaman 1dari 17

PARADIGMA KESATUAN ILMU DALAM ILMU SOSIAL DAN

HUMANIORA

Disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah: Falsafah Kesatuan Ilmu
Dosen pengampu: Ahmad Fauzan Hidayatullah

Disusun Oleh:

Ayu Nur Hayati (1908046029)


Sadadah Irbah (1908066046)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2021
PENDAHULUAN
Secara epistemologi, lahirnya ilmu pengetahuan diawali dengan akumulasi dari
pengalaman bersama, pengalaman ini terus berkembang, dan disepakati menjadi
pengetahuan. Kemudian atas dasar ciri-ciri ilmiah dan sistem pengembangannya
yang khas, ia berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Kekhususan setiap jenis ilmu
pengetahuan selalu bergantung pada objek penelitian, metodologi, serta fungsi dan
kegunaan hasil pengetahuan yang dikembangkan.
Sebagai salah satu aspek kebudayaan manusia, ilmu pengetahuan merupakan
hasil dari kemampuan nalar rasional dan empiris untuk hal-hal konkrit dan abstrak
yang melibatkan semua objek dan fenomena di seluruh alam semesta. Cakupannya
yang luas juga membagi ilmu menjadi beberapa bidang, cabang dan wilayah,
terkadang tanpa batas yang jelas. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, seiring
dengan berjalannya waktu dan minat para ilmuwan dalam setiap penelitian maka
setiap ilmu berbeda dalam perkembangannya.
Luas dan dalamnya tiap ilmu pasti juga mengalami kecepatan perkembangan
yang berbeda. Cabang Kerumitan (ramification) dan pertumbuhan suatu bidang
keilmuan, meskipun telah menjadi spesialis, apapun itu tetap tidak sama untuk setiap
bagian ilmu. Kendati demikian, semua bidang, cabang, atau cabang ilmu merupakan
bagian integral dari ilmu pengetahuan sebagai suatu kesatuan yang utuh. Setiap
unsurnya saling melengkapi, saling terkait, saling mendukung dan berbagi.
Dalam perkembangan ilmu keislaman, bidang keilmuan yang dinyatakan sebagai
ilmu yang paling pokok, seperti ilmu akidah dan syariah, kalimat mungkin bisa berdiri
sendiri tanpa ilmu-ilmu lain yang menopangnya, seperti kalam, tafsir, hadis, fiqih,
tasawuf, dan cabang- cabang ilmu pengembang yang ada di belakangnya, semacam
ulumul-quran, ulumul-hadis, ushul-fiqih, dan filosofi. Demikian pula, ilmu sosial dan
humaniora yang melengkapinya, seperti sejarah dan ilmu-ilmu kebahasaan yang
digunakan untuk mendalami semua aspek kajian keislaman, khususnya yang
berhubungan dengan teks dan konteks.
Paradigma saat ini tidak lagi sama dengan paradigma sebelumnya. Sebenarnya
hal ini tidak bisa kita hindari. Seperti halnya ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan
tidak bisa melepaskan diri dari perubahan paradigma. Munculnya paradigma baru
tidak akan pernah lepas dari paradigma sebelumnya, atau munculnya paradigma
baru akan dipengaruhi oleh perbaikan atau ketidakcukupan paradigma sebelumnya.
Perubahan paradigma akan terus terjadi seiring dengan perubahan zaman dan
kemajuan dunia. Permasalah pendidikan di Indonesia sangatlah rumit, karena dari
semua sisi masih ada beberapa masalah yang harus diselesaikan. Kemerosotan
moral telah mendominasi dunia pendidikan, oleh karena itu perlu adanya pendidikan
karakter yang dapat memperbaiki kemerosotani moral tersebut.
Paradigma adalah pandangan seseorang tentang suatu pokok permasalahan yang
bersifat mendasar agar mengetahui suatu ilmu ataupun kepercayaan dasar yang
menunjukkan seseorang untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Setahuan ilmu
(unity of sciences) adalah semua ilmu pada dasarnya adalah satu kesatuan yang
bersumber dan berakhir pada Allah melalui wahyu Allah yang secara langsung
ataupun tidak langsung.
Kedua kata "adab" dan "humaniora" merupakan gabungan dari dua bahasa, yaitu
bahasa Arab (al-âdab, kesusastraan dan kebudayaan) dan bahasa latin "humaniora"
yang kemudian masuk dalam bahasa Inggris (humaniora atau humanities, ilmu
tentang realitas kemanusiaan). kedua akar kata ini sebenamya secara simbolik dan
sinergis saling memberi kekuatan dari segi "arti dan makna", khususnya dalam
membangun sinergi keilmuan untuk memahami dan mendalami berbagai hal yang erat
kaitannya dengan karakteristik kebudayaan dan realitas kemanusiaannya secara
keseluruhan.
Dalam pengertian yang lebih speifik, humaniora biasanya mengacu pada studi
tentang kebahasaan, kesusatraan, kesenian, pemikiran, pemikiran, dan semua aspek
yang terkait erat dengan berbagai macam bentuk keindahan yang diciptakan oleh
manusia, seperti seni sastra, seni tari, seni kaligrafi, seni lukis, simbol-simbol dan
lain-lain.
Buku bahan ajar tentang paradigma kesatuan ilmu dalam ilmu Sosial-Humaniora
ini akan membahas mengenai beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Ilmu Sosial-Humaniora
2. Macam-Macam Ilmu Sosial-Humaniora
3. Bagaimana Peran Ilmu Sosial-Humaniora Dalam Kehidupan Masyarakat
4. Bagaimana Penerapan Ilmu Sosial-Humaniora Dalam Kehidupan Masyarakat
Pertanyaan-pertanyaan diatas menjadi topik dan subtopik yang akan didiskusikan
dalam tulisan ini. Setelah mempelajari buku bahan ajar mengenai paradigma kesatuan
ilmu dalam ilmu sosial-humaniora ini kita diharapkan mampu:
1. Mampu memahami Sejarah Perkembangan Ilmu Sosial-Humaniora
2. Mampu memahami Macam-Macam ilmu yang berkaitan dengan Ilmu Sosial-
Humaniora
3. Mampu memahami Peran Ilmu Sosial-Humaniora Dalam Kehidupan Masyarakat
4. Mampu memahami Penerapan Ilmu Sosial-Humaniora Dalam Kehidupan
Masyarakat
BAB I
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU SOSIAL-HUMANIORA

Konsepsi ilmu pengetahuan antara abad ke 18-19 atau sewaktu raionalisme


memuncak (periode newtonian), telah mempengaruhi seluruh paradigma keilmuan,
sehingga positivisme (semua ilmu harus bisa membuat generalisasi, prediksi
sekalipun spekulai) telah menentukan dan membentuk paradigma pada ilmu-ilmu
humaniora.
Pada akhir abad ke-19 misalnya, di jerman timbul reaksi ketidakpuasan dari
kalangan neo-kantianis yang dipelopori oleh rickert, windelband, dan dilthey untuk
menolak kenyataan bahwa ilmu-ilmu humaniora harus tunduk pada aturan ilmu-ilmu
eksak. Menurutnya, kedua rumpun ilmu itu memiliki dikhotonomi yang tegas karena
keduanya memiliki tugas dan tanggungjawab yang berbeda. Sebab, keduanya bersifat
genetik dan berdiri sejajar serta mempunyai kedudukan otonom masing-masing.
Meskipun demikian, masing-masing kategori keilmuan masih bisa dipadukan
dalam aspek-aspek epistemologisnya. Sejarah dan sastra jelas sangat memerlukan
ilmu-ilmu sosial, dan ilmu-ilmu sosial juga memerlukan pola-pola yang ada dalam
ilmu-ilmu alam (eksak). Misalnya dalam kajian ilmu-ilmu sosial (sosiologi,
antropologi, psikologi, politik, ekonomi, dan sebagainya)dalam melakukan
pengkajian tentang tindakan (actoin) dan kelakuan (behavior)manusia dan
kemasyarakatan, titik perhatian terfokus pada keteraturan. Jadi, peringatan pola,
struktur, lembaga, kecenderungan, mental sosial dan sebagainya, kesemuanya mirip
dengan hukum-hukum eksakta.
Dari sini, jelaslah bahwa ilmu-ilmu sosial lebih dekat pada llmu Alam melayani
Ilmu Kemanusiaan (humaniora), dan peringkat Ilmu Humaniora akan melengkapi lini
dalam obyek-obyek pembahasan kajian keilmuan secara keseluruhan. Ilmu
Humaniora ibarat ilmu yang akan menghaluskan semua bacaan yang belum terbaca
oleh kajian ilmu-ilmu lain yang ada dalam setiap kacamata penelitinya, schingga
tingkatan antara ilmu eksak, ilmu sosial, dan ilmu humaniora jelas menjadi satu
kesatuan yang harus saling melengkapi. Bahkan bila dibalik, bisa saja ilmu
humaniora akan mengawali survei-survei bagi bidang keilmuan lainnya. Misalnya,
ketika bicara tentang obyek kajian antropologi dan sosiologi, jelas akan ada kesulitan
jika akar-akar permasalahan tidak diterapkan terlebih dahulu, sehingga kajian sejarah
termasuk fenomena-fenomena sosial adalah niscaya untuk dikuasai oleh para peneliti.
Dengan paradigma ini, dapat dikatakan bahwa keilmuan Islam barus multidimensi,
tidak sebagai suatu bentuk suatu cabang yang bersifat monolitik, tapi harus dikaji
secara sinkronik.
Harun Nasution mengatakankan bahwa, "ilmu-ilmu keislaman yang berkembang
dalam sejarah Islam memiliki cabangnya sendiri-sendiri. Ilmu-ilmu keislaman
tersebut diklasifikasikan lagi ke dalam dua kelompok besar yaitu kelompok dasar dan
kelompok cabang. Kelompok dasar termasuk tafsir, hadis, akidah/ilmu kalam, filsafat
islam, tasawuf/tarekat, perbandingan agama, perkembangan modern/pembaruan
dalam ilmu-ilmu tafsir, hadits, ilmu kalam, dan filsafat.
BAB II
MACAM-MACAM ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

Seperti yang telah kita ketahui bahwa ilmu sosial dan humaniora merupakan
cabang ilmu untuk memahami aspek kehidupan manusia. kedua ilmu ini telah dikaji
sejak zaman pra sejarah maupun pada masa perkembangannya sains islam modern.
Berikut merupakan macam-macam ilmu yang berkaitan dengan ilmu sosial dan
humaniora, yaitu:
1. Ilmu Antropologi
Antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari umat manusia. Secara
etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti manusia dan logos
berarti ilmu. Antropologi memandang manusia sebagai sesuatu yang kompleks
dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut
sebagai ilmu tentang manusia dan kebudayaannya.
Antropologi mulai dikenal banyak orang sebagai sebuah ilmu setelah
diselenggarakannya simposium. Simposium Internasional tentang Antropologi
pada tahun 1951, yang dihadiri oleh lebih dari 60 tokoh antropologi dari negara-
negara di kawasan Ero-Amerika dan Uni Soviet. Setelah simposium ini, di
beberapa wilayah berkembang pemikiran-pemikiran antropologi yang bersifat
teoritis, sedangkan di wilayah lain antropologi yang berkembang dalam tataran
fungsi praktisnya.
Dilihat dari perkembangannya, sejarah antropologi dapat dibagi ke dalam 5
fase yaitu fase pertama bercirikan adanya bahan-bahan deskripsi suku bangsa
yang ditulis oleh para musafir, penjelajah dan pemerintah jajahan. Fase kedua,
sampai fase keempat merupakan kelanjutannya di mana antropologi yang
berkembang baik teori maupun metode kajiannya. Fase ke lima merupakan tahap
terbaru yang menunjukkan perkembangan antropologi setelah tahun 1970-an.
Menurut Kontjaraningrat, antropologi di Indonesia hampir tidak terikat oleh
tradisi antropologi manapun dan belum mempunyai tradisi yang kuat. Oleh karena
itu seleksi dan kombinasi dari beberapa unsur atau aliran dapat dipilih sesuai
dengan masalah-masalah kemasyarakatan yang berhubungan.
Ruang lingkup dan kajian antropologi difokuskan pada lima masalah di bawah
ini, yaitu:
a. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya
secara evolusi yang dipandang dari segi biologi;
b. Masalah sejarah berbagai ragam manusia dari segi-ciri fisiknya.
c. Masalah perkembangan, penyebaran, dan kejadian beragam kebudayaan di
dunia;
d. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam
bahasa di seluruh dunia;
e. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan
masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.
Berdasarkan penggolongan masalah tersebut, ilmu antropologi terbagi dalam 5
cabang ilmu yaitu:
a. Paleoantropologi
b. Antropologi Fisik
c. Prasejarah
d. Etnolinguistik
e. Etnologi
2. Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mengetahui berbagai
perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan ekonomi yang dibuat.
Ilmu ini diperlukan sebagai kerangka berpikir untuk dapat melakukan pilihan
terhadap berbagai sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia
yang tidak terbatas.
Ekonomi positif adalah pendekatan ekonomi yang mempelajari berbagai
pelaku dan proses bekerjanya aktivitas ekonomi, tanpa menggunakan pandangan
pandangan subjektif untuk menyatakan bahwa sesuatu itu baik atau jelek dari
sudut pandang ekonomi. Ekonomi positif di bagi menjadi dua, yaitu ekonomi
deskriptif dan ekonomi teori.
Sedangkan ekonomi normatif adalah pendekatan ekonomi dalam perilaku
ekonomi yang Pengantar Ilmu Ekonomi terjadi, dengan memberikan penilaian
baik atau buruk pertimbangan pertimbangan.
Ilmu ekonomi memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat dan
memberikan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,
terdapat pembagian-pembagian dalam ilmu ekonomi. Menurut Alfred W. Stonier
dan Douglas C. Hague membagi ilmu ekonomi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Ilmu Ekonomi Deskripstif (Descriptive Economic)
Merupakan analisis ekonomi yang menggambarkan kondisi sebenarnya
berdasarkan kondisi fakta dalam perekonomian.
b. Ilmu Ekonomi Teori (Economics Theory)
Adalah analisis ekonomi yang berusaha menjelaskan, mencari pengertian,
hubungan sebab akibat, dan cara kerja sistem ekonomi. Nah, dalam Ilmu
ekonomi teori dibagi lagi nih menjadi dua macam yaitu ilmu ekonomi mikro
dan ilmu ekonomi makro.
c. Ilmu Ekonomi Terapan (Ekonomi Terapan)
Yaitu analisis ekonomi teori untuk merumuskan kebijakan-kebijakan dan
tepat untuk masalah ekonomi tertentu. Jadi, ilmu ekonomi lebih bersifat
praktis dengan menerapkan pengertian ekonomi pada bidang- bidang atau
masalah-masalah tertentu. Misalnya, ekonomi di perusahaan, ekonomi
moneter, ekonomi perbankan dan sebagainya.
3. Ilmu Hukum
Pengetahuan mengenai hukum tidak perlu ragu untuk disebut sebagai ilmu
hukum yang dalam bahasa Latin disebut sebagai scientia iuris. Kata iuris
merupakan bentuk jamak dari kata ius yang artinya dalam bahasa Indonesia
hukum diartikan sebagai pedoman untuk mencapai keadilan." Dari kata ius itulah
kemudian muncul istilah iustitia yang memang keadilan. Selain ius, ada juga kata
lex dalam bahasa latin yang berarti undang-undang dalam bahasa indonesia, yaitu
seperangkat aturan perilaku yang memajukan ketertiban umum.
Dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu aturan yang dapat mengatur
kehidupan. Aturan yang ada di masyarakat, dapat berupa norma / kaidah sosial
atau berupa aturan hukum. Kaidah-kaidah sosial yang ada dalam masyarakat,
terbagi atas norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Berlakunya
kaidah / norma sosial di dalam masyarakat terjadi apabila telah menjadi suatu
kewajiban yang harus ditaati. Dalam hal ini disebut telah menjadi moral positif.
4. Ilmu Psikologi
Psikologi berasal dari kata psyche yang di artikan "ilmu" atau ilmu
pengetahuan (science). Sehingga dengan dernikian perkataan psikologi diartikan
sebagai disiplin ilmu yang mempelajari lebih dalam mengenai mental, pikiran, dan
perilaku manusia. Disiplin ilmu ini meneliti alur pemikiran manusia dan alasan di
balik perilaku dan tindakan tersebut. Ilmu psikologi ini sering kali dimanfaatkan
untuk menyelesaikan masalah atau mencari solusi tepat dalam serangkaian
aktivitas manusia yang kompleks.
5. Ilmu Sosiologi
Sosiologi termasuk cabang ilmu-ilmu sosial yang relatif muda. Istilah
sosiologi pertama kali diperkenalkan Auguste Comte (1798-1857), seorang ahli
filosofi Perancis, pada tahun 1838 dalam bukunya Filsafat Positif. Dalam
pandangannya, sosiologi perlu diterapkan dengan cara observasi dan klasifikasi
yang sistematis, bukan kekuasaan dan spekulasi. Comte mengasingkan teologi
strukturan dan metafisika tetapi justru menekankan unsur empiris yang berkaitan
dengan kemasyarakatan, baik dalam keadaan statis (baik dalam keadaan statis)
maupun dalam aspek dinamisnya (proses sosial), yang menjadi unsur di dalam
setiap masyarakat dan akan bertahan sepanjang masa.
BAB III
PERAN ILMU SOSIAL-HUMANIORA DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT

Pada kenyataanya setiap manusia memilki perbedaan antara satu orang dengan
orang yang lainnya, dapat kita lihat dari perbedaan ras, suku, dan budaya yang
terdapat di satu daerah dengan daerah-daerah yang lain dimana setiap daerah pasti
memliki ciri khasnya masing-masing. Dengan perbedaan budaya yang ada terkadang
menimbulkan sebuah perbedaan kebiasaan-kebiasaan dan perilaku seseorang.
Menurut Anwar Sholeh yang dikutip dari pendapat Fadli Makhrus bahwa perbedaan-
perbedaan antara ras, suku, dan budaya ini terkadang menimbukan sebuah perbedaan
pendapat dan keyakinan sehinga malah terjadi peperangan, kekerasan, dan kekejaman.
Padahal dalam pandangan agama perbedaan seharusnya menjadi sebuah tolak ukur
agar manusia lebih berfikir kreatif dan inovatif, sehingga dapat mendorong sesorang
untuk menjadikan manusia yang seutuhnya (Darmawan & Winarti, 2019).
Peran ilmu social dan humaniora dalam masyarakat dapat mengantisipasi
terjadinya sebuah peperangan, kerusakan, dan kekejaman. Karena dalam pendekatan
humaniora pada dasarnya untuk menyiapkan manusia berpikir luwes, lincah dengan
segala visi dan persepsi untuk perkembangan dan penyesuaian. Tidak hanya itu,
pendekatan ini diharapkan bisa membentuk manusia memilki sifat berbudidaya dan
menjadi seutuhnya atau sering disebut pendekatan social humaniora. Dalam hal
social, manusia berkaitan dengan segala aspek kehidupan bermasyarakat dan terkait
dengan konsep apa yang dapat menguasai hidupnya. Ilmu sosial humaniora terdapat
pendekatan dari satu ilmu tertentu di ambil atau diserap oleh ilmu lainnya. Sebab itu,
disebut humaniora sebagai rumpun ilmu sesungguhnya yang memberikan peluang
masuknya segala sesuatu ilmu-ilmu yang berkaitan dengan manusia dan juga perilaku
nya ke dalam subject materinya, tidak tekecuali pokok persoalan yang ada pada ilmu
sosial.
Margareth Mead mengatakan bahwa yang menjadikannya sebagai salah satu dari
ilmuan humanities adalah bahwa antropologi itu sangat erat dengan kajian humaniora,
misalnya saja tingkah laku manusia sebagai anggota kelompok sosial, mempelajari
kesenian, folklore, tradisi lisan, dan berbagai perangkat yang ada di dalam humaniora
dan ilmu lainnya. Karena ruang lingkup antropologi memiliki kesamaan dengan
humaniora, maka keduanya pun seolah sangat dekat dengan pengertian budaya (baca
juga di dalamnya antropologi), baik sebagai praktik ataupun sebagai suatu kajian.
Kebudayaan sendiri berasal dari kata Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak
dari “budhi” yang berarti akal. Sementara itu, budaya merupakan perkembangan
majemuk dari kata “budi daya” yang berarti daya dari budi. Jadi perbedaannya,
budaya merupakan daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Adapun
kebudayaan berarti hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Dalam perkembangannya, istilah
budaya dan kebudayaan itu mempunyai arti yang sama, terlebih keduanya memiliki
dimensi tiga wujud, seperti yang disebut oleh Koentjaraningrat, yaitu:
a. Wujud ide, gagasan, nilainilai, norma, dan peraturan (sistem budaya),
b. Wujud aktivitas berpola manusia dalam masyarakat (sistem sosial), dan
c. Wujud benda hasil karya manusia (kebudayaan fisik).
Pada umumnya ketiga wujud diatas dirinci ke dalam beberapa unsur, misalnya sistem
religi dan upacara keagamaan, sistem pengetahuan, bahasa, dan sebagainya. Tiga
wujud dan perincian unsurnya juga adalah ruang lingkup dari kajian humaniora.
Artinya baik humaniora ataupun ilmu sosial (dan budaya) sama-sama menjadikan
manusia beserta praktik kebudayaannya yang menghasilkan dinamika gejala sosial
sebagai subject matter-nya. Karena kemiripin ini ilmu sosial dan humaniora kerap
disandingkan secara bersamaan menjadi ilmu sosial kemanusiaan, seperti yang sering
diterjemahkan ke dalam khazanah islam yaitu Ilmu Adab. Kata “adab” yang artinya
peradaban atau kebudayaan. Dimana fenomena insani menjadi titik tolak setiap
kajiannya (Humaedi, 2012).
Menurut Grumet bahwa pokok-pokok kajian humaniora ialah filsafat, interpretasi
tentang sastra dan sejarah, kritik tentang seni, musik, dan teater yang semua
membahas tentang batas-batas, kedalaman-kedalaman, dan kapasitas-kapasitas dari
semangat manusia. Adapun peran sentral ilmu sosial humaniora dalam hal teknologi
ini menunjukkan jalan agar pembangunan jalan agar dapat memberikan manfaat bagi
masyrakat. Untuk itu tidak mungkin ilmu sosial humaniora dapat digantikan dengan
ilmu sains-keteknikan. Kedua-duanya memilki peran dan kontribusi yang sama dalam
pembangunan sesuai kebutuhan masyrakat. Peran penting sosial humaniora dalam
arus globalisasi yang lebih banyak memerlukan sains keteknikan tetap ada. Hal ini
diungkapkan oleh Nasikun (2004) bahwa dalam hal teknologi tidak selalu
menghadirkan kebaikan dan mengimplimikasikan betapa pentingnya peran sosial
humaniora dalam bidang teknologi pada masyarakat di masa depan. Ada beberapa
alasan sangat mendasar mengapa ilmu-ilmu sosial humaniora dan perkembangan
teknologi di Indnesia di masa mendatang merupakan sebuah imperative :
a. Cepat atau lambat masyarakat indonesia akan mengalami transformasi sosial
menuju sebuah sistem teknologi atau teknokrasi sebagai konsekuensi dari
mengalirnya teknologi dari negara-negara industri maju
b. Erat kaitannya dampak perkembangan teknologi terhadap umat manusia/individu,
masyarakat, dan lingkungan
Ilmu-ilmu sosial dan humaniora dalam pengembangan teknologi, yang
sesungguhnya merupakan remifikasi dari alasan kedua, bertalian sangat erat dengan
pentingnya pemahaman tentang “kaitan-kaitan ke depan” (forward linkages) dan
“kaitan-kaitan ke belakang” (backward linkages) yang menghubungkan
perkembangan teknologi di satu sisi dengan sistem sosial, ekonomi, dan politik yang
menjadi konteks dan konsekuensi dari penciptaan dan pemanfaatannya di sisi yang
lain. Alasan ini sungguh sangat penting oleh karena dengan demikian peluang lebih
besar bagi terjadinya komunikasi dan dialog antara para ahli “ilmu -ilmu sains-
keteknikan” dan “ilmu-ilmu sosial dan humaniora akan menjadi semakin terbuka,
sehingga perkembangan teknologi yang mereka dihasilkan tidak hanya berupa
“teknologi-teknologi keras” (hard technologies) yang tidak peduli terhadap potensi
toksik yang dapat mereka timbulkan, melainkan juga “teknologi-teknologi lunak”
(soft technologies) yang sangat peduli akan kemungkinan terjadinya dampak toksik
yang mereka produksi dan reproduksi terhadap kehidupan umat manusia, masyarakat,
dan lingkungan (Nasikun, 2004).
Beberapa masyarakat menganggap bahwa ilmu sosial humaniora itu tidak penting.
Dikarenakan seorang peneliti yaitu Rognvaldur D. Ingthrosson mengatakan bahwa
ilmu sosial secara metodologi dianggap terbelakang jika dibandingkan dengan ilmu
eksakta. Alasannya adalah ilmu alam menjadi acuan bagi ilmu sosial karena
metodologi ilmu alam dinilai lebih pasti. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu alam
dengan metodologi yang ketat dianggap lebih ilmiah dan memilki kedudukan yang
lebih tinggi daripada ilmu sosial humaniora. Tetapi ilmu sosial humaniora juga bisa
berpengaruh dala masyarakat, terutama dalam humaniora yang bisa diolah dengan
teknologi dan menjadi sesuatu yang bernilai di era digital. Dimana teknologi berperan
sangat amat besar dalam peradaban manusia sekarang ini. Dalam tabiat aslinya,
humaniora merupakan ilmu yang kritis, karena ia harus dan selalu mengamati
fenomena yang ada dan terjadi di masyarakat.
BAB IV
PENERAPAN ILMU SOSIAL-HUMANIORA DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT

Masalah kebangsaan yang carut-marut di negeri ini, tidak lepas dari peranan
ilmu-ilmu sosial yang oleh Bung-Hatta disebut memiliki academic enterprise dan
applied science. Ilmu-ilmu sosial berperan besar dalam membawa arah dan gerak
sejarah umat manusia. Peran ilmu sosial sebagai academic enterprise,
menempatkannya sebagai upaya bahwa ilmu sosial tidak hanya berbicara apa yang
terjadi. Tetapi sekaligus apa yang seharusnya terjadi. Ilmu-ilmu sosial memiliki peran
strategis dalam memecahkan permasalahan-permasalahan manusia baik preventif,
aplikatif, maupun prediktif. Tetapi hal tersebut dapat terjadi apabila ilmu-ilmu sosial
melakukan kerjasama sinergis untuk saling mengisi.
Adapun pada ilmu humaniora juga betujuan untuk memajukan manusia
sehingga mencapai kemanusiaan yan sesungguhnya. Pandangan humanitas
mengajarkan bahwa ada suatu “kesatuan dan kesamaan” di antara manusia.
Perbedaan-perbedaan antara ras ataupun bangsa tidak berarti dan akan lenyap
tenggelam dalam suatu masyrakat dunia yang tidak mengenal perang, kekerasan, serta
kekejaman. Humaniora menyiapkan manusia berpikir lebih luwes dan humaniora
tidak ingin membiarkan konsepnya di persempit menjadi bidang tertentu, tapi tetap
terbuka dengan segi-segi hiidup yang selalu berkembang (Daulay, 2017).
Ilmu sosial dan humaniora adalah ilmu yang mempelajari manusia dan
lingkungan sosialnya, yaitu masyarakat, dan mempelajari manusia itu sendiri.
Mempelajari ilmu ini sangat penting, karena memungkinkan kita untuk mengamati
masalah dalam hidup kita lebih tajam dan mampu menemukan cara yang tepat untuk
memecahkan masalah tersebut. Pada akhirnya, kita juga akan menjadi orang yang
kritis terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Hal ini menjadikannya
sebagai manfaat selama dan setelah mempelajari ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa ilmu-ilmu sosial dan
humaniora harus menjadi cover (pelindung) dari ilmu-ilmu eksakta (alam).
Misalnya, ketika mengeksplorasi bahan tambang di dalam bumi, dalam hal ini dapat
menggunakan teknologi yang dibentuk oleh pengetahuan ilmu alam. Islam
mengajarkan manusia untuk memperbaiki diri, seperti pada potongan ayat 11 di
surat Ar-Ra'd yang artinya, “sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu
kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri sendiri”.
Sebagai lanjutan dari pernyataan sebelumnya yang dikaitkan dengan ayat tadi bahwa
sosial dan humaniora memang dibutuhkan oleh manusia untuk merubah kehidupan
manusia lebih baik lagi dan ketika dampak perubahan tersebut berkembang dan
meluas di suatu wilayah, maka akan membentuk sebuah peradaban.
Dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat terdapat norma-norma yang harus
diikut. Norma-norma tersebut agar ada proses yang kita jalani semasa hidup berjalan
dengan semestinya serta diharapkan mampu menimbulkan hubungan yang selaras
dengan tujuan yang ingin kita capai dalam hidup ini. Dalam suatu hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ahmad dan Nasa'i, Rasulullah SAW bersabda,
"Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri". Hadits ini merupakan sebuah bentuk
kontra terhadap perilaku individualistis. Apabila dikaitkan dengan ilmu sosial dan
humaniora, maka sebagai makhluk sosial, kita harus menumbuhkan rasa saling peduli
antar sesama. Meskipun ada keinginan untuk dan telah hidup mandiri, tetap harus
saling membantu menyelesaikan suatu permasalahan yang ada dalam hidup ini.
Memasuki tahap keempat revolusi industri, era yang ditandai dengan
pesatnya perkembangan industri teknologi informasi, peredaran informasi di tangan
masyarakat menjadi semakin cepat dan mudah. Sarana untuk mengungkapkan
gagasan di depan umum menjadi lebih luas dan lebih mudah. Sehingga sebagai
konsumen produk yang dikembangkan oleh industri teknologi informasi (digital),
kita harus bisa mengendalikan diri, dan kita harus bisa menyampaikan pendapat
dengan sopan, agar tidak merugikan orang yang dikomentari atau memberi
masukan, dan orang yang dikomentari harus menaggapinya dengan sopan juga. Atau
dengan kata lain, gunakan bahasa yang baik, benar, dan mudah dipahami. Dengan
demikian, konflik antar individu, antar kelompok, dan antar individu dengan
kelompok dapat dihindari. Atau setidaknya ketika konflik terjadi, para pihak yang
berkonflik dapat menyelesaikan masalahnya dengan cara terbaik. Namun pada
kenyataanya, konflik itu termasuk kedalam dinamika kehidupan sosial, sehingga di
dalam ajaran agama islam mempunyai cara tersendiri dalam meyelesaikan suatu
konflik diantara umat manusia.
Sosial dan humaniora merupakan hal penting yang sangat dibutuhkan manusia
dari segi manfaatnya bagi kehidupan. Selain mengajarkan tentang hablum minallah,
agama islam juga mengajarkan kita tentang hablum minannas melalui Al-Qur'an dan
Hadits yang juga mencakup sosial dan humaniora, agar manusia mendapatkan ridho
Allah SWT, khususnya melalui kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Kleden, Ignas. Taufik Abdullah. Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Ilmu-ilmu
Sosial dan Humaniora di Indonesia. LIPI. 2017.
Thohir, Ajid. Sirah Nabawi: Nabi Muhammad Saw dalam Kajian Ilmu Sosial-Humaniora.
Bandung: Penebit Marja. 2014.
Hasoloan, Jimmy. Pangantar Ilmu Ekonomi. Deepublish, 2010.
Marzuki, Peter Mahmud. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana, 2008.
Is, Muhamad Sadi. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana, 2017.
Darmawan, W., & Winarti, M. (2019). Humaniora Di Era Globalisasi, Masihkah Relevan?
448–458. https://doi.org/10.31227/osf.io/xk3rg
Daulay, A. S. (2017). 1 H. Anwar Saleh Daulay, “Pendidikan Humaniora untuk
Mengembangkan Wawasan Kemanusiaan dan Kebangsaan,.”1(1), 4–9.
Humaedi, M. A. (2012). Pemikiran Islam Dalam Jejak Kajian Humaniora. Al-Tahrir, 12(2),
397–415. http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/tahrir/article/download/65/66
Nasikun. (2004). Peran penelitian ilmu-ilmu sosial dan humaniora bagi liberasi dan
humanisasi teknologi. 1–11.
tirto.id/siapa-bilang-ilmu-sosial-dan-budaya-tak-penting-cPX2
Abdul Rahman (2019). Islam dan Sosial Humaniora Dalam Kehidupan Bermasyarakat.
https://www.kompasiana.com/abdulrahman92/5d2684a5097f36571967c793/islam-dan-
sosial-humaniora-dalam-kehidupan-bermasyarakat

Anda mungkin juga menyukai