Anda di halaman 1dari 7

SEKILAS TENTANG FILSAFAT

A. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat dalam kehidupan sehari-hari sering difahami sebagai kata-kata
mutiara; semboyan hidup., seperti ‘alon-alon waton kelakon’ (Jawa); pandangan
hidup. ideilogi. Filsafat yang akan dibahas berikut bukan dalam arti tersebut.

Arti Etimologis
1. Philein/philos + sophos/sophia= cinta/teman + bijaksana/kebijaksanaan. Filsafat
berarti mencintai kebijaksanaan. Belajar filsafat berarti belajar untuk, minimal,
mencintai hal-hal yang bijaksana, atau kalau mungkin untuk menjadi bijaksana.
2. Bijaksana atau kebijaksanaan adalah karakteristik tertentu dari suatu
sikap/perilaku. Sikap/perilaku bijaksana adalah yang mengindikasikan adanya
motivasi sinergis dan berbagai unsur ruhaniah manusia.
3. Apabila unsur ruhaniah manusia itu, minimal, meliputi akal-emosi-keinginan,
maka motivasi sinergis ratio-emosi-kehendak, akan memunculkan sikap
perilaku lahir yang bijaksana. Belajar filsafat berarti belajar olah akal-emosi
kehendak. yakni belajar untuk mensinergika potensi ratio-emosi-keinginan
dalam rangka menentukan pilihan sikap/perilaku.

Arti Terminologis
Berdasar arti secara istilah, filsafat adalah ilmu yang berusaha mengkaji objek
telaahnya secara mendalam sampai segi esensi atau hakikatnya. Berfilsafat dalam
arti ini berpikir secara mendalam akan hakikat sesuatu.

Arti Lain
Filsafat mempunyai banyak arti sebagaimana filsuf-filsuf menggunakannya.
Beberapa arti itu ialah:
1. Upaya spekulatif utnuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap
tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan:
sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-.pernyataan
yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuam
5. Disiplin ilmu yang berupaya membantu seseorang melihat apa yang ia katakan
dan untuk mengatakan .apa yang ia lihat.

B. SEBAB TIMBULNYA FILSAFAT (KEGIATAN BERFILSAFAT)


Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berifisafat: kekaguman atau
keheranan, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan.
1. Keheranan
Banyak filsuf menunjukkan rasa heran (Yunani: thaumasia) sebagai asal
filsafat. Plato misalnya mengatakan “Mata kita memberi pengamatan bintang-
bintang matahari dan Iangit Pengamatan ini member dorongan untuk
menyelidiki. Dan dari penyeledikan ini berasal filsafat. Pada kuburan Immanuel
Kant tertulis : “CoeIum stellalum supra metafisika, lex moralis intra metafisika”
(dua hal yang paling mengherankan saya: langit berbintang-bintang di atasku,
dan hukum moral dalam hatiku)

2. Kesangsian
Agustinus dan Descartes menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama
pemikiran. Manusia heran. tetapi kemudian dia ragu-ragu, sangsi. Sikap ini
disebut skeptis (Yunani: skepsis = penyelidikan sangat berguna untuk
menemukan suatu titik pangkal yang tak-teragukan lagi. Titik pangkai ini
berfungsi sebagai dasar untuk semua pengetahuan lebih lanjut.

3. Kesadaran akan keterbatasan


Manusia mulai berfilsafat kalau ia menyadari betapa lemah dab kecil dirinya
dibanding alam semesta di sekelilingnya. Semakin manusia terpukau oleh
ketakterhinggaan sekelilingnya, semakin ia heran akan eksistensinya. Semakin
jelas saya sendiri .atau sesuatu di luar saya kelihatan terbatas, semakin jelas
juga bahwa harus ada sesuatu yang tak-terbatas, ketakterhinggaan yang
‘membatasi’ segala hal lain.

Pendapat lain mengatakan bahwa pemikiran filsafat berasal dari:


1. Kekaguman atau keheranan
Mula-mula orang heran atau kagum menyaksikan kehidupannya yang
berkaitan dengan persoalan dirinya dan lingkungan sekitamya.
2. Keingintahuan (coriousity)
Dari hal itu orang kemudian melakukan permenungan, yang sifatnya bisa
individual seperti para filsuf tunggal dengan masterpiece -nya, atau kolektif,
seperti pandangan hidup dan kata mutiara.

C. CIRI-CIRI BERFIKIR FILSAFATI


1. Kritis
Pemikiran filsafat tidak mengijinkan seseorang menerima gagasan, konsep,
pengertian suatu hal secara begitu saja dan membuta (bersikap taklid),
melainkan secara aktif selalu mernpertanyakannya terlebih dahulu.Terhadap
objek apa pun filsafat bersikap demikian.
2. Radikal
Radikal berasal dari radix (lnggris), yaitu = akar. Maksudnya pemikiran filsafat
bersifat mengakar, tidak terbatas pada kulit luar rnasalah, tetapi ditelusuri dan
dikaji hingga substansi yang terdalam.
3. Konsptual
Pemikiran filsafat merupakan aktivitas akal budi manusia untuk memperoleh
pengertian.
4. Koheren
Koheren berarti runtut, alur pemikiran yang teratur. Berfikir filsafati dilakukan
seeara runtut dan logis. Benar tidaknya pemikiran filsafat dilihat dan keruntutan
cara berpikirnya.
5. Rasional
Pemikiran filsafat harus masuk akal dan dapat dinalar, tidak bersifat khayalan
dan irrasional.
6. Komprehensif
Artinya menyeluruh. Terhadap objek yang dipikirkannya, filsafat tidak bersifat
parsial atau sepotong-potong. Mengkaji hakikat manusia misalnya, bukan
sebatas manusia Jawa, Sunda, Arab, tetapi manusia secara keseluruhan..
7. Sistematis
Pemikiran filsafat merupakan keterkaitan antar bagian, sehingga membentuk
kesatuan pengertian yang utuh dan integral.
D. MANFAAT FILSAFAT
a. Bagi yang mempeIajari
1. Kritis terhadap persoalan sehari-hari -> mengatasi tradisi umum.
2. Peka terhadap persoalan kemanusiaan > pertimbangan etis.
3. Melatih rasa ingin tahu (curiousity) -> modal pengembangan IPTEK.
4. Membimbing sikap hidup keagamaan -> jembatan akal - wahyu.
b. Bagi pengembangan iptek:
1. Menentukan objek dan prinsip metodis dari IPTEK.
2. Memberi dasar penalaran -> prinsip-prinsip logika.
3. Memperluas cakrawala pertimb.nilai -> IPTEK tak bebas nilai..
4. Memperdalam pemecahan masalah masing-masing cab. ilmu.
RUANG
RUANG LINGKUP
LINGKUP FILSAFAT
FILSAFAT

A. OBJEK FILSAFAT
1. Objek materia (materi kajian), yaitu segala hal yang ada dan yang mungkin
ada menjadi lapangan kajian filsafat.
2. Objek forma (sudut pandang), penelaahan
penelaahan secara filosofis. Objek forma
dipakai untuk menyelidiki objek materia secara radikal hingga aspek hakiki.

B. SKEMA STUDI FILSAFAT


Secara garis besar studi filsafat dapat di.gambarkan
di.gambarkan dengan skema berikut.

Skema di atas dapat diterangkan sebagai berikut.

Filsafat dapat dipelajari melalui dua cara, yakni teoritis


teoritis dan praktis. Cara
praktis menghasilkan filsuf. sedang cara teoritis akan rnenghasilkan sarjana filsafat.
Filsuf praktis tersebut tidak harus belajar filsafat secara teoritis-akademis, tapi
belajar langsung dan kehidupan yang ia jalani. Sarjana filsafat secara
secara teoritis telah
belajar ilmu filsafat dan setelah menguasai tidak mesti menjadi seorang filsuf,
meskipun juga tidak menutup kemungkinan ke arah itu.Seperti tidak semua sarjana
psikologi adalah psikolog, juga tidak semua sarjana ekonomi adalah ekonom,
sarjana politik menjadi politikus., dan sebagainya.
Kuliah ini menempuh jalur teoritis di atas. Maka itu yang akan dipelajari
adalah jalur teoritis, yang akan mempelajari Pengantar Filsafat dan Azas-azas
Filsafat. Dalam Pengantar Filsafat dipelajari sejarah filsafat (historis) dan filsafat
sistematis yang terdiri dari cabang-cabang filsafat dan aliran-aliran filsafat. Sejarah
Filsafat sendiri terbagi menjadi Sejarah Filsafat Barat periode klasik dan modern
Sejarah Filsafat Islam KIasik dan Modern, dan Sejarah Filsafat Timur Klasik dan
Modern.
Sedangkan Azas-azas Filsafat mempelajari dasar-dasar berpikir filosofis,
yang sangat berkaitan dengan dua hal. Pertama, berhubungan dengan agama
sehingga memunculkan Filsafat Agama, dan Azas Filsafat yang berkaitan dengan
ilmu-ilmu khusus., seperti Filsafat Sosial-politik, Filsafat Hukum, Filsafat
Komunikasi dan sebagainya.

C. Metode FiIsafat
Metode Filsafat berbeda dengan Metode Penelitian Filsafat (MPF). Metode
Filsafat adalah cara atau langkah-langkah proses berfilsafat, yang tidak harus
terikat dalam kerangka ilmiah atau tidak. Ia merupakan kegiatan kontemplasi,
refleksi. Sedangkan MPF merupakan prosedur ilmiah yang harus ditempuh dalam
penelitian ilmiah di bidang filsafat dalam rangka membuktikan hipotesis.
Keheranan. kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan sebagai sebab
timbulnya berfilsafat telah mendorong manusia untuk berpikir. Dalam berpikir
manusia cenderung menggunakan jalan dari hal-hal konkrit ke prinsip-prinsip induk
yang abstrak. Jalan berpikir demikian oleh Aristoteles dinamakan ‘abstraksi (Latin:
abstrahere menjauhkan diri, mengambil dari). Menurutnya, pemikiran manusia
melewati tiga jenis ‘abstraksi’, yang masing-masing menghasiikan pengetahuan
fisis, matematis., dan teologis. Ketiganya masih termasuk filsafat, karena belum
dibedakan menjadi ilmu, filsafat dan teologi.
Metode berfilsafat menurut Aristoteles adalah Analisa Abstraksi, yaitu
kegiatan akal yang dilakukan dengan cara menganalisa (memilah) ciri-ciri atau sifat
khusus suatu hal objek formal filsafat) hingga didapat substansinya. Ciri-ciri
dimaksud yaitu 1. substansi 2. aksi 3. pasi 4. kuantitas 5. kualitas 6. ruang 7. waktu
8. pemilikan 9. keadaan 10. pemilikan.
Tahapannya sebagai berikut: Abstraksi pertama: fisika Akal ‘melepaskan’
(mengabstraksir) segi-segi tertentu dari pengamatan indrawi, yaitu materi yang
dapat dirasakan. Bersarna ‘materi’ yang abstrak ini, akal budi mengasilkan
pengetahuan yang disebut fisi (Yunani: physos=alam).
Abstraksi kedua: matesis. Akal melepaskan materi yang kelihatan dan
semua perubahan. Terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya segi yang
dapat dipengerti. Berkat abstraksi ini kita dapat menghitung dan mengukur, karena
kegiatan ini dapat lepas dari semua gejala dan perubahan. Bisa dengan mata
tertutup (tidak harus melihat).
Pengetahuan yang dihasilkan disebut matesis (matematika) (Yunani:
mathesis=pengetahuan, ilmu)..
Abtraksi ketiga: teologi atau filsafat pertama.. Disini kita dapat
mengabstraksir semua materi, baik materi yang diamati (hyle aistete,) maupun
materi yang diketahui (hyle noete).
Misalnya berpikir tentang asal dan tujuan hidup, Tuhan, jiwa manusia,
kenyataan paling luhur, maka bukan hanya bidang fisika saja yang ditinggalkan,
tetapi juga bidang matesis.. Semua jenis pengamatan tidak lagi berguna di sini,
Pengetahuan jenis ketiga ini setelah Aristoteles disebut metafisika., bidang
yang datang setelah (meta) fisika. Menurut Aristoteles baik fisika, matematika, dan
metafisika tergolong filsafat, lebih-Iebih metafisika yang olehnya disebut sebagai
filsafat pertarna.
Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu pengetahuan. Sebelum, karena
semua ilmu khusus dimulai dari filsafat, filsafat sebagai mother of science.
Sesudah, karena semua ilmu menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang melampaui
batas spesifiksainya. Oleh karena itu banyak ilmuwan sekaligus filsuf, seperti
Aristoteles, Einstein, Kant, Pascal, Descartes, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai