Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Pengetahuan tentang fisiologi tubuh manusia merupakan dasar yang penting untuk
mengenali dan mengerti cara kerja organ–organ tubuh manusia sebagai satu kesatuan
individu. Termasuk di dalamnya sistem rangka (skelet) dan otot (muskulus) yang disebut
dengan sistem muskuloskeletal.
Manusia dapat melakukan pergerakan tubuh karena adanya otot. Rangka tidak dapat
berfungsi sebagai alat gerak bila tidak digerakkan oleh otot. Otot dapat menggerakkan tulang
karena dapat berkontraksi. Sehingga, otot disebut alat gerak aktif sedangkan tulang disebut
alat gerak pasif.
Dengan adanya kerja sama antara rangka dan otot, manusia dapat melompat, berjalan,
bergoyang, berlari, dan melakukan aktifitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, penulis menyusun makalah yang berjudul “FISIOLOGI OTOT”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
a) Bagaimanakah kerja otot ?
b) Bagaimana mekanisme umum kontraksi otot ?
c) Bagaimanakah mekanisme molekuler kontraksi otot?
d) Bagaimanakah Mekanisme dasar molekuler kontraksi?
e) atp sebagai sumber energi untuk kontraksi
f) bagaimana hubungan antara kecepatan kontraksi dan beban?
g) Apa saja jenis kontraksi?
h) apa itu kelelahan otot?
i) Apa yang dimaksud dengan hipertrofi dan atrofi otot?

1.3. TUJUAN PENULISAN


a) Agar kita mengetahui kerja otot
b) Agar kita mengetahui mekanisme umum kontraksi otot
c) Agar kita mengetahui mekanisme molekuler kontraksi otot
d) Agar kita mengetahui dasar molekuler kontraksi
e) Agar kita mengetahui atp sebagai sumber energi untuk kontraksi
f) Agar kita mengetahui hubungan antara kecepatan kontraksi dan beban
g) Agar kita mengetahui jenis kontraksi
h) Agar kita mengetahui kelelahan otot
i) Agar kita mengetahui hipertrofi dan atrofi otot

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KERJA OTOT

Untuk menggerakkan tulang diperlukan keterlibatan dua otot lurik (otot rangka) atau
lebih. Sifat kerja otot ada yang berlawanan ( antagonis) dan ada yang bersamaan (sinergis).
Otot Antagonis, adalah dua otot yang bekerja saling berlawanan, yaitu apabila satu otot
berkontraksi maka otot yang lain relaksasi.
Macam-macam gerak antagonis adalah:

1. Fleksi dan Ekstensi


Fleksi merupakan gerak otot fleksor sehingga bagian tubuh menekuk,
misalnya menekuknya lutut dan siku. Sedangkan, ekstensi merupakan gerakan otot
ekstensor untuk meluruskan kembali bagian tubuh yang telah ditekuk, misalnya
meluruskan kaki atau siku.
2. Abduksi dan Aduksi
Abduksi adalah gerakan anggota tubuh menjauhi sumbu tubuh, misalnya

2
merentangkan tangan hingga sejajar dengan bahu. Sedangkan, aduksi ialah gerakan
anggota tubuh mendekati sumbu tubuh, misalnya menegapkan tangan kembali setelah
direntangkan.
3. Pronasi dan Supinasi
Pronasi adalah gerakan memutar telapak tangan dan jari untuk menelungkup.
Sedangkan, supinasi adalah memutar telapak tangan dan jari untuk menengadah.
4. Depresi dan Elevasi
Elevasi merupakan gerak mengangkat, sedangkan depresi merupakan gerak
menurunkan. Contohnya gerak membuka dan menutup mulut.
5. Inversi dan eversi
Inversi merupakan gerak memiringkan (membuka) telapak kaki ke arah dalam
tubuh, sedangkan eversi merupakan gerak memiringkan (membuka) telapak kaki ke
arah luar.

Otot Sinergis, adalah dua otot yang bekerja bersamaan, yaitu sama-sama berkontraksi
atau sama-sama relaksasi. Contoh: otot-otot pronator yang terdapat pada lengan bawah. Otot
pronator ada dua, yaitu otot pronator teres dan otot pronator kuadratus. Kedua otot tersebut
bekerja sama menggerakkan telapak tangan menelungkup dan menengadah.

2.2. MEKANISME UMUM KONTRAKSI OTOT


Kontraksi adalah menegangnya otot sehingga menjadi lebih pendek dan dapat
menggerakkan tulang, kontraksi tersebut akan selalu diiukti dengan relaksasi yang
menyebabkan otot kembali ke ukurannya semula. Apabila otot berkontraksi namun gagal
berelaksasi akan terjadi kelainan yang disebut dengan kram.

Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan sebagai berikut:

1. Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujung serat saraf
2. Setiap ujung saraf menyekresi substansi neurotransmitter yaitu asetikolin dalam
jumlah sedikit.
3. Asetikolin bekerja untuk area setempat pada membran serat otot guna membuka
saluran asetikolin melalui molekul-molkul dalam membran serat otot.

3
4. Terbukanya saluran asetikolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir
kebawah dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini
menimbulkan potensial aksi serat saraf
5. Potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf otot dengan cara yang sama seperti
potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulakan polarisasi membran serat otot, berjalan dalam serat
otot tempat potensial aksi meyebabkan retikulum sarkoplasma melepas sejumlah ion
kalsium yang disimpan dalam retikulum ke dalam miofibril.
7. Ion kalsium menyebabkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin yang
menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik kalsium dipompakan kembali kedalam retikulum
sarkoplasma, tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru lagi.

Kedutan otot adalah potensial aksi tunggal menyebabkan kontraksi singkat yang
diikuti oleh relaksasi. Lamanya kedutan bervariasi sesui dengan jenis otot yang sedang
diuji. Kontraksi ini sesui dengan fungsi masing-masing otot, misalnya pergerakan mata
mempertahankan fiksasi mata. Sebuah ototberkontraksi sangat cepat apabila tidak
melawan beban.

2.3. MEKANISME MOLEKULER KONTRAKSI OTOT

Pertama, kepala miosin akan mengikat ATP sebagai sumber energi untuk terjadinya
kontraksi.

Kepala miosin akan menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik dan
menggunakan energi yang timbul dari pemecahan ATP tersebut.

4
Setelah mendapat energi dari ATP, kepala miosin akan mengait (berikatan dengan)
aktin.

Terjadi pelepasan ADP dan fosfat anorganik yang menyebabkan kepala miosin
bergerak sehingga menggerakkan aktin.

Kepala miosin yang menangkap ATP baru akan menyebabkan kepala miosin
melapaskan diri dari aktin dan siklus akan berulang kembali.

5
2.4. DASAR MOLEKULER KONTRAKSI

Proses yang menimbulkan pemendekan unsur kontraktil di dalam otot merupakan

peluncuran filament tipis diatas filament tebal, karena otot memendek maka filamen tipis

dari ujung sarkomer saling mendekat, saat pendekatan filament ini tumpang tindih.

Peluncuran selama kontraksi otot dihasilkan untuk pemutusan dan pembentukan kembali

hubungan antara aktin dan miosin menghasilkan gerakan selama kontraksi cepat. Sumber

kontraksi cepat otot adalah ATP, hidrolisis ikatan antara gugugsan fosfat. Senyawa ini

berhubungan dengan pelepasan tenaga dalam jumlah besar sehingga ikatan ini di namakan

ikatan fosfat bertenaga tinggi.

Di dalam otot, hydrolysis ATP ke ADP dilakukan oleh protein kontraktil miosin.

Proses depolarisasi serabut otot yang memulai kontraksi dinamakan perangkaian eksitasi

kontraksi. Potensial aksi di hantarkan ke semua fibril di dalam serabut melalui pelepasan

Ca2+ dari sisterna terminalis. Gerakan ini membuka ikatan myosin sehingga ATP dipecah

dan timbul kontraksi.

2.5. ATP SEBAGAI SUMBER ENERGI UNTUK KONTRAKSI

Bila sebuah otot berkontraksi, timbul satu kerja yang memerlukan energi.

Sejumlah ATP dipecah membentuk ADP selama proses kontraksi. Selanjutnya semakin

hebat kerja yang dilakukan semakin besar jumlah ATP yang di pecahkan. Proses ini akan

berlangsung terus-menerus sampai filamen aktin menarik membran menyentuh ujung

6
akhir filament myosin atau sampai beban pada otot menjadi terlalu besar untuk terjadinya

tarikan lebih lanjut.

2.6. HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN KONTRAKSI DAN BEBAN

Sebuah otot akan berkontraksi sangat cepat bila berkontraksi tanpa melawan beban

dan mencapai keadaan kontraksi penuh kira-kira dalam 0,1 detik untuk otot rata-rata.

Bila diberi beban, kecepatan kontraksi akan menurun secara progresif seirirng dengan

penambahan beban. Bila beban meningkat sampai sama dengan kekuatan maksimum yang di

lakukan otot tersebut, kecepatan kontraksi menjadi nol dan tidak terjadi kontraksi sama sekali

walaupun terjadi aktifitas serat otot.

Penurunan kecepatan otot dengan beban ini karena beban pada otot yang berkontraksi

kekuatannya berlawanan arah melawan kontraksi. Akibat kontraksi otot kekuatan otot netto

yang tersedia menimbulkan kecepatan pemendekan akan berkurang secara seimbang.

2.7. JENIS KONTRAKSI

Kontraksi otot melibatkan pemendekan unsur otot kontraktil. Tetapi karena otot

mempunyai unsur elastis dan kental dalam rangkaian dengan mekanisme kontraktil, maka

kontraksi timbul tanpa suatu penurunan yang layak dalam panjang kesuluruhan otot.

Kontraksi yang demikian disebut isometric. Kontaksi melawan beban tetap dengan pendektan

ujung otot dinamakan isotonic.

Kontraksi otot yang kuat dan lama mengakibatkan kelelahan otot. Sebagian besar kelelahan

akibat dari ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolic serat otot untuk terus memberi

hasil kerja yang sama dan akan menurun setelah aktivitas otot mengurangi kontraksi otot

lebih lanjut. Hambatan aliran darah menuju ke otot yang sedang berkontraksi mengakibatkan

kelelahan hamper sempurna karena kehilangan suplai makanan terutama kehilangan oksigen.

7
2.8.KELELAHAN OTOT
Bila otot dalam keadaan istirahat biasanya sejumlah tegangan masih tetap ada. Tegangan ini

disebut tonus, merupakan hasil dari rendahnya kecepatan impuls saraf yang dijalarkan dari saraf otot

ke neuron motorik anterior. Kontraksi kuat antar otot yang berlangsung lama mengakibatkan

kelelahan otot. Kelelahan ini akibat ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut otot

untuk melanjutkan suplai suplai pengeluaran kerja yang sama. Saraf terus-menerus bekerja dengan

baik. Impuls saraf berjalan normal melalui hubungan otot dan saraf masuk ke dalam serabut otot.

Potensial aksi normal menyebar ke serabut-serabut otot tetap kontraksi makin lama makin lemah

karena di dalam serabut otot terdapat ATP. Hambatan aliran darah yang menuju otot yang sedang

berkontraksi mengakibatkan kelelahan otot hampir sempurna dalam waktu kurang dari 1 menit karena

kehilangan suplai zat gizi.

2.9. HIPERTROFI DAN ATROFI OTOT


Hipertrofi
Hipertrofi merupakan kelainan progresif berupa bertambahnya isi atau volume suatu
jaringan atau alat tubuh yang terjadi pada sel-sel yang tidak dapat memperbanyak diri
sehingga sel-sel yang menyusun jaringan atau alat tubuh tersebut membesar.Pada kondisi
tersebut membesarnya jaringan atau alat tubuh disebabkan sel-sel yang menyusunnya
membesar, bukan karena bertambahnya jumlah sel.
Hipertrofi biasanya ditandai dengan; Bertambah besar ukuran sel karena
bertambahnya jumlah ultrastruktur dalam sel bukan disebabkan karena bertambahnya
cairan didalam sel, meningkatnya ukuran sel meningkatkan ukuran alat tubuh, hipertrofi
sering terjadi pada otot skelet dan otot jantung.
Oleh karena keduanya tidak mampu meningkatkan metabolisme untuk melakukan
mitosis dan pembentukan lebih banyak sel untuk menghadapi kerja. Selain itu hepertrofi
ini dapat disebabkan karena otot dilatih secara berlebihan yang mengakibatkan
peningkatan volume organ atau jaringan
Pencegahan untuk gangguan hipertrofi dapat dengan cara melatih otot sewajarnya dan
mengurangi aktivitas yang berlebihan, jika telah terlanjur mengalami hipertrofi dapat
diatasi dengan cara terapi akupuntur.
ATROFI

8
Atrofi yang terjadi pada suatu alat tubuh menyebabkan alat tubuh mengecil. Dengan
perkataan lain alat tubuh tersebut melisut. Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel
sel spesifik, yaitu sel sel parenchym yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil.
Jadi, bukan mengenai sel sel jaringan ikat atu stroma alat tubuh tersebut. Stroma tampaknya
bertambah; yang sebenarnya hanya relatif, karena stroma tetap.
Kadang kadang dapat terjadi atrofi akibat jumlah sel parenchym berkurang, yaitu atrofi
numerik. Meskipun atrofi biasanya merupakan proses patologik juga dikenal atrofi fisiologik.
Beberapa alat tubuh dapt mengecil atu menghilang sama sekali selama masa
perkembangan/kehidupan, dan jika alat tubuh tersebut sesudah masa usia tertentu tidak
menghilang, malah dianggap patologik.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk menggerakkan tulang diperlukan keterlibatan dua otot lurik (otot rangka) atau
lebih. Sifat kerja otot ada yang berlawanan ( antagonis) dan ada yang bersamaan (sinergis).
Otot Antagonis, adalah dua otot yang bekerja saling berlawanan, yaitu apabila satu otot
berkontraksi maka otot yang lain relaksasi. Otot Sinergis, adalah dua otot yang bekerja
bersamaan, yaitu sama-sama berkontraksi atau sama-sama relaksasi.
Kontraksi adalah menegangnya otot sehingga menjadi lebih pendek dan dapat
menggerakkan tulang, kontraksi tersebut akan selalu diiukti dengan relaksasi yang
menyebabkan otot kembali ke ukurannya semula.
Bila otot dalam keadaan istirahat biasanya sejumlah tegangan masih tetap ada.
Tegangan ini disebut tonus, merupakan hasil dari rendahnya kecepatan impuls saraf yang
dijalarkan dari saraf otot ke neuron motorik anterior. Kontraksi kuat antar otot yang
berlangsung lama mengakibatkan kelelahan otot. Kelelahan ini akibat ketidakmampuan
proses kontraksi dan metabolisme serabut otot untuk melanjutkan suplai suplai pengeluaran
kerja yang sama.
Hipertrofi merupakan kelainan progresif berupa bertambahnya isi atau volume suatu
jaringan atau alat tubuh yang terjadi pada sel-sel yang tidak dapat memperbanyak diri
sehingga sel-sel yang menyusun jaringan atau alat tubuh tersebut membesar.Pada kondisi
tersebut membesarnya jaringan atau alat tubuh disebabkan sel-sel yang menyusunnya
membesar, bukan karena bertambahnya jumlah sel.
Atrofi yang terjadi pada suatu alat tubuh menyebabkan alat tubuh mengecil. Dengan
perkataan lain alat tubuh tersebut melisut. Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel
sel spesifik, yaitu sel sel parenchym yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://www.zonasiswa.com/2017/05/jenis-jenis-cara-kerja-otot.html

http://penjasorkesfortomorrow.blogspot.co.id/2012/10/sistem-otot-musculus-system.html

http://willynovita28.blogspot.co.id/2014/11/makalah-sistem-otot.html

http://willynovita28.blogspot.co.id/2014/11/makalah-sistem-otot.html

Syaifudin.2011.anatomi fisiologi.jakarta:penerbit buku kedokteran

11

Anda mungkin juga menyukai