Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“PUASA”

Disusun Oleh :

1. Alja Zuli (2022210046)


2. Ratri Syafira Nuraulia (2022210032)

Prodi : Sistem Informasi

Dosen Pembimbing Yeni Yuliana, S.Sos. I., M.Pd.I

Fakultas Ilmu Komputer

Fasilkom Universitas Prabumulih

Tahun 2022/2023
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,puji dan syukur
kami panjatkan Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,Hidayah,dan Inayah
nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.Tak lupa pula kami
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW.Beserta keluarganya,para sahabatnya dan seluruh ummatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok kami mata kuliah
pendidikan agama islam berjudul “Puasa”.Disamping itu ,kami banyak mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini.

Akhir kata,kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan
saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu
mendatang.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................


Daftar Isi ...........................................................................................................................
Bab I .................................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................I
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................II
C. Batasan Masalah......................................................................................................II
Bab II
PEMBAHASAN
A. Pengertiaan Puasa....................................................................................................1
B. Dasar-Dasar Hukum Puasa......................................................................................1
C. Macam-Macam Puasa..............................................................................................2
D. Puasa Sunnah dan Puasa Makruh............................................................................3
E. Hikmah Berpuasa....................................................................................................3
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................8
C. Daftar Pustaka .........................................................................................................9
Bab 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puasa merupakan suatu tindakan menghindari makan,minum,serta segala hal lain
yang dapat memuaskan hasrat psikis maupun fisik yang di lakukan pada masa
tertentu.Makna dan tujuannya secara umum adalah untuk menahan diri dari segala
hawa nafsu,merenung,mawas diri,dan mengingatkan keimanan terhadap Allah
SWT.Salah satu hikmah puasa ialah melatih manusia untuk meningkatkan kehidupan
rohani
Pada sebuah hadist dikatakan bahwa “Semua amal anak adam itu untuk dirinya
sendiri,kecuali puasa.Karena puasa itu di kerjakan untuk-Ku,maka Aku-lah yang
akan memberi balasannya.”
Pembahasan mengenai ibadah puasa menarik untuk di kaji,mengingat ajaran ibadah
puasa terdapat dalam agama islam dan berlaku pada umat-umat terdahulu hingga
sekarang.Berdasarkan uraian di atas dan sebagai salah satu tugas figh,maka kami akan
mengkaji permasalahan seputar ibadah puasa.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas,maka permasalahan yang hendak kami bahas
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari puasa?
2. Apa dasar-dasar hukum puasa?
3. Apa saja macam-macam puasa?
4. Apa itu puasa sunah dan makruh?
5. Apakah hikmah dari berpuasa?

C. Batasan Makalah
Makalah ini hanya menulis dan membahas tentang masalah yang berkaitan dengan
puasa menurut agama islam.
Bab 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa
Dari segi bahasa, puasa berarti menahan (imsak) dan mencegah (kaff) dari
sesuatu. Misalnya, dikatakan “shama ‘anil-kalam”, artinya
menahan dari berbicara. Allah SWT berfirman sebagai pemberitahuan
tentang kisah Maryam:
... َ ‫ يِن ِسإ‬٢ ‫رح لُ ۡت َر َذي نِّنِإ مۡ ا ٗ َو ۡيٱل‬ ٰ ‫ك أ ۡ نَاَل ٗفمۡ َ و‬
ِ َّ‫صنَمۡ ل‬
ِ َ ُ َ‫“ ِّمل‬Sesungguhnya aku telah bernadzar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah...”(Q.S. Maryam : 26)
Maksutnya, diam dan menahan diri dari berbicara. Orang Arab lazim mengatakan,
“shama an-nahar”, maksutnya perjalanan matahari
berhenti pada batas pertengahan siang. Adapun menurut syarak (syara’), puasa
berarti menahan diri dari
hal-hal yang membatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang
bersangkutan pada siang hari, mulai terbit fajar sampai terbenam
matahari.
Dengan kata lain, puasa menurut istilah adalah menahan diri dari perbuatan (fi’li)
yang berupa dua macam syahwat (syahwat perut
dan syahwat kemaluan serta menahan diri dari segala sesuatu agar tidak
masuk perut, seperti obat atau sejenisnya. Hal itu dilakukan pada waktu
yang telah ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar sampai terbenam
matahari, oleh orang tertentu yang berhak melakukannya, yaitu orang
Muslim, berakal, tidak sedang haid, dan tidak sedang nifas. Puasa harus
dilakukan dengan niat, yakni, bertekad dalam hati untuk mewujudkan
perbuatan itu secara pasti, tidak ragu-ragu. Tujuan niat adalah
membedakan antara perbuatan ibadah dan perbuatan yang telah menjadi
kebiasaan.

B. Dasar-Dasar Hukum Puasa


Allah Swt. memerintahkan hambanya untuk beribadah kepada-Nya. Pada bulan
Ramadhan Allah Swt. mewajibkan pada umat-Nya yang beriman untuk
menjalankan ibadah puasa. Sebagaimana dalam firman Allah SWT. surat al-
Baqarah ayat 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar
kamu bertaqwa”. (Q.S. al-Baqarah: 183).
Pada awal ayat dipergunakan kata-kata panggilan kepada orang-orang yang
beriman amanu tentu hal ini mempunyai maksud-maksud yang terkandung
didalamnya. Karena puasa itu bukan suatu ibadah yang ringan,yakni harus
menahan makan, minum, bersenggama dan keinginan-keinginan lainnya. Sudah
tentu yang dapat melaksanakan ibadah tersebut hanyalah orang-orang yang
beriman saja. Dalam hal ini Prof. Hamka menjelaskan: Abdillah bin Mas‟ud
pernah mengatakan, bahwa apabila sesuatu ayat telah dimulai dengan panggilan
kepada orang-orang yang percaya sebelum sampai ke akhirnya kita sudah tahu
bahwa ayat ini mengandung suatu perihal yang penting ataupun suatu larangan
yang berat. Sebab Tuhan Yang Maha Tahu telah memperhitungkan terlebih
dahulu bahwa yang bersedia menggalangkan bahu buat memikul perintah Ilahi itu
hanya orang yang beriman Maka perintah puasa adalah salah satu perintah yang
meminta pengorbanan kesenangan dia dan kebiasaan tiap hari. Perintah puasa bagi
umat Islam diwajibkan oleh Allah SWT. pada bulan yang mulia yaitu bulan
Ramadhan karena di bulan Ramadhan itulah diturunkan al-Qur‟an kepada umat
manusia melalui Nabi besar Muhammad Saw.

C. Macam-Macam Puasa
Puasa banyak macamnya; puasa-wajib, puasa sunah (tathawwu), puasa yang
diharamkan, dan puasa yang dimakruhkan.:
1. Puasa-Wajib
Puasa jenis ini terdiri dari tiga macam : a. Puasa yang diwajibkan karena waktu
tertentu, yakni puasa pada bulan ramadan, b. Puasa yang diwajibkan karena suatu
sebab (‘illat), yakni puasa kafarat, dan c. Puasa yang diwajibkan karena seseorang
mewajibkan puasa kepada dirinya sendiri, yakni puasa nazar.
2. Puasa-Haram
Puasa jenis ini ialah sebagai berikut :
a. Puasa sunnah (nafilah) seorang perempuan yang dilakukan tanpa izin
suaminya. Kecuali, jika suaminya tidak memerlukannya. Misalnya, ketika
suaminya sedang bepergian, sedang melakukan ihram haji atau umrah, atau
sedang melakukan itikaf. Puasa ini diharamkan berdasarkan hadis yang
diriwayatkan dalam kitab Ash-Shahihain berikut: “Seorang perempuan tidak
dihalalkan berpuasa ketika suaminya hadir di sampingnya, kecuali dengan
izinnya.” Lagipula, faktor yang menyebabkan pengharaman puasa ini ialah
karena memenuhi hak suami merupakan kewajiban, yang tidak boleh
diabaikan karena ada perbuatan sunnah.
b. Puasa pada hari yang diragukan (yaumus-sakk).
Yakni, puasa pada hari ketiga puluh bulan Syakban, ketika orang-orang
meragukan bahwa hari itu termasuk bulan Ramadan. Para fukaha mempunyai
beberapa ungkapan yang hampir sama mengenai batasan antara bulan Syakban
dan Ramadan. Namun mereka berbeda pendapat dalam penetapan hukumnya.
Walaupun demikian, mereka bersepakat bahwa puasa tersebut tidak makruh.
Bahkan, mereka membolehkan puasa itu dilakukan jika bertepatan dengan
kebiasaan melakukan puasa sunah, misalnya puasa sunah hari Senin dan hari
Kamis. Dengan demikian, puasa yang dilakukan sehari atau dua hari sebelum
Ramadan, hukumnya makruh. Kecuali, jika sebelumya seseorang telah terbiasa
melakukan puasa sunah. Alasan pemakruhan puasa ini, karena khawatir puasa itu
dianggap sebagai tambahan untuk bulan Ramadan.
c. Puasa pada hari raya dan hari-hari Tasyrik
Menurut mazhab Hanafi, puasa yang dilakukan pada harihari tersebut
hukumnya makruh tahrimiy, sedangkan menurut mazhab yang lainnya haram,
serta tidak sah menurut mazhab yang lain baik puasa tersebut merupakan puasa
wajib maupun puasa sunah. Seseorang dianggap melakukan maksiat jika sengaja
berpuasa pada hari-hari tersebut. Puasa-wajib yang dilakukan di dalamnya
dipandang tidak membebaskannya dari kewajiban; yakni berdasarkan hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah berikut: “Rasulullah SAW melarang puasa pada
dua hari. Yaitu, pada hari Raya Fitri dan hari Raya Adha.”
d. Puasa wanita yang sedang haid atau nifas hukumnya haram dan tidak sah
e. Puasa yang dilakukan oleh seorang yang khwatir akan keselamatan dirinya
jika dia berpuasa,hukumnya haram.
3. Puasa Makruh
Puasa jenis ini seperti puasa dhar, puasa yang dikhususkan pada hari Jumat saja
atau hari Sabtu saja, Puasa pada hari yang diragukan (syak) dan menurut Jumhur
puasa sehari atau dua hari sebelum Ramadan. Sedangkan menurut mazhab Syafi’i,
puasa sehari atau dua hari sebelum Ramadan, hukumnya haram.
Adapun puasa yang termasuk kategori makruh tanzihiy adalah puasa pada hari
Asyura yang dilakukan tanpa didahului oleh hari sebelumnya (9 Muharram) atau
diikuti oleh hari sesudahnya (11 Muharram). Puasa lain yang termasuk kategori
ini ialah puasa pada hari Jum’at yang ifradi (tanpa melakukan puasa pada hari-hari
yang lainnya), hari Sabtu, hari Nairuz (hari terakhir pada musim bunga), dan hari
Mahrajan (hari terakhir pada musim gugur). Kemakruhan puasa-puasa ini menjadi
hilang jika puasa tersebut disertai dengan puasa-puasa lain yang telah menjadi
kebiasaan. Puasa yang dilakukan oleh musafir yang merasa kesulitan, hukumnya
makruh. Begitu juga, puasa yang dilakukan oleh perempuan tanpa seizing
suaminya. Suaminya berhak menyuruhnya berbuka puasa untuk memenuhi hak
dan kebutuhannya. Kecuali, jika suaminya dalam keadaan sakit, sedang berpuasa,
atau sedang melakukan ihram dalam ibadah haji atau umrah.
4. Puasa Tathawwu’ atau Puasa Sunnah
Tathawwu’ artinya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan
amal ibadah yang tidak diwajibkan. Istilah ini diambil dari ayat berikut.
‫ي خَ َّع َوطَن تَ َمو‬ ۡ
َ ‫ر‬... ... ‫ٗا‬
“Dan barang siapa melakukan kebaikan dengan kerelaan hati....” (Q.S. Al
Baqarah:158) Istilah ini terkadang diungkapkan dengan kata nafilah,
sebagaimana dalam shalat. Yakni berdasarkan ayat berikut : َ ِ ِ ‫نِ َمو ِ ۡليَّٱل َ هۦ‬
‫ك ٗلةَاِل فَن‬
َّ ... ‫“ بَّۡج َدهَتَف‬Dan pada sebagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai
nafilah bagimu.” (Q.S. Al Isra’ : 79). Menurut kesepakatan para ulama, yang
termasuk puasa tathawwu’ ialah sebagai berikut.
a. Berpuasa sehari dan berbuka sehari
b. Berpuasa tiga hari dalam setiap bulan
c. Puasa pada senin dan kamis dalam setiap minggu
d. Puasa enam hari pada bulan syawal
e. Puasa arafah
f. Puasa selama 8 hari dalam bula Zulhijah
g. Puasa pada hari Tasu’a dan Asyura
h. Puasa pada bulan-bulan yang dimuliakan
i. Berpuasa pada bulan-bulan yang dimuliakan (Zulkaidah, Zulhijah,
Muharram), serta Rajab.
j. Puasa pada bulan Syakban
D. Puasa Sunnah dan Makruh
1. Puasa Sunnah
Dalam Islam,sunah adalah hokum di mana jika orang mengerjakan hal
tersebut maka Allah akan memberikan pahala dan keutamaan,namun jika di
tinggalkan tidak akan mendapatkan siksa atau hukuman dari Allah.
Dalam islam,puasa sunah di bedakan menjadi 3,yaitu puasa yang dating
berulang setiap tahun,puasa berulang setiap bulan,dan puasa berulang setiap
tujuh hari.Berikut contohnya:
a. Puasa berulang setiap tahun
-Puasa arafah,puasa yang dilakukan umat muslim selain orang yang
melakukan haji.
-Puasa enam hari di bulan Syawal,puasa yang dilakukan secara berturut-
turut selama masih dibulan Syawal.
b. Puasa berulang setiap bulan
-Puasa ayyam al-bidl,yaitu puasa setiap tanggal 13,14,dan 15 setiap bulan
dalam kalender Hijriah.
-Puasa ayyam al-suud,yaitu puasa yang di lakukan setiap tanggal
28,29,dan 30 setiap bula di kalender Hijriah.
c. Puasa berulang setiap tujuh hari
-Puasa senin dan kamis,termasuk puasa sunah yang dapat dilakukan setiap
satu minggu atau tujuh hari.
2. Puasa Makruh
Makruh adalah hukum di mana jika suatu perbuatan dilakukan maka akan
mendapatkan pahala,namun jika tidak di lakukan tidak akan mendapatkan
hukuman atau siksa dari Allah.Begitu pula dengan ibadah puasa,terdapat
hokum makruh puasa yang sebaiknya di tinggalkan.Ini meliputi puasa di hari
jumat yaitu hari kebesaran umat muslim,hari sabtu yang merupakan hari raya
umat yahudi,dan hari minggu yang merupakan hari raya umat
Nasrani.Beberapa jeni puasa ini sebaiknya di hindari untuk mendapatkan
keutamaan sesuai dengan ajaran islam.

E. Hikmah Berpuasa
Selalu ada hikmah dalam setiap amal perbuatan yang di syariatkan kepada umat
manusia.Hanya saja hikmah tersebut ada yang bias di ketahui da nada yang tidak
dapat di ketahui.Satu hal yang jelas hikmah tentu akan jatuh kepada orang yang
melalukan syariat sesuai garis yang ditetapkan Allah SWT.Namun yang
jelas,Allah telah menggambarkan hikmah puasa ini dalam firmanya;
“Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S Al-Baqarah : 184).
Berikut hikmah-hikmah dalam puasa:
1. Ibadah puasa merupakan wujud rasa syukur kepada Allah karena ia
merupakan ibadah yang di wajibkan.
2. Puasa dan kebugaran.Sebagaiman telah banyka di ketahui melalui penelitian
medis,berpuasa itu bermanfaat memberi efek sehat terutama di bagian saluran
pencernaan.
3. Puasa adalah alat untuk mengetes ketaatan dan amarah seseorang
muslim.Sebab,puasa adalah ibadah yang khusus dimana yang mengetahuinya
hanya orang yang berpuasa dan Allah semata.
4. Puasa memperkokoh dan mendidik rasa kasih saying,dari mulianya rasa
kebersamaan karena orang-orang yang puasa tinggal di banyak tempat yang
jadi perjalanan kehidupan dan keindahannya.
Bab 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa,mulai dari
terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat puasa dengan penuh keikhlasan kepada
Allah, serta mempersiapkan diri untuk senantiasa bertakwa dan mengendalikan keinginan
syahwat.Puasa telah diwajibkan kepada umat-umat agama sebelumnya. Puasa menjadi satu
rukun dari beberapa rukun agama, karena puasa merupakan salah satu jenis ibadah yang
paling kuat dan sarana terbaik dalam proses pendidikan. Puasa mendidik kita keteraturan dan
kedisiplinan,sabar,dan penuh rasa sayang serta cinta.

B. Saran

Dengan membahas materi Puasa ini, hendaknya kita dapat mengambil pelajaran dan dapat
melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya, melaksanakan hal-hal yang disunnahkan dalam
berpuasa dan menghindari diri dari segala yang dapat membatalkan puasa. Serta
memeperbanyak beribadah kepadah Allah dalam hal ini memperbanyak puasa Sunnah kita
semua.
Daftar Pustaka

 Ayyub, Hassan. 2014. Fiqih Ibadah. Jakarta : PT.Fathan Prima Media


 Hasbiyallah. 2013. Fiqh dan Ushul Fiqh. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
 Ahmadi, Abu. 1995. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara
 Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989)
 Imam Muhammad Bin Ismail Al-Kahlani, Subulus Salam, Jilid III (Beirut: Darul Al
Kitab Al Ilmiyah, t.th.)

Anda mungkin juga menyukai