Anda di halaman 1dari 3

Alfian Latif Rosidi

Ilmu Administrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial
Kusmayanto Kadiman
Cyber Bullying di Media Sosial

Oleh :

Alfian Latif Rosidi ( Ilmu Administrasi Negara)

A. Pendahuluan

Bullying merupakan tindakan penindasa, ancaman, ataupun kekerasan baik


secara fisik maupun verbal. Dalam era yang canggih saat ini, bullying tidak hanya
terjadi dalam dunia nyata akan tetapi juga terjadi di unia maya melalui media
sosial yang disebut dengan istilah Cyber Bullying. Pengguna media sosial
sangatlah banyak dadri yang berusia anak-anak sampai dewasa. Menurut data
terbaru dari We Are Social per Agustus 2017, jumlah pengguna aktif media sosial
mencapai 2,9 milyar.

Cyber bullying di media sosial ini masuk dalam kategori bullying secara
verbal. Biasanya bullying ini terjadi dalam bentuk komentar-komentar negatif
yang bersifat menjatuhkan dan mengancam korban. Cyber bullying ini biasa
dialami di media sosial Instagram dan Facebook. Pengaruhnya untuk korban
biasanya akan mendapat tekanan sosial saat didunia nyata.

B. Analisis
Dalam kasus cyber bullying terdapat dua pihak yaitu korban bullying dan
pelaku bullying. Untuk korban bullying banyak penyebabnya baik dari dalam
maupun dari luar. Penyebab cyber bullying dari dalam sebagai berikut :
1. Korban melakukan sesuatu yang bertujuan mencari sensasi agar
mendapat perhatian.
2. Mengikuti tren yang kurang baik.

Untuk pengaruh dari luar biasanya terdapat salah satu pengguna media sosial yang
memprofokasi pengguna lain untuk ikut membully korban.
Selain itu penyebab para pelaku bullying biasanya didasari atas ujaran
kebencian yang provokator buat dan atas dasar keenangan untuk melampiaskan
kemarahannya, mereka menganggap provokasi tersebut benar dan kemudian
membully korban. Akan tetapi para pelaku bullying tidak hanya berkomentar saja,
saat berkomentar para pelaku mengajak pengguna sosial lainnya dengan cara
mengutip akun media sosial temannya sehingga semakin banyak para pelaku yang
membully.

Bullying yang terjadi saat ini, mayoritas terjadi karena salah satu korban
dianggap mengikuti tren yang kurang baik seperti dalam aplikasi Tik Tok. Banyak
penggunana media tersebut rela menunjukan kebodohannya agar bisa virl
sehingga para pengguna lain menganggap itu sebagai hal yang terlalu berlebihan
dan saat viral korban akan mendapat hujatan dan bullying dari pengguna lainn
yang kontra terhadap aplikasi tersebut.

C. Penutup

Banyak cara bagi korban bullying dan pelaku bullying untuk menghindari
terjadinya cyber bullying. Terutama bagi korban bullying, mereka harus berhati-
hati dalam mengunggah konten di media sosialnya, harus dipikir matang-matang
sebelum diunggah apakah akan menimbulkan kebencian atau respect oleh
pengguna yang melihat kontennya. Hindari mengunggah konten yang
menunjukan kebodohan agar terlihat lucu di media sosial, kita bisa membuat
konten lucu yang berkualitas sehingga tidak merugikan siapapun.

Bagi para pelaku bullying harus bisa berpikir positif terhadap konten yang
diunggah orang lain, jangan menghujat pengguna lain hanya dalam satu
pandangan saja. Kita harus bisa berpikir luas dalam menanggapi suatu hal dan
jangan mudah terprovokasi dengan kata orang lain. Kita boleh mengkritik orang
lain tetapi jangan sampai menjatuhkan apalagi membully. Kita dapat mengkritik
orang dikomentar dengan bahasa yang baik sehingga orang yang kita kritik dapat
menerimanya dengan baik dan menganggap komentar kita adalah komentar yang
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Maharani, Shita. “Media Sosial sebagai Wadah Cyber Bullying”. 19 Januari 2018.
https://www.kompasiana.com/shita_maharani/5a620608cbe52379d602e6c2/
media-sosial-sebagai-wadah-cyber-bullying.

Anda mungkin juga menyukai