Anda di halaman 1dari 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 23 Bandung


Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Sunda
Kelas/Semester : IX/2
Materi Pokok : Drama
Alokasi Waktu : 8 JP (4 minggu x 2 JP x 40 menit)

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, gotong royong, percaya diri,
peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5 Mengidentifikasi unsur-unsur 3.5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur
teks drama, dengan drama.
memperhatikan bentuk dan 3.5.2 Memahami bentuk drama basa
struktur teks, unsur, serta aspek Sunda.
kebahasaan yang benar dan
sesuai konteks.
4.5 Mendemontrasikan adegan 4.5.1 Mendemontrasikan adegan drama
drama dengan memperhatikan dengan memperhatikan
penghayatan, ekspresi, gestur penghayatan, ekspresi, gestur dan
dan lagu kalimat yang tepat. lagu kalimat yang tepat.

C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Melalui diskusi dan tanya jawab, secara penuh rasa bangga akan kekayaan budayanya
sendiri peserta didik dapat mengidentifikasi unsur-unsur drama dengan benar;

Pertemuan Kedua
Melalui unjuk kerja, secara penuh rasa bangga akan kekayaan budayanya sendiri,
berintegritas, dan saling menghargai pendapat, peserta didik dapat memahami bentuk
drama basa Sunda dengan baik

Pertemuan Ketiga dan Keempat


Melalui unjuk kerja, secara berintegritas dan saling menghargai pendapat, peserta didik
dapat mendemontrasikan adegan drama dengan memperhatikan penghayatan, ekspresi,
gestur dan lagu kalimat yang tepat

D. Materi Pembelajaran
1) Materi Reguler
Pertemuan Pertama
a. Pengertian drama
b. Struktur drama

Pertemuan Kedua
Ragam dan bentuk drama basa Sunda

Pertemuan Ketiga dan Keempat


Peragaan Drama

2) Materi Pengayaan
Skenario film berdasarkan naskah drama

3) Materi Remedial
Struktur drama

E. Model Pembelajaran
1. Pendekatan : Pembelajaran Komunikatif
2. Metode : Pembelajaran berbasis Proyek
3. Teknik : Diskusi, Penugasan, Tanya Jawab, Unjuk Kerja

F. Alat/Bahan, Media dan Sumber Pembelajaran


1. Media
Video Pertunjukan Drama
2. Bahan
2.1 Naskah drama
2.2 Lembar Kerja Siswa
3. Alat
DVD Player, Komputer, LCD proyektor, speaker, kertas plano, kertas tempel, spidol,
dan doubletape

G. Sumber Belajar
Danadibrata, R.A. 2006. Kamus Basa Sunda. Bandung: Kiblat.adibrata, R.A. 2006. Kamus
Basa Sunda. Bandung: Kiblat.
Hadi, Ahmad, Drs. 1991. Peperenian. Bandung: Geger Sunten.
Hidayat, Rahmat Taufiq, spk. 2005. Peperenian Urang Sunda. Bandung: Kiblat Buku
Utama.
Iskandarwassid. 2010. Kamus Istilah Sastra: Pangdeudeul Pangajaran Sastra Sunda.
Bandung: Geger Sunten.
Isnéndés, Rétty. 2010. Téori Sastra. Bandung: JPBD FPBS UPI.
Lembaga Basa jeung Sastra Sunda. 2007. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung:
Geger Sunten.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Risnawati, Dadang Nurjaman, Susi Budiwati. 2017. Rancagé Diajar Basa Sunda. Bandung
Duania Pustaka Jaya.
Rukmana, Setiadi, spk. 2017. Wanda Basa Sunda. Bandung: Thursina Media Utama.
Rusyana, Yus. 1984. Panyungsi Sastra. Bandung: Gunung Larang.
Sudaryat, Yayat, H. Abud Prawirasumantri, jeung H. Karna Yudibrata. 2007. Tata
Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya.
https://youtube.com

H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


 Pertemuan Pertama
Kegiatan
Pembelajaran Alokasi
Langkah-langkah Pembelajaran
berbasis Waktu
Proyek
Pendahuluan 1) Guru membuka pembelajaran dengan 10 menit
 Mendesain mengucapkan salam, kemudian mengecek
Perencanaa kehadiran peserta didik;
n Proyek 2) Guru memotivasi peserta didik dengan
mendoakan agar pembelajaran yang akan
 Penentuan
dilakukan berlangsung baik dan bermanfaat;
Pertanyaan 3) Untuk menggali konsepsi awal peserta didik
Mendasar guru melakukan apersepsi dengan menggali
atau informasi dan mengaitkan dengan materi pada
Esensial pertemuan sebelumnya;
4) Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan antara lingkungan alam dengan
dengan materi pembelajaran;
5) Guru memotivasi peserta didik untuk
berperan aktif dalam pembelajaran; dan
6) Guru menyampaikan tehnik penilaian.
Inti 1) Peserta didik menyimak tanyangan drama; 60 menit
 Menyusun 2) Peserta didik bertanyajawab tentang hal-hal
Jadwal yang berhubungan dengan drama yang
 Memonitor ditayangkan;
3) Peserta didik membaca naskah drama;
Kemajuan
4) Peserta didik dalam kelompoknya
proyek mengidentifikasi isi drama berdasarkan
 Menguji naskah yang dibacanya;
Proses dan 5) Peserta didik bertanya jawab tentang hal-hal
Hasil Belajar yang berhubungan dengan isi drama
berdasarkan naskah yang dibacanya;
6) Peserta didik secara berkelompok
mengidentifikasi unsur-unsur drama;
menyimpulkan isi ringkasan novel remaja;
7) Peserta didik bertanyajawab tentang unsur-
unsur drama.
Penutup 1) Guru bersama peserta didik berdiskusi untuk 10 menit
 Melakukan membuat kesimpulan kelas tentang materi
Evaluasi pembelajaran;
Pengalaman 2) Guru bersama peserta didik melakukan
Membuat refleksi pembelajaran yang telah dilakukan;
Proyek atau 3) Guru memberitahukan materi yang akan
Melaksanak dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
an Proyek 4) Guru memberikan tugas individual kepada
peserta didik untuk membaca, dan mengamati
informasi menggunakan sumber-sumber
pengetahuan dalam
bentuk cetak, visual, digital, dan auditori
berkaitan dengan materi bentuk-bentuk
drama dalam basa Sunda; dan
5) Guru menutup pembelajaran dengan
mendoakan agar pembelajaran yang telah
dilakukan bermanfaat bagi peserta didik.

 Pertemuan Kedua
Kegiatan
Pembelajaran Alokasi
Langkah-langkah Pembelajaran
berbasis Waktu
Proyek
Pendahuluan 1) Guru membuka pembelajaran dengan 10 menit
 Mendesain mengucapkan salam, kemudian mengecek
Perencanaa kehadiran peserta didik;
n Proyek 2) Guru memotivasi peserta didik dengan
mendoakan agar pembelajaran yang akan
 Penentuan
dilakukan berlangsung baik dan bermanfaat;
Pertanyaan 3) Untuk menggali konsepsi awal peserta didik
Mendasar guru melakukan apersepsi dengan menggali
atau informasi dan mengaitkan dengan materi
Esensial pada pertemuan sebelumnya;
4) Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan antara lingkungan alam dengan
dengan materi pembelajaran;
5) Guru memotivasi peserta didik untuk
berperan aktif dalam pembelajaran; dan
6) Guru menyampaikan tehnik penilaian.
Inti 1) Peserta didik mengamati tayangan 60 menit
 Menyusun pertunjukan bentuk-bentuk drama dalam
Jadwal basa Sunda
 Memonitor 2) Peserta didik mengidentifikasi bentuk-
bentuk drama dalam basa Sunda;
Kemajuan
3) Peserta didik bertanyajawab tentang bentuk-
proyek bentuk drama dalam basa Sunda;
 Menguji 4) Peserta didik secara berkelompok
Proses dan mengklasifikasikan drama dalam basa Sunda
Hasil Belajar berdasarkan bentuknya.

Penutup 1) Guru bersama peserta didik berdiskusi untuk 10 menit


 Melakukan membuat kesimpulan kelas tentang materi
pembelajaran;
Evaluasi 2) Guru bersama peserta didik melakukan
Pengalaman refleksi pembelajaran yang telah dilakukan;
Membuat 3) Guru memberitahukan materi yang akan
Proyek atau dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
Melaksanak 4) Guru memberikan tugas kelompok kepada
peserta didik untuk berlatih bermain drama;
an Proyek
dan
5) Guru menutup pembelajaran dengan
mendoakan agar pembelajaran yang telah
dilakukan bermanfaat bagi peserta didik.

 Pertemuan Ketiga dan Keempat


Kegiatan
Pembelajaran Alokasi
Langkah-langkah Pembelajaran
berbasis Waktu
Proyek
Pendahuluan 1) Guru membuka pembelajaran dengan 10 menit
 Mendesain mengucapkan salam, kemudian mengecek
Perencanaa kehadiran peserta didik;
n Proyek 2) Guru memotivasi peserta didik dengan
mendoakan agar pembelajaran yang akan
 Penentuan
dilakukan berlangsung baik dan bermanfaat;
Pertanyaan 3) Untuk menggali konsepsi awal peserta didik
Mendasar guru melakukan apersepsi dengan menggali
atau informasi dan mengaitkan dengan materi
Esensial pada pertemuan sebelumnya;
4) Peserta didik dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang.
5) Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan antara lingkungan alam dengan
dengan materi pembelajaran;
6) Guru memotivasi peserta didik untuk
berperan aktif dalam pembelajaran; dan
7) Guru menyampaikan tehnik penilaian.
Inti 1) Peserta didik secara bersama-sama dalam 60 menit
 Menyusun kelompoknya bermain drama secara
Jadwal bergantian dengan kelompok lain;
 Memonitor 2) Peserta didik menyampaikan tanggapan
terhadap hasil pengamatan pertunjukan
Kemajuan
drama oleh kelompok lainnya;
proyek
 Menguji
Proses dan
Hasil Belajar

Penutup 1) Guru bersama peserta didik berdiskusi untuk 10 menit


 Melakukan membuat kesimpulan kelas tentang materi
Evaluasi pembelajaran;
Pengalaman 2) Guru bersama peserta didik melakukan
refleksi pembelajaran yang telah dilakukan;
Membuat 3) Guru memberitahukan materi yang akan
Proyek atau dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
Melaksanak 4) Guru memberikan tugas individual kepada
an Proyek peserta didik membuat tanggapan tertulis
terhadap pertunjukan drama oleh kelompok
lainnya.
5) Guru menutup pembelajaran dengan
mendoakan agar pembelajaran yang telah
dilakukan bermanfaat bagi peserta didik.

I. Penilaian
1. Sikap
Teknik Bentuk Butir Waktu Ket.
Instrumen Instrumen Pelaksanaan
Observasi Jurnal (Lihat Saat Penilaian untuk dan
lampiran) pembelajaran pencapaian
berlangsung pembelajaran
(assessment for learning
and assessment of
learning)
Catatan: Jurnal dipergunakan untuk mencatat perilaku luar biasa (positif atau
negatif) siswa.

2. Pengetahuan
No Teknik Bentuk Butir Instrumen Waktu Ket.
Instrumen Pelaksanaan
2. Tes Soal Tes (Lihat lampiran) Saat pembelajaran
Tulis Tulis berlangsung

3. Keterampilan
No Teknik Bentuk Butir Instrumen Waktu Ket.
Instrumen Pelaksanaan
1. Unjuk Lembar Sangkan hidep boga Saat Penilai
Kerja Pengamatan pangalaman pembelajaran an
ngeunaan mintonkeun berlangsung untuk
drama, ayeuna prak pembel
téangan atawa jieun ajaran
hiji naskah drama (assess-
sarta pintonkeun di ment
kelas kalawan for
merhatikeun hal-hal learnin
saperti anu kaunggel g)
dina pedaran di luhur,
bakal leuwih hadé
lamun dilengkepan ku
kostum anu luyu jeung
tungtutan carita!

4. Pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian, bagi siswayang sudah mencapai ketuntasan
belajar diberikan kegiatan pembelajaran dengan bentuk pengayaan yaitu scenario
film berdasarkan naskah drama.

5. Remedial
Berdasarkan hasil analisis penilaian, bagi siswayang belum mencapai ketuntasan
belajar diberikan kegiatan pembelajaran ngan bentuk remedial, yaitu:
a. Pembelajaran ulang, jika 50% atau lebih siswabelum mencapai ketuntasan.
b. Pemanfaatan tutor sebaya, jika 11-49% siswabelum mencapai ketuntasan.
c. Bimbingan perorangan, jika 1-10% siswabelum mencapai ketuntasan.

Mengetahui Bandung, Juli 2019


Plt. Kepala SMPN 23 Bandung Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda

Hj.Yooke Kusdariyati, S.Pd,M.Ds. Tim MGMP Bahasa Sunda


NIP196311181984032004
Lampiran 1: Tes Tulis

TANJEUR PAJAJARAN
Adegan Kehiji
Di Karaton Pulasari Pandéglang bulan Maret taun 1579. Raja Pajajaran anu
pamungkas Prabu Suryakancana atawa Pucuk Umun Pulasari, pamuluna alum lir anu
dirungrum ku kabingung. Kahirupan sapopoéna geus mandita, jadi raja tapi teu dimakuta.
Lambang-lambang kaprabon geus lila tara dipake. Ugeran hirupna geus pasrah, batinna
leuwih deukeut kana implengan Ka-Hyang-an. Di sagigireun kitu, inyana sakapeung
kabéngbat ku pasualan pangeusi puseur dayeuh Pajajaran Pulasari, nu masih kénéh butuh
ku kahéman dirina....
Prabu Suryakancana: (humandeuar ngabangbrang tineung, samar léngkah, samar lampah,
nyarita sorangan, taya jalma lian nu marengan)
Simpéna diri, simpéna kahirupan, ti mangsa ka mangsa.
Pangharepan, duh pangharepan léléwa kingkilaban di
mumunggang. Pancén diri, pancén gurat dampal leungeun, lungsé ti
lampah ka lampah Pajajaran, ieu panyileukan gupayna hanjuang di
lamping gunung. Naha bisa diri ngagurit aksara anyar dina hieum-
hieum lontar? Naha bisa diri nanjeurkeun Pajajaran dina kaayaan
geus pasoléngkrah?

Jaya Perkosa: (sora ti luar)


Sampurasuuuuuuuun....!

Prabu Suryakancana: (reuwas kagebah tina lamunanana)


Rampés...rampés Ki Sémah...!
Kalawan tartib, opat pangagung Pajajaran cunduk. Jaya Perkosa nu ngeukeuweuk
buntelan, sineugeug leumpang gagah panghareupna, dituturkeun ku adi-adina Nanganan
Adipati Wiradijaya, Kondang Hapa jeung Pancar Buana.
Prabu Suryakancana: (bungah) Bagéa urang dayeuh Pakuan, lawas ti lawas urang tara
tepung riung mungpulung, kumaha béjana Paman?
Jaya Perkosa: Pun sapun, Prabu....
Danget ieu kami jeung adi-adi aya dina karahayuan....
Prabu Suryakancana: Alus, éta anu dipénta. Paman, kami banget tumarima kana pangbakti
dia sakabéh. Kami percaya kana katanggohan dia dina ngabebenah
dayeuh Pakuan nu tadina geus pasoléngkrah. Bagja temen mun kami
meunang béja pikabungaheun ngeunaan dayeuh Pakuan ayeuna.
Jaya Perkosa: Pun sapun, Prabu....
Jauh dijugjug, anggang ditéang, ngeunaan dayeuh Pakuan saacan
ditinggalkeun miang ka dieu, neutneutan témbong deui dangiangna.
Tapi, salila kami jeung adi-adi ngabebenah dayeuh Pakuan, pikiran
teu weléh manteng mindeng mikiran dayeuh Pulasari ieu....
Prabu Suryakancana: (lir nyarita ka dirina)
Dayeuh Pulasari...........
Ti saprak kami ngadegkeun dayeuhan jeung karaton Pulasari ieu,
sarta dipasinikeun jadi puseur dayeuh Pajajaran anu anyar, jauh
tanah ka langit mun dibandingkeun jeung agungna puseur dayeuh
Pakuan....Dayeuh Pakuan, paninengan mangsa lawas, teuing iraha
kami bisa tepung deui?
Jaya perkosa: Pun sapun, Prabu....
Tugenah jeung guligahna diri dia, ku paman karasa tur karampa, teu
ngabibisani. Tapi, bawirasa kitu, teu hadé dia ngageuri
nyeungceurikan dangiang heubeul nu geus ilang. Anggursi, tegarkeun
kuda na tanjakan! Karaton Pulasari ieu masih kénéh ajeg dina
tatapakan! Muga tanjeur di juritan digjaya di buana Sunda sawawa!
Prabu Suryakancana: Paman Jaya Perkosa....
Kami percaya kana katanggohan dia salaku hulu jurit Pajajaran, ogé
kami percaya kana kateuneung Paman Adipati wiradijaya salaku
nanganan ieu nagri, kitu deui kami percaya kana kahéman Paman
Kondang Hapa jeung Paman Pancar Buana salaku pangagung
Pajajaran. Kami banget tumarima.... Tapi, pangrasa batin mah teu
beunang dipaling, najan sakumaha keyengna urang meureut késang
meuseuh diri pikeun nanjeureun ieu nagri, sakeprul sésa kakuatan
Pajajaran, taya hartina mun dibandingkeun jeung rongkahna angin
topan nu ngahiuk ti Surosowan Banten jeung Pakungwati Cirebon.
Karaton Pulasari jeung dayeuhna, teu mibanda bénténg nu tohaga
jiga bénténg dayeuh Pakuan.
Diri urang ngan sauukur sésémpéran tina kakuatan mangsa heubeul.
Urang moal sanggup nyipta kawangina Pajajaran kawas jaman
pamaréntahan Hyang Prabu Siliwangi suwargi. Urang moal bisa
nanjeurkeun kadigjayaan Pajajaran kawas jaman pamaréntahan
Hyang Prabu Surawisésa.
Urang ngan ukur ngajeg-ngajegkeun paré anu geus ayeuh
dapuranana....
Dua welas taun anu kaliwat, Pajajaran diruntagkeun ku polah
sorangan, polah nista Rama Prabu Nilakéndra! Hyang salah lampah!!!
Naha bisa urang nangtungkeun deui Pajajaran nu geus rumanggieung
pinuh ku tatu kanistaan?

Opat Pangagung Pajajaran teu nyoara, pamuluna alum dirungrum ku kabingung.


Prabu Suryakancana: Wilayah Pajajaran ngan ari sajuru totopong, sésa kakuatan ngan ukur
ngandelkeun dayeuh Pakuan jeung dayeuh Pulasari.... Hojah nu
kumaha deui nu kudu dipilampah, Paman?
Adipati Wiradijaya: Pun sapun, Prabu....
Caritaan Dia bieu mémang taya salahna. Tapi, papadaning kitu,
satungtung Paman masih kénéh bisa ngarénghapkeun napas,
satungtung Paman dipercaya kénéh jadi nanganan ieu nagri, Paman
masih kénéh kaduga ngarebut wilayah nu geus dicangking ku Banten
jeung Cirebon!
Pancar Buana: Kami satuju kana pamadegan Ki Lanceuk Wiradijaya, sual
ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagara, keun bagéan Paman.
Kondang Hapa: Bener, kami sapamadegan jeung anu bieu dikedalkeun ku Ki Adi
Pancar Buana. Paman sanggup nanjeurkeun deui kaagungan
Pajajaran, najan kudu dibarengan ku bobolokot getih!
Jaya Perkosa: Tah kitu Prabu, Paman sadudulur boga tékad nu sarua. Pamadegan Ki
Adi Wiradijaya, pamadegan Ki Adi Pancar Buana, jeung pamadegan Ki
Adi Kondang Hapa bieu ku Dia perlu dijadikeun cecekelan....
(bari muka buntelan lalaunan)
Jauh dijugjug anggang ditéang, najan melang Paman maksakeun
miang, ngahaja seja nganteurkeun ieu makuta kaprabon warisan
turun tumurun....(bari terus diasongkeun ka Prabu Suryakancana).
Prabu Suryakancana ngarénjag bari colohok, makuta geuwat ditampanan, témbong
imutna. Makuta diambung bari terus diteuteulkeun kana dadana, témbong bungahna. Tapi teu
lila, luk deui tungkul bari ngaheruk....
Prabu Suryakancana: Paman Jaya Perkosa....`
Peupeujeuh Paman, lain kami nampik kana pangasih, lain kami teu
narima kana kahéman. Tapi, kami geus pasini jangji dina ati, geus
tigin na angen-angen, najan kami pareng jeneng ratu di ieu nagri,
kami moal deuk maké makuta.
Jaya Perkosa: Demi Hyang Séda Niskala di Mandala Balé Agung! Naha Prabu bet
incah tina papagon kaprabon Pajajaran? Piraku hiji ratu teu
dimakuta?
Prabu Suryakancana: Makuta mah ngan saukur lambang, Paman!
Kasebutna lambang, mun teu bisa makéna, mun teu luyu jeung
tangtunganana, taya hartina. Kurang-kurangna mah Paman, maké
makuta téh ngajurung kana adigung. Sing inget Paman, tilu raja
Pajajaran sabada Hyang Prabu Surawisésa, nya éta Hyang Buyut
Prabu Déwatabuana, Hyang Aki Prabu Ratusakti, jeung Hyang Rama
Prabu Nilakéndra, tiluanana geus salah ngagunakeun ieu makuta.
Lambang mah ngan ukur titipan, Paman! Makuta ieu téh titipan ti
somah-somah sanagara. Sedengkeun Kami nu geus teu daya teu
upaya, dalah nyawa gé geus teu ngaboga-boga, geus teu pantes
nyunyuhun ieu makuta. Beurat, Paman! Kami mah leuwih hadé jadi
raja pinandita....Anggursi, bawa deui ieu makuta ku Dia ka Pakuan.
Atawa, mun Paman Jaya Perkosa sanggup makéna, prak baé paké....
Jaya Perkosa: (reuwas) Ambuing! Hina temen mun Paman kumawani kitu. Prabu,
paralunna ogé paraluuuuuun! Ulah kitu, Prabu! Moal sapaké-pakéna
mun lain pakéeunana. Palias!
Prabu Suryakancana: (ka Adipati Wiradijaya)
Keur Dia wé atuh Paman, Jigana Dia bakal pantes mun maké ieu
makuta....
Adipati Wiradijaya: Aduuuuuuuuuuuuuh! Ampun Prabu. Rék pantes lebah manana? Teu,
teu hayang Paman mah!
Prabu Suryakancana: Ku Dia atuh Paman Kondang Hapa!
Kondang Hapa: (kéképéhan) Ulah Prabu, ulah! Nanaonan ari Prabu? Paman mah teu
wasa, teu wasa! Nyabak gé tara, komo deui sitah maké. Paralun ulah
dikapamankeun! Mending bikeun baé tah ka ieu Ki Adi Pancar
Buana......
Pancar Buana: (reuwas) Hahhhhhhhh? (kudupruk sukuna ngadak-ngadak
rampohpoy, librek ngalungsar aprek-aprekan) Tobaaaaaaaaaaaat
Prabuuuuuuu, tobaaaaaaaaat! Ulah dikapamankeun! Aduuh
biuuuuuuung! Naha ari Kang Kondang bet sokong jongklok?
Kondang hapa: Ih ari Adi, Akang mah awahing ku nyaah wé ka adi, sok tarimakeun
Di, ulah nampik pangasih, pamali!
Pancar Buana: Pamali-pamali nanahaon?! Puguh Akang nu kungsi ngimpi mamaké
makuta téh, ulah api-api Kang! Akang nu ngimpi jadi raja téh?
Kondang Hapa: (reuwas) Siii! Lalawora Dia mah nyarita téh! Deudeuh teumbleuh nu
kitu téh ngaranna! Bohong Prabu, Paman mah teu kungsi ngimpi kitu.
Palias!
Prabu Suryakancana: (bari imut) Tuh geuningan, Dia gé teu sararanggup maké ieu makuta.
Tah haté kami gé teu jauh jeung pangrasa Paman. Kieu wé atuh
Paman, ieu makuta asalna gé aya di dayeuh Pakuan, teundeun deui
wé ka urutna di dayeuh Pakuan, geuwat buntel deui! Kami mah teu
butuh makuta. Yeuh tampanan ku Dia Paman Jaya Perkosa! Dia nu
pangkolotna, sing beunang dipikolot. Kami percaya kana kasatiaan
Paman. Najan Paman teu sanggup maké ieu makuta, tapi Paman bakal
sanggup mulasarana. Yeuh tampanan buru-buru, Paman!
Jaya Perkosa ngarérét heula ka adi-adina. Adi-adina ukur arunggeuk nyaluyuan. Bari
asa-asa, Jaya Perkosa nampanan makuta. Lalaunan makuta kaprabon Pajajaran dibuntel deui
sakumaha asalna. Sabot kitu geblus asup Nyai Putri adina Prabu Suryakancana nu saged maké
pakarang perang. Balaréa ngarénjag, Nyai Putri geuwat ngadeukeutan lanceukna.
Nyai Putri: Raka Prabu! Mata-mata urang ti tapel wates bieu cunduk!
Wadyabalad Surosowan Banten bagerak deui!
Prabu Suryakancana: Cilaka! Kumaha kakuatanana? Saha luluguna?
Nya Putri: Prajurit sanagara Surosowan dikeprik kabéh! Diluluguan langsung ku
Maolana Yusuf!
Jaya Perkosa: Kurangajar! Tétéla Si Yusuf taya rasrasanana! (ka adi-adina) Ki Adi!
Hayoh geura pesat éta gobang! Urang béla ieu Pajajaran!

Adipati Wiradijaya, Kondang Hapa, jeung Pancar Buana, barasat mesat gobang
kabuyutan.
Jaya Perkosa: (ngagero) Tanjeur Pajajaran!!!!!!!!!!!!
Adipati Wiradijaya, Kondang Hapa, jeung Pancar Buana: (sumanget tur bareng)
Tanjeur Pajajaran!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Prabu Suryaancana: Paman Jaya Perkosa!
Anggursi salametkeun éta makuta! Geuwat geura nyingkah ti ieu
Pulasari!
Jaya Perkosa: Nyingkah? Naha Paman kudu nyingah ninggalkeun urang Pulasari nu
butuheun ku tanaga Paman?
Prabu Suryakancana: Paman Jaya Perkosa! Paman tong ngabantah kana paréntah raja!
Geuwat geura mubus ka leuweung! Salametkeun éta makuta! Jeung
bawa ieu adi kami, nyawana perlu waluya!
Nyai Putri: Kami moal milu kabur! Najan nepi ka ngemasi pati, kami pasrah
demi keur ieu nagri Pajajaran! Naon hartina ti bubudak ku Raka
Prabu diajar élmu perang, mun dina mangsana cunduk teu meunang
digunakeun?
Prabu Suryakancana: Rayi Purnamasari, Pajajaran geus napak kana uga geus waktuna kudu
runtag tutumpuran! Tarimakeun! Geuwat tuturkeun Paman Jaya
Perkosa! Pati-pati dayeuh Pulasari ieu sirna ing bumi, ulah tumpur
jeung sirung-sirungna! Sual kahormatan nagara, keun tumbalna
cukup ku Kami!
Hawar-hawar ti tebéh kalér, sora takbir awor jeung tingkocéakna prajurit-prajurit nu
tiwas di médan jurit, deukeut bénténg dayeuh Pulasari.
Jaya Perkosa: Gusti Prabu Suryakancana..................
Prabu Suryakancana: Tong galideur, Paman! Tumuwuhna sirung-sirung Pajajaran,
gumantung kana nurut atawa henteuna Paman kana paréntah Kami!
Nyai Putri: Raka Prabu Suryakancana...Rayi teu téga ninggalkeun Raka Prabu
nyorangan di ieu karaton....
Prabu Suryakancana: Rayi, tong teuing loba kamelang. Najan urang kasebutna adi lanceuk
pet ku hinis, lebah dieu urang misah-misah langit. Sing percaya,
pangna maréntahkeun kitu, iberan kahyangan méré katangtuan kitu.
Mun ilapat ti kahyangan éta dirempak, hartina.... Pajajaran moal
nyésa pisan, moal dipitineung ku urang Sunda nu
satuluyna.......Wayahna, Purnamasari..............

Purnamasari nyuuh kana lahunan lanceukna. Prabu Suryakancana ngusapan sirah


adina, dibarung ku rasa deudeuh awor jeung ketir. Lalaunan Purnamasari undur ti lanceukna.
Prabu Suryakancana cengkat bari tuluy ngaléngkah nyampeurkeun opat pangagung
Pajajaran. Hiji-hiji ditepakan taktakna.
Prabu Suryakancana: Sirung-sirung Pajajaran nu bakal tumuwuh jaga, rahayuna, waluyana,
gumantung kana kahadéan Paman-Paman sakabéh. Bral geura miang
Paman............Tanjeur Pajajaran!
Opat Pangagung Pajajaran: Tanjeur Pajajaran!!!!!!!!!!!

Lalaunan, opat pangagung Pajajaran jeung Nyai Putri Purnamasari ninggalkeun Prabu
Suryakancana. Sora takbir kadéngéna asa ngadeukeutan, kitu deui sora prajurit-prajurit anu
kasambut di pangperangan.
Prabu Suryakancana: Awignamastu!
Demi pangeusi nagri Pajajaran!
Demi dayeuh Pulasari!
Demi karuhun Hyang Déwawarman nu ngadegkeun Pulasari
munggaran!
Kami, Suryakancana, ratu Pajajaran nu pamungkas! Moal incah
balilahan ti ieu dayeuhan!
Pati-hurip aya di Hyang Séda Niskala nu Maha Agung! Mun enya poé
ieu Pajajaran napak uga, taya halangan!
Hé wong selam ing Sunda Surosowan Banten, geura cabut nyawa
kami mun dia sanggup! Pajajaran, najan ajur moal tumpur!
Ahung, Awignamastu!
Geleger sora guludug ti langit, mungguh eundeur, awor jeung sora takbir, sora jeritna
prajurit, ketir, keueung, dibarung geterna Prabu Suryakancana bari neuteup langit.
(Dicutat tina Lagam Basa ; Dra. Lely Halimah; 2007;
Tanggerang; Mustika Aditruna)

Sabada merhatikeun jeung ngaaprésiasi pintonan drama di hareupen kelas, cing


jawab ieu patalékan di handap!
1. Saha baé palaku nu kacatur dina drama Tanjeur Pajajaran téh?
2. Naon téma atawa jejer drama Tanjeur Pajajaran téh?
3. Kira-kira méré amanat naon ka urang éta drama téh?
4. Kumaha séttingna éta drama téh?
5. Aya sabaraha adegan éta sempalan drama téh?
6. Kumaha tanggapan raja sabada dipasrahan deui makuta karajaan ku sémahna téh?
7. Saha nu ngajorag ka éta karajaan téh?
8. Diparéntahkeun naon adi raja jeung sémah-sémahna téh ku raja?
9. Naon alesanana pangna diparéntahkeun kitu?
10. Kumaha kacindekan eusi tina sempalan drama Tanjeur Pajajaran téh?
Lampuiran 2: Pedoman Penskoran

(1) Penilaian Pengetahuan (NP)


- Soal nomor 1-10, Skala Skor 1-10
- Skor Maksimal = (10 x 10) = 100
- Nilai Pengetahuan = Skor Diperoleh

(2) Penilaian Keterampilan (NK)

FORMAT PEUNTEUN PINTONAN DRAMA


Ngaran : ...................................
Kelas : ...................................

Sasaran Aspek Kriteria Skala


Basa a. Ucapan (artikulasi) Jentre 5-15
b. Lentong (tekenan, wirahma, Merenah 5-15
randegan)
Eusi a. Hubungan eusi Saluyu 5-10
b. Pamekaran eusi Lengkep 5-20
c. Pamahaman eusi Paham 5-20
Tehnik/sikep a. Pidangan bahan Ngaguluyur 5-10
b. Rengkak jeung peta Saregep/sopan 5-10
Jumlah 35-100

Anda mungkin juga menyukai