Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS MODUL 2

PENDEKATAN PKn SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL


Tutor : Aina Nurdiyanti, S,Pd., M.Pd

Di Susun Oleh:

Dewi Ayu Wandirra : 857494499

Ade Eliya Rosmawati : 857503992

UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH – UT
POKJAR KUNINGAN
2022
PENDEKATAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DI SD

KB 1

Sesungguhnya pendidikan nilai hermann 1972, Value is neither taught not cought,it is
learned, Artinya bahwa substansi nilai tidaklah semata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh
nilai di cerna dalam arti di tangkap, diinternalisasi,dan di bakukan sebagai bagian yang melekat
dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar.

Proses pendidikan pada dasarnya merupakan proses pembudayaan atau enkukturasi untuk
menghasilkan manusia yang beradab,termasuk di dalamnya yang berbudaya. Proses pendidikan
nilai dalam masysrakat telah berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat dalam bentuk tradisi
dongeng dan sejenisnya yang biasa dilakukan oleh orang tua terhadap anak cucunya yang kini
mulai tergeser oleh film-film kartun maupun sinetron.

Kuncaningrat 1978, pada dasarnya kesenian merupakan produk budaya masyarakat yang
melukinskan penghayatan tentang nilai yang berkembang dalam lingkungan masyarakat pada
masing² zaman. Proses indignasi yaitu pemanfaatan kebudayaan daerah untuk pembelajaran mata
pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan pelajaran di lingkungan sekitar siswa menjadi
sangat penting dalam pengertian general,proses dan konsep pendidikan,merupakan proses yang
sengaja di rancang dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi
dengan lingkungan nya.

Pada dasarnya pendidikan mempunyai dua tujuan besar yakni mengembangkan individu
dan masyarakat yang smart and good ( Lickonn 1992:6 )artinya bahwa tujuan tersebut
mengandung arti bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan individu dan masyarakat
agar cerdas ( smart ) dan baik ( good ) yang kemudian dirinci menjadi tujuan pengembangan
kognitif,afektif dan psikomotorik.

Prinsip² pendidikan di tegaskan pada hal dibawah ini yaitu :

1. Pendidikan di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif


dengan menjunjung tinggi Hak asasi manusia serta nilai keagamaan,nilai kurtural dan
kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan di selenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem
terbuka dan multi makna.
3. Pendidikan di selenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,pembangunan,kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,menulis dan
berhitung bagi seluruh warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaran dan pengendalian mutu layanan pendidikan (
pasal 4 )

Pada pasal 37 Undang-undang Republik indonesia no 20 tahun 2003 tentang sistem


pendidikan nasional secara implisit tercakup dalam muatan pendidikan kewarganegaraan,yang
secara substantif dan pedagogis mempunyai misimengembangkan peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Alisyahbana ( 1976 ) Value as intergrating
forces in personality,society and culture, nilai merupakan kekuatan perekat pemersaty dalam diri
masyarakat dan kebudayaan.

Berikut contoh prilaku moral yang ada dalam masyarakat barat sebagai berikut :

1. Vandalime dan kekerasan ( violence and vandalism )


2. Mencuri ( strealing )
3. Mencontek ( cheating )
4. Tidak hormat terhadap pejabat publik ( disrespect fot authority )
5. Kekejaman terhadap teman seusia ( peer cruelty )
6. Menyerang keyakinan orang lain yang berbeda ( bigotry )
7. Bicara kasar/ tak pantas ( bad language )
8. Perkosaan dan pelecehan sexual ( sexual precosity and abuse )
9. Bertsmbahnya orientasi pada diri sendidi dan menuruny tanggyng jawab sebagai warga
negara ( increasing self-centredness and declining civic responsibility )
10. Perilaku merusak diri sendiri ( seld-destryctive behavior )

Keadaan seperti itu dirasakan perlunya upaya pendidikan nilai moral yang dilakukan
secara menyeluruh dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosial kultural yang jelas dan mendesak
bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban.
2. Pewarisan nilai antara generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana
sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban.
3. Peranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogis yang berfungsi
sebagai pendidik moral semakin penting.
4. Dalam setiap masyarakat terdapat landasan etika umum,yang bersifat universal melintas
batas ruang dan waktu.
5. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari
demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat.
6. Pertanyaan yang selalu di hadapi baik individu maupun masyarakat adakah pertanyaan
moral.
7. Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai di sekolah.
8. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik dan
membina guru² yang berkeadaban dan profesional.
9. Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu
keniscayaan kehidupan bermasyarakat.

Dari substansi dan prosesnya,menurur lickona (1992:53-63) yang perlu dikembangkan


dalam rangka pendidikan nilai tersebut adalah nilai karakter yang baik ( good character ) yang
mengandung dimensi moral yaitu :

1. Wawasan moral ( Moral )


2. Kesadaran moral ( moral awareness )
 wawasan nilai moral ( knowing moral values )
1. Kemampuan mengambil pandangan orang lain ( perpective taking )
2. Penalaran moral ( moral Reasioning )
3. Mengambil keputusan ( decision - making )
4. Pemahaman dan diri sendiri ( self knowledge )
 Dimensi perasaan moral yang mencakup:
1. Perasaan moral ( moral feeling )
2. Kata hati atau nurani ( consiscience-making )
3. Harapan diri sendiri ( self-estemm )
4. Merasakan diri orang lain ( empathy )
5. Cinta kebaikan ( Loving the good )
6. Kontrol diri ( self control )
7. Merasakan diri sendiri ( humilty )
 Dimensi perilaku moral yang mencakup:
1. Perilaku moral ( moral action )
2. Kompetensi ( competence )
3. Kemauan (will )
4. Kebiasaan ( habit )

Secara konstitusional demokrasi indonesia adalah demokrasi yang theistis atay demokrasi
yang Berketuhanan Yang Maha Esa, oleh karen itu pendidikan nilai bagi indonesia seyogyanya
berpijak pada nilai nilai sosial kulturan yang berbhineka tunggal ika.

1. Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosialkulturan yang jelas dan mendesak
bagi kelangsungan kehidupan yang sosial kulturan yang jelas dan mendesak bagi
kelangsungan kehidupan yang berkeadaban karena pada dasarnya pewarisan nilai antar
generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana sosiopsikologis dan selalu menjadi
tugas dari proses peradaban.
2. Peranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogis yang berfungsi
sebagai pendidik moral semakin penting,pada saat dimana hanya sebagian kecil anak
yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya dan peranan lembaga keagamaan
semakin kecil.
3. Dalam setiap masyarakat terdapat landasan etika umum,yang bersifat universal melintasi
batas ruang dan waktu sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang mengandung banyak
potensi terjadiny konflik nilai.
4. Demokrssi mempunyai kebutuhan khususu akan pendidikan moral karena inti dari
demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat.
5. Sosialkultural terdapat dukungan mendasar dan luas bagi terselenggaranya pendidikan
nilai disekolah.
6. Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu
keniscayaan kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara secara global.
7. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik dan
membina guru² yang beradab dan profesional.
8. Pendidikan nilai diindonesia bersifat tidak sekuler karena negara tidak melepaskan
pendidikan nikai keagamaan dari tanggung jawabnya.
9. Secara konstitusional demokrasi indonesia adalah demokrasi yang theistis atau demokrasi
yang berketuhanan yang maha esa.
10. Konsepsi pendidikan moral piaget yang menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan,mengambil keputusan dan memecahkan masalah moral dalam kehidupan.
11. Konsepsi pendidikan nilai moral kohlberg menitik beratkan pada penalaran moral melalui
pendekatan klarifikasi nilai.
12. Kerangka konseptual komponen Good Character dari lickona yang membagi karakter
menjadi wawasan ,moral ,perasaan moral dan prilaku moral dapat dipakai untuk
mengklasifikasi nilai moral dalam pendidikan nilai diindonesia.
13. Pada semua teori pendidikan nilai barat yaitu : teori piaget,kohlberg dan lickonna dapat
digunakam sebagai sumber akademis dalam membangun desain penelitian pendidikan
nilai diindonesia.
14. Proses pendidikan tidak bisa dilepaskan dari proses kebudayaan yang pada akhirnya akan
mengantarkan manusia menjadi insan yang berbudaya dan berkeadaban.
15. Substansi nilai tidaklah semata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh nilai dicerna dan
diinternalisasi.
16. Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan nilai dan sikaf yang
dikenal value education affectiffe education,moral education,caracter education.
KB 2

Pendidikan Nilai dan Moral dalam standae isi PKN di SD.

Menurut peraturan menteri pendidikam nasional no 22 tahun 2006 mata pelajaran


Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak hak dan kewajiban untuk menjadi
warga negara yang cerdas,terampil dan berkarakter, yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD
1945 Yang bertujuan agar:

1. Berfikir secara keritis,rasional,dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.


2. Partisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,serta bertindak secara tegas dalam
kegiatan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara secara cerdas.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter²
masyarakat indonesia agar mampu bermasyarakat dengan bangsa lain nya.
4. Berinteraksi dengan bangsa² dalam pencarutan dunia secara langsung maupun tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi,informasi dan komunikasi

Dalam ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan Pada permendiknas no


22 tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang di dalamnya meliputi nilai dan
moral sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa,meliputi hidup rukun dalam perbedaan,cinta


lingkungan,kebanggaan sebagai bangsa indonesia.
2. Norma,hukum dan aturan meliputi tertib dalam kehidupan keluarga,tata tertib di
sekolah,norma yang berlaku di masyarakat,peraturan² daerah,norma² dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3. Hak asasi manusia meliputi hak dan kewajiban anak,hak dan kewajiban anggota
masyarakat,instrumen nasional dan internasional HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi hidup gotong royonf,harga diri sebagai warga
masyarakat,kebebasan berorganisasi,mengeluarkan pendapat serta persamaan
kedudukan warga negara.
5. Konstitusi negara ,meliputi pemerintahan desa,kecamatan ,pemerintahan daerah dan
otonomi pemerintahan pusat.

Dalam ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan Pada permendiknas no


22 tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang di dalamnya meliputi nilai dan
moral sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa,meliputi hidup rukun dalam perbedaan,cinta lingkungan,


kebanggaan sebagai bangsa indonesia.
2. Norma, hukum dan aturan meliputi tertib dalam kehidupan keluarga,tata tertib di
sekolah,norma yang berlaku di masyarakat,peraturan² daerah,norma² dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3. Ham asasi manusia meliouti hak dan kewajiban anak,hak dan kewajiban anggota
masyarakat,instrumen nasional dan internasional HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi hidup gotong royonf,harga diri sebagai warga
masyarakat,kebebasan berorganisasi,mengeluarkan pendapat serta persamaan
kedudukan warga negara.
5. Konstitusi negara ,proklamasi kemerdekaan.
6. Kekuasaan dan politik meliputi pemerintahan desa,kecamatan ,pemerintahan daerah san
otonomi pemerintahan pusat.
7. Pancasila meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara.
8. Globalisasi meliputi Globalisasi dilingkungan nya politik luar negeri diindonesia di era
globisasi

Secara umum PKN di SD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara


kritis,rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,melalui muatan muatan materi
tentang persatuan dan kesatuan bangsa,meliputi hidup rukun dalam perbedaan ,cinta lingkungan
,kebanggan sebagai bangsa indonesia.

 Melalui muatan materi tentang norma hukum dan peraturan meliputi tata tertib dalam
kehiduoan berkeluarga,berbangsa dan bernegara.
 Melalui materi tentang hak asasi manusia meliputi Hak dan kewajiban anak,kewajiban
anggota masyarakat ,dan perlindungan HAM.
 Melalui muatan materi tentang kebutuhan warga negara meliputi hidup gotong royong.
 Melalui materi tentang konstitusi negara meliputi,proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
konstitusi yang digunakan di indonesia,hubungan dasar negara dan konstitusi.
 Melalui muatan materi tentang konstitusi negara.
 Melalui materi tentang pancasila meliputi kedudukan pancasila sebagai dasae negara dan
ideologi negara.
 Melalui muatan materi tentang globalisasi,globalisasi di lingkungan politik luar negeri di
era globalisasi.
KB 3

Hubungan interaktif pengembangan Nilai dan moral dalam PKN SD.

Hubungan interaktif proses pengembangannilai dan moral dengan proses pendidikandi


sekolah harus dilihat dalam paradigm pendidikan nilai secara koseptual dan operasional. Konsep-
konsep “values education, moral education, education forvirtues” yang secara teoritik, oleh
Lickona (1992) diperkenalkan sebagai program dan proses pendidikan yang tujuannya selain
mengembangkan pikiran. Seperti dikemukakan oleh Lickona (199922:4-5) kini semua Negara
bagian Amerika Serikat dan semua unsur dalam masyarakat, public dan privat sepakat dan
mendorong agar dunia persekolahan mengambil peran yang aktif dalam pendidikan nilai
khusunya pendidikan nilai moral. Tujuannya agar peserta didik menjadi melek etika, dan mampu
berperilaku baik di dalam masyarakat.

Sejak dini sekolah diharapkan mampu mengambil peran yang aktif dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan nilai moral yang bersumber dari kebajikan dan keadaban demokrasi.
Dengan kata lain pendidikan nilai dalam dunia barat adalah pendidikan nilai yang bertolak dari
dan bermuara pada nilai-nilai social-kutural demokrasi. Sedangkan nilai yang bersumber dari
agama bukanlah tanggungjawab Negara, karena memang dunia barat yang sekuler dengan tegas
memisahkan urusan agama sebagai urusan pribadi, bukan urusan public.

Bagaimana nilai moral berkembang dalam individu?

Secara teoritik nilai moral berkembang secara psikologis dalam diri individu mengikuti
perkembangan usia dan konteks social. Dalam kaitannya dengan usia, piaget merumuskan
perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan sebagai berikut:

 Tahapan pada domain kesadaran mengenai aturan:


1. Usia 0-2 tahun : Pada usia ini aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat memaksa
2. Usia 2-8 tahun : Pada usia ini aturan disikapi sebagai hal yang bersifat sacral dan diterima
tanpa pemikiran
3. Usia 8-12 tahun : Pada usia iniaturan diterima sebagai hasil kesepakatan
 Tahapan pada domain pelaksanaan aturan:
1. Usia 0-2 tahun : Pada usia ini aturan dilakukan sebagai hal yang hanya bersifat motoric
saja
2. Usia 2-6 tahun : Pada usia ini aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih berorientasi
diri sendiri
3. Usia 6-10 tahun : Pada usia ini aturan dilakukan sebagai perwujudan dari kesepakatan
4. Usia 10-12 tahun : Pada usia ini aturan dilakukan sebagai ketentuan yang sudah
dihimpun.

Dari pihak lain, Lawrence Kohlberg ia mengadakan penelitian tentang perkembangan moral
berlandaskan teori perkembangan kognitif piaget, ia mengajukan postulat atau anggapan dasar
bahwa anak membangun cara berfikir melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral
seperti keadilan, hak, petrsamaan, dan kesejahteraan manusia. Dari penelitiannya itu Kohlberg
merumuskan adanya tiga tingkat (level) yangterdiri atas enam tahap (stage) perkembanganmoral
sbb:

1. Tingkat I : Prakonvensional ( Preconventional )


a. Tahap I : Orientasi hukuman dan kepatuhan. Ciri moralita pada tahap ini adalah
apapun yang pada akhirnya mendapat pujianatau dihdiahi adalah baik, dan adapun
yang pada akhirnya dikenai hukuman adalah buruk.
b. Tahap II : Orientasi instrumental nisbi. Ciri moralita pada tahap ini adalah seseorang
berbuat baik apabila olang lain berbuat baik padanya, dan yang baik itu adalah
sesuatu bila satu sama lain berbuat hal yang sama.
2. Tingkat II : Konvensional (Conventional)
a. Thap 3 : Orientasi kesepakatan timbal balik. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah
bahwa sesuatu hal dipandang baik dengan pertimbangan untuk memenuhi anggapan
orang lain baik atau baik karena memang disepakati
b. Tahap 4 : Oriantasi hokum dan ketertiban. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah
bahwa sesuatu hal yang baik itu adalah yang di atur oleh hukum dalam masyarakat
dan dikerjakan sebagai pemenuhan keawajiban sesuai norma hukum tersebut.
3. Tingkat III : Poskonvensional ( Postconventional )
a. Tahap 5 : Orintasi Kontrol Sosial Legalistik. Ciri utama moralita pada tahap ini
adalah bahwa sesuatu hal yang baik sesuai dengan kesepakatan umum dan diterima
oleh masyarakat sebagai kebenaran konsensual
b. Tahap 6 : Orientasi prinsip etika universal. Ciri utama moralita pada tahap ini adalah
bahwa sesuatu hal yang baik bila telah menjadi prinsip etika yang bersifat universal
dari mana norma dan aturan dijabarkan.

Anda mungkin juga menyukai