Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KIMIA TERAPAN
“ZAT ADIKTIF MAKANAN”
Dosen Pengampu:
Dr. Ratna Sari Dewi, M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 8
Sry Manisa hasibuan (5213342016)
Muthia Fadilla (5213342030)
Syahbillah ahmad (5211142014)
Sari tiurmauli sinambela (5213342050)
Kelas: A
2022
MATERI 1 & 2
Zat aditif pada makanan adalah zat kimia yang ditambahkan ke produk makanan. Tujuan
penggunaanya untuk menjaga makanan agar tetap segar serta meningkatkan warna,
aroma, dan teksturnya. Semua zat yang dicampurkan pada produk makanan selama proses
makanan. Zat aditif makanan dapat dibedakan menjadi dua golongan utama yaitu golongan
yang tidak disengaja (incidental) dan golongan yang disengaja (intentional) pada makanan.
Zat aditif makanan dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu mudah menguap (volatile), tidak
stabil dan stabil. Zat aditif terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Sifat-sifat zat aditif
makanan sebagai berikut: tidak mengurangi zat-zat esensial; dapat mempertahankan nilai
gizi; menarik perhatian konsumen, tetapi tidak termasuk suatu penipuan dan memperbaiki
atau mempertahankan mutu dari makanan. Jenis zat aditif pada makanan adalah:
antioksidan; Pengasam, penetral dan pendapar; Anti kempal; Enzim; Pemutih dan
dan pengental; Pewarna alami dan sintesis; Sekuestran; Penyedap rasa dan aroma.
Pemakaian zat aditif makanan harus selalu dikontrol karena penggunaan yang berlebih
dapat merugikan kesehatan. Seperti, natrium nitrit dapat mengakibatkan kanker, sedangkan
natrium benzoat dapat mengakibatkan gangguan syaraf dan alergi. Zat aditif makanan
ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan
makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak
cepat busuk, dan lain sebagainya. Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus
dapat:
membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidakcepat basi dan busuk.
Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan
makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur
dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau
sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat aditif makanan dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu:
zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis,
baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet,
dan penyedap rasa.
1. Zat Pewarna
Zat pewarna alami dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau
dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, warna cokelat dari buah cokelat,
warna merah dari daun jati, warna hijau dari daun suji, dan warna kuning merah dari wortel.
Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya menyintesis
zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia.
b. Zat pewarna sintetik.
Pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak,
mudah disimpan, dan lebih tahan lama. Zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan
minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh
karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker).
Berikut ini adalah daftar zat pewarna, baik alami maupun sintetik yang aman dipergunakan
sebagai zat pewarna makanan dan minuman.
[07.33, 6/11/2022] Manisa Boga A: Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan
dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya
bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau
cairan. Lake merupakan gabunganantara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat
tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk
mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan
minyak.
2. Zat Pemanis
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Zat pemanis alami
dapat pula diperoleh dari buah buahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai
sumber energi.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber
energi. Orang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi
pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin,
natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam, dan dulsin. Pemanis buatan
memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami.
3. Zat Pengawet
Zat pengawet adalah zat-zat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar
makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi
makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur.
Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk
mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk
mengawetkan ikan.
Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya,
asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat
dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat,
asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat
tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi
untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada
beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan
makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan
atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta
dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal Boraks hanya boleh dipergunakan
untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan
keramik. Jika boraks termakan dalam
kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan
cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan
masih banyak lagi yang lain. Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, adapula yang
berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil
sintesis:
oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat
penyedap ini;
etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah
apel.
Penyedap rasa monosodium glutamat (MSG) ,zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan
pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan
telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana
kepala terasa pusing dan berdenyut.
oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi zat aditif, sifat fisik dan kimia zat pangan, jenis dan
jumlah mikroba, suhu dan waktu penyimpanan zat pangan ( Fardiaz, 1982). Efisiensi atau
daya hambat zat aditif bergantung pada konsentrasi zat aditif komposisi zat pangan dan tipe
mikroba yang dihambat (Buckle dkk, 1985). Aktivitas beberapa zat aditif kimia
meningkatkan pada zat pangan yang bersifat asam seperti saus tomat selain nanas dan
minuman ringan daya mematikan terhadap mikroba yang dimiliki zat aditif pada zat pangan
yang sangat asam menjadi 100 kali lebih efektif bila dibandingkan dengan zat pangan yang
alkalis. Hal ini disebabkan karena kesamaan sumber mempengaruhi efektivitas suatu zat
aditif (Desrosier, 1970). Aktivitas setiap zat pangan aditif tidak sama, ada yang efektif
terhadap bakteri dan khamir (Ragi) tetapi tidak efektif terhadap kapang (Jamur). Menurut
Fardiiaz (1982) Bahwa zat aditif dapat bersifat bakterisida (membunuh bakteri) dan
pangan yang disebabkan oleh pekerjaan mikroba mengakibatkan zat pangan akan menjadi
masam atau cita rasa berubah karena fermentasi bau busuk pada ikan karena terbentuknya
senyawa trimetilamin sebagai akibat karena pertumbuhan bakteri pemecah lemak atau karena
jamur. Kerusakan yang lebih fatal apabila bakteri lain sempat tumbuh dan berkembang pada
zat pangan tetapi tidak diketahui kemungkinan dapat menyebabkan gangguan kesehatan sakit
bahkan dapat menyebabkan kematian. Daya simpan suatu zat pangan erat hubungan dengan
Menurut Richardson (1977), bahwa semua zat kimia yang digunakan sebagai zat
aditif dan bersifat racun tetapi toksisitasnya sangat ditentukan oleh jumlah zat aditif yang
digunakan untuk menghasilkan pengaruh atau gangguan terhadap kesehatan. Oleh karena itu
untuk menetapkan apakah zat aditif yang digunakan pada zat pangan aman terhadap
kesehatan diperlukan pengujian toksisitasnya zat aditif tersebut. Dalam penggunaan zat
tamzat pangan termasuk zat pangan harus diwaspadai toksisitas (toxicity) dan bahaya
(Hazard) dari zat aditif tersebut (Tranggono, 1990). Toksisitas adalah Jumlah atau konsentrasi
zat aditif untuk menghasilkan cacat, sakit atau luka sedangkan bahaya adalah kemungkinan
timbulnya cacat sakit atau luka sebagai akibat dari penggunaan zat aditif secara sengaja.
Penggunaan zat aditif seharusnya tidak menurunkan nilai gizi dari zat pangan dan tidak
Buckle dkk, 1985). Penggunaan zat kimia dalam zat pangan harus aman untuk dikonsumsi
manusia, yang harus diperhatikan adalah faktor keamanan dan zat kimia yang ditambahkan
ke dalam zat pangan atau yang terdapat secara alami harus tetap diperhatikan. Zat aditif kimia
yang memiliki konsentrasi tinggi akan lebih efektif tetapi penggunaannya tidak dikehendaki
karena kemungkinan bersifat toksik terhadap konsumen zat pangan (Sudarmadji dkk, 1989).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia bahwa penggunaan zat aditif pada
zat pangan harus sesuai dengan konsentrasi yang sudah ditentukan (Anonim, 1988).
Menurut Tranggono (1990) bahwa zat kimia yang dipergunakan sebagai zat aditif
memperpanjang umur simpan zat pangan; tidak menurunkan kualitas zat pangan yang
diawetkan; mudah dilarutkan; menunjukkan sifat antimikroba pada daerah pH dari zat pangan
yang diawetkan; aman dalam jumlah yang diperlukan; mudah ditentukan dengan analisis
kimia; tidak menghambat enzim enzim pencernaan; idak mengalami dekomposisi atau tidak
bereaksi dengan zat pangan untuk membentuk suatu senyawa kompleks yang bersifat lebih
toksik; mudah dikontrol dan distribusi secara merata ke dalam zat pangan.
Zat aditif adalah zat tambahan yang biasanya digunakan pada makanan dan minuman untuk
meningkatkan kualitasnya.
Zat aditif telah digunakan sejak zaman lampau untuk membuat makanan lebih enak. Zat aditif
seperti garam, sulfit, dan rempah-rempah juga membantu mengawetkan makanan. Saat ini, zat
aditif semakin banyak jenisnya karena kemajuan industri pangan. Zat aditif terdiri atas pewarna,
pemanis, pengawet, penyedap, pemberi aroma, pengental, dan pengemulsi.
Pengawet
Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, pengawet makanan dibagi menjadi dua yaitu antioksidan
dan antimikroba.
Antioksidan
Antioksidan adalah pengawet yang mencegah kerusakan makanan secara oksidatif. Contoh
pengawet antioksidan adalah asam akorbat (vitamin C), asam sitrat, nutylated
hydroxyanisole(BHA), nutylated hydroxytoluene(BHT), sulfit dan tokoferol.
Antimikroba
Pewarna
Pewarna digunakan untuk mempercantik makanan dan membuatnya lebih menarik. Pewarna
makanan terbagi menjadi pewarna alami dan pewarna buatan. Pewarna alami atau pewarna
nabati adalah pewarna yang bersumber dari sari pati buah dan sayur.
DAFTAR PUSTAKA
Risalah Seminar Zat Tamzat Kimiawi (Food Additives), 1987. Perhimpunana Ahli
Aurand, W.L, Woods,A.E.,dan Wells, M.R., 1987, ”Food Composition and Analysis”, Van
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, PAU Pangan dan
https://amp.kompas.com/skola/read/2020/11/25/145020269/macam-macam-zat-aditif-dan-
namanya