Anda di halaman 1dari 15

Lex Privatum, Vol.III/No.

1/Jan-Mar/2015

HAK WARIS ANAK PEREMPUAN TERHADAP Melalui keputusan tersebut menjelaskan


HARTA PENINGGALAN bahwa anak perempuan harus dianggap
(STUDI KASUS PUTUSAN MA RI NO. sebagai ahli waris yang berhak menerima
4766/Pdt/1998)1 bagian atas harta warisan dari peninggalan
Oleh: Edo Hendrako2 warisan. Pembagian warisan menurut
hukum adat Bali tidak saja terjadi setelah
ABSTRAK pewaris meninggal tetapi hidup pun
Hukum waris di Indonesia masih bersifat pembagian warisan itu dapat dilakukan.
majemuk, hal itu terjadi karena di Indonesia Kedua, Pemerintah telah menciptakan
belum mempunyai Undang-Undang Hukum kesetaraan antara perempuan dan laki-laki
Waris Nasional yang berlaku bagi seluruh di Bali. Penempatan anak laki-laki sebagai
rakyat Indonesia. Sehubungan dengan ahli waris terkait erat dengan pandangan
belum adanya undang-undang tersebut, di bahwa laki-laki Bali mempunyai
Indonesia masih diberlakukan 3 (tiga) tanggungjawab yang besar dalam keluarga,
sistem hukum kewarisan yakni hukum sementara tanggungjawab anak
kewarisan KUH Perdata, Islam, dan Adat. perempuan terhadap keluarga berakhir
Selanjutnya melalui Keputusan Mahkamah dengan kawinnya anak tersebut yang
Agung Republik Indonesia tanggal 1 selanjutnya akan masuk dan menunaikan
November 1961 Reg No. 179/K/Sip/1961 tanggungjawabnya secara total di
yang menyatakan bahwa anak perempuan lingkungan keluarga suami. Putusan
dan anak laki-laki dari seorang peninggal Mahkamah Agung ini tidak terlalu
warisan bersama berhak atas harta warisan berpengaruh terhadap hak waris seseorang
dalam arti bahwa bagian anak laki-laki perempuan dikarenakan putusan
adalah sama dengan anak perempuan. Mahkamah Agung ini berseberangan
Penelitian ini menggunakan metode dengan Hukum Adat Bali dan juga Hukum
penelitian dengan pendekatan normatif, Agama Hindu, beberapa masyarakat Bali
historis dan pendekatan hukum empiris. masih saja menggunakan dalih hukum adat
Hasil penelitian menunjukkan tentang untuk mengingkari hukum yang berlaku di
bagaimana hak waris seorang anak negara ini. Dari hasil penelitian dapat
perempuan menurut adat Bali serta ditarik kesimpulan bahwa Pemerintah
bagaimana dampak putusan Mahkamah melalui dari Putusan Mahkamah Agung
Agung RI No. 4766/Pdt/1998, pada hak Republik Indonesia Nomor 4766/Pdt/1998
mewaris masyarakat di Bali. Pertama, tertanggal 16 November 1999 yang
Keputusan Mahkamah Agung yang telah menyatakan bahwa anak perempuan di Bali
menetapkan ketentuan ahli waris menurut berhak atas harta peninggalan dari pewaris.
hukum adat, khususnya ahli waris anak Sistem kewarisan di Bali sama sekali tidak
perempuan, terdapat dalam putusan boleh dilepaskan dari serentetan kewajiban
Mahkamah Agung Republik Indonesia keagamaan yang mesti dilakukan oleh ahli
Nomor 4766K/Pdt/1998 tertanggal 16 waris sebagai dharma bhakti yang
November 1999, dalam putusannya dilaksanakan untuk pewaris khususnya laki-
menyatakan bahwa anak perempuan di Bali laki yang menurut kepercayaan agama
berhak atas harta peninggalan dari pewaris. Hindu di Bali dapat menyelamatkan arwah
leluhur roh pewaris ayahnya dari ancaman
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Lendy Siar, SH, neraka. Tetapi disisi lain Pemerintah
MH; Godlieb N. Mamahit, SH, MH; Prof. Dr. melalui dari Putusan Mahkamah Agung
Wulanmas A. P. G. Frederik, SH, MH Republik Indonesia Nomor 4766/Pdt/1998
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM. tertanggal 16 November 1999 yang
110711242

84
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

menyatakan bahwa anak perempuan di Bali perempuan dan laki-laki yang sama di muka
berhak atas harta peninggalan dari pewaris. hukum; GBHN 1993-1998 mengenai prinsip
A. PENDAHULUAN kesetaraan antara perempuan dan laki-
Hukum waris di Indonesia masih bersifat laki.4 Konvensi ILO No.100 yang sudah
majemuk, hal itu terjadi karena di Indonesia diratifikasi mengenai pengupahan yang
belum mempunyai Undang-Undang Hukum sama bagi perempuan dan laki-laki untuk
Waris Nasional yang berlaku bagi seluruh pekerjaan yang sama nilai.5Undang-Undang
rakyat Indonesia. Sehubungan dengan Perkawinan No 1 Tahun 1974, pasal 31 ayat
belum adanya undang-undang tersebut, di (1) mengenai hak dan kedudukan antara
Indonesia masih diberlakukan 3 (tiga) suami dan istri seimbang dalam
sistem hukum kewarisan yakni hukum masyarakat.6 Selanjutnya melalui
kewarisan KUH Perdata, Islam, dan Adat. Keputusan Mahkamah Agung Republik
Hukum adatnya, dikenal tiga sistem Indonesia tanggal 1 November 1961 Reg
kewarisan, yaitu kolektif, mayorat dan No. 179/K/Sip/1961 yang menyatakan
individual. Sistem kewarisan kolektif, ahli bahwa anak perempuan dan anak laki-laki
waris bersama-sama mewarisi harta dari seorang peninggal warisan bersama
peninggalan. Sistem kewarisan mayorat, berhak atas harta warisan dalam arti bahwa
anak tertua menurut jenisnya menguasai bagian anak laki-laki adalah sama dengan
harta peninggalan dengan hak dan anak perempuan.7
kewajiban mengatur dan mengurus Hukum waris wasiat mengatur
kepentingan adik-adiknya atas dasar bagaimana cara membuat wasiat bagi
musyawarah dan mufakat para anggota seseorang sebelum meninggal dunia dan
kelompok waris. Sistem kewarisan mayorat akibat-akibat hukum dari pembuatan
ahli waris terbagi menjadi dua, yang wasiat itu. Ada empat jenis wasiat:
pertama mayorat pria atau laki-laki tertua Pertama, Wasiat umum ialah surat wasiat
atau sulung pada saat pewaris meninggal yang dibuat dihadapan seseorang notaris
merupakan ahli waris utama seperti di dan dihadiri oleh dua orang saksi; Wasiat
Lampung dan di Bali, kedua adalah mayorat umum ini sifatnya auntentik dan sejak
wanita adalah anak perempuan tertua pada selesainya dibuat sampai pembuat
waktu pemilik harta warisan meninggal meninggal dunia wasiat itu disimpan di
adalah menjadi ahli waris utama seperti, di kantor notaris; Kedua, Wasiat olographie
Tanah Semedo dan di Sumatera Selatan. ialah surat wasiat yang ditulis sendiri
Sistem kewarisan individual, ahli waris kemudian disimpan di kantor notaris
secara perorangan mewarisi harta sampai pembuatnya meninggal dunia;
3
peninggalan. Ketiga, Wasiat rahasia ialah surat wasiat
Pemerintah mengarahkan sistem yang dibuat sendiri atau orang lain dan
pewarisan ke sistem pewarisan individual disegel, kemudian disimpan di kantor
melalui ketetapan-ketetapan MPRS, melalui notaris sampai pembuatnya meninggal
keputusan-keputusan hakim di Mahkamah
Agung sebagai suatu keputusan kasasi yang 4
id.wikipedia.org/wiki/Feminisme (Di akses 7-10-
tetap dan diharapkan dapat membimbing 2014, 14.00 WITA).
perkembangan Hukum Adat Waris kearah 5
International Labour Organisation, artikel,
sistem pewarisan individual, dan dalam http://www.ilo.org (Di akses 6-10-2014, 15.00
berbagai peraturan perundang-undangan WITA).
6
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, tentang
Perkawinan. Pasal 31 angka 1.
3 7
Soerjono Soekanto. Hukum Adat Indonesia, PT Raja Tolib Setiady. Intisari Hukum Adat Indonesia.
Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 259-260. Alfabeta, Bandung, 2013, hal 297.

85
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

dunia. Keempat, Codisil ialah suatu akta menganut sistem kekerabatan patrilinial
dibawah tangan yang isinya kurang penting yaitu sistem kekerabatan yang menarik
dan merupakan pesan seseorang setelah keturunan dari garis laki-laki. Sistem
meninggal dunia. kekerabatan patrilinial ini sangat jelas
Isi surat wasiat umum, wasiat olographie menempatkan kaum laki-laki pada
dan wasiat rahasia menentukan pembagian kedudukan yang lebih tinggi. Dari sinilah
waris bagi keturunannya sebagai kehendak muncul diskriminasi gender yang
pembuat. Dapat juga menetapkan terselubung dalam hukum adat di Bali.
seseorang sebagai ahli waris walaupun Anak laki-laki di Bali berkedudukan sebagai
bukan keturunannya. Sementara itu dalam ahli waris, sebagai pelanjut nama keluarga,
codisil hanya berisi pesan, misalnya sebagai penerus keturunan, sebagai
mengenai permintaan tentang penguburan. anggota masyarakat adat dan juga
Dalam buku waris testamenter, sebelum mempunyai peranan dalam pengambilan
harta peninggalan itu dibagikan, para ahli keputusan keluarga maupun masyarakat
waris keturunan terlebih dahulu mendapat luas. Pengagungan terhadap dipandang
legitiemepostie yaitu suatu bagian tertentu tidak akan biasa meneruskan purusa dan
dari harta peninggalan yang tidak dapat garis keturunan keluarga. Adanya
dihapuskan.8 fenomena seperti inilah yang membuat
Pendiskriminasian terhadap perempuan beberapa anak laki-laki menyebabkan anak
terjadi meluas diseluruh daerah di perempuan dianggap sebagai nomor dua
Nusantara. Diskriminasi perempuan dan tidak mendapat perhatian lebih.
disadari atau tidak juga sudah terjadi di Bahkan di beberapa wilayah di Bali ada
Bali. Sebagai pulau Dewata, Bali orang tua yang sengaja tidak memberikan
mempunyai begitu banyak kebudayaan dan pendidikan yang layak untuk anak
adat yang dipegang kukuh oleh perempuannya karena mempunyai pikiran
masyarakatnya. Adat Bali yang dimaksud nantinya anak perempuan itu tidak bisa
meliputi nilai, norma dan perilaku dalam memberikan apa-apa karena akan dibawa
masyarakat Bali. Adat inilah yang membuat keluarga dari pihak suaminya. Sekali pun
beberapa orang Bali mempunyai pikiran orang tua mempunyai dana untuk
kolot tentang adanya anak perempuan di membiayai pendidikan anaknya pasti yang
tengah-tengah keluarga mereka. Beberapa lebih diutamakan adalah menyekolahkan
keluarga di Bali khususnya yang beragama anak Laki-laki di Bali. Salah satu contohnya
Hindu melakukan berbagai macam cara dapat dilihat dalam Putusan Mahkamah
untuk bisa mempunyai anak laki-laki. Agung Nomor 4766K/Pdt/1998 tertanggal
Biasanya meski mereka telah mempunyai 16 November 1999 yang menyatakan
anak perempuan, orang-orang Bali bahwa anak perempuan di Bali berhak atas
cenderung merasa tidak mempunyai anak. harta peninggalan dari pewaris. Namun
Ini dikarenakan anak perempuan keluarga seperti tidak mempedulikannya, beberapa
Hindu di Bali sering merasa sedih, putus asa masyarakat Bali masih saja menggunakan
dan seperti tidak mempunyai harapan dalih hukum adat untuk mengingkari
untuk masa depan jika tidak mempunyai hukum yang berlaku di negara ini. Hukum
anak laki-laki. Berdasarkan permasalahan adat Bali secara fungsional telah menggeser
ini terlihat masyarakat Bali menyepelekan keberadaan hukum nasional yang akibatnya
kehadiran anak perempuan karena menciptakan suatu secara nyata, namun
hal ini sebenarnya berlangsung terus
8
menerus dan telah menjadi bagian dari
R. Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. PT rahasia umum di Bali. Oleh karena itu
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal. 164-166.

86
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

banyak anak perempuan di Bali yang tidak coba menemukan dampak putusan ini
mengenyam pendidikan secara layak. terhadap anak perempuan di Bali
Mereka cenderung dibiarkan dirumah
untuk membantu pekerjaan rumah atau PEMBAHASAN
dibiarkan bekerja mencari uang tambahan 1. Hak Waris Seorang Anak Perempuan
untuk membantu ekonomi keluarga. Hal Menurut Adat Bali
inilah yang merupakan contoh kecil namun Pemerintah Republik Indonesia baru
merupakan masalah besar yang harus mengarahkan sistem pewarisan ke sistem
segera dicari jalan keluarnya9. pewarisan individual melalui ketetapan
Berdasarkan latar belakang tersebut MPRS, Undang-undang, Seminar Nasional
diatas, mendorong penulis untuk dan Seminar Hukum Adat serta Pembinaan
melakukan penelitian mengenai, “Hak Hukum Nasional, dan juga melalui
Waris Anak Perempuan Terhadap Harta keputusan Mahkamah Agung. Ketetapan
Peninggalan (Studi Kasus Putusan MA RI MPRS Nomor II/MPRS/1960 paragraf 402
No.4766/Pdt/ 1998)”. huruf c sub 4, buku I Jilid III yang
merupakan kebijakan pemerintah pada
B. RUMUSAN MASALAH waktu itu dan masih relevan untuk
1. Bagaimanakah hak waris seorang anak dijadikan pedoman dalam hukum
perempuan menurut adat Bali ? kewarisan nasional khususnya hak waris
2. Bagaimana dampak putusan Mahkamah anak perempuan, menetapkan bahwa
Agung RI No. 4766/Pdt/1998, pada hak semua warisan adalah untuk anak-anak dan
mewaris masyarakat di Bali ? janda, artinya seorang anak laki-laki
maupun perempuan bersama-sama dengan
C. METODE PENELITIAN janda adalah ahli waris bagi almarhum
Penelitian ini menggunakan metode suaminya. Ketetapan tersebut jelaslah
penelitian dengan pendekatan normatif, bahwa pemerintah mengarahkan agar
historis dan pendekatan hukum empiris. Hukum Keluarga dan Waris Nasional
Pendekatan normatif, yakni penelitian berdasarkan Hukum Adat Parental
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan ketetapan tersebut jelas hendak merubah
pustaka atau bahan sekunder. Selanjutnya sendi-sendi tradisional yang masih menurut
mengumpulkan data atau bahan yang akan Hukum Adat Patrilineal perempuan
dianalisa dan diteliti sehingga nantinya bukanlah ahli waris dari almarhum orang
mendukung teori-teori yang diperoleh dari tuanya.
bahan kepustakaan; Pendekatan historis, Keputusan Mahkamah Agung yang telah
dalam penulisan skripsi ini dibahas juga menetapkan ketentuan ahli waris menurut
mengenai pelaksanaan putusan Mahkamah hukum adat, khususnya ahli waris anak
Agung Republik Indonesia Nomor perempuan, terdapat dalam putusan
4766/Pdt/1998 dalam hak waris anak Mahkamah Agung Republik Indonesia
perempuan di Bali; Pendekatan hukum Nomor 4766K/Pdt/1998 tertanggal 16
empiris, dalam penulisan skripsi ini penulis November 1999, dalam putusannya
juga meneliti, menganalisa salah satu menyatakan bahwa anak perempuan di Bali
putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah berhak atas harta peninggalan dari pewaris.
Agung Republik Indonesia dimana penulis Melalui keputusan tersebut menjelaskan
bahwa anak perempuan harus dianggap
sebagai ahli waris yang berhak menerima
9
Gek Ela Kumala Parwita, Majalah Balisruti, bagian atas harta warisan dari peninggalan
http://www.balisruti.or.id, (diakes12-09 -2014, warisan.gender menjelaskan perbedaan
14.00 WITA)

87
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

peranan antara pria dengan wanita, yang Hasil seminar tersebut diatas dipertegas
dibentuk oleh masayarakat sesuai dengan lagi dalam Seminar Hukum Adat di
norma sosial budaya masyarakat. Menurut Yogyakarta pada tahun 1975 tentang
hukum adat masyarakat patrilineal, sudah keputusan mengenai hukum adat dalam
sangat banyak peranan yang dimainkan yurisprudensi menyimpulkan: “Hendaklah
oleh kaum wanita disegala bidang sejak hukum adat kekeluargaan dan kewarisan
dulu.10 Oleh karena itu perempuan tidak lebih dikembangkan ke arah hukum yang
bisa diskriminasi terus, dikarenakan bersifat parental yang memberikan
peranan kaum perempuan sejak dahulu kedudukan sederajat anak-anak laku dan
sudah dapat terlihat didalam masyarakat perempuan”.
baik dalam lapangan keagamaan, lapangan Sistem kekeluargaan patrilineal
ekonomi, pertanian, perdagangan, dan juga (kapurusa) yang dianut oleh orang Bali-
banyak wanita yang gagah berani telah Hindu menyebabkan hanya keturunan
menunjukkan jiwa kepahlawanannya. berstatus kapurusa yang dianggap dapat
Demikian pula dalam hal perundingan- mengurus dan meneruskan swadharma
perundingan adat, sering kali suara seorang (tanggung jawab) keluarga, baik dalam
perempuan justru menentukan, atau paling hubungan dengan parahyangan (keyakinan
sangat mempengaruhi keputusan, baik Hindu), pawongan (umat Hindu), maupun
dalam hal perkara perdata maupun dalam palemahan (pelestarian lingkungan alam
perkara pidana. Akan tetapi walau sesuai dengan keyakinan Hindu).11
bagaimana pun masalah tinggi rendahnya Konsekuensinya, hanya keturunan yang
kedudukan seorang wanita dalam berstatus kapurusa sajalah yang memiliki
pergaulan di masyarakat, dapatlah kiranya swadikara (hak) terhadap harta warisan,
dilihat dari peranan yang dipegangnya di sementara keturunan yang berstatus
dalam masyarakat. Selain itu sistem sosial pradana (perempuan), tidak mungkin dapat
suatu masyarakat juga sangat menentukan meneruskan swadharma, sehingga
sejauh mana perempuan diberikan disamakan dengan orang yang
kesempatan untuk melaksanakan meninggalkan tanggung jawab keluarga
peranannya. Berkaitan dengan hal diatas, (ninggal kadaton), dan oleh karena itu,
maka dalam mempelajari hukum adat waris dianggap tidak berhak atas harta warisan
patrilineal, hendaknya masalah status hak dalam keluarga.
dan kewajiban seorang wanita tidak Dalam perkembangannya, kenyataan
ditinjau terlepas dari masyarakat, adat dalam masyarakat menunjukkan bahwa ada
istiadat, dan norma-norma yang berlaku orang ninggal kadaton tetapi dalam batas
didalam sistem sosialnya. tertentu masih memungkinkan
Selanjutnya dalam Seminar Hukum melaksanakan swadharma sebagai umat
Nasional pada tahun 1963 yang Hindu (ninggal kadaton penuh), yang
menghasilkan “Dasar-dasar dan Azas-azas dikategorikan ninggal kadaton penuh, tidak
Tata Hukum Nasional” disimpulkan bahwa: berhak sama sekali atas harta warisan,
“Hakim membimbing perkembangan sedangkan mereka yang ninggal kadaton
hukum tidak tertulis melalui yurisprudensi terbatas masih dimungkinkan mendapatkan
kearah keseragaman hukum yang seluas- harta warisan didasarkan atas asas ategen
luasnya dan dalam bidang hukum keluarga asuwun (dua berbanding satu), yang
kearah sistem parental”.
11
I Ketut Sumarta, Himpunan Hasil-Hasil Pasamuan
Agung. Cetakan Pertama. Majelis Utama Desa
10
Balisruti, Loc-cit. hal 26 Pakraman, Denpasar, 2011, hal. 41.

88
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

tergolong ninggal kadaton terbatas adalah oleh anak yang nguwubang


sebagai berikut: (melanjutkan swadharma atau tanggung
a. Perempuan yang melangsungkan jawab) orang tuanya,
perkawinan biasa, 5. Anak yang berstatus kapurusa berhak
b. Laki-laki yang melangsungkan atas satu bagian dari harta warisan,
perkawinan nyentana/nyeburin, sedangkan yang berstatus
c. Telah diangkat anak (kaperas sentana) pradana/ninggal kadaton terbatas
oleh keluarga lain yang sesuai dengan berhak atas sebagian atau setengah dari
agama Hindu dan Hukum adat Bali, harta warisan yang diterima oleh
d. Menyerahkan diri (makidihang raga) seorang anak yang berstatus kopurusa,
kepada keluarga lain atas kemauan 6. Dalam hal pembagian warisan, anak
sendiri.12 yang masih dalam kandungan
mempunyai hak yang sama dengan anak
Berdasarkan fakta-fakta diatas, maka yang sudah lahir, sepanjang dia
Pasamuhan Agung III Majelis Desa dilahirkan hidup,
Pakraman Bali memutuskan mengenai 7. Anak yang ninggal kadaton penuh tidak
kedudukan suami istri dan anak terhadap berhak atas harta warisan, tetapi dapat
harta pusaka dan harta gunakaya sebagai diberikan bekal (jiwa dana) oleh orang
berikut: tuanya dari harta gunakaya tanpa
1. Suami dan istrinya serta saudara laki-laki merugikan ahli waris.13
suami dan istrinya, mempunyai
kedudukan yang sama dalam usaha Pembagian warisan menurut hukum
untuk menjamin bahwa harta pusaka adat Bali tidak saja terjadi setelah pewaris
dapat diteruskan kepada anak dan meninggal tetapi hidup pun pembagian
cucunya untuk memelihara atau warisan itu dapat dilakukan. Perkembangan
melestarikan warisan immaterial, jaman, di Bali sering terjadi orang tua
2. Selama dalam perkawinan, suami dan memberikan bekal berupa benda kepada
istrinya mempunyai kedudukan yang anak perempuannya yang dikenal dengan
sama terhadap harta gunakaya-nya istilah: jiwadana yaitu harta pemberian
(harta yang diperoleh selama dalam dengan dasar tulus ikhlas dari orang tua
status perkawinan), kepada anak perempuan sewaktu masih
3. Anak kandung (laki-laki atau hidup berkumpul, pemberian bersifat
perempuan) serta anak angkat (laki-laki mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh
atau perempuan) yang belum kawin, ahli waris lainnya; Tetatadan yaitu harta
pada dasarnya mempunyai kedudukan pemberian kepada anak perempuan pada
yang sama terhadap harta gunakaya waktu perkawinan dilangsungkan.14
orangtuanya, Pemberian tersebut dapat berupa
4. Anak kandung (laki-laki atau perempuan) barang bergerak maupun tidak bergerak.
serta anak angkat (laki-laki atau Barang bergerak misalnya perhiasan dapat
perempuan) berhak atas harta gunakaya diserahkan secara langsung sedangkan
orangtuannya, sesudah dikurangi pemberian barang tidak bergerak, berupa
sepertiga sebagai duwe tengah (harta tanah untuk bangunan tempat tinggal
bersama), yang dikuasai (bukan dimiliki) dilakukan secara lisan yang dikemudian hari
setelah orang tuanya meninggal tanah
12
Wayan .P Windia, Ketut Sudantra, Pengantar
13
Hukum Adat Bali. Cetakan pertama. Lembaga I Ketut Sumarta, Op.cit, hal. 42-43.
14
Dokumentasi dan Publikasi Fakultas Hukum Wayan P. Windia, I Ketut Sudantra, Op.cit, hal.
Universitas Udayana, Denpasar, 2006, hal. 80. 117.

89
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

tersebut dapat diminta kembali oleh ahli 4. Setelah dilakukan pengangkatan anak
warisnya dengan melihat ketentuan hukum yang telah disahkan oleh kepala adat,
waris adat Bali bahwa anak perempuan maka harus diadakan upacara adat dan
tidak berhak memiliki tanah warisan. upacara keagamaan yang disebut widi
Manawadharmasastra secara umum widana.
menentukan bahwa ahli waris adalah
keturunan yang disebut satu pinda yaitu Berkaitan dengan bukan ahli waris tapi
anak-anak yang mempunyai hubungan dapat memperoleh harta warisan, dapat
darah yang ditarik garis harus kebawah dan dilihat dalam SARGA , palet bab IV bagian V
keatas. Tiga tingkat turunan kebawah dari angka 1-3, Pawos (pasal) 56 huruf d dan e
pewaris dan tiga tingkat ke atas dari yang berbunyi:
pewaris dinyatakan satu pinda sebagai ahli 1. Sentana luh, selani durung kesah
waris dengan hak keutamaan adalah mewiwaha miwah prade madrebe
keturunan pewaris yang ditarik melalui pianak tan keangkenin antuk wong tua
garis anak laki-laki (asas kapurusa). rare inucap kemawon,
Bila dalam keluarga tidak ada anak laki- 2. Balu luh wiadin muani nyeburin (soang-
laki hanya ada anak perempuan, soang boya sentana),
berdasarkan hukum waris adat Bali 3. Muluh daha utawi teruna, riantukan
diperkenankan untuk meningkatkan status ring pawiwahanne pecak sampun
anak perempuan menjadi anak laki-laki ninggal kedaton.
atau sentana rejeg. Tata cara sentana rejeg
menurut I Ketut Artadi (2003,15) yang Pawos (pasal) 56 huruf d dan e yang
harus dilakukan jika ingin meningkatkan berbunyi:
status anak perempuan menjadi anak laki- d. Boya ahli waris kengin muponin hasil
laki yaitu dengan: 15 anut dudonan, luir ipun:
1. Orang tua yang hendak mengangkat e. Pewaris kengin maweweh rikala
anak harus mendapat persetujuan dari maurip pinaka jiwa dana, tadtadan,
pihak keluarga, maksud pihak keluarga bekel maka cihna paweweh ring
disini adalah keluarga purusa; pianak-pianak sane kesah mawiwaha.
2. Orang tua kandung bersedia 1. Artinya: Anak perempuan yang
menyerahkan anaknya untuk diangkat belum kawin, durhaka terhadap
sebagai anak angkat, disini pihak orang tua dan mempunyai anak
keluarga si laki-laki harus memberikan namun tidak diketahui ayah dari
persetujuan anaknya akan kawin dengan anak tersebut, hanya mewaris dari
sentana rajeg, dan masuk kedalam hasil kerja ibunya,
keluarga sentana rajeg; 2. Janda maupun duda yang kawin
3. Pengangkatan anak harus dilakukan dan nyeburin (bukan anak),
diketahui oleh para tetua adat dan 3. Perempuan yang kawin keluar
kepala adat. Pengangkatan sentana kemudian kembali lagi ke rumah
rajeg harus diketahui dan disahkan oleh kelahirannya karena perceraian
para tetua adat dan kepala adat; atau ditinggal mati oleh suaminya.
Pawos (pasal) 56 huruf d dan e yang
berbunyi:
15
I Ketut Artadi, Hukum Adat Bali dengan Aneka d. Yang bukan ahli waris hanya menikmati
Masalahnya, Cetakan pertama, Denpasar, CV. Mas hasil dari peninggalan saja
Bali bekerjasama dengan Bagian Penerbit Fakultas e. Pemberian-pemberian selama Pewaris
Hukum UNUD, 1981, hal. 16. masih hidup yaitu jiwa dana,

90
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

tetatadan, bekal tetap menjadi milik dapat dihibahkan.16 Sesuai dengan adat
dari anak yang sudah kawin. masyarakat Bali bahwa setiap
Berdasarkan uraian diatas maka anak meninggalkan seseorang, akan dibuatkan
perempuan, janda, duda yang kawin upacara-upacara pada jenazahnya yang
nyeburin dan janda yang mulih daha bukan sering disebut dengan ngaben. Berkenaan
sebagai ahli waris. Anak perempuan hanya dengan biaya-biaya upacara pengabenan
berhak menikmati harta warisan selama relatif besar sehingga biaya-biaya tersebut
melaksanakan dharmanya. Namun apabila dibebankan kepada harta waris yang
anak perempuan yang belum kawin ini ditinggalkan. Jadi apabila harta warisannya
durhaka terhadap orang tuanya dan sudah dibagi-baginya dan kemudian
mempunyai anak yang tidak diketahui ayah pewaris meninggal dunia maka perlu
dari anak tersebut, maka hak menikmati kiranya disisihkan sebagian untuk biaya-
harta warisan itu hilang. Oleh karenanya biaya tersebut disebut dengan duwe
anak perempuan bukan sebagai ahli waris tengah. Berdasarkan hasil penelitian
dari ayahnya namun pemberian-pemberian dilapangan, seseorang yang bukan ahli
terhadap anak perempuan ketika orang waris yang diberikan harta benda oleh
tuannya masih hidup tetap menjadi milik pewaris secara hibah maka ia berhak untuk
anak perempuan tersebut walaupun ia memiliki harta tersebut. Penerima hibah
telah kawin keluar. bertanggung jawab tidak hanya terbatas
Peralihan harta warisan dapat dilakukan pada pemeliharaan terhadap harta benda
melalui pewarisan untuk pihak ketiga dalam yang diterimanya. Bertanggung jawab juga
artian yang bukan ahli waris, peralihan merawat si pemberi hibah jika usianya
dapat dilakukan dengan cara hibah atau sudah tua dan sakit-sakitan. Namun apabila
pemberian cuma-cuma merupakan si pemberi hibah meninggal dunia maka si
pemberian seseorang terhadap harta penerima hibah dapat membantu
warisannya kepada orang lain secara pelaksanaan upacara pengabenan. Jadi
sukarela dan tulus ikhlas pemberian dapat dikatakan bahwa penerima hibah
dimaksud untuk membalas jasa seseorang dalam hal ini bukan ahli waris mempunyai
yang pernah berjasa terhadap si pemberi tanggung jawab secara moril kepada
hibah. pemberi hibah, dikatakan tanggung jawab
Pentingnya persetujuan dari ahli waris bersifat moril karena penerima hibah dapat
lainnya bertujuan untuk melindungi mengabaikan tanggung jawab tersebut,
penerima hibah, jika dikemudian hari tentunya secara moril hal itu tidak baik. Hal
terjadi penuntutan dari ahli waris tersebut. ini disebabkan karena segala rentetan
Hibah jiwadana ini tidak boleh melebihi upacara pengabenan ini berpusat pada
sepertiga bagian dari seluruh kekayaan sanggah/merajan si pemberi
yang memberi hadiah atau pemberi hibah. hibah/pewaris. Sesudah jenazah pewaris
Mengenai pembatasan jiwadana ini diaben dan kemudian rohnya sebagai
diperkuat dengan keputusan Pengadilan dewata (roh suci) ditempatkan di sanggah
Kerta Singaraja tanggal 23 November 1939 atau merajan si pewaris, roh tersebut harus
No.81/Sipil, yang menyebutkan bahwa dipuja oleh ahli warisnya, sedangkan
“tanpa persetujuan ahli warisnya seseorang penerima hibah bukanlah ahli waris dari
hanya boleh memberikan jiwadana pemberi hibah.
sebanyak-banyak 1/3 (sepertiga) bagian Terbatasnya hak anak perempuan untuk
dari seluruh harta kekayaannya”. Jadi tidak menerima warisan ayahnya sebagaimana
semua harta kekayaan dari pemberi hibah
16
Panetje, Ibid, hal. 154.

91
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

diuraikan atas, menimbulkan gerakan kepadanya, merawat pemberi hibah karena


emansipasi. Gerakan tersebut menuntut usianya yang sudah tua dan sakit-sakitan,
agar anak perempuan mendapat hak waris membantu pelaksanaan upacara
yang sama dengan anak laki-laki. Setidak- pengabenan jika nantinya pemberi hibah
tidaknya anak perempuan mendapat meninggal dunia. Jadi kewajiban dari
bagiannya walaupun hanya setengah penerima hibah ini hanya terbatas pada
bagian dari bagian laki-laki. Faktor yang tanggung jawab moril kepada pemberi
menjadi penghambat bagi tuntutan ini hibah.
adalah sifat kekeluargaan yang patrilineal Hukum adat Bali yang bersistem
khususnya umat Hindu Bali. Menyebabkan kekeluargaan kapurusa (patrilineal)
anak perempuan yang kawin keluar menempatkan anak laki-laki sebagai ahli
memutuskan hubungan kekeluargaannya waris dalam keluarga, sementara
dengan keluarga semula, karena kini masuk perempuan hanya mempunyai hak untuk
dalam keluarga suaminya. menikmati harta peninggalan orang tua
Jika seorang anak mendapat waris atau harta peninggalan suami.
penuh dengan hak memiliki penuh Penempatan anak laki-laki sebagai ahli
bagiannya, lalu ia kawin keluar dengan waris terkait erat dengan pandangan
membawa bagiannya itu kepada keluarga bahwa laki-laki Bali mempunyai
lain. Oleh karenanya ia tidak boleh lagi tanggungjawab yang besar dalam keluarga,
memuja roh ayahnya dalam sanggah sementara tanggungjawab anak
asalnya karena hubungan dengan sanggah perempuan terhadap keluarga berakhir
asalnya sudah putus, sehingga anggota- dengan kawinnya anak tersebut yang
anggota dadia sanggah itu tidak akan selanjutnya akan masuk dan menunaikan
mengijinkan orang luar melakukan upacara tanggungjawabnya secara total di
pemujaan roh pewaris disanggah mereka, lingkungan keluarga suami. Itu sebabnya,
sebaliknya keluarga terdekat yang tidak harapan yang sangat besar digantungkan
menerima warisan nantinya harus kepada anak laki-laki, mulai dari harapan
melakukan upacara rentetan pengabenan sebagai penerus generasi, memelihara dan
serta harus memuja roh pewaris disanggah memberi nafkah ketika orang tuanya sudah
asalnya. Bila anak perempuan itu tidak mampu, melaksanakan upacara
meninggal, maka keluarga dari pihak agama, seperti menyelenggarakan upacara
suaminya akan menerima warisan melalui kematian, penguburan atau pembakaran
istrinya tanpa ada kewajiban-kewajiban jenazah (ngaben) anggota keluarganya yang
tersebut.17 meninggal serta menyemayamkan dan
Mengenai pemberian yang dapat memuja roh leluhur mereka di tempat
diberikan dalam bentuk jiwadana, persembahyangan keluarga
tetatadan/bekel karena pemberian ini sama (sanggah/merajan), menggantikan
dengan prinsip pada hibah yaitu pemberian kedudukan bapaknya dalam masyarakat
secara cuma-cuma untuk tetap menjadi melaksanakan kewajiban (swadharma)
milik dari si penerima hibah. Jadi hak dari sebagai anggota kesatuan masyarakat
penerima hibah bukan ahli waris ini adalah hukum adat, seperti krama banjar/desa
memiliki harta benda yang dihibahkan pakraman) atau krama dadia ketika anak
kepadanya. Kewajibannya adalah tersebut sudah kawin.
memelihara harta benda yang diberikan Anak laki-laki tidak berhenti pada
kewajiban-kewajiban di dunia nyata (alam
17
Wawancara dengan Wayan P. Windia, Ketua sekala), tetapi juga merambah ke alam
Panitia Pengarah Pasamuhan Agung III MDP Bali niskala (dunia gaib), di mana kaum laki-laki
pada tanggal 9 November 2014.

92
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

(melalui cucu laki-laki) diharapkan akan harta warisan orang tuanya. Berdasarkan
mengantarkan roh leluhur keluarga fakta bahwa anak yang telah kawin masih
tersebut ke alam sorga, seperti sering dapat melaksanakan kewajibannya
diungkapkan dalam kepercayaan Bali yang terhadap orang tuanya (ninggal kedaton
menyatakan “i cucu nyupat i kaki“. Sebagai terbatas), maka berkembang pemikiran
penghargaan atas tanggung jawab yang yang mengarah kepada adanya persamaan
besar itulah kemudian anak laki-laki hak antara laki-laki dan perempuan dalam
diberikan hak (swadikara) sebagai ahli bidang pewarisan. Pemikiran tersebut
waris, sedangkan anggota keluarga yang sesungguhnya sudah mulai berkembang
meninggalkan tanggung jawabnya dalam sejak lama.
keluarga baik karena perkawinan, diangkat
anak, pindah agama, disebut ninggal 2. Dampak Putusan Mahkamah Agung RI
kedaton (meninggalkan tanggung jawab) No.4766/Pdt/1998, Pada Hak Mewaris
sehingga digugurkan haknya atas harta Masyarakat Di Bali
warisan. Angin Segar Bagi Perempuan Terlahir menjadi perempuan adalah
Sistem kekeluargaan kapurusa yang karunia yang begitu besar dari Tuhan. Tidak
diterapkan selama ini dalam masyarakat bisa dipungkiri bahwa perempuan
Bali memang telah memberi perlakuan mempunyai peran yang begitu penting
berbeda antara anak laki-laki dan dalam menjalankan kehidupan. Tugas
perempuan di bidang pewarisan. Beberapa sebagai seorang ibu yang mengandung,
kalangan berpendapat bahwa perlakuan menyusui serta melahirkan menjadikan
berbeda itu wajar karena esensi pewarisan perempuan adalah makhluk yang istimewa
dalam hukum adat Bali adalah dan perlu diberikan penghormatan khusus.
keseimbangan antara hak (swadikara) dan Dari rahim seorang perempuanlah lahir
kewajiban (swadharma). Dalam hal ada benih-benih baru yang akan melanjutkan
kenyataan bahwa salah satu pihak (laki-laki) kehidupan ini nantinya. Begitu besar
tetap melaksanakan kewajibannya dalam peranan seorang perempuan seharusnya
keluarga dan ada pihak lain (perempuan) membuat kedudukan perempuan lebih
meninggalkan kewajibannya, maka logis dihormati dan dihargai. Namun disisi lain
bila hak mereka masing-masing terhadap masih banyak ditemui kasus-kasus yang
harta orang tuanya juga menjadi berbeda. berhubungan dengan diskriminasi terhadap
Belakangan ini, berkembang pemikiran kaum perempuan. Pendiskriminasian
bahwa swadharma seorang anak terhadap perempuan terjadi meluas
(perempuan) kepada orang tuanya tidak diseluruh daerah di Nusantara. Diskriminasi
selalu putus walaupun anak tersebut telah perempuan disadari atau tidak juga sudah
kawin. terjadi di Bali. Sebagai pulau Dewata, Bali
Tanggung jawab anak perempuan yang mempunyai begitu banyak kebudayaan dan
sudah kawin terhadap orang tuanya tetap adat yang dipegang kukuh oleh
berlangsung, ia tetap memperhatikan masyarakatnya. Adat Bali yang dimaksud
kehidupan orang tuanya, memberikan meliputi nilai, norma dan perilaku dalam
nafkah, dan merawat orang tuanya dikala masyarakat Bali. Adat inilah yang membuat
orang tuanya sakit atau sudah tua renta. beberapa orang Bali mempunyai pikiran
Bahkan kadang-kadang rasa tanggung kolot tentang adanya anak perempuan di
jawab anak perempuan lebih besar dari tengah-tengah keluarga mereka. Beberapa
rasa tanggungjawab anak laki-laki. keluarga di Bali khususnya yang beragama
Anak perempuan tetap dianggap ninggal Hindu melakukan berbagai macam cara
kedaton sehingga kehilangan haknya atas untuk bisa mempunyai anak laki-laki.

93
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

Biasanya meski mereka telah mempunyai untuk membantu ekonomi keluarga. Hal
anak perempuan, orang-orang Bali inilah yang merupakan contoh kecil namun
cenderung merasa tidak mempunyai anak. merupakan masalah besar yang harus
Ini dikarenakan anak perempuan dipandang segera dicari jalan keluarnya.
tidak akan bisa meneruskan purusa dan Hukum sebenarnya pemerintah telah
garis keturunan keluarga. Adanya menciptakan kesetaraan antara perempuan
fenomena seperti inilah yang membuat dan laki-laki di Bali. Salah satu contohnya
beberapa keluarga Hindu di Bali sering dapat dilihat dalam Putusan Mahkamah
merasa sedih, putus asa dan seperti tidak Agung Nomor 4766K/Pdt/1998 tertanggal
mempunyai diharapkan untuk masa depan 16 November 1999 yang menyatakan
jika tidak mempunyai anak laki-laki. Dari bahwa anak perempuan di Bali berhak atas
permasalahan ini terlihat masyarakat Bali harta peninggalan dari pewaris.18
menyepelekan kehadiran anak perempuan Putusan Mahkamah Agung ini tidak
karena menganut sistem kekerabatan terlalu berpengaruh terhadap hak waris
patrilinial yaitu sistem kekerabatan yang seseorang perempuan dikarenakan putusan
menarik keturunan dari garis laki-laki. Mahkamah Agung ini berseberangan
Sistem kekerabatan patrilinial ini sangat dengan Hukum Adat Bali dan juga Hukum
jelas menempatkan kaum laki-laki pada Agama Hindu, beberapa masyarakat Bali
kedudukan yang lebih tinggi. Dari sinilah masih saja menggunakan dalih hukum adat
muncul diskriminasi gender yang untuk mengingkari hukum yang berlaku di
terselubung dalam hukum adat di Bali. negara ini.
Anak laki-laki di Bali berkedudukan sebagai Hukum adat Bali secara fungsional telah
ahli waris, sebagai pelanjut nama keluarga, menggeser keberadaan hukum nasional
sebagai penerus keturunan, sebagai yang akibatnya menciptakan suatu sangkar
anggota masyarakat adat dan juga diskriminasi bagi perempuan Bali.
mempunyai peranan dalam pengambilan Diskriminasi ini dapat membuat seorang
keputusan keluarga maupun masyarakat anak perempuan menjadi merasa
luas. Pengagungan terhadap anak laki-laki kehadirannya tidak dianggap dan
menyebabkan anak perempuan dianggap diperlukan ditengah keluarga. Keadaan
sebagai nomor dua dan tidak mendapat seperti ini nantinya bisa menjadikan
perhatian lebih. Bahkan di beberapa psikologis anak tersebut menjadi
wilayah di Bali ada orang tua yang sengaja terganggu. Adanya ketidakadilan struktural
tidak memberikan pendidikan yang layak serta sobordinasi ini menyebabkan secara
untuk anak perempuannya karena tidak langsung masyarakat Bali telah
mempunyai pikiran nantinya anak melakukan diskriminasi psikologis terhadap
perempuan itu tidak bisa memberikan apa- anak perempuan. Memang adanya
apa karena akan dibawa keluarga dari pihak pengkotak-kotakan gender ini dilakukan
suaminya. Sekalipun orang tua mempunyai tidak secara nyata, namun hal ini
dana untuk membiayai pendidikan anaknya sebenarnya berlangsung terus menerus dan
pasti yang lebih diutamakan adalah telah menjadi bagian dari rahasia umum di
menyekolahkan anak laki-laki dibandingkan Bali. Adanya diskriminasi dibalik hukum
anak perempuan. Oleh karena itu banyak adat Bali harus segera diselesaikan, jangan
anak perempuan di Bali yang tidak sampai nantinya timbul masalah baru yang
mengenyam pendidikan secara layak, diakibatkan adanya diskriminasi
mereka cenderung dibiarkan dirumah
untuk membantu pekerjaan rumah atau 18
dibiarkan bekerja mencari uang tambahan http://putusan.mahkamahagung.go.id (diakses
02-12-2014, 14.00 WITA).

94
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

terselubung di balik adat yang sudah Karena bagi ayah dan ibu mereka
tertanam di Bali. Pada keadaan seperti keduanya lahir dari badan yang sama”,
inilah orang tua-orang tua di Bali harus sementara untuk masalah purusa dan
lebih bersikap netral agar nantinya tidak melanjutkan keturunan, seharusnya
menyinggung perasaan si anak perempuan, masyarakat Bali bisa mencarikan solusi
mereka harus siap dan rela jika nantinya baik-baik tanpa adanya diskriminasi.
diberikan karunia seorang anak Sebenarnya pada masyarakat patrilinial di
perempuan. Bali dikenal lembaga sentana rajeg di mana
Sikap ini setidaknya juga dilakukan anak perempuan dirubah statusnya melalui
mengingat anak adalah titipan Ida Sang perkawinan nyeburin (nyentana) sehingga
Hyang Widhi Wasa yang harus dijaga menjadi sama statusnya dengan status
apapun bentuk dan keadaannya. Selain itu anak laki-laki. Anak perempuan yang
dalam beberapa kitab suci agama Hindu dirubah statusnya dengan perkawinan
disebutkan kita harus menghormati nyeburin, status dan kedudukannya sama
keberadaan perempuan sama halnya dengan anak laki-laki tetapi terbatas hanya
dengan menghormati keberadaan laki-laki. dalam kaitan dengan harta kekayaan orang
Misalnya saja dalam Kitab Suci Manawa tuannya saja sedangkan dalam hal yang
Dharmacastra Bab.III. sloka 58 dan 59 serta lainnya yakni sebagai kepala keluarga,
Manawa Darmacastra IX, 96, adalah: anggota masyarakat adat tetap dilakukan
 Kitab suci Manawa Dharma castra Bab oleh laki-laki yang kawin nyeburin dan
III sloka 58, adalah: Bagi setiap keluarga perempuan yang keceburin melakukan
kaum perempuan, niscaya keluarga itu kewajibannya sebagai perempuan pada
akan hancur lebur berantakan. Rumah umumnya. Memang susah jika melihat
di mana perempuannya tidak dihormati permasalahan diskriminasi perempuan di
sewajarnya, mengungkapkan kutukan, Bali. Adanya pembelokan terhadap
keluarga itu akan hancur seluruhnya, kepatuhan hukum adat menjadikan muncul
seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan diskriminasi kepada kaum perempuan,
gaib. begitu beratnya diskriminasi yang ada
 Kitab suci Manawa Dharma castra Bab dibalik hukum adat ini membuat
III sloka 59, adalah: Oleh karena itu perempuan sulit melakukan perlawanan.
orang yang ingin sejahtera, harus selalu Kekakuan masyarakat Bali terhadap adat
menghormati perempuan, kitab suci yang berkembang menjadikan anak
mewajibkan semua orang menghormati perempuan yang lahir di Bali menjadi
perempuan. pasrah tanpa mampu berbuat apa-apa.
 Kitab suci Manawa Dharma castra Bab Adat dan budaya adalah sesuatu yang
IX sloka 96, adalah: Tidak ada dibuat manusia dan tidak mengandung
perbedaan putra laki-laki dengan putra kebenaran mutlak. Memang adat
perempuan yang diangkat statusnya, diperlukan untuk menjaga tradisi yang ada
baik yang berhubungan dengan tapi untuk menjaga kesetaraan struktural di
masalah duniawi ataupun masalah masyarakat diperlukan suatu keadilan
kewajiban suci.19 tanpa memandang atau melecehkan
seseorang hanya karena ia perempuan atau
19
Anak Agung Gde Krisma, Makalah,
laki-laki. Permasalahan kecil yang
hukumhindu.blog.com/2012/09/18/kedudukan- berdampak begitu besar ini harus dicarikan
anak-perempuan-dalam-sistem-hukum-adat-waris- solusi dan jalan keluarnya. Oleh karena itu
studi-kasus-di-desa-pakramaadat-pejeng-kawan- persoalan mengenai diskriminasi ini jangan
kecamatan-tampaksiring-kabupaten-gianyar/ ( dijadikan sekedar wacana saja. Harusnya
Diakses 13-12-2014, 16.00 WITA)

95
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

ada kejelasan yang berhubungan dengan roh pewaris ayahnya dari ancaman
hukum adat di Bali sehingga nantinya tidak neraka. Tetapi disisi lain Pemerintah
ada dampak negatif yang terjadi bagi anak- melalui dari Putusan Mahkamah
anak perempuan yang lahir di Bali. Adat Agung Republik Indonesia Nomor
yang merupakan bagian integral dari 4766/Pdt/1998 tertanggal 16
kehidupan masyarakat Bali (Hindu) November 1999 yang menyatakan
seharusnya menjadi aturan yang bahwa anak perempuan di Bali
memberikan kemudahan bagi berhak atas harta peninggalan dari
masyarakatnya dan bukan malah pewaris. Disini jelas perkembangan
mempersulit atau menimbulkan masalah zaman yang semakin maju
baru, ini tantangan bersama masyarakat mempengaruhi rasa keadilan serta
Bali ke depannya. kesadaran hukum masyarakat
semakin meningkat. Seperti
PENUTUP diketahui, Pesamuan Agung Ke-3
1. Kesimpulan Majelis Utama Desa Pakraman
A. Seorang anak perempuan dapat Provinsi Bali telah menunjukkan
memperoleh hak mewaris apabila bahwa ada orang ninggal kadaton
menghindari sebab-sebab hilangnya tetapi dalam batas tertentu masih
hak waris yang disebabkan karena memungkinkan melaksanakan
sangat durhaka kepada orang tuanya swadharma sebagai umat Hindu
sendiri bisa berakibat dipecat dari ahli (ninggal kadaton terbatas), dan ada
waris (tetapi hal ini jarang timbul). pula kenyataan orang ninggal
Seseorang yang beralih agama dan kadaton yang sama sekali tidak
berpindah agama menjadi warga memungkinkan lagi bagi mereka
negara lain berakibat kehilangan hak melaksanakan swadharma sebagai
mewaris dari orang tua atau umat Hindu (ninggal kadaton penuh).
keluarganya, sudah bukan merupakan Mereka yang dikategorikan ninggal
ahli waris atau kehilangan hak kadaton penuh, tidak berhak sama
mewaris dari keluarganya. Dan sekali atas harta warisan, sedangkan
perempuan dapat menjadi sentana mereka yang ninggal kadaton
rajeg, yang dimaksud dengan sentana terbatas masih dimungkinkan
rajeg diperoleh keterangan adalah mendapatkan harta warisan
seorang anak perempuan yang oleh didasarkan atas asas ategen asuwun
orangtuanya ditetapkan sebagai ahli (dua berbanding satu).
waris dirumah kelahirannya, dalam 2. Saran
perkawinan itu adalah dengan jalan 1. Bahwa dalam era pembangunan
menarik lelaki calon suaminya dimana Indonesia sedang menuju
kerumah si perempuan . kepada suatu negara modern dan
B. Sistem kewarisan di Bali sama sekali maju, maka dalam upaya
tidak boleh dilepaskan dari pembaharuan hukum seharusnya
serentetan kewajiban keagamaan dilakukan sosialisasi terhadap
yang mesti dilakukan oleh ahli waris yurisprudensi yang memberi acuan
sebagai dharma bhakti yang kepada perlakuan adil terhadap
dilaksanakan untuk pewaris perempuan dalam hal waris.
khususnya laki-laki yang menurut Dimana sistem yang mengandung
kepercayaan agama Hindu di Bali sifat terbuka itu adalah sistem
dapat menyelamatkan arwah leluhur individual parental.

96
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

2. Sehubungan dengan hal di atas Majelis Utama Desa Pakraman,


tersebut akan lebih sesuai apabila Denpasar, 2011.
masyarakat adat melaksanakan Sudantra Ketut , Sudiana Ngurah Gusti I,
ketentuan-ketentuan hukum yang Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali,
Cetakan Pertama, Udayana University
diterapkan di Indonesia. Walaupun
Press, Denpasar, 2011.
Indonesia belum mempunyai Sudantra Ketut, Windia P. Wayan,
Undang-undang Hukum Waris Penuntun Penyuratan Awig-Awig,
Nasional yang berlaku bagi seluruh Cetakan Pertama, Udayana University
rakyat Indonesia. Agar tidak ada Press, Denpasar, 2011.
perbedaan dan terjadi Thaher Asri, Sistem Pewarisan Dan
keseimbangan antara hak waris laki- Kekerabatan Adat Matrilinial, Tesis,
laki dan perempuan serta adanya Universitas Diponegoro, Semarang
pengakuan terhadap hak waris anak Windia P. Wayan, Sudantra Ketut,
Pengantar Hukum Adat Bali, Cetakan
perempuan.
Pertama, Lembaga Dokumentasi Dan
Publikasi Fakultas Hukum Universitas
DAFTAR PUSTAKA Udayana, Denpasar, 2006.
Artadi Ketut I, Hukum Adat Bali Dengan Windia P. Wayan, Wananjaya Kondi Indra
Aneka Masalahnya, Cetakan pertama, Ayu Ida, Komplikasi Aturan Hukum
CV Mas Bali, Denpasar, 1981 Tentang Desa Adat di Bali, Cetakan
Brownlee, Malcolm, Pengambilan Pertama, Udayana University Press,
Keputusan Etis dan Faktor-Faktor Denpasar, 2013.
Didalamnya, Gunung Mulia, Jakarta, Windia P. Wayan, Bali Mawacara, Cetakan
2000. Pertama, Udayana University Press,
Djamali Abdoel R, Pengantar Hukum Denpasar, 2010.
Indonesia, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2010. Undang-Undang:
K. Bertens, Etika, Gramedia Pustaka, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Jakarta, 1997. Tentang Perkawinan
Perangin Effendi, Hukum Waris, Raja Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
Grafindo Persada, Jakarta, 2011. Tentang Kesejahteraan Anak
Pudja Gde I, Hukum Kewarisan Hindu Yang
Di resepir Kedalam Hukum Adat Sumber-Sumber Lain:
di Bali dan Lombok, Cetakan Pertama, id.wikipedia.org/wiki/Feminisme
Selekta, Jakarta, 1977. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public
Panetje Gde, Aneka Catatan Tentang /@asia/@ro-bangkok/@ilo-
Hukum Adat Bali, CV Kayumas Agung, jakarta/documents/publication/wcms_1
Denpasar, 2004. 22045.pdf
Soekanto Soerjono, Hukum Adat Indonesia, http://www.balisruti.or.id/wp-
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001. content/uploads/2011/09/Bali-Sruti-
Setiady Tolib, Intisari Hukum Adat No1-for-web.pdf
Indonesia, Alfabeta, Bandung, 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Hak
S.S. Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/d
Modern, Apollo, Surabaya, 1994. isk1/18/jtptiain-gdl-s1-2006-
Sumbu Telly, Kalalo Merry, Palandeng akhmadkhae-891-BAB1_210-4.pdf
Engelien, Lumolos Johny, Kamus Umum http://websiteayu.com/artikel/sistem-
Politik & Hukum, Cetakan Pertama, Jala hukum-waris-adat2
Permata Aksara, Jakarta, 2010. http://andibooks.wordpress.com/definisi-
Saebani, Ahmad Beni, Sistem Hukum Waris, anak
CV Pustaka Setia, Bandung, 2009.
Sumanta Ketut I, Himpunan Hasil-Hasil
Pasamuan Agung, Cetakan Pertama,

97
Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015

Wawancara dengan Wayan P. Windia,


Ketua Panitia Pengarah Pasamuhan
Agung III MDP Bali
http://hukumhindu.blog.com/2012/09/18/
kedudukan-anak-perempuan-dalam-
sistem-hukum-adat-waris
http://putusan.mahkamahagung.go.id
Sudantra.blogspot.com

98

Anda mungkin juga menyukai