Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

RANGKUMAN SISTEM MUSKULOSKLETAL

DOSEN PEMBIMBING
Istianah, Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH
Nama : Ninda Aulia
Nim/Kelas : 032STYC20
Semester/Tingkat: V/III

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan Alam nabi besar
Muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju
jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta
dalam memberikan tugas makalah “Sistem Muskukus”. Makalah ini kami susun
berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan
makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Mataram, 16 September 2022


DAFTRAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskletal...............................................................6

2.2 Proses Penyembuhan Tulang.................................................................................17

2.3 Proses Keperawatan Gangguan Sistem Muskulosketal.......................................19

2.4 Pemeriksaan Fisik Sistem Muskulosketal.............................................................23

2.5 Pemeriksaan Penunjang Sistem Muskulosketal...................................................26

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................29

3.2 Saran.........................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................30


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anatomi adalah ilmu yg mempelajari suatu bangun atau suatu  bentuk dengan
mengurai-uraikannya ke dalam bagian-bagiannya. Sistem musuloskeletal merupaakan
sistem tubuh yang terdari dari otot (muskulo) dan tulang yang memebtnuk rangka
(skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang
terdiri dari tulang- tulang yang memungkinkan tubuh memepertahankan bentuk, sikap
dan posisi. Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletak
melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak,
jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh
tulang-tulang kostae (iga).
Dilihat dari sudut kegunaan, bagian paling penting dari anatomi khusus adalah
yang mempelajari tentang manusia dengan berbagai macam  pendekatan yang berbeda.
Dari sudut medis, anatomi terdiri dari berbagai  pengetahuan tentang bentuk, letak,
ukuran, dan hubungan berbagai struktur dari tubuh manusia sehat sehingga sering disebut
sebagai anatomi deskriptif atau topografis. Kerumitan tubuh manusia menyebabkan
hanya ada sedikit ahli anatomi manusia profesional yang benar-benar menguasai  bidang
ilmu ini; sebagian besar memiliki spesialisasi di bagian tertentu seperti otak atau bagian
dalam.
Anatomi tubuh sangat penting untuk dipelajari khususnya bagi mahasiswa
kesehatan. Sebab ketika sudah di rumah sakit sebagai tenaga kesehatan dituntut untuk
dapat melayani pasien. Untuk itulah makalah ini dibuat, sebagai langkah awal untuk
mempelajari anatomi tubuh manusia.
1.2 Rumusan Masalah.
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem muskuluskuletal?
b. Bagaimana proses penyembuhan tulang ?
c. Bagaimana proses keperawatan gangguan sistem muskuluskeletal?
d. Bagaimana Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Muskuloskeletal?
e. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada sistem muskuloskeletal?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui anotomi fisiologi kerangka manusia
b. Untuk mengetahui proses penyembuhan tulang
c. Untuk mengetahui proses keperawatan gangguan sistem muskuluskeletal
d. Untuk mengetahui Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Muskuloskeletal
e. Untuk mengetahui diagnostic pada sistem muskuloskeletal
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKOLUSKLETAL


A. Definisi
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan
jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot
menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka,
tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-
struktur ini.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

1) Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat
lainnya yang terdiri atas hampir 50% air dan bagian padat,
selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih
67% dan bahan seluler 33%.
a) Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut:
 Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
 Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru dan
jaringan lunak).
 Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan).
 Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang
(hematopoesis).
 Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor,
magnesium dan fluor).
b) Struktur tulang
Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat
disebut periosteum. Periosteum memberikan nutrisi pada tulang
dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan
tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh
darah, dan limfatik. Lapisan yang terdekat mengandung osteoblast .
Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu membran vascular tipis
yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam
tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam
lacuna howship (cekungan pada permukan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga
sumsum (batang) tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang
merah terutama terletak di sternum, ilium, vetebra dan rusuk pada
orang dewasa, bertanggungjawab dalam produksi sel darah merah
dan putih. Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum
lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang baik.
Tulang kanselus menerima asupan darah melalui pembuluh
metafis dan epifis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang
kompak melalui kanal volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient
yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduler melalui
foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient memasok darah ke
sumsum tulang, System vena ada yang keluar sendiri dan ada yang
mengikuti arteri. Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :
a. Osteoblas

Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan


mensekresikan matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/ asam
polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang merupakan kerangka
dimana garam garam mineral ditimbun terutama calsium, fluor,
magnesium dan phosphor.
b. Osteosit

Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak


sebagai pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit
matrik tulang). Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang
dewasa yang di tengahnya terdapat kapiler dan disekeliling kapiler
tedapat matrik tulang yang disebut lamella.
c. Osteoklas

Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak


memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi,
penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti osteoblas dan
osteosit, osteoklas mengikis tulang. Tulang merupakan jaringan
yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang (resorpsi dan
pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti
18% pertahun

gambar 1 struktur tulang

Berdasarkan bentuknya tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


a. Tulang Panjang / Tulang Pipa

Tulang ini sering terdapat dalam anggota gerak. Fungsinya


sebagai alat ungkit dari tubuh dan memungkinkan untuk bergerak.
Batang atau diafisis tersusun atas tulang kortikal dan ujung tulang
panjang yang dinamakan epifis tersusun terutama oleh tulang
kanselus. Plat epifis memisahkan epifiis dan diafisis dan
merupakan pusat pertumbuhan longitudinalpada anak-anak.

Gambar 1.2 Struktur tulang panjang

b. Tulang Pendek
Tulang ini sering didapat pada tulang-tulang karpalia di tangan dan
tarsalia di kaki. Fungsinya pendukung seperti tampak pada pergelangan
tangan. Bentuknya tidak teratur dan inti dari konselus (spongi) dengan
suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang Pipih
Tulang ini sering terdapat di tengkorak, panggul/koxa, sternum, dan
iga-iga, serta scapula (tulang belikat). Fungsinya sebagai pelindung
organ vital dan menyediakan permukaan luas untuk kaitan
otot-otot, merupakan tempat penting untuk hematopoesis.
Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus diantara 2 tulang kortikal.
d. Tulang Tak Beraturan

Berbentuk unik sesuai dengan fungsinya. Struktur tulang tidak teratur,


terdiri dari tulang kanselous di antara tulang kortikal. Contoh : tulang
vertebra, dan tulang wajah.
e. Tulang Sesamoid
Merupakan tulang kecil disekitar tulang yang berdekatan dengan
persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial. Contoh :
tulang patella (Kap lutut). Bentuk dan kontruksi tulang ditentukan
fungsi dan gaya yang bekerja padanya. Kerangka sebagian besar
tersusun atas tulang. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat
untuk menyangga struktur tubuh.

2) Cartilago (tulang rawan)


Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada gelatin
kuat, tetapi fleksible dan tidak bervasculer. Nutrisi melaui proses difusi
gel perekat sampai ke kartilago yang berada pada perichondium
(serabut yang membentuk kartilago melalui cairan sinovial), jumlah
serabut collagen yang ada di cartilage menentukan bentuk fibrous,
hyaline, elastisitas, fibrous (fibrocartilago) memiliki paling banyak
serabut dan memiliki kekuatan meregang. Fibrus cartilage
menyusun discus intervertebralis articular (hyaline) cartilage halus,
putih, mengkilap, dan kenyal membungkus permukaan persendian dari
tulang dan berfungsi sebagai bantalan. Cartilage yang elastis memiliki
sedikit serat dan terdapat pada telinga bagian luar.

3) Ligamen (simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat
keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament mempertemukan kedua
ujung tulang dan mempertahankan stabilitas. Contoh ligamen medial,
lateral, collateral dari lutut yang mempertahankan diolateral dari sendi
lutut serta ligament cruciate anterior dan posterior di dalam kapsul lutut
yang mempertahankan posisi anteriorposterior yang stabil. Ligament
pada daerah tertentu melengket pada jaringna lunak untuk
mempertahankan struktur. Contoh ligament ovarium yang melalui
ujung tuba ke peritoneum.

4) Tendon

Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan


ujung dari otot yang menempel pada tulang. Tendon merupakan ujung
dari otot dan menempel kepada tulang. Tendon merupakan ekstensi
dari serabut fibrous yang bersambungan dengan aperiosteum. Selaput
tendon berbentuk selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi
tendon tertentu terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung
ini bersambung dengan membrane sinovial yang menjamin pelumasan
sehinggga mudah bergerak.

5) Fascia

Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang


didapatkan langsung di bawah kulit, sebagai fascia superficial atau
sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang
membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Yang demikian disebut
fascia dalam.

6) Bursae

Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat


dimana digunakan di atas bagian yang bergerak. Misalnya antara
tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-otot. Bursae dibatasi
membrane sinovial dan mengandung caiaran sinovial. Bursae
merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti
olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
7) Persendian

Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-


tulang ini dipadukan dengan berbagai caramisalnya
dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
Dalam membentuk rangkatubuh, tulang yang satu
berhubungan dengan tulang yang lain
melalui jaringan penyambung yang disebut persendian. Pada
persendian terdapat cairan pelumas (cairan sinofial). Otot yang
melekat pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon.
Sedangkan, jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang
disebut ligamen. Secara struktural sendi dibagi menjadi:

 Sendi Fibrosa/sinartrosis

Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak
mungkin gerakan antara tulang-tulangnya. Sendi fibrosa tidak
mempunyai lapisan tulang rawan dan tulang yang satu dengan lainnya
dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. contohnya sutura
pada tulang tengkorak, sendi kaitan dan sendi kantong (gigi), dan
sindesmosis (permukaan sendi dihubungkan oleh membran).

 Sendi Kartilaginosa/amfiartrosis

Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendian-


persendiannya dipisahkan oleh bahan antara dan hanya mungkin
sedikit gerakan. Sendi tersebut ujung-ujung tulangnya dibungkus
tulang rawan hyalin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit
bergerak.
 Sendi Sinovial/diarthroses

Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki rongga


sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin. Kapsul sendi
terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam
yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak
dan sinovium yang membentuk suatu kantong yang melapisi
suatu sendi dan membungkus tendon-tendo yang melintasi sendi.
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang
membasahi permukaan sendi. Caiaran sinovial normalnya bening, tidak
membeku dan tidak berwarana. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap
sendi relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak pula juga sebagi
sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Adapun pergerakan yang dapat
dilakukan oleh sendi- sendi adalah fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi,
rotasi, sirkumduksi dan Pergerakan khusus seperti supinasi, pronasi,
inversion, eversio, protaksio. Sendi diartrosis terdiri dari:
a. Sendi peluru
Sendi peluru adalah persendian yang memungkinkan gerakan
yang lebih bebas. Sendi ini terjadi apabila ujung tulang yang satu
berbentuk bonggol, seperti peluru masuk ke ujung tulang lain
yang berbentuk cekungan. Contoh sendi peluru adalah hubungan
tulang panggul dengan tulang paha, dan tulang belikat dengan
tulang atas.
b. Sendi pivot
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk memutar
pegangan pintu, misal persendian antara radius dan ulna.
c. Sendi peluncur
Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh adalah
sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangann.

d. Sendi Engsel

Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah, Persendian yang


menyebabkan gerakan satu arah karena berporos satu disebut sendi
engsel. Contoh sendi engsel ialah hubungan tulang pada siku,
lutut, dan jari-jari.
e. Sendi pelana
Sendi pelana adalah persendian yang membentuk sendi, seperti
pelana, dan berporos dua. Contohnya, terdapat pada ibu jari
dan pergelangan tangan Memungkinkan gerakan 2 bidang yang
saling tegak lurus. misal persendian dasar ibu jari yang
merupakan sendi pelana 2 sumbu.

f. Sendi pivot
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk memutar
pegangan pintu, misal persendian antara radius dan ulna.
g. Sendi peluncur
Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh adalah
sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangann.

8) Jaringan Penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang
berdekatan terutama adalah jaringan penyambung, yang tersususn dari
sel-sel dan subtansi dasar. Dua macam sel yang ditemukan pada
jaringan penyambung sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada pada
jaringan penyambung, seperti sel mast, sel plasma, limfosit, monosit,
leukosit polimorfonuklear. Sel-sel ini memegang peranan penting pada
reaksi-reaksi imunitas dan peradangan yang terlihat pada penyakit-
penyakit reumatik. Jenis sel yang kedua dalam sel penyambung ini
adalah sel yang tetap berada dalam jaringan seperti fibroblast,
kondrosit, osteoblas. Sel-sel ini mensintesis berbagai macam serat dan
proteoglikan dari substansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan
pemyambung memiliki susunan sel yang tersendiri.
Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah
kolagen dan elastin. Serat-serat elastin memiliki sifat elastis yang
penting. Serat ini didapat dalam ligament, dinding pembuluh darah
besar dan kulit. Elastin dipecah oleh enzim yang disebut elastase.
9) Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak.
Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan
maupun produksi panas untuk mempertahankan temperature tubuh.
Jaringan otot terdiri atas semua jaringan kontraktil. Menurut fungsi
kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian tubuh otot
dikelompokkan dalam:
 Otot rangka (striadted / otot lurik).
Terdapat pada system skelet, memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas.
 Otot polos (otot visceral).
Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pembuluh darah. Otot
ini mendapat rangsang dari saraf otonom yang berkontraksi di luar
kesadaran otot jantung.
Hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar pengendalian.
otot rangka dinamai menurut bentuknya seperti deltoid, menurut
jurusan serabutnya seperti rektus abdominis, menurut kedudukan
ototnya seperti pektoralis mayor, menurut fungsinya seperti fleksor dan
ekstensor.
2.2 PROSES PENYEMBUHAN TULANG
Pengobatan patah tulang adalah dengan reduksi-menarik atau mendorong bagian
yang patah dalam kesejajaran yang benar dan dengan satu periode imobilisasi dengan
pembidaian. Penyembuhan fraktur dicapai dengan:
a) Pembentukan bekuan darah di antara bagian yang patah
b) Timbulnya jaringan fibrosa di dalam bekuan darah
c) Osteoblas dari ujung yang patah dan periosteum memasuki jarngan fibrosa dan
membentuk kalus, tulang baru
d) Kalus, yang pertama kali masih lunak dan lebih besar daripada tulang normal,
diubah menjadi tulang normal dan kalus yang berlebihan diabsorbsi; tulang
mengalami remodeling ke dalam bentuk dan ukuran aslinya.

Adapun tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel,


pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.

1. Tahap Inflamasi.
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan
pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera
kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
2. Tahap Proliferasi Sel.
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang
fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan
invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari
osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan
proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan
ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan
melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal
pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur
kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.
3. Tahap Pembentukan Kalus.
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai
sisi lain sampai celah  sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur.
Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara
langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu
waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang
rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi
digerakkan.
4. Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga
minggu  patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang
panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai
empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah
bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.
5. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling). 
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling
memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya
modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang
melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang. Tulang
kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang
kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.
Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami
remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi
batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses
antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses
remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam
masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada
orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi
setelah penyembuhan suatu fraktur.
2.3 PROSES KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKLETAL

A. Pengkajian

Anamnesa pada Sistem Muskuloskletal

Pengkajian pada system muskuloskletal bertujuan untuk memperoleh data dasar


terkait tulang, otot, persendian, mobilitas serta untuk mengetahui adanya gangguan
pada bagian-bagian tertentu. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling
dirasakan oleh pasien yang menjadi alasan pasien datang ke rumah sakit. Riwayat
kesehatan sekarang terkait pola sehat-sakit salah satunya dengan mengajukan
pertanyaan menggunakan pola PQRST (P: Provokatif atau paliatif, Q: kualitas atau
kuantitas, R: region/area radiasi, S: Skala keparahan nyeri yang dirasakan, T: timing
atau waktu). Tanyakan riwayat kesehatan dahulu, apakah klien pernah mengalami
cedera pada tulang, persendian, otot serta tindakan operasi yang pernah dilakukan
sebelumnya. Riwayat keluarga juga penting ditanyakan apakah ada anggota keluarga
yang menderita osteoporosis, arthritis ataupun tuberculosis. Osteoporisis banyak
dialami pada usialanjut diatas 70 tahun dan postmenopause. 

B.  Pemeriksaan Fisik pada Sistem Muskuloskletal

Pada pemeriksaan fisik sistem muskuloskletal sebaiknya pakaian penderita harus


dibuka agar dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Pemeriksaan penderita cedera
ekskremitas mempunyai 3 tujuan yaitu menemukan masalah mengancam jiwa
(primary survey), mengancam ekstremitas (secondary survey), dan pemerikasaan
tulang secara sistematis untuk menghindari luputnya trauma muskuloskeletal yang
lain (re-evaluasi berlanjut). Pemeriksaan fisik pada trauma sistem muskuluskletal
merupakan pengumpulan data tentang kondisi system dan kemampuan fungsional
diperoleh melalui inspeksi, palpasi dan pengukuran sebagai berikut:

a. Skeletal
Catat penyimpangan dari struktur normal menjadi defrmitas tulang,
perbedaan panjang, bentuk, amputasi dan bagian tubuh tidak dalam
kesejajaran anatomis Identifikasi pula adanya pergerakan abnormal
dan yang krepitasi

b. Mengkaji Tulang Belakang

Lakukan pengkajian terhadap adanya deformitas tulang belakang yang


sering terjadi meliputi, skoliosis, kifosis dan lordosis. Skoliosis
ditandai dengan kurvatura lateral tulang belakang, kifosis dengan
kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada dan lordosis ditandai
dengan kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan. 

c. Sendi

Persendian dievaluasi dengan memeriksa rentang gerak, deformitas,


stabilitas dan adanya benjolan Rentang gerak dapat dievaluasi secara
aktif dan pasif melalui gerakan ROM. Pengukuran rentang gerak dapat
dilakukan dengan goniometer (suatu busur derajat yang dirancang
khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Identifikasi bengkak yang
dapat menunjukkan adanya inflamasi atau effuse, catat deformiotas
yang berhubungan dengan kontraktur atau dislokasi, evaluasi stabilitas
yang mungkin berubah.

d. Otot

Pengkajian pada system otot dilakukan dengan memperhatikan


kemampuan kemampuan pasien dalam mengubah posisi, kekuatan otot
dan koordinas serta ukuran masing-masing otot. Inspeksi ukuran dan
contour otot, kaji koordinasi gerakan dan palpasi tonus otot. Kaji
kekuatan otot baik dengan evaluasi sepintas dengan jabat tanga atau
dengan mengukur skala criteria yaitu untuk tidak ada kontraksi sampai
5 = normal rom dapat melawan penuh gaya gravitasi. Ukur lingkar
untuk mencatat peningkatan pembengkakan atau perdarahan atau
pengecilan karena atropi.

e. Kulit dan Neurovaskuler

Pengkajian kulit dan sirkulasi perifer sangat penting. Palpasi kulit


digunakan untuk melihat adanya suhu yang lebih panas/dingin dari
bagian yang lain dam adanya oedema.Sedangkan sirkulasi perifer
dievaluasi dengan mengkaji denyut nadi perifer, warna, suhu dan
waktu pengisian kapiler. Inspeksi truma injury (luka, memar), serta
kaji status neurology.

f. Nyeri

Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai nyeri dalam dan
tumpul, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai pegal atau nyeri dan
sering digambarkan sebagai "kram otot". Nyeri faktur tajam dan
menusuk dan dapat dihilangkan dengan imobilitasi.Nyeri tajam juga
bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot atau penekanan
pada saraf sensoris.

C. Diagnosa 

1. Diagnosa: Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
cedera pada jaringan lunak, stress, ansietas, alat traksi/imobilisasi, destruksi sendi,
akumulasi cairan/proses inflamasi

Outcame: Tingkat Nyeri Menurun Kriteria Hasil: keluhan nyeri menurun,


meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah dan susah tidur menurun,
frekuensi nadi, pola napas dan tekanan darah membaik

2. Diagnosa: Resiko terjadinya cedera:fraktur berhubungan dengan kerapuahan


tulang, kekuatan tulang yang berkurang, perubahan fungsi psikomotor 
Outcame: Tingkat Cedera Menurun

Kriteria Hasil: Kejadian cedera menurun, ketegangan otot menurun, ekspresi


wajah kesakitan menurun, luka lecet menurun, pendarahan menurun, menurun,
gangguan mobilitas menurun fraktur

D. Intervensi Keperawatan 

1. Manajemen Nyeri

 Observasi:

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala


nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri, identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri,
identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri, identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup, monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan, onitor efek samping penggunaan analgetik

 Terapeutik:

Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,


hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain), ontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan),
fasilitasi istirahat dan tidur, pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

 Edukasi:

Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri,
anjurkan memonitor nyri secara menggunakan analgetik secara tepat, ajarkan
mandiri, anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi : 

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 

2. Intervensi keperawatan: Pencegahan cedera 

 Observasi:

Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera, identifikasi


keseuaian alas kaki atau stoking elastis pada ekstremitas bawah

 Terapeutik:

Sediakan pencahayaan yang memadai, gunakan lampu tidur selama jam tidur,
gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cedera serius, sediakan alas kaki
antislip, jika perlu sedikan pispot atau urinal untuk eliminasi ditempat tidur,
pastikan bel panggilan dan alat-alat pribadi muah dijangkau, pertahankan posisi
tempat tidurdiposisi terendah saat digunakan, pastikan roda tempat tidur dan kursi
roda dalam keadaan terkunci, diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang
sesuai (mis.tongkat atau alat bantu jalan)

 Edukasi:

Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga, anjurkan


berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa menit sebelum berdiri.

2.4 PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MUSKULOSKLETAL

Tujuan pemeriksaan muskuloskeletal oleh ahli penyakit dalam adalah


sebagai pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gangguan fungsional pada
system muskuloskeletal. Pemeriksaan ini seharusnya hanya memakan waktu
beberapa menit dan harus menjadi bagian pemeriksaan rutin semua pasien. Jika
menemukan kelainan atau pasien mempunyai gejala spesifik yang berkaitan dengan
sendi tertentu, pemeriksaan yang lebih rinci di daerah itu perlu dilakukan. Uraian
lengkap mengenai pemeriksaan tiap sendi diberikan setelah pembahasan mengenai
pemeriksaan penyaring.

1. Pemeriksaan penyaring

Pemeriksaan penyaring harus memberikan perhatian khusus kepada hal-hal


Berikut:
a. Inspeksi

b. Palpasi

c. Rentang gerak pasif dan aktif

d. Kekuatan otot

e. Fungsi terpadu
2. Pengkajian Sistem Otot
Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan
otot dan kordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan
otot menunjukkan polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium),
miastenia grafis, poliomyelitis, distrofi otot. Dengan palpasi otot saat
ekstremitas relaks digerakkan secara pasif akan terasa tonus otot. Menkaji
kekuatan otot dilakukan dengan palpasi otot dan eksremitas yang digerakkan
secara pasif dan rasakan tonus otot.

3. Pemeriksaan berjalan
Bagian pertama pemeriksaan penyaring terdiri dari inspeksi gaya gaya
berjalan sikap tubuh. Mintalah pasien untuk membuka pakaian dan hanya
mengenakan pakaian dalam saja, dan berjalan dengan kaki telanjang untuk
menentukan kelainan gaya berjalan. Mintalah pasien untuk berjalan
menjauhi anda. Kemudian mendekati anda dengan berjalan di ujung jari
kaki, menjauhi anda dengan berjalan di atas tumit, dan akhirnya kembali
kepada anda dengan gaya berjalan dua-dua (tandem). Jika ada kesulitan
dalam gaya berjalan, harus dilakukan perubahan dalam tindakan
pemeriksaan ini.
4. Pemeriksaan tulang belakang
Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf
pada sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang dering
terjadi meliputi: scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), kifosis
(kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian dada), lordosis
(membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan).
Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien neuromuscular.
Scoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau
akibat kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis
dijumpai pada penderita kehamilan karna menyesuaikan postur
tubuhnya akibat perubahan pusat gaya beratnya.
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang
belakang dan kesimetrisan bang tubuh dari pandangan anterior, posteriol dan
lateral. Dengan cara berdiri di belakang pasien, dan memerhatikan perbedaan
tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. simetris
bahu dan pinggul serta kelurusan tulang belakang di periksa dengan pasien
berdiri tegak, dan membugkuk ke depan (fleksi). Scoliosis ditandai dengan
abnormal kurvatura lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi,
garis pinggang yang tidak simetris dan scapula yang menonjol, akan lebih
jelas dengan uji mengbungkuk ke depan. Lansia akan mengalami
kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang rawan dan tulang
belakang.

5. Pemeriksaan sendi temporomandibular


Pasien dengan gangguan temporomandibular (TMJ) mungkin
mengeluh nyeri rahang unilateral atau bilateral. Nyeri memburuk dipagi
hari dan setelah makan. Pasien mungkin mengeluh “ bunyi klik’’ pada
rahangnya.
Untuk memeriksa sendi, letakkan jari telunjuknya di depan tragus dan
menyuruh pasien untuk membuka dan menutup mulutnya dnegan
perlahan.

6. Pemeriksaan bahu
Inspeksi bahu untuk melihat adanya defirmitas, pelayuan dan asimetris.
Bahu haus dipalpasi untuk menemukan daerah nyeri tekan setempat.
Rentang gerak untuk abduksi, aduksi, rotasi ekternal dan internal,
dan fleksi di periksa dan dibandingkan dengan sisi lainnya. Catatlah kalo
ada nyeri.

7. Pemeriksaan siku
Palpasi siku untuk mengetahui adanya pembengkakkan, massa, nyeri
tekan atau nodulus. Untuk memeriksa pronasi dan supinasi siku harus
difleksikan 90 derajat dan diletakkan di atas meja. Tennis elbow, yang
dikenal sebagai epikonditilis lateral, merukan penyakit yang lazim di
jumpai dan ditandai dengan nyer didaerah epikondilus lateral humerus.

8. Pemeriksaan pergelangan tangan


Palpasi sendi pergelangan tangan diantara ibu jari dan telunjuk, dengan
memerhatikan adanya nyeri tekan, bengkak atau kemerahan. Kalau
mencurigai diagnosis carval tunnel syndrome, ketukan tajam atu tekanan
langsung diatas nervur medianus dapat menyebabkan timbulnya parestesi
seperti pada carpal tunnel syndrome. Tanda ini disebut tanda tinel.

9. Pemeriksaan tangan

Palpasi sendi metakarpofalangenaal dan perhatikan setiap pembengkokkan,


kemerahan, nyeri tekan.
10. Pemeriksaan pinggul
Pemeriksaan dilakukan dengan pasien berdiri dan berbaring terlentang,
inspeksi pinggul dan gaya berjalan telah diuraikan diatas. Pasien diminta
untuk berdiri diatas tungkai yang baik, maka akan memperlihatkan pelvis
pada sisi yang berlawanan terangkat naik, dan jika buruk maka pelvis pada
sisi yang berlawanan akan turun.
11. Pemeriksaan lutut
Pemeriksaan lutut dilakukan pada pasien dalam posisi berdiri dan berbaring
telentang. Ketika berdiri, perhatikan adanya deformitas varus atau valgus.
Apakah ada pembengkakkan lutut? Tanda dini pembengkakkan sendi lutut
adalah hilangnya cekungan ringan pada sisi lateral patella. Pasien
kemudian diminta berbaring telentang , patella dipalpasi dengan posisi
ekstensi untuk melihat adanya nyeri tekan. Dengan menekan ke kvndilus
femoralis, mungkin akan tmbul nyeri. Pemeriksaan efusi sendi lutut
dilakukan dengan menekan cairan tadi keluar dari kantung suprapatela
kebawah dan dibelakang patella.

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG SISTEM MUSKULOSKLETAL

1. Implikasi Keperawatan
Persiapan untuk pemeriksaan diagnostik meliputi pengkajian pasien mengenai
kondisinya, misalkan apakah sedang hamil, implan logam, dan lain
sebagainya.
2. Pemeriksaan Khusus
a. Sinar-X
Sinar-X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan
perubahan hubungan tulang.
b. Computed tomography (CT scan)
Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang
didaerah yang sulit dievalusi.
c. MRI
Adalah teknik pencitraan khusus, noninvasif, yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan
abnormalitas jaringan lunak seperti otot, tendon, dan tulang rawan.
d. Angiografi
Angiografi adalah pemeriksaan struktur vaskuler. Angiografi adalah
pemeriksaan sistem arteri.Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke
dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang
dipasok oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji
perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi tindakan amputasi yang
akan dilaksanakan.
e. Digital Subraction Angiography
Mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan sistem arterial
melalui kateter vena. Menggunakan teknologi komputer untuk
menggambarkan sistem arteri melalui kateter vena. Sedangkan, venogram
adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi
adanya trombosis vena dalam
f. Venogram
Venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk
mendeteksi tombosis vena.
g. Mielografi
Penyuntikan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoid spinalis lumal,
dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal atau tempat
adanya tumor. Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke
dalam rongga subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat
adanya herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau
adanya tumor.Sementara, diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis
dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam diskus dan dilihat
distribusinya.
h. Diskografi
Diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis; suatu bahan kontras
diinjeksikan ke dalam diskus dan dilihat distribusinya.
i. Artografi
Artografi adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga
sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Penyuntikkan
bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur
jaringan lunak dan kontur sendi.Sendi diletakkan dalam kisaran
pergerakannya sementara diambil gambar sinar-X serial.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tiga macam jenis tulang yaitu tulang
rawan (kartilago), tulang keras dan pengikat sendi (ligamen). Dan secara garis besar
tulang –tulang penyusun rangka manusia terdiri dari 206 tulang.
Rangka apendikuler (anggota tubuh) terdiri atas tiga kelompok besar yaitu
tulangtengkorak, tulang badan dan tulang anggota gerak. Tulang–tulang tengkorak
tersusundari 21 tulang. Sedangkan tulang – tulang penyusun tulang badan berjumlah 33
tulang,dan tulang – tulang penyusun tulang anggota gerak berjumlah 130 tulang.
Adapun pembagian tulang berdasarkan bentuknya yaitu tulang pipa atau tulang
panjang, tulang pipih dan tulang pendek.

3.2 SARAN

Demikian yang dapat penulis paparkan dalam makalah ini, tentunya masih
banyakkekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan
rujukan ataureferensi yang ada hubungannya dengan judul makalah yang penulis susun
tersebut. Penulisberharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang tentunya
membangun kepada demipenyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat
lebihmengembangkan ilmu tentang sistem muskuloskeletal.

DAFTAR ISI
Anatomi dan Fisiologi Modul Swa-instruksional . Jakarta: Penerbit buku

kedokteran EGC.Jati, Wijaya. 2007.

Swartz, Mark II. 1995. Buku ajardiagnosis fisik, Jakarta: EGC


Syaifuddin, 2011. Anatomi & Fisiologi : Kurikulum berbasis kopetensi
untuk keperawatan dan kebidanan edisi 4, EGC, Jakarta

Syaifuddin. 2002. Anatomi fisiologi berbasis kompetensi untuk keperawatan


dan kebidanan. Jakarta. Penerbit : EKG

Anda mungkin juga menyukai