Puji syukur kita panjatkan katrena berkat dan rahmat Allah SWT, penulisan
tugas rancangan aktualisasi dengan judul “Pelayanan prima di lingkup IGD
Puskesmas Dangia Kabupaten Kolaka Timur ” dapat diselsaikan dengan baik tepat
pada waktunya.
Penyusunan laporan aktualisasi dan habituasi ini tidak terlepas dari dukungan,
bimbingan, arahan, dan masukan dari berbagai pihak. Sebagai bentuk penghargaan,
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Ir. H. Sulwan Aboenawas. Selaku Pj. Bupati Kolaka Timur yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti Latihan Dasar CPNS Golongan III Tahun
2022.
2. Kepala badan pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Tenggara Ibu,
Dra.Yuni Nurmalawati, M.S
3. Ibu Dra. HJ. Murtini Balaka, M.Si. selaku kepala BKPSDM Kabupaten Kolaka
Timur
4. Bapak Ir. H. Amir Ma’sum, MM selaku coach dan senantiasa dengan sabar dan teliti
dalam proses pembimbingan penyusunan rancangan aktualisasi ini.
5. Bapak H. Nur Ahmad, S.Kep., Ns selaku kepala UPTD Puskesmas Dangia dan mentor
yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan rancangan
aktualisasi diri ini
6. Bapak dan Ibu Widyaiswara pelatih Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III
Angkatan CXXXV Tahun 2022 atas ilmu yang telah diberikan
7. Pelatih Latsar CPNS Gol. III Angkatan CXXXV, terkhusus wali kelas dan Korlap,
terima kasih atas bimbingan dan perhatiannya selama masa pelatihan.
8. Keluarga tercinta, yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil dalam
menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan dan kewajiban pada masa Latsar
9. Rekan-rekan seperjuangan peserta Latsar Golongan III Angkatan CXXXV, CXXXVI,
CXXXVII, CXXXVIII Tahun 2022 tanpa terkecuali yang selama ini telah banyak
berbagi bersama selama proses Latsar
Penulis berharap semoga Laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak dan dapat memberikan contoh tentang implementasi nilai-nilai “BerAKHLAK”
dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kerja dan masyarakat.
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................
B. Tujuan .......................................................................................
C. Manfaat .....................................................................................
D. Ruang lingkup
REFERENSI ........................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur Organisasi Puskemas Dangia Tabel 3.1 penetapan isu
Tabel 3.2 penetapan isu menggunakan metode APKL
Tabel 3.2 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “melakukan konsultasi kepada atasan / mentor”
Tabel 3.3 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “mengidentifikasi permasalahan pelayanan
prima di IGD”
Tabel 3.4 deskripsi kegiatan dan analisa dampak” menyusun SOP pelayanan prima di IGD”
Tabel 3.5 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “finalisasi SOP pelayanan prima di IGD
Tabel 3.6 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “membuat video pelayanan prima di IGD
Tabel 3.7 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “sosialisasi SOP pelayanan prima di lingkup
IGD
Tabel 3.8 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “monitoring/avaluasi kegiatan
Tabel 3.9 Matrix rekapitulasi rencana habituasi core value (berAKHLAK) Tabel 3.10
Estimasi Biaya Kegiatan
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Dalam UU ASN No. 5 Tahun 2014 dijelaskan bahwa Aparatur Sipil Negara
(ASN) adalah profesi bagi PNS dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintahan. Aparatur Sipil Negara adalah Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja yang diangkat oleh pejabat Pembina kepegawaian dan
diberikan tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas Negara lainnya
dan digaji berdasarkan peraturan perundang - undangan.
Sesuai UU No 5 tahun 2014 pasal 10 bahwa fungsi ASN yang terbagi atas 3
jenis yaitu (1) Pelaksana Kebijakan Publik, (2) Pelayan Publik, (3) Perekat dan
Pemersatu Bangsa, yang mana fungsi tersebut harus dilakukan penuh profesional
tanggungjawab dan dipertanggungjawabkan kepada publik, sehingga untuk
menciptakan PNS yang professional perlu dilaksanakan Latihan Dasar.
Implementasi nilai – nilai dasar profesi ASN sangat penting untuk diwujudkan
sebagai proses perubahan dan pembaharuan. Untuk itu, dalam pola pembinaan Calon
Aparatur Sipil Negara, diterapkan melalui dua tahapan yaitu internalisasi dan
aktualisasi. Tahapan pertama merupakan proses internalisasi nilai – nilai dasar ASN
yang diharapkan mampu diaplikasikan dalam dunia kerja, terutama dalam menjalankan
tugas dan fungsi sebagai ASN, serta dalam memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada publik. Dengan adanya proses aktualisasi nilai – nilai dasar profesi ASN,
kemampuan kognitif yang selama ini menjadi landasan utama dalam penilaian
pekerjaan akan dibarengi dengan nilai Budi Pekerti akan mendorong peserta Latsar agar
dapat mengimplementasikan bahkan memaknai setiap nilai dasar yang diketahui sebagai
pondasi dalam melakukan kegiatan.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya di wilayah kerjanya. Pelayanan Kesehatan adalah
upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang: a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat; b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu c. hidup dalam lingkungan sehat; dan d. memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Peran ASN dibidang
kesehatan adalah mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas prima dipusat-
pusat pelayanan kesehatan yang ada seperti rumah sakit dan puskesmas, , diharapkan
dengan adanya aktualisasi nilai dasar ASN yang tertuang dalam BerAKHLAK
(Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif)
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya masyarakat di kecamatan
Sragi.
Dalam Undang–undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tantang
kesehatan, pada pasal 1 ayat 1, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara social dan ekonomis. Pada ayat 7 di bahas tentang fasilitas pelayanan
kesehatan, adalah suatu alat dan/ atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang
di lakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Pelayanan Prima (Excellent Service) menurut pengertian “ Pelayanan”, yang
berarti “usaha melayani kebutuhan orang lain” atau dari pengertian ”melayani “ yang
berarti ”membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang”. Dengan
Prima atau excellent yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan. Dalam upaya
mewujudkan pelayanan yang prima sehingga mampu memberikan kepuasan kepada
masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan, sehingga perlu diadakan
perbaikan dan penertiban masing- masing unit pelayanan untuk meningkatkan kualitas
dan mutu pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan/ pasien. Dalam hal ini
puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari para pegawainya
serta meningkatkan fasilitas atau sarana kesehatannya untuk memberikan kepuasan
kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan.
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan selama melaksanakan tugas 2 minggu
di dapatkan bahwa masih kurang optimalnya pelayanan pasien kegawatdaruratan pada
Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Puskesmas Sragi disebabkan belum adanya
keteraturan alur pelayanan pasien, Penjelasan yang berubah-ubah terkait sistem tarif
pelayanan pasien oleh petugas IGD, belum adanya pelayanan pasien prioritas, belum
lengkapnya pemberian informed consent pasien yang mendapat tindakan medis invasif
dan pasien rujukan.
Dari uraian diatas maka penulis mempunyai ide untuk membuat judul aktualisasi
yaitu “Pelayanan prima di lingkup IGD Puskesmas Sragi”
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
B. Manfaat
1. Bagi penulis
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan laporan aktualisasi ini merupakan deskripsi dari tugas pokok
dan fungsi serta uraian-uraian tugas, bersumber dari :
1. UPTD puskesmas Dangia
A. GAMBARAN ORGANISASI
6
a. Menyelengarakan upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan yang bermutu dan
merata
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam membudayakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
c. Meningkatkan sumber daya petugas kesehatan
“SMART”
7
6. Struktur oraganisasi puskesmas Dangia
Struktur Organisasi Puskemas Dangia adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Struktur Organisasi
Puskemas Dangia
KEPALA PUSKESMAS
HJ.SUDARMIN, S.Tr.Keb
SISTEM INFORMASI
SDMK KEUANGAN KEPEGAWAIAN
PUSKESMAS
NURUL FAJRIANI,SKM
JARINGAN
UKM ESENSIAL DAN
UKM PENGEMBANGAN UKP KEFARMASIAN DAN PELAYANAN
KEPERAWATAN KESMAS
LABORATORIUM PUSKESMAS DAN
JEJARING
PJ.RUANG
PROMOSI
KESEHATAN JIWA PEMERIKSAAN UMUM BIDAN DESA
KESEHATAN
DAN ANAK
KESEHATAN
KIA/KB PJ.KIA/KB
OLAHRAGA
KESEHATAN
GIZI UGD
INDERA
KESEHATAN
IMUNISASI
KERJA
UKS FARMASI
LABORATORIUM
c. Perawat 23 orang
d. Bidan 26 orang
8
e. Sanitarian 3 orang
f. Gizi 2 orang
h. Farmasi 1 orang
9
i. Laboratorium 1 Orang
10
14. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan pada
tahap pre/ intra/post operasi.
15. Memberikan perawatan pada pasien dalam rangka melakukan perawatan paliatif.
16. Memberikan dukungan/fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi
kehilangan/berduka/menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan.
17. Melakukan perawatan luka.
a. Berorientasi Pelayanan
11
bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4
UU Pelayanan Publik, yaitu kepentingan hukum, kepastian hukum, keseimbangan hak
dan kewajiban, keprofesionalann, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif,
keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas, dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Pelayanan publik yang
berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan pengguna layanan. Apabila
dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat , pelayanan yang berorientasi
pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.
Dari penjelasan diatas terdapat tiga unsur dalam pelayanan publik khususnya
dalam konteks Aparatur Sipil Negara (ASN), yaitu :
1) Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi ;
12
serta berpenampilan rapih, melayani dengan cepat dan tepat waktu, serta melayani
dengan kemampuan , keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
b. Akuntabel
13
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi akuntabilitas
kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas
kebijakan. Akuntabilitas tidak akan terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas berupa:
Perencanaan Strategis, Kontrak Kinerja, dan Laporan Kinerja.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa indikator
dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah, dalam hal ini pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi
Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok/instansi.
3) Integritas
Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab
adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja
maupun yang tidak di sengaja.
5) Keadilan
kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau
orang.
6) Kepercayaan
7) Keseimbangan
14
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan
Usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
c. Kompeten
15
Keterampilan individu meliputi:
16
dapat dilakukan secara masif, dengan melibatkan antara lain atasan peserta pelatihan
sebagai mentor sekaligus juga sebagai coach.
d. Harmonis
Harmonis adalah suatu istilah yang berasal dari kata harmoni. Harmoni, dalam
bahasa Yunani adalah harmonia, yang berarti terikat secara serasi/sesuai. Harmonis
adalah istilah yang bersangkut paut dengan (mengenai) harmoni atau seia sekata.
Sementara itu, harmoni adalah pernyataan rasa, aksi, gagasan, dan minat. Harmoni juga
dapat dipahami sebagai keselarasan atau keserasian. Dalam bidang filsafat, harmoni
atau harmonis adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh,
seharusnya terdapat harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau tidak, maka
belum tentu orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Singkatnya harmoni adalah
ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta.
Kesuksesan kinerja suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh suasana
tempat kerja yang harmonis. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan
dampak positif bagi karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi
produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara keseluruhan. Suasana harmoni
dalam lingkungan bekerja akan membuat kita secara individu tenang, menciptakan
kondisi yang memungkinkan untuk saling berkolaborasi dan bekerja sama.
Dalam mewujudkan suasana harmonis maka ASN harus memiliki pengetahuan
tentang historisitas ke- Indonesiaan sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses
17
perjuangan dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam
gerakan-gerakan separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahan dan
menjadi ancaman persatuan bangsa. Selain itu, penerapan sikap perilaku yang beretika
merupakan ciri-ciri perwujudan sikap harmonis oleh ASN. Dalam pasal 5 UU Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN telah dijelaskan dua belas kode etik dan kode perilaku ASN
yang mendorong terciptanya suasana harmonis di lingkungan kerja, dua belas kode etik
dan kode perilaku tersebut adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
18
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain;
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai disiplin pegawai
ASN.
e. Loyal
Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti
setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu. Sedangkan dalam Kamus Oxford Dictionary kata
Loyal didefinisikan sebagai “giving or showing firm and constant support or allegiance
to a person or institution (tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan
kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi)”.
Untuk seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat
emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang
akan memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, yaitu :
1) Taat pada Peraturan,
19
Seorang pegawai yang loyal akan selalu taat pada peraturan.
2) Bekerja dengan Integritas
Banyak asumsi menyebutkan bahwa kesetiaan seorang pegawai dilihat dari seberapa
besar ketaatan mereka di organisasi.
3) Tanggung Jawab pada Organisasi
Ketika seorang pegawai memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, maka secara
otomatis ia akan merasa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap organisasinya.
4) Kemauan untuk Bekerja Sama
Pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, tidak segan untuk
bekerja sama dengan anggota lain. tidak mungkin dicapai oleh seorang anggota secara
invidual.
5) Rasa Memiliki yang Tinggi
Adanya rasa ikut memiliki anggota terhadap organisasi akan membuat anggota
memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap organisasi sehingga
pada akhirnya akan menimbulkan sikap sesuai dengan pengertian loyalitas demi
tercapainya tujuan organisasi.
6) Hubungan Antar Pribadi
Pegawai yang memiliki loyalitas tinggi akan mempunyai hubungan antar pribadi yang
baik terhadap pegawai lain dan juga terhadap pemimpinnya.
7) Kesukaan Terhadap Pekerjaan
Sebagai manusia, seorang pegawai pasti akan mengalami masa-masa jenuh terhadap
pekerjaan
20
yang dilakukannya setiap hari. Seorang pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan
pengertian loyalitas akan mampu menghadapi permasalahan ini dengan bijaksana.
8) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
Setiap organisasi yang besar dan ingin maju pasti menciptakan suasana debat dalam
internalnya. Debat dalam hal ini kondisi dimana pegawai dapat mengutarakan opini
mereka masing-masing.
9) Menjadi teladan bagi Pegawai lain
Salah satu ciri loyalitas berikutnya adalah pegawai yang bisa memberikan contoh bagi
pegawai lain.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara, dengan panduan perilaku sebagai berikut :
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah ;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara
21
meningkatkan kecintaannya kepada bangsa dan negara guna membangun sikap loyal
sebagai bekal dalam mengawali pengabdian kepada Negara dan bangsa sebagai seorang
ASN. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat
dibangun dengan cara terus meningkatkan sikap nasionalismenya kepada bangsa dan
negara sehingga mampu melaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, dan perekat serta pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945.
f. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat
mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga
kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan
kehidupan.
Definisi adaptif dalam KBBI adalah mudah menyesuaikan (diri) dengan
keadaan. Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris, seperti Cambridge menyebutkan
bahwa adaptif adalah “having an ability to change to suit changing conditions”, atau
kemampuan untuk berubah dalam sitauasi yang berubah. Sedangkan dalam Collins
dictionary disebutkan bahwa “adaptive means having the ability or tendency to adapt to
different situations” 1, atau adaptif adalah
22
kemampuan atau kecenderungan untuk menyesuaikan diri pada situasi yang berbeda .
Ini artinya bahwa sebagian besar kamus bahasa memberi penekanan dalam pengertian
adaptif pada hal kemampuan (ability) untuk menyesuaikan diri.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan. Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari
kemampuan respon organisasi dalam mengadaptasi perubahan. Budaya adaptif dalam
pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta
meningkatkan kinerja pelayanan publik.
Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara
lain sebagai berikut :
1) Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
Bentuk antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek
kebijakan yang merespon isu atau permasalahan publik sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhannya
2) Mendorong jiwa kewirausahaan
23
3) Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah Pemerintah dalam
memaksimalkan kinerja
pelayanan publik maupun fungsi-fungsi lainnya seyogyanya mampu memahami dan
memaksimalkan peluang yang ada.
4) Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya
Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk memasukan pertimbangan
kepentingan dari mitra kerja maupun masyarakat. Dalam hal ini tujuan organisasi
pemerintah harus dikembalikan pada fungsi melayani, yang berarti mengedepankan
kepentingan mitra dan masyarakat.
5) Terkait dengan kinerja instansi
g. Kolaboratif
Secara etimologi, collaborative berasal dari kata co dan labor yang mengandung
makna sebagai penyatuan tenaga atau peningkatan kemampuan yang dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama.
Selanjutnya, kata kolaborasi sering kali digunakan untuk menjelaskan proses
penyelesaian pekerjaan
24
yang bersifat lintas batas, lintas sektor, lintas hubungan (O’Leary, 2010), ataupun lintas
organisasi bahkan lintas negara sekalipun. Adapun secara terminologi kolaborasi
mengandung makna yang sangat umum dan luas yang mendeskripsikan adanya situasi
tentang terjadinya kerja sama antara dua orang ataupun institusi atau lebih yang
saling memahami permasalahan masing-masing secara bersama-sama dan berusaha
untuk saling membantu memecahkan permasalahan masing-masing secara bersama-
sama pula.
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga
perlu dijelaskan yaitu collaborative governance. Collaborative governance dalam artian
sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559),
menyatakan Collaborative governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk
pelayanan publik. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif,
serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi
dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema
M. White, 2012). Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan
keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya
atau interaksi stakeholders bahwa organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian
strategi kebijakan, collaborative governance menekankan semua aspek yang memiliki
kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan bersama dengan “berbagi
kekuatan”. (Taylo Brent and Rob C. de Loe, 2012).
Salah satu faktor yang memiliki kontribusi terbesar dalam menyukseskan
berbagai kegiatan di
bidang
25
‘pemerintahan’ itu terletak pada kerelaan para pegawai dalam mengerjakan tugas
pekerjaan mereka secara teamwork atau adanya aktivitas kerja yang dilakukan secara
kolaboratif Bahkan kolaborasi dapat menciptakan para pegawai menjadi lebih
bertanggung jawab,sehingga lambat laun akan dapat meningkatkan derajat motivasi
mereka, terutama ketika mereka bekerja secara teamwork. Terlebih lagi apabila mereka
dihadapkan pada sebuah tantangan yang datang dari luar organisasi. Situasi yang
demikian ini akan dapat meningkatkan kreativitas kerja mereka secara tajam yang
bertujuan untuk meningkatkan semangat berkolaborasi yang semakin kuat dan sehat.
Upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam lingkup
koordinasi yang lebih luas dilakukan dengan sebuah pendekatan yang disebut Whole of
Government (WoG) guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik. WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-
urusan yang relevan.
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi
yaitu :
1) Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau Lembaga ;
2) Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate ;
26
5) Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan
6) Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
a. Manajemen ASN
b. Smart ASN
27
mencegah kita dari melakukan hal-hal lain, berpikir dengan cara lain, memiliki jenis
lain dari hubungan. Constraint dalam literasi digital bisa meliputi kurangnya
infrastruktur, akses, dan minimnya penguatan literasi digital (Jones dan Hafner, 2012).
Konsep literasi digital telah lama berkembang seiring dengan perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Menurut Gilster (1997) literasi digital
mengacu kepada kemampuan untuk memahami, mengevaluasi
dan mengintegrasi ke dalam berbagai format (multiple formats) dalam bentuk
digital. Titik berat dari literasi digital adalah untuk mengevaluasi dan
menginterpretasi informasi yang ada. Sementara itu, Lankshear dan Knobel (dalam
Bawden, 2008) mendefinisikan literasi digital sebagai analisis praktik sosial
yang mengidentifikasi poin-poin penting untuk
pembelajaran yang efektif.
Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses
mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020;
Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital
yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia
digital dengan penuh tanggung jawab. Literasi digital juga merupakan kemampuan
untuk secara kreatif terlibat dalam praktik sosial tertentu, untuk mengasumsikan
identitas sosial yang tepat, dan untuk membentuk atau mempertahankan berbagai
hubungan sosial di ruang digital.
Kerangka kerja literasi digital merupakan dasar perancangan program serta
kurikulum literasi digital
28
Indonesia 2020-2024. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari empat pilar pokok yaitu
etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
1) Digital Ethics (Etika Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang
digital membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di
domain ‘kolektif, informal’;
2) Digital Culture (Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud kewarganegaraan digital
dalam konteks keindonesiaan berada pada domain ‘kolektif, formal’ di mana
kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara
dalam batas- batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung
jawabnya dalam ruang ‘negara’;
3) Digital Safety (Aman Bermedia Digital) sebagai panduan bagi individu agar dapat
menjaga keselamatan dirinya berada pada domain ‘single, formal’ karena sudah
menyentuh instrumen-instrumen hukum positif; dan
4) Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi
digital, berada di domain ‘single, informal’. Keempat pilar tersebut digunakan untuk
mengetahui tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai
teknologi digital.
29
C. PROFIL PESERTA
Pendidikan : Ners
Kolaka Timur
30
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI
Isu Diharapkan
1 Keterlambatan Kurang optimalnya Pelayanan prima di IGD
pelayanan di pelayanan prima di IGD puskesmas Dangia
IGD
2 Melakukan Kurangnya kepatuhan Pasien rutin untuk
pelayanan medik berobat pasien Hipertensi melakukan kontrol
umum rawat hipertensi di
jalan Puskesmas Dangia
3 Melakukan Perawat tidak melakukan Perawat melakukan
komunikasi komuniksai terapiuetik komunikasi terapiuetik
terapiuetik dalam dengan efektif dalam memberikan asuhan
pemberian asuhan keperawatan
keperawatan
2. Analisa Isu
Berdasarkan identifikasi Isu diatas, perlu dilakukan proses analisis isu untuk
menentukan isu mana yang merupakan prioritas yang dapat dicari solusi oleh penulis.
Proses tersebut menggunakan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu yaitu APKL
(Aktual, Problematik, Khalayak, dan Layak).
APKL memiliki 4 (empat) kriteria penilaian yaitu:
d. Layak artinya Isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.
Untuk menentukan isu maka dilakukan seleksi berdasarkan alat bantu APKL dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 penetapan isu menggunakan metode APKL
Kriteria
No Penilaian Masalah A P K L Bobot Peringkat
4 3 3 313 III
Keterangan :
Dampa
Keterlambatan penanganan
pasien di IGD
Isu
Penyebab
Belum adanya
Tidak adanya
Petugas yang pedoman
petugas yang
tidak kompeten pelayanan prima
berjaga
Dampak yang akan terjadi apabila isu “kurang optimalnya pelayanan prima di
IGD puskesmas Dangia kabupaten Kolaka Timur” tidak diselsaikan dengan segera
adalah semakin menurunnya tingkat mutu pelayanan di puskesmas Dangia. Dan juga
dengan kurang optimalnya pelayan prima di IGD, sangat berpengaruh pada tugas dan
fungsi ASN sebagai Pelayan Publik
B. Gagasan kreatif/terpilih dan kegiatan sebagai pemecah Isu
Berdasarkan identifikasi isu dan analisa isu yang telah dijelaskan di atas, maka
isu yang diangkat adalah belum optimalnya pelayanan prima di IGD Puskesmas Dangia.
Adapun gagasan kreatif yang penulis akan lakukan dalam kegiatan aktualisasi untuk
penyelesaian isu tersebut adalam membuat video pelayanan prima di IGD.
C. Deskripsi/penjelasan kegiatan
Kontribusi ter
Tahapan kegiatan Keterkaitan substasi mata pelatihan
No kegiatan Output/hasil vissi, misi dan
organisas
1 2 3 4 5 6
1 melakukan Menyiapkan Tersedianya Terlaksananya ke
1 2 3 4 5
mengidentifikasi Menanyakan Adangan BERORIENTASI PELAYANAN:
1 2 3 4 5
menyusun Membuat Adanya konsep BERORIENTASI PELAYANAN:
Tabel 3.5 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “finalisasi SOP pelayanan prima di
IGD”
1 2 3 4 5
finalisasi Mengumulkan Adanya konsep BERORIENTASI PELAYANAN:
1 2 3 4 5
membuat Menyiapkan Adanya alat BERORIENTASI PELAYANAN:
di lingkup IGD
Membangun kreatifitas melalui referens
konsep, dan sampai pada tahap akhi
penyusunan video prlayanan prima
KOLABORATIF:
Memberikan kesempatan kepada reka
kerja untuk ikut dalam pembuatan video
Tabel 3.7 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “sosialisasi SOP pelayanan prima di
lingkup IGD”
1 2 3 4 5
Sosialisasi Memberikan Terlaksananya BERORIENTASI PELAYANAN:
1 2 3 4 5
monitoring/avaluasi Menyiapkan Tersedianya BERORIENTASI PELAYANAN:
Menyetujui
Coach
peserta
NIP. 196710011993031008
NIP. 199510302022031008
D. Matrix rekapitulasi rencana habituasi core value ASN (BerAKHLAK)
Adapun matrix rekapitulasi rencana habituasi core value ASN (BerAKHLAK), dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.9
kegiatan Jumlah
no Mata pelatihan Ke- Ke- Ke- Ke- Ke- Ke- Ke- aktualisasi
per MP
1 2 3 4 5 6 7
Berorientasi
1 1 1 1 1 1 1 1 7
pelayanan
2 Akuntabel 1 1 1 1 1 1 1 7
3 Kompeten 1 1 1 1 1 1 1 7
4 Harmonis 1 1 1 1 1 1 1 7
5 Adaptif 1 1 1 1 1 1 1 7
6 kolaboratif 1 1 1 1 1 1 1 7
Jumlah aktualisasi per
6 6 6 6 6 6 6 42
kegiatan
E. Estimasi biaya
T. Jun-22 Jul-22
No Kegiatan
keg 10 1 1 1 14 1 16 1 1 19 2 21 2 23 2 2 2 27 28 29 30 1 2 3 4 5
1 2 3 5 7 8 0 2 4 5 6
Menyiapk
a n bahan
konsultasi
Membuat
jadwal
pertemuan
dengan
melakuk pimpinan/
1 an mentor
konsultas
Melakuka
i kepada
n
atasan /
Konsultas
mentor
i dengan
pimpinan/
mentor
Meminta
persetujua
n
pimpinan/
mentor
Menanya
k an
mengide
tentang
n tifikasi
pelayanan
2 permasal
prima
ahan
pelayana
di lingkup
n prima
IGD
di IGD
Mencatat
apa
yang
menjadi
informasi
Membuat
konsep
SOP
pelayanan
prima di
Lingkup
IGD
menyusu Membaha
3 n SOP s konsep
pelayana SOP
n prima dengan
di IGD pimpinan/
mentor
Mencatat
hasil
pembahas
an konsep
SOP
Mengump
u lkan
konsep
SOP
pelayanan
prima
finalisasi di lingkup
4 SOP IGD
pelayana Membuat
n prima SOP
di IGD pelayanan
prima
di lingkup
IGD
Mencetak
SOP
pelayanan
prima
di lingkup
IGD
Menyiapk
a n alat
dan
tempat
membua Membagi
5 t video peran
pelayana yang akan
n prima
di
di IGD mainkan
dalam
video
penyambil
a
n video
Mengedit
video
Memberik
an
sosialisasi
kepada
petugas
perawat
Sosialisa di
6 si IGD
Memberi
SOP
video
pelayana
n prima
penerapan
di
pelayanan
lingkup
prima
IGD
di lingkup
IGD
Dokument
a si
kegiatan
Menyiapk
an
bahan
evaluasi
7 monitori
Membuat
n
laporan
g/avaluas
aktualisasi
i
Melaporka
kegiatan
n hasil
kegiatan
aktualisasi
pada
pimpinan
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Diharapkan seluruh ASN dalam hal ini terkhusus tenaga kesehatan (Perawat)
mampu menerapkan nilai-nilai dasar ASN (Berorientasi pelayanan, akuntabel,
kompeten, harmonis, loyal, adaptif, kolaboratif) di lingkungan kerja dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga kesehatan agar dapat menjadi
ASN yang profesional yang mampu melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya, serta
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan terutama mengenai
pemprioritasan pasien di puekesmas Dangia.
54