Anda di halaman 1dari 71

RANCANGAN AKTUALISASI NILAI DASAR ASN (BerAKHLAK)

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III


ANGKATAN CXXXV TAHUN 2022

PELAYANAN PRIMA DI LINGKUP IGD PUSKESMAS DANGIA


KABUPATEN KOLAKA TIMUR

Disusun oleh : Nama : MARCEL STYONOTO,


S.Kep.,Ns NIP 199510302022031008
NDH 36

Jabatan : AHLI PERTAMA - PERAWAT Instansi :


PUSKESMAS DANGIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI
SULAWESI TENGGARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan katrena berkat dan rahmat Allah SWT, penulisan
tugas rancangan aktualisasi dengan judul “Pelayanan prima di lingkup IGD
Puskesmas Dangia Kabupaten Kolaka Timur ” dapat diselsaikan dengan baik tepat
pada waktunya.
Penyusunan laporan aktualisasi dan habituasi ini tidak terlepas dari dukungan,
bimbingan, arahan, dan masukan dari berbagai pihak. Sebagai bentuk penghargaan,
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Ir. H. Sulwan Aboenawas. Selaku Pj. Bupati Kolaka Timur yang telah
memberikan kesempatan untuk mengikuti Latihan Dasar CPNS Golongan III Tahun
2022.
2. Kepala badan pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Tenggara Ibu,
Dra.Yuni Nurmalawati, M.S
3. Ibu Dra. HJ. Murtini Balaka, M.Si. selaku kepala BKPSDM Kabupaten Kolaka
Timur
4. Bapak Ir. H. Amir Ma’sum, MM selaku coach dan senantiasa dengan sabar dan teliti
dalam proses pembimbingan penyusunan rancangan aktualisasi ini.
5. Bapak H. Nur Ahmad, S.Kep., Ns selaku kepala UPTD Puskesmas Dangia dan mentor
yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan rancangan
aktualisasi diri ini
6. Bapak dan Ibu Widyaiswara pelatih Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III
Angkatan CXXXV Tahun 2022 atas ilmu yang telah diberikan
7. Pelatih Latsar CPNS Gol. III Angkatan CXXXV, terkhusus wali kelas dan Korlap,
terima kasih atas bimbingan dan perhatiannya selama masa pelatihan.
8. Keluarga tercinta, yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil dalam
menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan dan kewajiban pada masa Latsar
9. Rekan-rekan seperjuangan peserta Latsar Golongan III Angkatan CXXXV, CXXXVI,
CXXXVII, CXXXVIII Tahun 2022 tanpa terkecuali yang selama ini telah banyak
berbagi bersama selama proses Latsar

Penulis berharap semoga Laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak dan dapat memberikan contoh tentang implementasi nilai-nilai “BerAKHLAK”
dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kerja dan masyarakat.

Kendari, Juni 2022


Penulis,

MARCEL STYONOTO, S.Kep., Ns NIP. 199510302022031008


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................

A. Latar belakang ..........................................................................

B. Tujuan .......................................................................................

C. Manfaat .....................................................................................

D. Ruang lingkup

BAB II. GAMBARAN UMUM ORGANISASI, KONSEP NILAI-NILAI DASAR,


KEDUDUKAN PERAN ASN DAN PENETAPAN ISU DAN PROFIL PESERTA
...............................................................................
A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI ..........................................

B. NILAI-NILAI DASAR ASN .........................................................

C. PROFIL PESERTA ...................................................................

BAB III, RANCANGAN AKTUALISASI .................................................

A. IDENTIFIKASI, PENETAPAN DAN ANALISA ISU ....................

B. GAGASAN KREATIF/TERPILIH DAN KEGIATAN


SEBAGAI PEMECAHAN ISU
....................................................................
C. DESKRIPSI/PENJELASAN KEGIATAN

D. MATRIX REKAPITULASI RENCANA HABITUASI CORE VALUE ASN


(BerAKHLAK)....................................................................
E. ESTIMASI BIAYA ......................................................................

F. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN .....................................

BAB IV PENUTUP ...............................................................................

REFERENSI ........................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Organisasi Puskemas Dangia Tabel 3.1 penetapan isu
Tabel 3.2 penetapan isu menggunakan metode APKL

Tabel 3.2 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “melakukan konsultasi kepada atasan / mentor”
Tabel 3.3 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “mengidentifikasi permasalahan pelayanan
prima di IGD”
Tabel 3.4 deskripsi kegiatan dan analisa dampak” menyusun SOP pelayanan prima di IGD”
Tabel 3.5 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “finalisasi SOP pelayanan prima di IGD
Tabel 3.6 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “membuat video pelayanan prima di IGD
Tabel 3.7 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “sosialisasi SOP pelayanan prima di lingkup
IGD
Tabel 3.8 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “monitoring/avaluasi kegiatan
Tabel 3.9 Matrix rekapitulasi rencana habituasi core value (berAKHLAK) Tabel 3.10
Estimasi Biaya Kegiatan
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Pohon akar masalah


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam UU ASN No. 5 Tahun 2014 dijelaskan bahwa Aparatur Sipil Negara
(ASN) adalah profesi bagi PNS dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintahan. Aparatur Sipil Negara adalah Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja yang diangkat oleh pejabat Pembina kepegawaian dan
diberikan tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas Negara lainnya
dan digaji berdasarkan peraturan perundang - undangan.
Sesuai UU No 5 tahun 2014 pasal 10 bahwa fungsi ASN yang terbagi atas 3
jenis yaitu (1) Pelaksana Kebijakan Publik, (2) Pelayan Publik, (3) Perekat dan
Pemersatu Bangsa, yang mana fungsi tersebut harus dilakukan penuh profesional
tanggungjawab dan dipertanggungjawabkan kepada publik, sehingga untuk
menciptakan PNS yang professional perlu dilaksanakan Latihan Dasar.
Implementasi nilai – nilai dasar profesi ASN sangat penting untuk diwujudkan
sebagai proses perubahan dan pembaharuan. Untuk itu, dalam pola pembinaan Calon
Aparatur Sipil Negara, diterapkan melalui dua tahapan yaitu internalisasi dan
aktualisasi. Tahapan pertama merupakan proses internalisasi nilai – nilai dasar ASN
yang diharapkan mampu diaplikasikan dalam dunia kerja, terutama dalam menjalankan
tugas dan fungsi sebagai ASN, serta dalam memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada publik. Dengan adanya proses aktualisasi nilai – nilai dasar profesi ASN,
kemampuan kognitif yang selama ini menjadi landasan utama dalam penilaian
pekerjaan akan dibarengi dengan nilai Budi Pekerti akan mendorong peserta Latsar agar
dapat mengimplementasikan bahkan memaknai setiap nilai dasar yang diketahui sebagai
pondasi dalam melakukan kegiatan.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya di wilayah kerjanya. Pelayanan Kesehatan adalah
upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang: a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat; b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu c. hidup dalam lingkungan sehat; dan d. memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Peran ASN dibidang
kesehatan adalah mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas prima dipusat-
pusat pelayanan kesehatan yang ada seperti rumah sakit dan puskesmas, , diharapkan
dengan adanya aktualisasi nilai dasar ASN yang tertuang dalam BerAKHLAK
(Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif)
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya masyarakat di kecamatan
Sragi.
Dalam Undang–undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tantang
kesehatan, pada pasal 1 ayat 1, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara social dan ekonomis. Pada ayat 7 di bahas tentang fasilitas pelayanan
kesehatan, adalah suatu alat dan/ atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang
di lakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Pelayanan Prima (Excellent Service) menurut pengertian “ Pelayanan”, yang
berarti “usaha melayani kebutuhan orang lain” atau dari pengertian ”melayani “ yang
berarti ”membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang”. Dengan
Prima atau excellent yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan. Dalam upaya
mewujudkan pelayanan yang prima sehingga mampu memberikan kepuasan kepada
masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan, sehingga perlu diadakan
perbaikan dan penertiban masing- masing unit pelayanan untuk meningkatkan kualitas
dan mutu pelayanan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan/ pasien. Dalam hal ini
puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari para pegawainya
serta meningkatkan fasilitas atau sarana kesehatannya untuk memberikan kepuasan
kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan.
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan selama melaksanakan tugas 2 minggu
di dapatkan bahwa masih kurang optimalnya pelayanan pasien kegawatdaruratan pada
Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Puskesmas Sragi disebabkan belum adanya
keteraturan alur pelayanan pasien, Penjelasan yang berubah-ubah terkait sistem tarif
pelayanan pasien oleh petugas IGD, belum adanya pelayanan pasien prioritas, belum
lengkapnya pemberian informed consent pasien yang mendapat tindakan medis invasif
dan pasien rujukan.
Dari uraian diatas maka penulis mempunyai ide untuk membuat judul aktualisasi
yaitu “Pelayanan prima di lingkup IGD Puskesmas Sragi”

2. Maksud dan Tujuan


A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Teraktualisasikan nilai-nilai dasar ASN, yakni Berorientasi pelayanan,


Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif (BerAKHLAK) dalam
melakukan kegiatan pelayanan
publik sesuai dengan tugas dan fungsi perawat.

2. Tujuan Khusus

Terlaksananya pelayanan prima di lingkup IGD Puskesmas Dangia Kabupaten Kolaka


Timur

B. Manfaat

1. Bagi penulis

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, membentuk sikap dan perilaku


sesuai dengan nilai-nilai dasar ASN dalam melaksanakan pelayanan publik berdasarkan
tugas dan fungsi sebagai seorang perawat.
2. Bagi Organisasi

Menguatkan visi dan misi Puskesmas sehingga dapat memberikan pelayanan


kesehatan yang prima kepada semua lapisan masyarakat secara cepat, bermutu namun
terjangkau dengan dilandasi etika profesi dan ketulusan hati dengan cara memberikan
pelayanan prima di IGD Puskesmas Dangia Kabupaten Kolaka Timur.
3. Bagi Masyarakat

a. Pasien merasa terlayani dengan baik saat berobat ke Puskesmas


b. Tingkat kepuasan pasien meningkat

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan laporan aktualisasi ini merupakan deskripsi dari tugas pokok
dan fungsi serta uraian-uraian tugas, bersumber dari :
1. UPTD puskesmas Dangia

2. Instruksi pimpinan langsung

3. Inisiatif sendiri se izin mentor

4. Gabungan dari ketiga sumber tersebut


D. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan aktualisasi ini berlangsung sejak tanggal 10 juni sampai 12 juli


2022 bertempat di dalam gedung puskesmas Dangia Kabupaten Kolaka Timur Sulawesi
Tenggara.
BAB II

GAMBARAN UMUM ORGNISASI, KONSEP NILAI-NILAI DASAR DAN


KEDUDUKAN PERAN ASN DAN PENETAPAN ISU DAN PROFIL PESERTA

A. GAMBARAN ORGANISASI

1. PROFIL PUSKESMAS DANGIA

Kedudukan Puskesmas Dangia dalam sistem kesehatan Kabupaten Kolaka Timur


adalah sebagai unit pelaksana teknis daerah yang bertanggung jawab menyelenggarakan
sebagai tugas pembangunan kesehatan kabupaten/ kota di wilayah kerjanya. Wilayah
kerja Puskesmas Dangia sekitar 100,40 Km² yang terdiri dari 12 desa yang terletak di
Kolaka Timur dengan batas wilayah Puskesmas Dangia, sbb:
a. Utara berbatasan dengan Kecamatan Ladongi

b. Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lambandia

c. Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan

d. Barat berbatasan dengan Kecamatan Poli-Polia Puskesmas Dangia merupakan


puskesmas non perawatan
yang terdiri dari pelayanan rawat jalan, apotik, ruangan persalinan dan ambulance 24
jam. Puskesmas Dangia juga memiliki 1 pustu, 4 poskesdes, 2 polindes dan 12
posyandu yang berada di 12 desa. Puskesmas Dangia terletak di Desa Gunung Jaya,
Kecamatan Dangia, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara
2. Visi Puskesmas Dangia

Adapun Visi Puskesmas Dangia, sebagai berikut :

“ Mendorong Terwujudnya Masyarakat Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Dangia


Kecamatan Dangia “
3. Misi Puskesmas Dangia

Adapun Misi Puskesmas Dangia, sebagai berikut :

6
a. Menyelengarakan upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan yang bermutu dan
merata
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam membudayakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
c. Meningkatkan sumber daya petugas kesehatan

4. Tata Nilai Puskesmas Dangia

Adapun tata nilai Puskesmas Dangia, sebagai berikut :

“SMART”

a. Sehat (S) : mengupayakan masyarakat sehat melalui pembangunan berwawasan


kesehatan
b. Malu (M) : memiliki budaya malu bila tidak melakukan tugas dengan sebaiknya
c. Akuntabel (A) : memberikan pelayanan kesehatan sesuai pedoman dan standar
pelayanan yang ditetapkan, dapat diukur dan dapat dipertanggungjawabkan
d. Ramah (R) : memiliki sifat sopan dan santun kepada seluruh masyarakat dan rekan
kerja
e. Teladan (T) : petugas kesehatan dapat menjadi contoh

5. Motto Puskesmas Dangia

Adapun Motto Puskesmas Dangia, sebagai berikut :

“Kerja Cerdas, Ikhlas dan Tuntas Budaya Kami”

7
6. Struktur oraganisasi puskesmas Dangia

Struktur Organisasi Puskemas Dangia adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Struktur Organisasi
Puskemas Dangia

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR DINAS KESEHATAN


STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS DANGIA

KEPALA PUSKESMAS

H. NUR AHMAD, S.Kep.,NS

KEPALA TATA USAHA

HJ.SUDARMIN, S.Tr.Keb

SISTEM INFORMASI
SDMK KEUANGAN KEPEGAWAIAN
PUSKESMAS
NURUL FAJRIANI,SKM

JARINGAN
UKM ESENSIAL DAN
UKM PENGEMBANGAN UKP KEFARMASIAN DAN PELAYANAN
KEPERAWATAN KESMAS
LABORATORIUM PUSKESMAS DAN
JEJARING

PJ.RUANG
PROMOSI
KESEHATAN JIWA PEMERIKSAAN UMUM BIDAN DESA
KESEHATAN
DAN ANAK

KESEHATAN KESEHATAN JIWA KESEHATAN GIGI


LINGKUNGAN MASYARAKAT MULUT

KESEHATAN
KIA/KB PJ.KIA/KB
OLAHRAGA

KESEHATAN
GIZI UGD
INDERA

P2P KESEHATAN RUANG GIZI


LANSIA

KESEHATAN
IMUNISASI
KERJA

BATRA RAWAT INAP

UKS FARMASI

LABORATORIUM

7. Data Tenaga Kerja Puskesmas Dangia Tahun 2021

a. Dokter Umum 2 orang

b. Dokter Gigi 1 orang

c. Perawat 23 orang

d. Bidan 26 orang

8
e. Sanitarian 3 orang

f. Gizi 2 orang

g. Kesehatan Masyarakat 3 orang

h. Farmasi 1 orang

9
i. Laboratorium 1 Orang

8. Tugas dan fungsi perawat terampil

Berdasarkan Permenpan RB Nomor 35 Tahun 2019 pasal 8 tentang uraian tugas


perawat terampil yang dapat menjadi pedoman bagi Perawat Terampil Berstatus ASN
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu.

2. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan.


3. Melaksanakan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka melakukan
upaya promotif.
4. Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan/ pelindung fisik pada pasien untuk
mencegah risiko cedera pada individu dalam rangka upaya preventif.
5. Memberikan oksigenasi sederhana.

6. Memberikan tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat/ bencana/ kritikal.


7. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman serta bebas risiko penularan
infeksi.
8. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana pada area medikal bedah.
9. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area anak.
10. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area maternitas.
11. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area komunitas.
12. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana di area jiwa.
13. Melakukan tindakan terapi komplementer/ holistik.

10
14. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan pada
tahap pre/ intra/post operasi.
15. Memberikan perawatan pada pasien dalam rangka melakukan perawatan paliatif.
16. Memberikan dukungan/fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi
kehilangan/berduka/menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan.
17. Melakukan perawatan luka.

18. Melakukan dokumentasi tindakan keperawatan

B. Nilai-nilai dasar ASN

1. Konsepsi Nilai Dasar

a. Berorientasi Pelayanan

Pelayanan publik sebagaimana yang tercantum dalam UU Pelayanan Publik


adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan atau pelayanan administrative yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah
setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, Lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain
yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan pengertian
tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara
pelayanan public yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan

11
bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4
UU Pelayanan Publik, yaitu kepentingan hukum, kepastian hukum, keseimbangan hak
dan kewajiban, keprofesionalann, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif,
keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas, dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Pelayanan publik yang
berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan pengguna layanan. Apabila
dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat , pelayanan yang berorientasi
pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.
Dari penjelasan diatas terdapat tiga unsur dalam pelayanan publik khususnya
dalam konteks Aparatur Sipil Negara (ASN), yaitu :
1) Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi ;

2) Penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sector privat dan :


3) Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan pelayanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan
pelayanan. Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani
dengan senyum, menyapa, dan memberi salam,

12
serta berpenampilan rapih, melayani dengan cepat dan tepat waktu, serta melayani
dengan kemampuan , keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang prima.
b. Akuntabel

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung jawaban yang harus dicapai yang


merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi
tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas merupakan prinsip dasar bagi
organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban
jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Namun pada dasarnya, kedua konsep itu memiliki makna yang berbeda. Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab. Akuntabilitas adalah suatu kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu
untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis); untuk mencegah korupsi
dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); dan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal
(pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan akuntabilitas horisontal
(pertanggungjawaban pada masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi
sektor publik yang

13
akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi akuntabilitas
kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas
kebijakan. Akuntabilitas tidak akan terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas berupa:
Perencanaan Strategis, Kontrak Kinerja, dan Laporan Kinerja.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa indikator
dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Kepemimpinan

Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah, dalam hal ini pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi

Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok/instansi.
3) Integritas

Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab

adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja
maupun yang tidak di sengaja.
5) Keadilan

kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau
orang.
6) Kepercayaan

Keadilan membawa pada sebuah kepercayaan.

Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.

7) Keseimbangan

14
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan

Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang jelas


tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
9) Konsistensi

Usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

c. Kompeten

Kompetensi menurut Wibowo (2007) adalah suatu kemampuan untuk


melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau
pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai
sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tertentu.
Aspek penting berkaitan dengan perilaki kompetensi adalah sebagai berikut :
1) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan yang berkaitan dengan pekerjaan meliputi:

 Mengetahui dan memahami pengetahuan dibidang masing-masing ;


 Mengetahui pengetahuan yang berhubungan dengan peraturan, prosedur, teknik yang
baru dalam institusi pemerintahan.
2) Keterampilan (Skill)

15
Keterampilan individu meliputi:

 Kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik secara tulisan ;


 Kemampuan berkomunikasi dengan jelas secara lisan.
3) Sikap (Attitude)

Sikap individu, meliputi :

 Memiliki kemampuan dalam


berkomunikasi dalam berkreativitas dalam
bekerja ;
 Adanya semangat kerja yang tinggi.

Kompetensi berdasarkan aspek yang dijelaskan diatas merupakan perpaduan


antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang
terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.
Dalam konteks ASN sesuai Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017 kompetensi
juga diartikan sebagai deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan. Kompetensi menjadi factor penting
untuk mewujudkan pegawai professional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai
profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya,
termasuk mewujudknannya dalam kinerja.
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan ASN untuk
meningkatkan kompetensinya yaitu klasikal dan non klasikal. Optimalisasi hak akses
pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan pendekatan pelatihan non klasikal,
diantaranya e-learning, job enrichment, dan job enlargement termasuk coaching dan
mentoring. Coaching dan Mentoring selain efisien karena

16
dapat dilakukan secara masif, dengan melibatkan antara lain atasan peserta pelatihan
sebagai mentor sekaligus juga sebagai coach.

d. Harmonis

Harmonis adalah suatu istilah yang berasal dari kata harmoni. Harmoni, dalam
bahasa Yunani adalah harmonia, yang berarti terikat secara serasi/sesuai. Harmonis
adalah istilah yang bersangkut paut dengan (mengenai) harmoni atau seia sekata.
Sementara itu, harmoni adalah pernyataan rasa, aksi, gagasan, dan minat. Harmoni juga
dapat dipahami sebagai keselarasan atau keserasian. Dalam bidang filsafat, harmoni
atau harmonis adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh,
seharusnya terdapat harmoni antara jiwa jasad seseorang manusia, kalau tidak, maka
belum tentu orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi. Singkatnya harmoni adalah
ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta.
Kesuksesan kinerja suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh suasana
tempat kerja yang harmonis. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan
dampak positif bagi karyawan yang akhirnya memberikan efek domino bagi
produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara keseluruhan. Suasana harmoni
dalam lingkungan bekerja akan membuat kita secara individu tenang, menciptakan
kondisi yang memungkinkan untuk saling berkolaborasi dan bekerja sama.
Dalam mewujudkan suasana harmonis maka ASN harus memiliki pengetahuan
tentang historisitas ke- Indonesiaan sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses

17
perjuangan dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam
gerakan-gerakan separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahan dan
menjadi ancaman persatuan bangsa. Selain itu, penerapan sikap perilaku yang beretika
merupakan ciri-ciri perwujudan sikap harmonis oleh ASN. Dalam pasal 5 UU Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN telah dijelaskan dua belas kode etik dan kode perilaku ASN
yang mendorong terciptanya suasana harmonis di lingkungan kerja, dua belas kode etik
dan kode perilaku tersebut adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa


tekanan;
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara;
7) Mengunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan
efisien;
8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;

18
10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain;
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai disiplin pegawai
ASN.

e. Loyal

Istilah Loyal secara etimologis diadaptasi dari bahasa

Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti
setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri pada masa lalu. Sedangkan dalam Kamus Oxford Dictionary kata
Loyal didefinisikan sebagai “giving or showing firm and constant support or allegiance
to a person or institution (tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan
kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi)”.
Untuk seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat
emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang
akan memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, yaitu :
1) Taat pada Peraturan,

19
Seorang pegawai yang loyal akan selalu taat pada peraturan.
2) Bekerja dengan Integritas

Banyak asumsi menyebutkan bahwa kesetiaan seorang pegawai dilihat dari seberapa
besar ketaatan mereka di organisasi.
3) Tanggung Jawab pada Organisasi

Ketika seorang pegawai memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, maka secara
otomatis ia akan merasa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap organisasinya.
4) Kemauan untuk Bekerja Sama

Pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, tidak segan untuk
bekerja sama dengan anggota lain. tidak mungkin dicapai oleh seorang anggota secara
invidual.
5) Rasa Memiliki yang Tinggi

Adanya rasa ikut memiliki anggota terhadap organisasi akan membuat anggota
memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap organisasi sehingga
pada akhirnya akan menimbulkan sikap sesuai dengan pengertian loyalitas demi
tercapainya tujuan organisasi.
6) Hubungan Antar Pribadi

Pegawai yang memiliki loyalitas tinggi akan mempunyai hubungan antar pribadi yang
baik terhadap pegawai lain dan juga terhadap pemimpinnya.
7) Kesukaan Terhadap Pekerjaan

Sebagai manusia, seorang pegawai pasti akan mengalami masa-masa jenuh terhadap
pekerjaan

20
yang dilakukannya setiap hari. Seorang pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan
pengertian loyalitas akan mampu menghadapi permasalahan ini dengan bijaksana.
8) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan

Setiap organisasi yang besar dan ingin maju pasti menciptakan suasana debat dalam
internalnya. Debat dalam hal ini kondisi dimana pegawai dapat mengutarakan opini
mereka masing-masing.
9) Menjadi teladan bagi Pegawai lain

Salah satu ciri loyalitas berikutnya adalah pegawai yang bisa memberikan contoh bagi
pegawai lain.

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara, dengan panduan perilaku sebagai berikut :
1) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah ;
2) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3) Menjaga rahasia jabatan dan negara

Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah,


dan martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara
daripada kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya
terhadap bangsa dan negara. Agar hal tersebut dapat terwujud maka Wawasan
Kebangsaan setiap ASN terus dimantapkan untuk

21
meningkatkan kecintaannya kepada bangsa dan negara guna membangun sikap loyal
sebagai bekal dalam mengawali pengabdian kepada Negara dan bangsa sebagai seorang
ASN. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat
dibangun dengan cara terus meningkatkan sikap nasionalismenya kepada bangsa dan
negara sehingga mampu melaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, dan perekat serta pemersatu bangsa berlandaskan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945.

f. Adaptif

Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat
mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga
kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan
kehidupan.
Definisi adaptif dalam KBBI adalah mudah menyesuaikan (diri) dengan
keadaan. Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris, seperti Cambridge menyebutkan
bahwa adaptif adalah “having an ability to change to suit changing conditions”, atau
kemampuan untuk berubah dalam sitauasi yang berubah. Sedangkan dalam Collins
dictionary disebutkan bahwa “adaptive means having the ability or tendency to adapt to
different situations” 1, atau adaptif adalah

22
kemampuan atau kecenderungan untuk menyesuaikan diri pada situasi yang berbeda .
Ini artinya bahwa sebagian besar kamus bahasa memberi penekanan dalam pengertian
adaptif pada hal kemampuan (ability) untuk menyesuaikan diri.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan. Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari
kemampuan respon organisasi dalam mengadaptasi perubahan. Budaya adaptif dalam
pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta
meningkatkan kinerja pelayanan publik.
Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara
lain sebagai berikut :
1) Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
Bentuk antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek
kebijakan yang merespon isu atau permasalahan publik sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhannya
2) Mendorong jiwa kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu gagasan penting dari konsep


reinventing government yang dipraktekkan di Amerika Serikat. Dengan jiwa
kewirausahaan ini maka pemerintah dan birokrasi secara khusus melakukan
pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien dan efektif layaknya organisasi
bisnis memaksimalkan tata kelola aset dan modalnya untuk meraih keuntungan sebesar-
besarnya.

23
3) Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah Pemerintah dalam
memaksimalkan kinerja
pelayanan publik maupun fungsi-fungsi lainnya seyogyanya mampu memahami dan
memaksimalkan peluang yang ada.
4) Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya
Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk memasukan pertimbangan
kepentingan dari mitra kerja maupun masyarakat. Dalam hal ini tujuan organisasi
pemerintah harus dikembalikan pada fungsi melayani, yang berarti mengedepankan
kepentingan mitra dan masyarakat.
5) Terkait dengan kinerja instansi

Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan diwujudkan ke dalam organisasi


sebagai upaya meningkatkan kinerja instansi. Budaya adaptif tidak dilakukan untuk
menyerah pada tuntutan lingkungan, tetapi justru untuk merespon dan bereaksi dengan
baik kepada perubahan lingkungan, dengan tujuan untuk mempertahankan atau bahkan
meningkatkan kinerja instansinya.

g. Kolaboratif

Secara etimologi, collaborative berasal dari kata co dan labor yang mengandung
makna sebagai penyatuan tenaga atau peningkatan kemampuan yang dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama.
Selanjutnya, kata kolaborasi sering kali digunakan untuk menjelaskan proses
penyelesaian pekerjaan

24
yang bersifat lintas batas, lintas sektor, lintas hubungan (O’Leary, 2010), ataupun lintas
organisasi bahkan lintas negara sekalipun. Adapun secara terminologi kolaborasi
mengandung makna yang sangat umum dan luas yang mendeskripsikan adanya situasi
tentang terjadinya kerja sama antara dua orang ataupun institusi atau lebih yang
saling memahami permasalahan masing-masing secara bersama-sama dan berusaha
untuk saling membantu memecahkan permasalahan masing-masing secara bersama-
sama pula.
Selain diskursus tentang definisi kolaborasi, terdapat istilah lainnya yang juga
perlu dijelaskan yaitu collaborative governance. Collaborative governance dalam artian
sempit merupakan kelompok aktor dan fungsi. Ansell dan Gash A (2007:559),
menyatakan Collaborative governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk
pelayanan publik. Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif,
serangkaian aktivitas bersama di mana mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi
dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya (Davies Althea L Rehema
M. White, 2012). Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan
keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya
atau interaksi stakeholders bahwa organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian
strategi kebijakan, collaborative governance menekankan semua aspek yang memiliki
kepentingan dalam kebijakan membuat persetujuan bersama dengan “berbagi
kekuatan”. (Taylo Brent and Rob C. de Loe, 2012).
Salah satu faktor yang memiliki kontribusi terbesar dalam menyukseskan
berbagai kegiatan di
bidang

25
‘pemerintahan’ itu terletak pada kerelaan para pegawai dalam mengerjakan tugas
pekerjaan mereka secara teamwork atau adanya aktivitas kerja yang dilakukan secara
kolaboratif Bahkan kolaborasi dapat menciptakan para pegawai menjadi lebih
bertanggung jawab,sehingga lambat laun akan dapat meningkatkan derajat motivasi
mereka, terutama ketika mereka bekerja secara teamwork. Terlebih lagi apabila mereka
dihadapkan pada sebuah tantangan yang datang dari luar organisasi. Situasi yang
demikian ini akan dapat meningkatkan kreativitas kerja mereka secara tajam yang
bertujuan untuk meningkatkan semangat berkolaborasi yang semakin kuat dan sehat.
Upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam lingkup
koordinasi yang lebih luas dilakukan dengan sebuah pendekatan yang disebut Whole of
Government (WoG) guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik. WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-
urusan yang relevan.
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi
yaitu :
1) Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau Lembaga ;
2) Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate ;

3) Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya


'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik ;
4) Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif ;

26
5) Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan
6) Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

2. Kedudukan dan Peran ASN

a. Manajemen ASN

Manajemen ASN pada dasarnya adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan


Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etikaprofesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN berfokus
pada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan zaman. Pegawai ASN
berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan
oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik.

b. Smart ASN

Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Keterjangkauan


(affordances) yang dirasakan dari ruang ekspresi ini mendorong produksi, berbagi,
diskusi, dan evaluasi opini publik melalui cara tekstual (Barton dan Lee, 2013).
Affordance berarti alat yang memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal baru, berpikir
dengan cara baru, mengekspresikan jenis makna baru, membangun jenis hubungan baru
dan menjadi tipe orang baru. Affordance dalam literasi digital adalah akses, perangkat,
dan platform digital. Sementara pasangannya yaitu kendala (constraint),

27
mencegah kita dari melakukan hal-hal lain, berpikir dengan cara lain, memiliki jenis
lain dari hubungan. Constraint dalam literasi digital bisa meliputi kurangnya
infrastruktur, akses, dan minimnya penguatan literasi digital (Jones dan Hafner, 2012).
Konsep literasi digital telah lama berkembang seiring dengan perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Menurut Gilster (1997) literasi digital
mengacu kepada kemampuan untuk memahami, mengevaluasi
dan mengintegrasi ke dalam berbagai format (multiple formats) dalam bentuk
digital. Titik berat dari literasi digital adalah untuk mengevaluasi dan
menginterpretasi informasi yang ada. Sementara itu, Lankshear dan Knobel (dalam
Bawden, 2008) mendefinisikan literasi digital sebagai analisis praktik sosial
yang mengidentifikasi poin-poin penting untuk
pembelajaran yang efektif.

Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Literasi digital juga
banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses
mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020;
Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital
yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia
digital dengan penuh tanggung jawab. Literasi digital juga merupakan kemampuan
untuk secara kreatif terlibat dalam praktik sosial tertentu, untuk mengasumsikan
identitas sosial yang tepat, dan untuk membentuk atau mempertahankan berbagai
hubungan sosial di ruang digital.
Kerangka kerja literasi digital merupakan dasar perancangan program serta
kurikulum literasi digital

28
Indonesia 2020-2024. Kerangka kerja literasi digital terdiri dari empat pilar pokok yaitu
etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
1) Digital Ethics (Etika Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang
digital membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di
domain ‘kolektif, informal’;
2) Digital Culture (Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud kewarganegaraan digital
dalam konteks keindonesiaan berada pada domain ‘kolektif, formal’ di mana
kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara
dalam batas- batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung
jawabnya dalam ruang ‘negara’;
3) Digital Safety (Aman Bermedia Digital) sebagai panduan bagi individu agar dapat
menjaga keselamatan dirinya berada pada domain ‘single, formal’ karena sudah
menyentuh instrumen-instrumen hukum positif; dan
4) Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi
digital, berada di domain ‘single, informal’. Keempat pilar tersebut digunakan untuk
mengetahui tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai
teknologi digital.

29
C. PROFIL PESERTA

Nama : MARCEL STYONOTO, S.Kep., Ns


Tempat, Tanggal Lahir : 199510302022031008

Pendidikan : Ners

Jabatan : Ahli pertama - Perawat

Unit Kerja : Puskesmas Dangia


Instansi : Dinas Kesehatan Kabupaten

Kolaka Timur

30
BAB III RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi, Penetapan dan Analisa Isu

1. Identifikasi dan penetapan isu

Berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman dan konsultasi dengan mentor serta


beberapa rekan kerja terdapat isu-isu yang layak diangkat dan dijadikan rancangan
aktualisasi, beberapa isu yang di angkat
Tabel 3.1 penetapan isu

No Isu dan Sumber Kondisi Saat Ini Kondisi yang

Isu Diharapkan
1 Keterlambatan Kurang optimalnya Pelayanan prima di IGD
pelayanan di pelayanan prima di IGD puskesmas Dangia
IGD
2 Melakukan Kurangnya kepatuhan Pasien rutin untuk
pelayanan medik berobat pasien Hipertensi melakukan kontrol
umum rawat hipertensi di
jalan Puskesmas Dangia
3 Melakukan Perawat tidak melakukan Perawat melakukan
komunikasi komuniksai terapiuetik komunikasi terapiuetik
terapiuetik dalam dengan efektif dalam memberikan asuhan
pemberian asuhan keperawatan
keperawatan

2. Analisa Isu

Berdasarkan identifikasi Isu diatas, perlu dilakukan proses analisis isu untuk
menentukan isu mana yang merupakan prioritas yang dapat dicari solusi oleh penulis.
Proses tersebut menggunakan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu yaitu APKL
(Aktual, Problematik, Khalayak, dan Layak).
APKL memiliki 4 (empat) kriteria penilaian yaitu:

a. Aktual artinya Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan


dalam masyarakat;
b. Problematik artinya Isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga
perlu dicarikan segera solusinya;
c. Khalayak artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak;

d. Layak artinya Isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.

Untuk menentukan isu maka dilakukan seleksi berdasarkan alat bantu APKL dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 penetapan isu menggunakan metode APKL

Kriteria
No Penilaian Masalah A P K L Bobot Peringkat

1. Kurang optimalnya pelayanan


prima di IGD
5 4 3 4 16 I

2. Kurangnya kepatuhan berobat


pasien Hipertensi

4 3 3 313 III

3. Perawat tidak melakukan


komuniksai terapiuetik dengan
efektif 4 4 3 314 II

Keterangan :

5 : Sangat (Aktual, Kekhalayakan, Problematik, Kelayakan)


4 : Aktual (Aktual, Kekhalayakan, Problematik, Kelayakan)

3 : Cukup (Aktual, Kekhalayakan, Problematik, Kelayakan)

2 : Tidak (Aktual, Kekhalayakan, Problematik, Kelayakan)

1 : Sangat tidak (Aktual, Kekhalayakan, Problematik, Kelayakan)


3. Analisa penyebab

Dampa
Keterlambatan penanganan
pasien di IGD

Isu

Kurang optimalnya pelayanan


prima di IGD

Penyebab
Belum adanya
Tidak adanya
Petugas yang pedoman
petugas yang
tidak kompeten pelayanan prima
berjaga

SOP pelayanan prima


Solusi Kreatif
Video pelayanan prima

Gambar 3.1 Pohon akar masalah


4. Dampak bila isu tidak diselesaikan

Dampak yang akan terjadi apabila isu “kurang optimalnya pelayanan prima di
IGD puskesmas Dangia kabupaten Kolaka Timur” tidak diselsaikan dengan segera
adalah semakin menurunnya tingkat mutu pelayanan di puskesmas Dangia. Dan juga
dengan kurang optimalnya pelayan prima di IGD, sangat berpengaruh pada tugas dan
fungsi ASN sebagai Pelayan Publik
B. Gagasan kreatif/terpilih dan kegiatan sebagai pemecah Isu

Berdasarkan identifikasi isu dan analisa isu yang telah dijelaskan di atas, maka
isu yang diangkat adalah belum optimalnya pelayanan prima di IGD Puskesmas Dangia.
Adapun gagasan kreatif yang penulis akan lakukan dalam kegiatan aktualisasi untuk
penyelesaian isu tersebut adalam membuat video pelayanan prima di IGD.

C. Deskripsi/penjelasan kegiatan

1.Unit kerja Puskesmas Dangia


2.Isu yang diangkat :kurang optimalnya pelayanan prima di IGD

puskesmas Dangia Kabupaten Kolaka Timur


3.Gagasan kreatif :Membuat video pelayanan prima di IGD

4.Kegiatan yang :melakukan konsultasi kepada atasan /


dilakukan mentor
 mengidentifikasi permasalahan pelayanan
prima di IGD
 menyusun SOP pelayanan prima di IGD

 finalisasi SOP pelayanan prima di IGD

 membuat video pelayanan prima di IGD

 sosialisasi SOP pelayananprima di lingkup IGD


 monitoring/evaluasi kegiatan
Tabel 3.2 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “melakukan konsultasi kepada atasan /
mentor”

Kontribusi ter
Tahapan kegiatan Keterkaitan substasi mata pelatihan
No kegiatan Output/hasil vissi, misi dan
organisas
1 2 3 4 5 6
1 melakukan Menyiapkan Tersedianya Terlaksananya ke

konsultasi bahan konsultasi bahan konsultasi BERORIENTASI PELAYANAN: konsultasi dengan


Memenuhi kebutuhan masyarakat pimpinan merupa
kepada
mengenai informasi pelayanan prioritas perwujudan dari m
atasan /
yang dilakukan di lingkup IGD meningkatkan sum
mentor
AKUNTABEL: daya petugas kese
Bertanggung jawab atas usulan
Membuat jadwal Tersedianya
yang akan di diskusikan bersama untuk
pertemuan jadwal konsultasi mendapatkan jalan keluar KOMPETEN:
dengan Meningkatkan kompetensi diri melalui
pimpinan/mentor usulan pentingnya pelayanan prima
HARMOBIS:
Melakukan Catatan arahan Membangun lingkungan kerja yang

Konsultasi dan masukan dari kondusif dimana pegawai mampu


menyampaikan tentang pelayanan prima di
dengan pimpinan serta
IGD
pimpinan/mentor dokumentasi foto
LOYAL:
Menjaga nama baik instansi dengan cara
tetap mempertahankan adanya persetujuan
saat akan melakukan
Meminta Adanya persetujuan kegiatan
persetujuan pimpinan yang ADAPTIF:
pimpinan/mentor dibuktikan dengan Terus berinovasi memberikan pelayana
surat persetujuan yang terbaik melaui usulan penerapa
pelayanan prima di lingkup IGD

 Tabel 3.3 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “mengidentifikasi permasalahan


pelayanan prima di IGD”

Tahapan kegiatan Keterkaitan substasi mata pelatihan


No kegiatan Output/hasil

1 2 3 4 5
mengidentifikasi Menanyakan Adangan BERORIENTASI PELAYANAN:

permasalahan tentang informasi Ramah dalam proses mencari informa


terkait dengan pelayanan prima
pelayanan pelayanan tentang
AKUNTABEL:
prima di IGD prima di pelayanan Cermat dalam mengidentifika
permasalah yang timbul berkaitan deng
lingkup IGD prima di
pelayanan prima
lingkup IGD
KOMPETEN:
Mencatat apa yang Adanya catatan Membantu orang lain belajar dari ha
menjadi informasi informasi dari identifikasi pelayanan prima
perawat IGD HARMONIS:
Menghargai setiap orang apapun lat
belakangnya saat melakukan identifika
pelayanan prima
LOYAL:
Menjaga nama baik instansi deng
tidak menyebarkan data yang didapat
ADAPTIF:
Mengembangkan kreatifitas dalam
cara mengidentifikasi
maslah pelayanan prima
KOLABORATIF:
Memberikan kesempatan
kepada berbagai pihak untu
berkontribusi dalam
mendapatkan informasi masal
pelayanan primer
 Tabel 3.4 deskripsi kegiatan dan analisa dampak” menyusun SOP pelayanan prima di
IGD”

Tahapan kegiatan Keterkaitan substasi mata pelatihan


No kegiatan Output/hasil

1 2 3 4 5
menyusun Membuat Adanya konsep BERORIENTASI PELAYANAN:

SOP konsep SOP SOP Cekatan dalam menyusun SOP layanan


prima
pelayanan pelayanan prima pelayanan
AKUNTABEL:
prima di IGD di Lingkup IGD prima di Cermat dalam saya menyusun
konsep SOP pelayanan prima
lingkup IGD
KOMPETEN:
Meningkatkan kompetensi diri
Membahas Adangan kritik
dengan saya menerima kritik dan saran
konsep SOP dan saran yang
yang diberikan saat
dengan diberikan membahas SOP pelayanan prima
pimpinan/mentor terkait konsep HARMONIS:
Membangun lingkungan kerja yan
SOP
kondusif saat saya melakukan pembahsa
pelayanan
SOP pelayanan prima bersam pimpina
prima LOYAL:
Menjaga nama baik dalam saya
Mencatat hasil berprilaku saat membahas konsep SOP
pembahasan bersama pimpinan ADAPTIF:

konsep SOP Cepat menyesuaikan diri menghadap


perubahan yang berupa kritik dan sara
yang di
berikan saat melakukan
pembahasan konsep SOP
pelayanan prima
KOLABORATIF:
Memberi kesempatan kepada berbaga
pihak untuk
berkontribusi memberi masukan terka
konsep SOP pelayanan
prima

 Tabel 3.5 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “finalisasi SOP pelayanan prima di
IGD”

Tahapan kegiatan Keterkaitan substasi mata pelatihan


No kegiatan Output/hasil

1 2 3 4 5
finalisasi Mengumulkan Adanya konsep BERORIENTASI PELAYANAN:

SOP konsep SOP SOP Memahami dan memenuhi kebutuhan


masyarakat agar bisa mendapaka
pelayanan pelayanan pelayanan
pelayanan prima di IGD melaui adanya SOP
prima di IGD prima di prima lingkup pelayanan prima
AKUNTABEL:
lingkup IGD IGD
Bertanggung jawab atas arahan yan
diberiakan dalam membuat SOP pelayana
Membuat SOP Adanya SOP
prima di lingkup
pelayanan pelayanan
prima di prima di IGD

lingkup IGD lingkup IGD KOMPETEN:

Mencetak SOP Adanya print out Melaksanakan tugas dengan kualita


terbaik dalam hal saya membuat SOP
pelayanan prima SOP pelayanan
pelayanan prima di lingkup IGD
di lingkup IGD prima di lingkup
HARMONIS:
IGD
membangun lingkungan kerja
yang kondusif saat saya akan membuat
SOP pelayanan prima karena akan
melibatkan orang
banyak dalam pengerjaannya LOYAL:
Menjaga nama baik instansi dengan say
mengerjakan dengan sunggunh sunggu
SOP pelayanan prima
ADAPTIF:
Terus berinovasi dalam menciptaka
terobosan yang baru
 Tabel 3.6 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “membuat video pelayanan prima di
IGD”

Tahapan kegiatan Keterkaitan substasi mata pelatihan


No kegiatan Output/hasil

1 2 3 4 5
membuat Menyiapkan Adanya alat BERORIENTASI PELAYANAN:

video alat dan tempat perekam video Memahami kebutuhan


masyarakat mengenai tersediany
pelayanan dan tempat
informasi pelayana prima di lingkup IGD
prima di IGD perekaman AKUNTABEL:
Bertanggung jawab atas
video
penyusunan video edukasi yang menarik
dan mudah dipahami
Membagi peran Adanya peran
tetang pelayanan prima KOMPETEN:
yang akan di msing-masing
Menyusun video pelayanan prima d
mainkan dalam yang telh di lingkup IGD dengan kualiatas terbaik
video dapat HARMONIS:
Membangun lingkungan kerja yan

Penyambilan Adanya video kondusif dimana seluruh pegawa


memahami informasi pelayanan prima d
video penerapan SOP
lingkup IGD melalui tersedianya video
pelayanan prima
LOYAL:
Menjaga nama baik pelayanan di instans
Mengedit video Adanya video dengan melaui tanyangan video

pelayanan prima ADAPTIF:

di lingkup IGD
Membangun kreatifitas melalui referens
konsep, dan sampai pada tahap akhi
penyusunan video prlayanan prima
KOLABORATIF:
Memberikan kesempatan kepada reka
kerja untuk ikut dalam pembuatan video

Tabel 3.7 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “sosialisasi SOP pelayanan prima di
lingkup IGD”

Tahapan kegiatan Keterkaitan substasi mata pelatihan


No kegiatan Output/hasil

1 2 3 4 5
Sosialisasi Memberikan Terlaksananya BERORIENTASI PELAYANAN:

SOP sosialisasi kepada sosialisasi kepada Memahami kebutuhan


masyarakat mengenai tersediany
pelayanan
informasi pelayana prima di lingkup IGD
prima di petugas petugas IGD AKUNTABEL:
Bertanggung jawab atas konsep
lingkup IGD perawat di IGD
Memberi video Terlaksananya pelayanan prima di lingkup IGD
penerapan menonton video KOMPETEN:
pelayanan Memberikan sosialisai harus
memberikan kualiatas terbaik
prima di penerapan HARMONIS:
Membangun lingkungan kerja yan
lingkup IGD pelayanan
kondusif saat melakukan sosialisai aga
prima di
acara dapat berjalan dengan lancar
lingkup IGD LOYAL:

Dokumentasi Terlaksananya Menjaga nama baik pelayanan di instans


dengan melaui sosialisasi pelayanan prima
kegiatan dokumentasi
ADAPTIF:
kegiatan Menyesuaikan diri menghadap
perubahan pelayanan menjadi lebih prima
KOLABORATIF:
Memberikan kesempatan kepada reka
kerja untuk ikut dalam sosialisasi
Tabel 3.8 deskripsi kegiatan dan analisa dampak “monitoring/avaluasi kegiatan

Tahapan Keterkaitan substasi mata pelatihan


No Kegiatan kegiatan Output/hasil

1 2 3 4 5
monitoring/avaluasi Menyiapkan Tersedianya BERORIENTASI PELAYANAN:

Kegiatan bahan evaluasi bahan evaluasi Melakukan perubahan tiada he


pada hasil laporan aktualisasi
AKUNTABEL:
Membuat Adanya Melaporkan hasil kegiatan
dengan jujur KOMPETEN:
laporan laporan
Melaporkan hasil dengan
aktualisasi aktualisasi
kualitas terbaik HARMONIS:

Melaporkan Pimpinan telah Menghargai setiap orang dal


menyampaikan hasil aktualisasi
hasil kegiatan mengetahui
LOYAL:
aktualisasi pada hasil kegiatan
Menjaga nama baik instasi s
pimpinan disertai melaporkan hasil aktualisasi
dokumentasi ADAPTIF:
Terus berinovasi dalam menyu
laporan aktualisasi
KOLABORATIF:
Terbuka dalam kerja sama s
membuat laporan aktualisasi

Kendari, Juni 2022

Menyetujui

Coach
peserta

Ir. H. AMIR MA’SUM, MM


MARCEL STYONOTO, S.Kep., Ns

NIP. 196710011993031008
NIP. 199510302022031008
D. Matrix rekapitulasi rencana habituasi core value ASN (BerAKHLAK)

Adapun matrix rekapitulasi rencana habituasi core value ASN (BerAKHLAK), dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.9

Matrix rekapitulasi rencana habituasi core value (berAKHLAK)

kegiatan Jumlah
no Mata pelatihan Ke- Ke- Ke- Ke- Ke- Ke- Ke- aktualisasi
per MP
1 2 3 4 5 6 7
Berorientasi
1 1 1 1 1 1 1 1 7
pelayanan
2 Akuntabel 1 1 1 1 1 1 1 7
3 Kompeten 1 1 1 1 1 1 1 7
4 Harmonis 1 1 1 1 1 1 1 7
5 Adaptif 1 1 1 1 1 1 1 7
6 kolaboratif 1 1 1 1 1 1 1 7
Jumlah aktualisasi per
6 6 6 6 6 6 6 42
kegiatan

E. Estimasi biaya

Dalam melaksanakan kegiatan aktualisasi membutuhkan anggaran yang


bersumber dari peserta dan pihak yang tidak mengikat. Jika terdapat perubahan
anggaran saat pelaksanaan kegiatan aktualisasi. Akan dikomunikasikan kembali kepada
coach dan mentor. Adapun estimasi biaya dalam kegiatan ini, dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.10 Estimasi Biaya Kegiatan

No kegiatan kuntitas satuan harga


1 Kertas A4 1 Rim 55.000
2 Tinta printer hitam 1 Buah 100.000
3 Tinta printer warna 1 Bual 100.000
4 Kuota internet 16 Gb 65.000
A. Jadwal pelaksanaan kegiatan

T. Jun-22 Jul-22
No Kegiatan
keg 10 1 1 1 14 1 16 1 1 19 2 21 2 23 2 2 2 27 28 29 30 1 2 3 4 5
1 2 3 5 7 8 0 2 4 5 6
Menyiapk
a n bahan
konsultasi
Membuat
jadwal
pertemuan
dengan
melakuk pimpinan/
1 an mentor
konsultas
Melakuka
i kepada
n
atasan /
Konsultas
mentor
i dengan
pimpinan/
mentor
Meminta
persetujua
n
pimpinan/
mentor

Menanya
k an
mengide
tentang
n tifikasi
pelayanan
2 permasal
prima
ahan
pelayana
di lingkup
n prima
IGD
di IGD
Mencatat
apa

yang
menjadi
informasi
Membuat
konsep
SOP
pelayanan
prima di
Lingkup
IGD
menyusu Membaha
3 n SOP s konsep
pelayana SOP
n prima dengan
di IGD pimpinan/
mentor

Mencatat
hasil
pembahas
an konsep
SOP
Mengump
u lkan
konsep
SOP
pelayanan
prima

finalisasi di lingkup
4 SOP IGD
pelayana Membuat
n prima SOP
di IGD pelayanan
prima

di lingkup
IGD

Mencetak
SOP
pelayanan
prima

di lingkup
IGD
Menyiapk
a n alat
dan
tempat

membua Membagi
5 t video peran
pelayana yang akan
n prima
di

di IGD mainkan
dalam
video
penyambil
a
n video
Mengedit
video
Memberik
an
sosialisasi
kepada
petugas
perawat
Sosialisa di
6 si IGD

Memberi
SOP
video
pelayana
n prima
penerapan
di
pelayanan
lingkup
prima
IGD

di lingkup
IGD

Dokument
a si
kegiatan
Menyiapk
an

bahan
evaluasi
7 monitori
Membuat
n
laporan
g/avaluas
aktualisasi
i
Melaporka
kegiatan
n hasil
kegiatan
aktualisasi
pada
pimpinan
BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

ASN merupakan suatu profesi yang dituntut bekerja secara professional


sehingga menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas. Perawat sebagai ASN perlu
menanamkan nilai-nilai dasar profesi agar terwujudnya pelayanan kesehatan yang
berkualitas sehingga dengan demikian keberadaan Perawat yang berkompetensi
merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik keperawatan yang berkualitas.
Melalui kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar berorientasi pelayanan, akuntabel,
kopeten, harmonis, loyal, adaptif, kolaboratif (BerAKHLAK) diharapkan mampu
meningkatkan kinerja ASN dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebbagai pelayan
publik yang memiliki kompetensi mampu bekerja secara profesional demi kepentingan
masyarakat, organisasi, bangsa dan negara.

B. SARAN

Diharapkan seluruh ASN dalam hal ini terkhusus tenaga kesehatan (Perawat)
mampu menerapkan nilai-nilai dasar ASN (Berorientasi pelayanan, akuntabel,
kompeten, harmonis, loyal, adaptif, kolaboratif) di lingkungan kerja dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga kesehatan agar dapat menjadi
ASN yang profesional yang mampu melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya, serta
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan terutama mengenai
pemprioritasan pasien di puekesmas Dangia.
54

Anda mungkin juga menyukai