Agia Irgiandi - 2101020061 - PGSD 21
Agia Irgiandi - 2101020061 - PGSD 21
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh,
Agia Irgiandi
NIM 2101020061
oleh
NIDN 0430109302
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat-
Nya, sehingga penyusunan makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya dan semoga bisa
bermanfaat bagi orang yang membacanya.
Makalah ini merupakan kajian-kajian tentang “Kebijakan-kebijakan Pemerintah untuk
PAUD”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia”.
Ucapan terimakasih kepada Bapak Deni Chandra, M.Pd. selaku pembimbing mata
Bahasa Indonesia ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah yang kami susun masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Undang-Undang Tentang Pendidikan Anak Usia Dini.................................. 3
B. Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan Anak Usia Dini.......................... 4
C. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013.................................................... 12
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 23
A. Kesimpulan..................................................................................................... 23
B. Saran............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggara
pendidikan dasar. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Sejak saat itulah, perkembangan pendidikan usia dini tumbuh dengan
pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya.
Pendidikan usia dini tidak hanya terbatas pada Taman Kanak-Kanak (TK)
sebagai pendidikan prasekolah formal, tetapi mencakup kegiatan lainnya,
seperi Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak, Pendidikan Anak Usia
Dini Sejenis dan lainnya. Kesadaran masyarakat untuk memberikan
pendidikan di usia dini mulai meningkat walaupun belum mencapai apa yang
diharapkan.
Oleh karena itu Pendidikan Anak Usia Dini dipantau dan bekerjasama dengan
pemerintah setempat, sehingga dikelurkan peraturan-peraturan yang didalamnya
terkandung undang-undang, kebijakan pemerintah untuk penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini tersebut agar berjalan dengan baik. Di dalam
peraturan pemerintah tersebut terdapat poin-poin penting untuk penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja undang-undang tentang Pendidikan Anak Usia Dini ?
2. Apa saja peraturan pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini ?
3. Apa saja kebijakan-kebijakan pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia
Dini ?
C. Tujuan
1. Mengetahui tetang undang-undang Pendidikan Anak Usia Dini
2. Mengetahui peraturan-peraturan pemerintah tentang Pendidikan Anak
Usia Dini
3. Mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah tentang Pendidikan Anak
Usia Dini
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
f. Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.”
4. Dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
4
pemenuhan tingkat pencapaian perkembangan yang sesuai dengan
tingkat usia anak.
e. Standar Penilaian adalah kriteria tentang penilaian proses dan
hasil pembelajaran dalam rangka mengetahui tingkat pencapaian
yang sesuai dengan tingkat usia anak.
f. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria
tentang kualifikasi akademik dan kompetensi yang dipersyaratkan
bagi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD.
g. Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria tentang
persyaratan pendukung penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan anak usia dini secara holistik dan integratif yang
memanfaatkan potensi lokal.
h. Standar Pengelolaan adalah kriteria tentang perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan atau program PAUD.
i. Standar Pembiayaan adalah kriteria tentang komponen dan
besaran biaya personal serta operasional pada satuan atau program
PAUD.
j. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang
dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
k. Satuan atau program PAUD adalah layanan PAUD yang
dilaksanakan pada suatu lembaga pendidikan dalam bentuk Taman
Kanak-kanak (TK)/Raudatul Athfal (RA)/Bustanul Athfal (BA),
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), dan
Satuan PAUD Sejenis (SPS).
l. Kurikulum PAUD adalah seperangkat rencana dan pengaturan
5
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pengembangan
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
m. Pembelajaran adalah proses interaksi antar anak didik, antara anak
didik dan pendidik dengan melibatkan oangtua serta sumber
belajar pada suasana belajar dan bermain di satuan atau program
PAUD.
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini:
a. Pasal 1
Pendidikan Anak Usia Dini, yang selanjutnya disingkat PAUD,
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
b. Pasal 2
a. PAUD diselenggarakan berdasarkan kelompok usia dan jenis
layanannya, yang meliputi :
a. Layanan PAUD untuk usia sejak lahir sampai dengan 6
tahun terdiri atas Taman Penitipan Anak dan Satuan PAUD
Sejenis (SPS), dan yang sederajat.
b. Layanan PAUD untuk usia 2 sampai dengan 4 tahun
terdiri atas Kelompok Bermain (KB) dan yang
sejenisnya.
c. Layanan PAUD untuk usia 4 sampai dengan 6 tahun terdiri
atas Taman Kanak kanak (TK)/Raudhatul Athfal
(RA)/Bustanul Athfal (BA), dan yang sederajat.
b. SPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a antara lain berbentuk
Pos PAUD, Taman Posyandu (TP), Taman Asuhan Anak Muslim
(TAAM), PAUD Taman Pendidikan Al Qur’an (PAUD TPQ),
PAUD Bina Iman Anak (PAUD BIA), PAUD
6
Pembinaan Anak Kristen (PAUD PAK), dan Nava Dhamma
Sekha.
c. Pasal 3
1) Kurikulum PAUD disebut Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini.
2) Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
3) Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 terdiri atas :
a. Kerangka Dasar Kurikulum
b. Struktur Kurikulum
e. Pedoman Pembelajaran
f. Pedoman Penilaian
7
acuan untuk membantu pendidik dalam mengembangkan
kurikulum operasional yang kontekstual.
8
4) Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 2
dijabarkan lebih lanjut dalam indikator pencapaian
perkembangan anak.
e. Pasal 5
1) Struktur kurikulum PAUD memuat program-program
pengembangan yang mencakup:
a. Nilai agama dan moral
b. Fisik-motorik
c. Kognitif
d. Bahasa
e. Sosial-emosional
f. Seni
2) Program pengembangan nilai agama dan moral sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf a mencakup perwujudan suasana belajar
untuk berkembangnya perilaku baik yang bersumber dari nilai agama
dan moral serta bersumber dari kehidupan bermasyarakat dalam
konteks bermain.
9
7) Program pengembangan seni sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf f
g. Pasal 7
1) Pembelajaran pada satuan PAUD dilakukan dengan lama
belajar dan pelaksana pengasuhan terprogram.
10
2) Lama belajar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 PAUD
ditetapkan atas dasar kelompok usia sebagai berikut :
a. Kelompok usia lahir sampai 2 tahun dengan lama
belajar paling sedikit 120 menit per minggu.
b. Kelompok usia 2 tahun sampai 4 tahun dengan lama
belajar paling sedikit 360 menit per minggu.
c. Kelompok usia 4 tahun sampai 6 tahun dengan lama
belajar paling sedikit 900 menit per minggu.
c. Satuan PAUD untuk kelompok usia 4-6 tahun yang tidak dapat
melakukan pembelajaran 900 menit perminggu sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 huruf c, wajib melaksanakan
pembelajaran 540 menit dan ditambah 360 menit pengasuhan
terprogram.
d. Pengasuhan terprogram sebagaimana dimaksud pada ayat 3
merupakan kegiatan pengasuhan orang tua yang dibina oleh
satuan PAUD.
h. Pasal 8
1) Program pengembangan PAUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat 1 dilakukan melalui serangkaian proses pemberian rangsangan
pendidikan oleh pendidik, respons peserta didik, intervensi pendidik,
dan penguatan oleh pendidik.
11
1) Kerangka Dasar Kurikulum dan Struktur Kurikulum PAUD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 8
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2) Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat 3 huruf c tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
3) Pedoman Pengembangan KTSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat 3 huruf d tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
4) Pedoman Pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 3
huruf e tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
12
a. Anak usia dini adalah anak sejak janin dalam kandungan sampai dengan
usia 6 tahun yang dikelompokkan atas janin dalam kandungan sampai
lahir, lahir sampai dengan usia 28 hari, usia 1 sampai dengan 24 bulan,
dan usia 2 sampai dengan 6 tahun.
b. Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif adalah upaya
pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling terkait secara
simultan, sistematis, dan terintegrasi.
c. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah
sampai dengan derajat ketiga.
d. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/atau
ibu tiri, atau ayah dan/atau ibu angkat.
e. Pengasuh pengganti adalah orang atau lembaga yang diberi hak
atau wewenang untuk melakukan pengasuhan anak.
f. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
g. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
h. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang koordinasi kesejahteraan rakyat.
13
Holistik-Integratif menuju terwujudnya anak Indonesia yang sehat,
cerdas, ceria,dan berakhlak mulia.
b. Tujuan khusus Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
adalah:
a. Terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara utuh meliputi
kesehatan dan gizi, rangsangan pendidikan, pembinaan moral-emosional
dan pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai kelompok umur.
b. Terlindunginya anak dari segala bentuk kekerasan, penelantaran,
perlakuan yang salah, dan eksploitasi di manapun anak berada.
c. Terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan selaras
antar lembaga layanan terkait, sesuai kondisi wilayah.
d. Terwujudnya komitmen seluruh unsur terkait yaitu orang tua,
keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dalam
upaya Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif.
2. Pasal 3
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif mengacu pada
prinsip-prinsip, sebagai berikut :
1. Pelayanan yang menyeluruh dan terintegrasi
2. Pelayanan yang berkesinambungan
3. Pelayanan yang non diskriminasi
4. Pelayanan yang tersedia, dapat dijangkau dan terjangkau, serta
diterima oleh kelompok masyarakat
5. Partisipasi masyarakat
6. Berbasis budaya yang konstruktif
7. Tata kelola pemerintahan yang baik
3. Pasal 4
a. Arah kebijakan pengembangan anak usia dini dilakukan secara
holistik-integratif.
14
b. Arah kebijakan pengembangan anak usia dini sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dilakukan melalui :
1. Peningkatan akses, pemerataan dan berkesinambungan
serta kelengkapan jenis pelayanan Pengembangan Anak Usia
Dini Holistik-Integratif
2. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan Pengembangan
Anak Usia Dini Holistik-Integratif
3.Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor serta
kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga
penyelenggara layanan, dan organisasi terkait, baik lokal,
nasional, maupun internasional
4.Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta pelibatan
masyarakat termasuk dunia usaha dan media massa dalam
penyelenggaraan pelayanan Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif
15
2. Pasal 6
16
d. Memberikan pelatihan
4. Dalam penyelenggaraan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-
Integratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pemerintah
kabupaten/kota bertanggung jawab untuk :
a. Melaksanakan pelayanan pengembangan anak usia dini
b. Melakukan bimbingan teknis kepada penyelenggara pelayanan
17
b. Menyinkronkan penyusunan rencana program, kegiatan, dan
anggaran Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif pada
kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian
c. Memobilisasi sumber dana, sarana dan daya dalam rangka
Pelaksanaan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
d. Mengoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
e. Menyelenggarakan advokasi dalam rangka pelaksanaan
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif.
3. Pasal 11
a. Susunan keanggotaan Gugus Tugas terdiri dari pimpinan dan
anggota.
b. Pimpinan Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri
atas :
1. Ketua : Menteri Koordinator BidangKesejahteraan Rakyat
2. Wakil Ketua I : Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
3. Wakil Ketua II : Menteri Dalam Negeri.
4. Anggota Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1
terdiri atas :
a. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
b. Menteri Kesehatan
c. Menteri Sosial
d. Menteri Agama
e. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
f. Sekretaris Kabinet
g. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional
h. Kepala Badan Pusat Statistik
18
4. Pasal 12
a. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10,
Gugus Tugas dapat membentuk Sub Gugus Tugas.
b. Sub Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dikoordinasikan oleh pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
c. Anggota Sub Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1
terdiri atas Pejabat Kementerian/Lembaga terkait.
d. Ketentuan mengenai keanggotaan, tugas, dan tata kerja Sub Gugus
Tugas diatur oleh Ketua Gugus Tugas.
5. Bagian kedua kerjasama Pasal 13
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 10,
Gugus Tugas dapat mengikutsertakan, bekerjasama, dan/atau
berkoordinasi dengan kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian terkait dan pihak lain yang dianggap perlu.
6. Bagian ketiga sekretaris Pasal 14
a. Untuk mendukung kelancaran tugas Gugus Tugas diperbantukan
sebuah sekretariat.
b. Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan secara
fungsional oleh salah satu unit kerja di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
c. Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
mempunyai tugas memberikan dukungan teknis dan administrasi
kepada Gugus Tugas.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai sekretariat sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatur oleh Menteri.
7. Bagian keempat tata kerja Pasal 15
Gugus Tugas menyelenggarakan rapat paling sedikit satu kali dalam 3
bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
8. Bagian kelima pelaksaan pengembangan anak usia dini holistik-
integratif di daerah Pasal 16
19
a. Pemerintah Daerah melaksanakan Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif di daerah masing-masing dengan mengacu kepada
kebijakan yang ditetapkan oleh Gugus Tugas.
b. Dalam melaksanakan Pengembangan Anak Usia Dini Holisitik-
Integratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Pemerintah Daerah
dapat bekerja sama dengan Pemerintah, perguruan tinggi,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi
keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, dan
anggota masyarakat.
9. Pasal 17
a. Dalam rangka pelaksanaan Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat dan
ayat di Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat dibentuk Gugus Tugas
Provinsi Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif dan
Gugus Tugas Kabupaten/Kota Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif.
b. Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berasal dari unsur
pendidikan dan kebudayaan,kesehatan, sosial, pemberdayaan perempuan dan
keluarga berencana, perlindungan anak, pemberdayaan masyarakat, agama,
dan unsur lain yang terkait.
20
pada norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terkait serta
berkoordinasi dengan Gugus Tugas.
6. BAB 6 PELAPORAN
1. Pasal 19
a. Ketua Gugus Tugas melaporkan penyelenggaraan Pengembangan
Anak Usia Dini Holistik-Integratif kepada Presiden secara berkala
paling sedikit 1 kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
21
b. Gubernur, Bupati/Walikota melaporkan penyelenggaraan
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif di daerah masing-
masing kepada Ketua Gugus Tugas dengan tembusan kepada Menteri
Dalam Negeri secara berkala paling sedikit 1 kali dalam setahun atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
7. BAB 7 PEMBIAYAAN
1. Pasal 20
a. Segala biaya yang diperlukan bagi penyelenggaraan Pengembangan
Anak Usia Dini Holistik-Integratif di pusat dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara masing-masing
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terkait sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi.
b. Segala biaya yang diperlukan bagi penyelenggaraan Pengembangan
Anak Usia Dini Holistik-Integratif di Provinsi dan di Kabupaten/Kota
dibebankan pada masing-masing Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2,
Pemerintah, Pemerintah Daerah dapat menerima pembiayaan dari
sumber-sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan. Dalam proses
penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini terdapat campur tangan pemerintah
yang mendukung berlangsungnya pendidikan dasar tersebut. Pemerintah memberikan
peraturan dalam bentuk perundang-undangan, dan kebijakan nya untuk
melangsungkan pendidikan tersebut.
Oleh karena itu pendidikan anak usai dini tersebut dapat berlangsung dengan baik
B. Saran
Berdasarkan data dilapangan dan kesimpulan penelitian ini, maka saran-
saran berupa rekomendasi dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Guru diharapkan dapat lebih memfokuskan pembelajaran yang patut dan
sesuai dengan perkembangan anak agar anak usia dini dapat berkembang
sesuai dengan usianya yaitu dengan menerapkan DAP atau pendidikan yang
patut pada anak usia dini di PAUD masing-masing.
b. Guru diharapkan banyak membaca dan mencari referensi baru tentang
pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan anak usia dini baik dari
segi intelektual, emosional maupun spiritual.
c. Memberikan pembelajaran dengan menggunakan metode yang lebih tepat
sesuai dengan perkembangan anak agar mereka tidak bosan dan semangat
dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
d. Diharapkan kepada pihak penyelenggara agar mengadakan kerja sama dengan
instansi atau pelaksana pengembangan pendidikan yang berhubungan dengan
pengembangan pembelajaran anak usia dini agar guru PAUD lebih memahami
bagaimana mengembangkan kecerdasan anak usia dini.
23
DAFTAR PUSTAKA
Pauduad. 2012. Pasal pasal tentang Pendidikan anak usia dini, (Online),
(http://pauduad2012.blogspot.co.id/2012/09/pasal-pasal-tentang-
pendidikan-anak.html), diakses 16 September 2012.
Dadang. 2015. Standar Nasional Pendidikan PAUD Berdasarkan Permendikbud No. 137
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, (Online),
(http://www.dadangjsn.com/2015/07/standar-nasional-pendidikan-paud.html),
diakses Agustus 2015.
24