Kabupaten Takalar
Stambuk : L011201098
Kelompok : 6 (ENAM)
Disetujui:
2
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................v
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan dan Kegunaan...................................................................................2
C. Ruang Lingkup...............................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
A. Pengertian Sedimen dan Sedimentologi......................................................3
B. Asal Usul dan Jenis Sedimen......................................................................3
C. Distribusi Sedimen Di Perairan....................................................................5
D. Perairan Dangkal dan Dalam........................................................................5
E. Bahan Organik Total (BOT)..........................................................................6
F. Butiran Sedimen............................................................................................7
III. METODOLOGI PRAKTIKUM.............................................................................8
A. Gambaran Umum Lokasi...............................................................................8
B. Waktu dan Tempat.........................................................................................8
C. Alat dan Bahan...............................................................................................9
D. Prosedur Kerja...............................................................................................9
E. Kerangka Praktikum......................................................................................9
F. Analisis Data..................................................................................................9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................10
A. Analisis Besar Butir.....................................................................................10
B. Analisis Laju Pengendapan........................................................................10
C. Analisis Sortasi............................................................................................10
D. Analisis Bahan Organik Total (BOT)..........................................................10
E. Analisis Berat Jenis Sedimen.....................................................................10
F. Analisis Bentuk Sedimen............................................................................10
V. PENUTUP............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................. 10
iv
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11
LAMPIRAN.................................................................................................................. 12
A. Hasil Perhitungan........................................................................................12
B. Dokumentasi................................................................................................12
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut ke arah darat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin sedangkan ke
arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh
kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Suherman,
Suryaningtyas, & Mulatsih, 2015).
Sedimen laut berasal dari daratan dan hasil aktivitas (proses) biologi, fisika dan
kimia baik yang terjadi di daratan maupun di laut itu sendiri, meskipun ada sedikit
masukan dari sumber vulkanogenik dan kosmik maka semua akan terakumulasi
menjadi sedimen dan mengendap pada dasar perairan. Sedimen laut terdiri atas
materi-materi berbagai sumber. Faktor yang mempengaruhi tipe sedimen yang
terakumulasi antara lain adalah topografi bawah laut dan pola iklim. Distribusi laut saat
ini merupakan refleksi iklim dan pola arus. Tipe sedimen dasar laut berubah terhadap
waktu karena perubahan cekungan laut, arus dan iklim. Urutan dan karakteristik
sedimen baik struktur maupun tekstur yang tergambar dalam lapisan sedimen
menunjukkan sebagian perubahan yang terjadi di atasnya (Rifardi, 2012).
Sedimentasi yang terjadi di wilayah pesisir terjadi pada muara-muara sungai.
Pola-pola sedimentasi tergantung pada pola pergerakan air, apabila gerakan air
horizontal tinggi, sedimen akan tetap dalam bentuk larutan. Namun bila gerakan air
perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga agar sedimen tetap larut maka
akan terjadi proses pengendapan bahan-bahan sedimen. Selain itu energi gerakan air
juga berpengaruh terhadap ukuran bahan-bahan sedimentasi yang akan diendapkan.
Tingginya proses sedimentasi ini akan berdampak kembali pada manusia itu sendiri
seperti terganggunya transportasi laut karena telah terjadi pendangkalan, terjadinya
pengurangan lahan/areal, dan sebagainya. Aktivitas transpor sedimen merupakan
penyebab utama terjadinya abrasi atau adanya pengendapan di wilayah pantai.
Sedimen yang ditransportasikan akan mengalami pengendapan ketika kecepatan arus
transpor sama dengan nol. Struktur bangunan budidaya tali rentang dan rakit tersebut
dapat mengurangi pengaruh energi gelombang dan arus, sehingga dapat membatasi
dan menghalangi pergerakan massa air. Kondisi ini menyebabkan perairan menjadi
relatif lebih tenang dan akhirnya memacu proses pengendapan sedimen (Pranoto et
al., 2016).
vii
Kabupaten Takalar salah satu kabupaten yang memiliki pantai berada pada
bagian selatan pantai barat Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Takalar secara
klimatologi merupakan kabupaten terkering yang berada di pantai barat. Wilayah
pantai sangat dinamis karena abrasi dan sedimentasi yang menyebabkan pergeseran
pantai. Adapun yang mempengaruhi terjadinya abrasi dan sedimentasi di pantai adalah
faktor alami dan faktor non alami. Faktor alami yang mempengaruhi terkikisnya pantai
yaitu; gelombang, arus, dan pasut. Umumnya faktor alami berlangsung lama, tapi
dengan adanya faktor non alami menjadi pemicuh. Abrasi pantai adalah proses
perubahan bentuk pantai yang diakibatkan oleh gelombang laut, arus laut, dan pasang
surut air laut (Aditya, 2012).
Penelitian ini dilakukan di kawasan Perairan Pesisir budidaya rumput laut,
Kecamatan Sanrabone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan dengan titik
koordinat -5,427712 dan 119,370148. Pengambilan data primer dilaksanakan pada
tanggal 29 Oktober 2022. Bertujuan untuk melihat kandungan bahan organik pada
sedimen di lokasi tersebut.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada praktikum sedimentologi laut melingkupi tentang
analisis kandungan bahan organik, dan hubungannya dengan lokasi pengambilan
sedimen yang ada di Desa Sanrobone Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar,
Sulawesi Selatan.
viii
II. TINJAUAN PUSTAKA
ix
Setiawan (2019) dalam Amri (2022) juga mengatakan hal yang sama mengenai
sedimentasi, yang merupakan proses terakhir dari aktivitas eksogen, yaitu
pengendapan batuan atau massa tanah pada suatu tempat setelah mengalami erosi
dan transportasi. Sedimentasi dapat terjadi jika massa zat yang mengangkut batuan
atau tanah mengalami penurunan kecepatan atau bahkan berhenti sama sekali.
Sementara lain pendapat dari Kristijarti (2013) di mana sedimentasi adalah proses
membiarkan materi tersuspensi untuk mengendap karena gravitasi. Materi tersuspensi
yang disebut flok terbentuk dari bahan yang ada dalam air dan bahan kimia yang
digunakan dalam koagulasi atau proses pengolahan lainnya. Zat padat akan
mengendap dalam zat cair yang massa jenisnya lebih rendah dari massa jenis zat
padat yang dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel yang cenderung bermuatan
listrik kecil. Menurut (Roessiana et al., 2014) sedimentasi adalah proses pengendapan
partikel padat yang terkandung dalam cairan oleh gaya gravitasi. Umumnya proses
sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang berfungsi untuk
menggoyahkan dan memperbesar bekuan atau ukuran partikel sehingga mudah
mengendap. Pendapat terakhir mengenai sedimentasi dalam laporan ini dikemukakan
oleh Anwas, (1994) dalam Hambali dan Apriyanti (2016) di mana sedimentasi adalah
peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin.
Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai, danau, dan
akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau habis,
batuan diendapkan di daerah aliran air.
x
mengumpul di daerah dekat daratan (pantai). Sedangkan partikel yang berukuran
kecil seperti lumpur dan tanah liat diangkut lebih jauh ke tengah laut dan akan
mengendap di daerah Continental Shelf dan partikel-partikel yang berukuran
sangat kecil diendapkan pada dasar laut yang paling dalam. Beberapa sungai di
dunia yang mengalir di daerah daratan yang begitu luas akan memindahkan
sejumlah besar sedimen ke laut.
2) Biogeneuos, sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme
yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik
yang mengalami dekomposisi. Sedimen ini berasal dari sisa-sisa kerangka
organisme hidup yang akan membentuk endapan partikel-partikel halus yang
dinamakan ooze yang mengendap pada daerah yang jauh dari pantai. Sedimen ini
digolongkan menjadi 2 tipe. yaitu: Calcareous dan Siliseous Ooze. Hal ini
tergantung oleh organisme darimana mereka berasal.
3) Hidreogenous, sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia
di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga
akan tenggelam ke dasar laut. Sebagai contoh manganese nodules (bongkahan-
bongkahan mangan) berasal dari endapan lapisan oksida dan hidroksida dari besi
dan mangan yang terdapat di dalam sebuah rangkaian lapisan konsentris di sekitar
pecahan batu atau runtuhan puing-puing. Jenis logam-logam lain seperti copper
(tembaga), cobalt dan nikel juga tergabung di dalamnya. Reaksi kimia yang terjadi
di sini bersifat sangat lambat, di mana untuk membentuk sebuah nodule yang
besar diperlukan waktu berjuta-juta tahun dan proses ini akan berhenti sama sekali
jika nodule telah terkubur dalam sedimen. Sebagai akibatnya nodule-nodule ini
menjadi begitu banyak dijumpai di Lautan Pasifik daripada di Lautan Atlantik. Hal
ini disebabkan karena tingkat kecepatan proses sedimentasi untuk mengukur
nodule-nodule yang terjadi di Lautan Pasifik lebih lambat jika dibandingkan dengan
di Lautan Atlantik.
4) Cosmogenous, sedimen yaitu sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan
masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber
dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa
angin. Material yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang
meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang berasal dari letusan gunung
berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanik, atau berupa fragmen-fragmen
aglomerat. Sedangkan sedimen yang berasal dari partikel di darat dan terbawa
angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun
demikian dapat juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan angin
bertiup kuat.
xi
C. Distribusi Sedimen di Perairan
Sedimen laut berasal dari daratan dan hasil aktivitas (proses) biologi, fisika dan
kimia baik yang terjadi di daratan maupun di laut itu sendiri, meskipun ada sedikit
masukan dari sumber vulkanogenik dan kosmik. Sedimen laut terdiri atas materi-materi
berbagai sumber. Faktor yang mempengaruhi tipe sedimen yang terakumulasi antara
lain adalah topografi bawah laut dan pola iklim. Distribusi laut saat ini merupakan
refleksi iklim dan pola arus. Tipe sedimen dasar laut berubah terhadap waktu karena
perubahan cekungan laut, arus dan iklim. Urutan dan karakteristik sedimen baik
struktur maupun tekstur yang tergambar dalam lapisan sedimen menunjukkan
sebagian perubahan yang terjadi di atasnya (Rifardi, 2012).
Pada daerah dengan turbulensi tinggi, fraksi yang memiliki kenampakan
makroskopis seperti kerikil dan pasir akan lebih cepat mengendap dibandingkan fraksi
yang berukuran mikroskopis seperti lumpur. Mekanisme distribusi pasir ini sangat
tergantung dari dua faktor yang saling bergantungan yaitu penyortiran hidrolik (hydrolic
sorting) dan pengendapan. Respon pasir terhadap kedua faktor tersebut berbeda-beda
sesuai dengan besarnya ukuran butir. Pengendapan pasir di pantai lebih kompleks
dengan adanya proses traksi, saltasi dan suspensi. Dalam lingkungan pesisir, sedimen
bersifat dinamis yang akan mengalami pengikisan, transportasi dan pengendapan
dalam skala spasial maupun temporal. Penyelidikan pemahaman tentang proses
dinamis yang terjadi di lingkungan pesisir sangatlah diperlukan untuk prediksi evolusi
pesisir dimasa datang (Nugroho & Basit, 2013).
Dua sifat yang mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen adalah
berat jenis dan kekentalan media. Berat jenis media akan mempengaruhi gerakan
media, terutama cairan. Sebagai contoh air sungai bergerak turun karena berat jenis
yang langsung berhubungan dengan gravitasi. Sedangkan pada jenis sedimen dan
ukuran partikel- partikel tanah serta komposisi mineral dan bahan induk yang
menyusun dikenal bermacam sedimen seperti pasir, liat, dan lain sebagainya.
Tergantung dari ukuan partikelnya, sedimen ditemukan terlarut dalam sungai atau
disebut muatan sedimen (suspended sediment) dan merayap (bed load) (Anasiru,
2006 dalam HK, 2018).
Angkutan sedimen dalam arti umum dapat diartikan sebagai pergerakan butiran
atau material dasar sedimen di dalam aliran sungai, baik yang merupakan hasil
penggerusan / erosi pada medan di catchment area maupun pada tepi dan dasar di
bagian hulu sungai (Anas, 2013).
xii
D. Perairan Dangkal dan Dalam
Perbedaan tingkat kedalaman perairan dapat menyebabkan perbedaan jenis
sedimen yang ditemukan. Seperti apa yang dikatakan oleh Hasriyanti (2015) bahwa di
daerah pesisir, material sedimen yang terendapkan lebih kasar seperti pasir,
sementara material debu dan lempung yang masih melayang-layang di dalam air,
terbawa oleh arus ke perairan yang lebih dalam, sehingga materialnya lebih halus.
Menurut Susilo et. al. (2013), sedimen yang masuk ke dalam laut dapat terbagi
pada endapan sedimen pada perairan dangkal dan juga endapan sedimen pada
perairan dalam, yang lebih lanjut dijelaskan di bawah ini;
1. Perairan dangkal
Secara oseanografi, laut dangkal didefinisikan sebagai wilayah perairan yang
membentang dari pantai hingga kedalaman 200 meter, sedangkan dalam konteks
penginderaan jauh, laut dangkal lebih difokuskan pada penembusan citra satelit. Selain
itu, metode penginderaan jauh optik hanya dapat melakukan perjalanan hingga
kedalaman 25-30 meter di air dangkal yang cukup jernih dan turun di air yang lebih
dalam dan keruh. Perairan laut dangkal merupakan salah satu wilayah yang
mempunyai dinamika tinggi dan peranan penting baik secara ekonomi maupun ekologi.
Terumbu karang dan lamun sebagai komponen utama penyusun ekosistem tersebut
berfungsi sebagai habitat ikan, tempat pariwisata, pelindung pantai dari hantaman
gelombang, dan pengadukan material tersuspensi. Dinamika yang tinggi idealnya
selalu pembaharuan diikuti informasi dengan sehingga diperoleh gambaran wilayah
yang sesuai dengan kenyataan. Perairan laut dangkal dalam istilah oseanografi
didefinisikan sebagai wilayah laut yang terbentang dari batas pantai sampai dengan
kedalaman 200 meter.
2. Perairan dalam
Pada sedimen laut dalam dapat dibagi menjadi dua, yaitu sedimen terigen
pelagis dan sedimen biogenik pelagis.
a) Sedimen biogenik pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas
berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa
fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu
atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang
perlahan, tetapi kontinu di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen.
Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air
dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
xiii
keberadaan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan
kedalaman air dan produktivitas permukaan laut pada zaman dulu.
b) Sedimen terigen pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-
materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke
lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran gravitasi.
Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke
laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil
dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus
kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
xiv
lingkungan teresterial di sekitarnya dan akibat transportasi dari angin, air dan
pengendapan langsung (Simbolon, 2016).
Bahan organik terlarut total merupakan kandungan bahan organik total
suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan
koloid. Kandungan organik yang terdapat di sedimen laut terdiri dari partikel –
partikel yang berasal dari hasil pecahan batuan dan potongan – potongan kulit
(shell) serta sisa rangka dari organisme laut ataupun dari detritus organik daratan
yang telah tertransportasi oleh berbagai media alam dan 12 terendapkan di dasar
laut dalam kurun waktu yang cukup lama. Secara umum, pendeposisian material
organik karbon dan keadaannya (material yang bersumber dari cangkang dan
karang) lebih banyak terdapat di daerah dekat pantai dan pada lingkungan laut
lepas (HK, 2018).
F. Butiran Sedimen
Ukuran butiran sedimen akan mencerminkan resistensi butiran terhadap proses
pelapukan, erosi dan abrasi, pada proses transportasi berpengaruh terhadap bentu,
ukuran butir, kebolaan maupum sifat-sifat dari kumpulan butiran seperti sortasi,
kepencengan dan kepuncakan akibat dari gesekan antara butiran dengan butiran
maupun dengan batuan dasar. Besar kecilnya partikel penyusun tanah tersebut akan
mementukan kemampuan dalam hal menahan air, mengurung tanah, dan produksi
bahan organic (Susanto, 2010).
Analisis ukuran butir sedimen dilakukan untuk menentukan tipe sedimen dan
persebarannya, juga dapat digunakan untuk mengetahui dinamika dan energi di
lingkungan pengendapannya (Stewart, 1958 dalam Antari et. al., 2020). Menurut
Triatmodjo (1999) dalam Antari et. al. (2020), sebaran ukuran butir sedimen di muara
sungai dapat berupa gosong pasir sejajar mulut sungai, gosong pasir sejajar garis
pantai, atau sedimen yang menyebar ke arah laut lepas. Sebaran ukuran butir sedimen
di muara sungai dipengaruhi oleh masukan sedimen dari sungai terhadap energi dari
lautan yang paling dominan. Energi laut yang dominan dapat berupa energi
gelombang, energi arus, atau energi pasang surut.
Arus pada daerah aliran sungai umumnya lebih deras dibandingkan dengan
daerah muara, yang menyebabkan partikel-partikel sedimen yang berukuran halus
terbawa oleh aliran sungai dan mulai mengendap pada saat arus melemah di sekitar
daerah muara (Kurniati et al., 2015).
xv
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
xvi
12. Pipet volume 10 mL Untuk mengambil larutan
13. Kalkulator Untuk menghitung
14. Alat tulis Untuk menulis hasil yang diperoleh
15. Kertas saring Untuk menyaring sampel sedimen
16. Tanur Memanaskan sampel
C. Prosedur Kerja
a. Prosedur Kerja di Lapangan
Prosedur kerja dari kandungan bahan organik dari sedimen yaitu pertama
menimbang berat cawan porselin. Setelah itu, menimbang berat sampel pasir yang
telah dikeringkan sebanyak ±5 gram lalu menyimpannya di cawan porselin.
Selanjutnya memasukkan kedalam tanur untuk dipanaskan dengan suhu 650oC
selama 2 - 3 jam. Lalu setelah selesai, selanjutnya mengeluarkan cawan porselin dari
xvii
tanur dan mendinginkannya dengan menggunakan desikator lalu menimbang kembali
sampel (cawan petri + sampel terbakar) yang sudah dipanaskan sebagai berat akhir.
Terakhir, mencatat hasil penimbangan serta melakukan dokumentasi setiap kegiatan.
D. Analisis data
Analisis besar butir
1. Perhitungan % berat
sampel
b. Kandungan bahan organik
kk))))))))))Bc)
Keterangan :
Baw = Berat awal ( gram)
Bak = Berat akhir ( gram)
Bc = Berat cawan( gram
c. Presentasi Kandungan Bahan Organik
Berat BO
% bahan Organik = x 100%
Berat sampel
xviii
4. Analisis Berat Jenis Sedimen (Spesific Gravity)
GS =(W2-W1)(W4-W1)-(W3-W2)
Keterangan :
W1 = berat piknometer (gr)
W2 = berat piknometer + pasir (gr)
W3 = berat piknometer +pasir + air (gr)
W4 = berat piknometer + air pada temperature (ToC) (gr)
xix
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
xx
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
xxi
DAFTAR PUSTAKA
xxii
Nugroho, S. H. & Basit, A. 2013. Sebaran Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir
Di Teluk Weda, Maluku Utara. Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Ambon.
Ambon.
Rifardi, R. 2012. Ekologi Sediment Laut Modern; Edisi Revisi. Unri Press.
Rifardi. 2012. Ekologi sedimen laut modern. UR Press Pekanbaru Edisi Revisi Januari
Roessiana, D. L., Setiyadi, & BH, S. 2014. Model Persamaan Faktor Koreksi Pada
Proses Sedimentasi Pada Keadaan Pengendapan Bebas. Jurnal Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi Lingkungan, 6(2), 98–106.
Sari, T. A., Atmodjo, W., & Zuraida, R. (2014). Studi bahan organik total (BOT)
sedimen dasar laut di Perairan Nabire, Teluk Cendrawasih, Papua. Journal
of Oceanography, 3(1), 81-86.
Satria. 2020. Sedimentologi. Teknik geologi. Universitas Mulawarman
Simbolon, A. R. (2016). Pencemaran bahan organik dan eutrofikasi di Perairan Cituis,
Pesisir Tangerang. Jurnal Pro-Life, 3(2), 109-118.
Suherman, D. W., Suryaningtyas, D. T., & Mulatsih, S. (2015). Dampak Penambangan
Pasir Terhadap Kondisi Lahan dan Air di Kecamatan Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya. Institut Pertanian Bogor, 99.
Sumardi, M. A., Hendratta, L. A., & Halim, F. 2018. Analisis Angkutan Sedimen Di
Sungai Air Kolongan Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Sipil Statik, 6(12).
Susilo, E., Nugroho, A. K., Budiningrum, D. S. 2013
xxiii
LAMPIRAN
A. Hasil Perhitungan
B. Dokumentasi
xxiv