Anda di halaman 1dari 34

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED

LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI


POKOK SISTEM PERSAMAAN LINIER TIGA VARIABEL
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU
DARI KREATIVITAS SISWA KELAS
X SMA N 1 PATI

Disusun untuk memenuhi sebagaian persyaratan mata kuliah Metode


Penelitian Kuantitatif.

Oleh :
Tri Arum Handayani
K1319068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
i

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED


LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI
POKOK SISTEM PERSAMAAN LINIER TIGA VARIABEL
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU
DARI KREATIVITAS SISWA KELAS
X SMA N 1 PATI

Disusun untuk memenuhi sebagaian persyaratan mata kuliah Metode


Penelitian Kuantitatif.

Oleh :
Tri Arum Handayani
K1319068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS


A. Kajian Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika .................................................... 7
2. Model Pembelajaran Project Based Learning ........................ 8
3. Pendekatan Saintifik ................................................................ 12
4. Kreativitas Siswa ..................................................................... 16
B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 17
C. Hipotesis ........................................................................................ 19

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 20
B. Desain Penelitian ........................................................................... 21
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 23
D. Teknil Pengambilan Sampel ......................................................... 23
E. Teknik Pengambilan Data ............................................................. 24
F. Teknik Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ............................. 27
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 28
H. Prosedur Penelitian ........................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 31


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.
pendidikan mampu membangun karakter dan nilai seseorang. Hal ini juga
diwujudkan sebagai upaya untuk mengubah sikap seseorang dan
kemampuan secara positif. Pendidikan sebagai upaya membangun bangsa
menjadi salah satu indikator kualitas dan nilai suatu negara. Karena itu,
pendidikan Indonesia diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia
yang berkualitas. Sistem pendidikan di Indonesia terus berubah dari waktu
ke waktu untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri.
Salah satu materi pendidikan yang penting untuk mendapat
perhatian adalah pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu
bidang studi yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada
kenyataannya banyak siswa yang menganggap matematika adalah ilmu
abstrak yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Mereka
kehilangan minat mereka untuk belajar matematika karena anggapan bahwa
mereka tidak akan menggunakan ilmu matematika dalam kehidupan nyata
mereka. Hal itu timbul oleh karena keabstrakan matematika yang terkadang
sulit dicerna oleh siswa. Ditambah lagi dengan kurangannya pengetahuan
guru menggunakan model pembelajaran dalam membagi ilmunya, sehingga
pelajaran yang satu ini kadang membuat siswa butuh waktu lebih banyak
untuk bisa memahaminya. Jika semua peserta memiliki kesamaan persepsi
tentang hakikat dan tujuan pengajaran, proses belajar mengajar akan jauh
lebih jelas dan lebih mudah dilakukan daripada yang biasanya dilakukan,
karena tidak akan ada kesenjangan antara guru dan siswa.
Sikapguru yang berkualitas akan mempengaruhi tingkat komitmen
mereka terhadap tugas mereka, cara mereka mengajar dan memperlakukan
siswa mereka, serta bagaimana mereka memandang pertumbuhan siswanya.
Ini menyiratkan bahwa, guru harus mengembangkan proses belajar. Oleh
2

karena itu, sangat membutuhkan guru yang juga kreatif. Kemampuan untuk
memecahkan masalah dan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan merupakan suatu tantangan, terutama untuk menghadapi
siswa yang berkemampuan rendah, kurang motivasi dan kurang focus.
Sebagai seorang pendidik, guru selalu dituntut untuk menciptakan
suasana pengajaran yang akan berdampak positif terhadap pencapaian hasil
belajar secara optimal. Guru harus mampu mengajar dengan baik, efektif
dan efisien untuk membantu meningkatkan proses belajar dan
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus menggunakan cara yang
tepat dengan beberapa metode dengan menggunakan berbagai teknik.
Teknik adalah salah satu komponennya pengajaran yang memiliki peran
penting dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan berbagai
teknik, siswa mungkin akan lebih tertarik untuk belajar Matematika.
Berdasarkan informasi dari guru Matematika kelas X siswa SMA
Negeri 1 Pati, kemampuan siswa dalam belajar matematika tidak terlalu
tinggi, hal ini dibuktikan dengan rerata skor prestasi belajar Matematika
siswa. Sebagian besar siswa di SMA Negeri 1 Pati beranggapan bahwa
Matematika sulit untuk dipelajari. Siswa terlihat tidak tertarik untuk belajar
Matematika. Sebagian siswa merasa bosan ketika guru memberikan
penjelasan tentang mata pelajaran tersebut mengajar.
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengajar
Matematika. Pada kasus ini, peneliti mencoba untuk menemukan cara yang
efektif untuk digunakan dalam pengajaran Matematika pada siswa. Model
pembelajaran yang akan digunakan adalah Project Based Learning.
Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) adalah pedagogi yang berpusat pada
siswa yang melibatkan pendekatan kelas yang dinamis di mana diyakini
bahwa siswa memperoleh pemahaman yang lebih dalam pengetahuan
melalui eksplorasi aktif tantangan dan masalah dunia nyata. Siswa belajar
tentang suatu subjek dengan bekerja untuk jangka waktu yang lama untuk
menyelidiki dan menanggapi pertanyaan, tantangan, atau masalah yang
kompleks. Peneliti berharap dengan penggunaan Project Based Learning
3

dalam pengajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman siswa


berdasarkan pengalamannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “EKSPERIMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI POKOK SISTEM
PERSAMAAN LINIER TIGA VARIABEL TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA KELAS X
SMA N 1 PATI”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa pada
materi sistem persamaan linier tiga variabel (SPLTV) disebabkan oleh
pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat. Terkait hal ini
muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah
pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan tepat dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa ?
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa pada
materi sistem persamaan linier tiga variabel (SPLTV) karena siswa tidak
mempunyai kreativitas belajar yang tinggi. Terkait dengan hal ini, dapat
diteliti apakah semakin tinggi kreativitas belajar siswa semakin tinggi
pula prestasi belajar matematikanya ?
3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa
disebabkan oleh kurang aktifnya siswa saat mengikuti proses belajar dan
hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa
mengkomunikasikan dengan siswa lain, sehingga ada kemungkinan
rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan karena
kurangnya pemahaman terhadap materi pokok yang dipelajari.
4

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi
permasalahan pada :
1. Model Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
Project Based Learning dengan pendekatan saintifik.
2. Kreativitas belajar siswa dibatasi pada kreativitas belajar matematika
pada siswa kelas X semester satu SMA N 1 Pati provinsi Jawa Tengah.
3. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksud adalah hasil belajar
siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar pada akhir
penelitian untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
4. Hasil belajar matematika dibatasi pada materi pokok persamaan linier
tiga variabel (SPLTV).

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, permasalahan
yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah model pembelajaran Project Based Learning dengan
pendekatan saintifik pada materi sistem persamaan linier tiga variabel
(SPLTV). Akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan model konvensional ?
2. Apakah siswa yang kreativitas belajarnya tinggi prestasi belajarnya
lebih baik daripada siswa yang kreativitas belajarnya sedang dan
rendah, dan siswa dengan kreativitas sedang lebih baik prestasi
belajarnya daripada siswa yang kreativitas belajarnya rendah pada
materi pokok sistem persamaan linier tiga variabel (SPLTV)?
3. Pada siswa dengan kreativitas belajar tinggi, sedang, atau rendah,
manakah yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik antara
model pembelajaran Project Based Learning dengan pendekatan
saintifik atau model konvensional pada materi sistem persamaan linier
tiga variabel (SPLTV)?
5

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Project Based Learning
dengan pendekatan saintifik pada materi sistem persamaan linier tiga
variabel (SPLTV). Akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan model konvensional.
2. Untuk mengetahui apakah siswa yang kreativitas belajarnya tinggi
prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang kreativitas belajarnya
sedang dan rendah, dan siswa dengan kreativitas sedang lebih baik
prestasi belajarnya daripada siswa yang kreativitas belajarnya rendah
pada materi pokok sistem persamaan linier tiga variabel (SPLTV).
3. Untuk mengetahui manakah siswa yang memiliki prestasi belajar yang
lebih baik anatara siswa dengan kreativitas belajarnya tinggi, sedang,
dan rendah pada model pembelajaran Project Based Learning dengan
pendekatan saintifik dan model konvensional pada materi sistem
persamaan linier tiga variabel (SPLTV).

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan :
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
mendukung teori-teori yang telah ada berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
2. Manfaat praktis
a. Masukan kepada guru atau calon guru matematika dalam
menetukan model pembelajaran yang tepat, dapat digunakan
sebagai alternatif bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar
peserta didik pada materi pokok sistem persamaan linier tiga
variabel dapat ditempuh dengan model pembelajaran Project
Based Learning.
6

b. Informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih


memperhatikan kreativitas belajar matematika sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
c. Masukan bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian
lebih lanjut.
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang
memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai
hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan
atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya
kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal
(Wahab, 2015 : 242). Belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna
melalui setiap interaksi dengan lingkungan, dengan membangun
hubungan antara konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena antara
konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari
(Suyono dan Hariyanto, 2011 : 13). Belajar suatu proses aktif dimana
siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau
pengetahuan yang sudah dimilikinya (Trianto, 2011 : 15).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, belajar adalah suatu proses
aktif dimana siswa menyusun makna pengetahuan baru secara asimilasi
dan akomodasi dari pengetahuan yang telah dimiliki serta berdasarkan
interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

b. Pengertian Prestasi Belajar


Prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh mahasiswa dalam periode tertentu dan juga hasil dari suatu
kegiatan pembelajaran yang disertai perubahan yang dicapai mahasiswa
(Rosyid Moh. Zaiful, dkk 2019 : 9). Prestasi belajar adalah kemampuan
menyelesaikan hal sulit, menguasai, mengungguli, menandingi, dan
melampaui mahasiswa lain sekaligus mengatasi hambatan dan
mencapai standart yang tinggi (Susanti, 2019 : 32-33).
8

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, prestasi belajar adalah


hasil usaha yang telah dicapai seseorang dalam penguasaan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari pengalaman dan latihan yang
dilakukan berupa perubahan tingkah laku

c. Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu tentang kuantitas, bentuk, susunan, dan
ukuran, yang utama adalah metode dan proses untuk menemukan
dengan konsep yang tepat dan lambang yang konsisten, sifat dan
hubungan antara jumlah dan ukuran, baik secara abstrak, matematika
murni atau dalam keterkaitan manfaat pada matematika terapan (Tri
Wijayanti, 2011). Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi,
memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan
dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013 : 183).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai telaah tentang
pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni dan Bahasa
yang representasinya berupa bahasa simbol mengenai ide untuk
membantu manusia dalam memahami masalah sosial, ekonomi, dan
alam.

2. Model Pembelajaran Project Based Learning


a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran
yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri
peserta didik dalam upaya mencapai tujuan (Sutikno, 2014 : 34). Model
pembelajaran merupakan cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, kurikulum,
9

dan lain-lain, dengan demikian dapat membantu peserta didik dalam


mencaai tujuan pembelajaran (Ngalimun, 2013 : 7).
Berdasakan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu cara atau langkah-langkah dalam pedoman
pembelajaran yang sistematis diterapkan oleh guru, untuk menentukan
perangkat pembelajaran yang menunjang aktivitas pembelajaran, agar
peserta didik mencapai kompetensi yang diinginkan serta aktivitas
belajar mengajar berjalan dengan baik.

b. Pengertian Project Based Learning


Sani (2014: 172) mengatakan project based learning dapat
didefinisikan sebagai sebuah pembelajaran dengan aktifitas jangka
panjang yang melibatkan siswa dalam merancang, membuat dan
menampilkan produk untuk mengatasi permasalahan dunia nyata.
Dengan demikian model pembelajaran project based learning dapat
digunakan sebagai sebuah model pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam membuat perencanaan, berkomunikasi,
menyelesaikan masalah dan membuat keputusan yang tepat dari
masalah yang dihadapi. Menurut Kosasih (2014: 96) project based
learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau
kegiatan sebagai tujuannnya. Pembelajaran difokuskan dalam
pemecahan masalah yang menjadi tujuan utama dari proses belajar
sehingga dapat memberikan pembelajaran yang lebih bermakna karena
dalam belajar tidak hanya mengerti apa yang dipelajari tetapi membuat
peserta didik menjadi tahu apa manfaat dari pembelajaran tersebut untuk
lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan
bahwa project based learning adalah pembelajaran yang memerlukan
jangka waktu panjang, menitikberatkan pada aktifitas peserta didik
untuk dapat memahami suatu konsep atau prinsip dengan melakukan
investigasi secara mendalam tentang suatu masalah dan mencari solusi
yang relevan serta diimplementasikan dalam pengerjaan proyek,
10

sehingga peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna


dengan membangun pengetahuannya sendiri. Penekanan pembelajaran
terletak pada aktifitas peserta didik untuk memecahkan masalah dengan
menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai
dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan
pengalaman nyata. Metode pembelajaran project based learning
memperkenankan peserta didik untuk dapat bekerja mandiri maupun
dengan cara berkelompok dalam menghasilkan hasil proyeknya yang
bersumber dari masalah kehidupan sehari-hari.

c. Sintaks Project Based Learning


Tahapan PjBL dikembangkan oleh dua ahli, The George Lucas
Education Foundation dan Dopplet. Sintaks PjBL (Kemdikbud, 2014,
hlm. 34) yaitu :
Fase 1 : Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
Pertanyaan disusun dengan mengambil topik yang sesuai dengan
realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
Pertanyaan yang disusun hendaknya tidak mudah untuk dijawab dan
dapat mengarahkan siswa untuk membuat proyek. Pertanyaan seperti itu
pada umumnya bersifat terbuka (divergen), provokatif, menantang,
membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking), dan terkait dengan kehidupan siswa. Guru berusaha agar topik
yang diangkat relevan untuk para siswa.
Fase 2: Menyusun perencanaan proyek (design project) Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian
siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara
mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat
dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
11

Fase 3: Menyusun jadwal (create schedule) Guru dan siswa secara


kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek.
Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat jadwal untuk
menyelesaikan proyek, (2) menentukan waktu akhir penyelesaian
proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah
disepakati harus disetujui bersama agar guru dapat melakukan
monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di luar kelas.
Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students
and progress of project) Guru bertanggung jawab untuk memantau
kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan
dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain
guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah
proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan kegiatan yang penting.
Fase 5: Penilaian hasil (assess the outcome) Penilaian dilakukan untuk
membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar kompetensi,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
Fase 6: Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience) Pada akhir
proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab
permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
12

3. Pendekatan Saintifik
a. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang
dirancang supaya peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep,
hukum, atau prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah,
mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan (M. Hosnan, 2014 :34). Pendekatan saintifik
dimaksukan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Pendekatan saintifik
memiliki karakteristik berpusat pada peserta didik, melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengkonstruk konsep; hukum; atau
prinsip, melibatkan proses kognitif yang potensial merangsang
perkembangan intelek (keterampilan berpikir), serta dapat
mengembangkan karakter peserta didik.
Tujuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara lain untuk
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, membentuk
kemampuan dalam menyelesaikan masalah secara sistematik,
menciptakan kondisi pembelajaran supaya peserta didik merasa bahwa
belajar merupakan suatu kebutuhan, melatih peserta didik dalam
mengemukakan ide-ide, meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan
mengembangkan karakter peserta didik. Pelaksanaan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran memiliki prinsip antara lain berpusat pada
peserta didik, membentuk students self concept, terhindar dari
verbalisme (mengurangi banyaknya guru dalam berbicara), memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep; prinsip; atau hukum, mendorong peningkatan
kemampuan berpikir peserta didik, meningkatkan motivasi belajar
peserta didik dan motivasi guru untuk mengajar, memberi kesempatan
13

kepada peserta didik untuk berlatih kemampuan berkomunikasi, serta


adanya proses validasi konsep; hukum; dan prinsip yang telah
dikonstruk oleh peserta didik dalam struktur kognitifnya (M. Hosnan,
2014: 34-37).
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka pendekatan saintifik
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang digunakan
dalam proses pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik secara
aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui pendekatan
ilmiah.

b. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik


Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran
meliputi mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba
(experimenting), mengolah data atau informasi dilanjutkan dengan
menganalisis; menalar (associating); dan menyimpulkan, menyajikan
data atau informasi (mengomunikasikan), dan menciptakan serta
membentuk jaringan (networking). Langkah-langkah tersebut dapat
diringkas menjadi 5 langkah, yaitu mengamati, menanya, mencoba,
mengolah data, dan mengomunikasikan. Berikut adalah penjelasannya:
a) Mengamati (Observing)
Mengamati adalah proses pembelajaran dalam pendekatan
saintifik yang mengedepankan pengamatan langsung pada objek
penelitian secara sistematik. Tujuan pengamatan ini adalah untuk
mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian
dianalisis sesuai tingkat perkembangan peserta didik. Selain itu,
dengan kegiatan mengamati diharapkan proses pembelajaran dapat
menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Kegiatan mengamati
diharapkan dapat melatih kompetensi kesungguhan, ketelitian, dan
mencari informasi.
b) Menanya (Questioning)
Menanya merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang sedang diamati
14

atau untuk menambah informasi tentang objek pengamatan (dari


pertanyaan faktual hingga hipotetik). Kegiatan menanya diharapkan
dapat mengembangkan kompetensi kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran
kritis untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Kegiatan
menanya merupakan kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir peserta didik. Pertanyaan yang muncul
menjadi dasar untuk mencari informasi lebih lanjut.
c) Mengumpulkan Informasi
Mengumpulkan informasi merupakan kegiatan lanjutan dari
menanya. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber,
pengamatan, atau melakukan percobaan. Kompetensi yang
diharapkan dapat mengembang melalui kegiatan ini yaitu sikap
teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, kemampuan mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara, mengembangkan kebiasaan belajar, dan belajar
sepanjang hayat.
d) Mengasosiasi/Mengolah
Informasi/Menalar Kegiatan mengasosiasi merupakan
kegiatan mengumpulkan informasi, fakta maupun ide-ide yang telah
diperoleh dari kegiatan mengamati, menanya, maupun mencoba
untuk selanjutnya diolah. Pengolahan informasi merupakan kegiatan
untuk memperluas dan memperdalam informasi yang diperoleh
sampai mencari solusi dari berbagai sumber. Sedangkan dalam
kegiatan menalar, peserta didik menghubungkan apa yang sedang
dipelajari dengan apa yang ada dalam kehidupan seharihari.
Kompetensi yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ini yaitu
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan.
15

e) Mengomunikasikan
Kegiatan mengomunikasikan merupakan kegiatan yang mana guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan
apa yang telah dipelajari baik dengan cara ditulis maupun
diceritakan. Melalui kegiatan ini, maka guru dapat memberikam
konfirmasi jika ada kesalahan pemahaman peserta didik.
Kompetensi yang diharapkan dapat berkembang dari kegiatan ini
adalah sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, serta
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (M.
Hosnan, 2014: 37-76).

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut


Hosnan dapat disajikan seperti Tabel 1.

Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Kegiatan Aktivitas Belajar


Mengamati Melihat, mengamati, membaca, mendengar,
(observing) menyimak (tanpa dan dengan alat).
Menanya Mengajukan pertanyaan dari yang faktual
(questioning) sampai yang bersifat hipotesis; diawali dengan
bimbingan guru sampai dengan mandiri
(menjadi suatu kebiasaan).
Mengumpulkan Menentukan data yang diperlukan dari
Data pertanyaan yang diajukan, menentukan
(experimenting) sumber data (benda, dokumen, buku,
eksperimen), mengumpulkan data.
Mengasosiasi Menganalisis data dalam bentuk membuat
(associating) kategori, menentukan hubungan data/kategori,
menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai
dari unstructured-uni structure-
multistructurecomplicated structure.
16

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam


bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar,
atau media lainnya.
Sumber : M. Hosnan (2014 : 39)

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka langkah


pendekatan saintifik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
mengamati (proses pengumpulan data dengan pengamatan langsung
pada objek secara sistematis), menanya (pengajuan pertanyaan
mengenai objek pengamatan untuk hal-hal yang belum dipahami
maupun untuk menambah informasi dari objek pengamatan),
mengumpulkan data (pengumpulan data/informasi dari kegiatan
mengamati dan menanya), mengasosiasi (mengkaji lebih luas dan lebih
dalam informasi yang telah diperoleh serta mengidentifikasi
hubungannya dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari), dan
mengomunikasikan (penyampaian hasil diskusi kelompok mengenai
materi yang sedang dipelajari untuk mengetahui kebenaran dari hasil
diskusi/mendapatkan konfirmasi dari guru).

4. Kreativitas Siswa
Kreativitas adalah suatu pola tingkah laku siswa yang aktif,
memiliki keingintahuan yang besar, yang tidak bisa diam dalam suatu hal
serta dorongan untuk berkembang dalam diri sendiri maupun orang lain.
Kemudian didukung dari beberapa para ahli pengertian tentang kreativitas,
Menurut Suyanto & Asep Djihad dalam Istirani dan Intan Pulungan
(2017:131) bahwa ada beberapa makna popular tentang istilah kreativitas :
Pertama, kreativitas mengupayakan untuk membuat sesuatu hal yang baru
dan berbeda. Kedua, kreativitas dianggap sebagai sesuatu yang baru dan asli
itu merupakan hasil yang kebetulan. Ketiga, kreativitas dipahami dari
sesuatu apa saja yang tercipta sebagai yang baru dan berbeda. Keempat,
kreativitas merupakan sesuatu proses yang unik. Kelima, kreativitas
membutuhkan kecerdasan yang tinggi. Keenam, kreativitas merupakan
17

suatu kemampuan yang dipengaruhi oleh faktor bawaan. Selanjutnya


menurut Rogers dalam Utami Munandar (2014:18) bahwa “kreativitas
adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi,
dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk
mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme”.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas
siswa merupakan kemampuan individu yang dapat melahirkan sesuatu yang
unik, baru atau suatu gagasan/objek dalam suatu bentuk atau susunan baru
dan original dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan diatas dapat dikemukakan
kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa hasil proses pembelajaran salah
satunya dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Faktor eksternal yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa salah satunya adalah model pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang tidak
sesuai dengan materi justru dapat menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran.
Prestasi belajar matematika siswa pada materi sistem persamaan linier tiga
variabel (SPLTV) ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah model
pembelajaran yang digunakan oleh guru dan kreativitas masing-masing siswa.
Materi SPLTV ini menuntut representasi matematis siswa dan penguasaan
konsep. Konsep suatu materi akan lebih tertanam Ketika siswa mengkontruksi
dan menemukan sendiri konsep tersebut. Proses seperti ini akan semakin lebih
baik jika siswa melakukan kerjasama dengan cara menyampaikan kembali apa
yang telah ia peroleh dan pelajari kepada orang lain. Penggunaan model
pembelajaran project basel learning dengan pendekatan sanitifik untuk
membantu pemahaman siswa sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Pada
model ini siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan suatu projek
pembelajaran, dimana siswa harus membangun pengetahuan konten sendiri dan
mendemostrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk representasi.
18

Kreativitas adalah kemampuan berpikir untuk membuat kombinasi baru


dalam menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan berdasarkan data,
informasi ataupun unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah. Siswa
yang kreatif mempunyai lebih banyak gagasan-gagasan baru, merumuskan
lebih banyak penyelesaian masalah, rasa ingin tahu yang luas dan
mendalam,mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan tidak
mudah putus asa. Siswa yang mempunyai keativitas tinggi akan lebih mudah
memahami materi yang diajarkan, lebih rajin mengerjakan latihan soal dari
berbagai referensi, berdiskusi dengan teman atau guru Ketika mengalami
kesulitan, lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan ditunjang
kreativitas yang tinggi, peserta didik akan lbih mudah memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya dalam proses belajar maupun dalam pemecahan
masalah belajar matematika, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik.
Tercapainya tujuan belajar dengan baik akan menunjang prestasi belajar siswa
yang baik pula.
Berdasarkan uraian diatas pemilihan model pembelajaran yang tepat dan
kreativitas siswa adalah faktor penting yang harus diperhatikan guru dalam
proses belajar mengajar. Model pembelajaran project based learning sangat
menuntut kreativitas siswa, karena dalam pembelajaran berbasis projek ini
siswa dituntut untuk mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri melalui
interaksi dnegan objek dan pengalaman dari lingkungan. Selain itu model
pembelajaran berbasasis proyek disertai dengan pendekatan saintifik. Dengan
demikian siswa dengan kreativitas belajar tinggi akan memberikan pengaruh
yang kuat terhadap pencapaian prestasi belajar yang baik, sedangan siswa
dengan kreativitas rendah tidak akan memperoleh prestasi belajar yang
baikmeskipun diberikan model pembelajaran sebaik apapun. Namun untuk
siswa dengan kreativitas belajar sedang dimungkinkan akan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik apabila diberikan pembelajaran matematika dengan
model project based learning dengan pendekatan saintifik.
19

C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang dikemukakan diatas, maka dalam
penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan
model pembelajaran project based learning dengan pendekatan saintifik
lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional
pada materi pokok sistem persamaan linier tiga variabel (SPLTV).
2. Siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih
baik dibandingkan siswa dengan kreativitas sedang dan rendah, dan
siswa dengan kreativitas sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih
baik dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah pada materi pokok
sistem persamaan linier tiga variabel (SPLTV).
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran, dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
matematika pada materi sistem persamaan linier tiga variabel (SPLTV):
a. Untuk model pembelajaran project based learning dengan
pendekatan saintifik dan model pembelajaran konvensional, siswa
dengan kreativitas tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada
siswa dengan krativitas belajar sedang dan rendah, dan siswa dengan
kreativitas sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah pada materi pokok
sistem persamaan linier tiga variabel (SPLTV).
b. Untuk siswa dengan kreativitas belajar tinggi, sedang, dan rendah,
model project based learning dengan pendekatan saintifik
memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan
model pembelajaran konvensional pada materi pokok sistem
persamaan linier tiga variabel (SPLTV).
20

BAB III
MODEL PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMA N 1 Pati Provinsi Jawa Tengah.
Subyek penelitiannya yaitu siswa kelas X semester satu tahun pelajaran
2022/2023.

2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada semester satu tahun pelajaran
2022/2023. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi: penyusunan usulan penelitian,
penyusunan instrument penelitian, penyusunan scenario
pembelajaran, pengajuan izin penelitian, konsolidasi skenario
pembelajaran, dan instrument dengan guru serta kepala sekolah
tempat penelitian. Tahap ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2022
sampai dengan bulan September 2022.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen, eksperimen
dan pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan
September 2022 sampai dengan November 2022.
c. Tahap analisis data
Analisis data kreativitas belajar siswa akan dilaksanakan
pada bulan Oktober 2022, sedangkan analisis data amatan (data
penelitian) pada bulan November 2022 sampai dengan Desember
2022.
d. Tahap penyusunan laporan
Tahap penyususnan laporan dilaksanakan bersamaan dengan
eksperimen yaitu pada bulan Oktober 2022 sampai dengan
Desember 2023.
21

B. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen semu (quasi-experimental research), sebab peneliti tidak
mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Budiyono (2017 :
101) bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan (estimasi) informasi
yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam
keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol seluruh variabel
luaran yang relevan.

2. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
faktorial 2x3. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Model Pembelajaran Kreativitas Belajar (B)
(A) Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3)
PjBL (A1) AB11 AB12 AB13
Konvensional (A2) AB21 AB22 AB23

3. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
1) Model Pembelajaran
i. Definisi: Model pembelajaran adalah rancangan yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas yang terkait dengan pemilihan
strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
kelas.
ii. Indikator: Pembelajaran dengan model pembelajaran Project
Based Learning dengan pendekatan saintifik untuk kelas
eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk
kelas kontrol.
22

iii. Skala Pengukuran: Skala nominal


iv. Simbol: A
2) Kreativitas Belajar Matematika
i. Definisi: Kreativitas belajar matematika adalah kemampuan
berfikir yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran
untuk membuat kombinasi baru dalam menghasilkan
gagasan jawaban atau pertanyaan berdasarkan data,
informasi atau unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan
masalah yang ditunjukkan dengan kreativitas belajar tinggi,
sedang, dan rendah.
ii. Indikator: Nilai angket kreativitas belajar siswa
iii. Skala Pengukuran: Skala interval yang diubah menjadi
skala ordinal yang terdiri dari tiga kategori yaitu tinggi,
sedang, dan rendah dengan aturan sebagai berikut.
1
Kelompok Tinggi : 𝑠𝑘𝑜𝑟 > 𝑋̅ + 𝑠
2
1 1
Kelompok Sedang : 𝑋̅ − 𝑠 ≤ 𝑠𝑘𝑜𝑟 ≤ 𝑋̅ + 𝑠
2 2
1
Kelompok Rendah : 𝑠𝑘𝑜𝑟 < 𝑋̅ − 𝑠
2

dengan :
𝑋̅
= 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑒𝑡 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑠 = 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
iv. Simbol: B

b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
matematika.
i. Definisi Operasional: Prestasi belajar matematika adalah
hasil yang dicapai oleh siswa setelah melalui serangkaian
kegiatan pembelajaran matematika.
ii. Indikator: Nilai tes prestasi belajar matematika pada materi
sistem persamaan linier tiga variabel (SPLTV)
23

iii. Skala Pengukuran: Skala interval

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti (Budiyono, 2017:
40). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA N
1 Pati Provinsi Jawa Tengah semester satu tahun pelajaran 2022/2023
2. Sampel
Menurut Budiyono (2017: 40), “Penelitian kuantitatif boleh
dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari
hal-hal yang sebenarnya diinginkan untuk diteliti. Jadi, penelitian hanya
dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi”. Sampel
merupakan sebagian populasi yang diteliti. Simpulan-simpulan
penelitian terhadap sampel ini kemudian akan digeneralisasikan
terhadap populasi yang ada.

D. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah cluster random sampling. Menurut Budiyono (2017: 43), cluster
random sampling merupakan simple random sampling yang dikenakan
berturut-turut terhadap unit-unit atau sub-sub populasi. Unit-unit atau sub-
sub populasi ini disebut cluster, di mana dalam pengambilan sampelnya,
cluster-cluster yang ada harus homogen (setara antara satu dengan yang
lainnya). Setiap anggota dari cluster yang terpilih dijadikan sebagai anggota
sampel.
Dalam penelitian ini setiap siswa kelas X SMA N 1 Pati disebut
populasi. Kemudian setiap kelas X SMA N 1 Pati ini dianggap sebagai
cluster. Dari setiap kelas yang ada, diambil sampel penelitian sebanyak dua
kelas secara acak dengan cara diundi, di mana diasumsikan tidak ada
kebijakan sekolah dalam pengelompokan siswa. Kemudian, dua kelas yang
terpilih diundi lagi untuk menentukan kelas manakah yang akan menjadi
24

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian dari kedua kelas tersebut
diuji apakah kedua sampel tersebut dalam keadaan seimbang atau tidak.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menurut Budiyono (2017: 51)
merupakan cara-cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a. Metode Dokumentasi
Menurut Budiyono (2017: 61), “Metode dokumentasi adalah
cara pengumpulan data dengan mengambilnya dari dokumen-
dokumen yang telah ada”. Dalam penelitian ini metode
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data nilai
ulangan matematika wajib kelas X semester 1 yang digunakan
untuk mengetahui keseimbangan keadaan prestasi belajar dari
kelas eksperimen dan kelas control.
b. Metode Angket
Menurut Budiyono (2017: 52), “Metode angket adalah cara
pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan
tertulis kepada subjek penelitian dan jawabannya diberikan pula
secara tertulis”. Metode angket dalam penelitian ini digunakan
untuk memperoleh data mengenai kreativitas belajar
matematika siswa. Angket dalam penelitian ini berupa soal
pilihan ganda, dengan masing-masing soal terdapat empat
alternatif jawaban.
1) Pemberian skor untuk item positif
(a) Skor 4 untuk alternatif jawaban Selalu,
(b) Skor 3 untuk alternatif jawaban Sering,
(c) Skor 2 untuk alternatif jawaban Jarang,
(d) Skor 1 untuk alternatif jawaban Tidak Pernah.
25

2) Pemberian skor untuk item negative


(a) Skor 1 untuk alternatif jawaban Selalu,
(b) Skor 2 untuk alternatif jawaban Sering,
(c) Skor 3 untuk alternatif jawaban Jarang,
(d) Skor 4 untuk alternatif jawaban Tidak Pernah.
c. Metode Tes
Menurut Budiyono (2017: 60), “Metode tes adalah cara
pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-
pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian di
mana respon siswa dapat dikategorikan dalam respon yang
benar atau respon yang salah”. Metode tes yang akan digunakan
bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa
prestasi belajar matematika. Sehingga tes yang akan
dilaksanakan berupa tes prestasi belajar.
Berdasarkan tujuan tes prestasi belajar, pada penelitian ini
akan dilaksanakan tes prestasi belajar yang dapat mengukur
penguasaan peserta didik terhadap materi sistem persamaan
linier tiga variabel (SPLTV). Tes yang digunakan berbentuk tes
objektif pilihan ganda dengan terdapat 5 alternatif jawaban.

2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk
memperoleh data tentang prestasi belajar matematika siswa pada materi
transformasi geometri dan angket untuk mengukur Aktivitas belajar
siswa.
a. Tes Prestasi Belajar Matematika
Pada penelitian ini, metode tes akan digunakan untuk
memperoleh data prestasi belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan
yaitu tes objektif.
Langkah-langkah dalam membuat tes terdiri dari:
1) Menyusun materi yang akan digunakan dalam membuat soal.
2) Membuat kisi-kisi soal tes.
26

3) Menyusun soal.
4) Pemberian skor untuk jawaban tes , nilai 1 jika benar, 0 jika
salah.
5) Mengadakan uji coba tes.
b. Angket Kreativitas Belajar Matematika
Angket kreativitas belajar matematika yang digunakan pada
penelitian ini berupa pernyataan-pernyataan dengan 4 alternatif
jawaban yaitu Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak Pernah. Hasil angket
tersebut akan digunakan untuk membagi siswa ke dalam tiga
kategori yaitu kategori siswa dengan kreativitas belajar tinggi,
kategori siswa dengan kreativitas belajar sedang, dan kategori siswa
dengan kreativitas belajar rendah. Adapun langkah-langkah dalam
menyusun instrumen angket kreativitas belajar siswa adalah sebagai
berikut.
1) Menentukan bentuk instrumen angket. Dalam penelitian ini
angket Aktivitas belajar berbentuk tabel dengan 4 jawaban yaitu
Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak Pernah.
2) Menyusun kisi-kisi angket.
3) Menyusun butir-butir angket berdasarkan kisi-kisi yang telah
dibuat.
4) Menentukan penilaian angket. Untuk item positif diberikan skor
4 untuk jawaban Selalu, skor 3 untuk jawaban Sering, skor 2
untuk jawaban Jarang, dan skor 1 untuk jawaban Tidak Pernah.
Untuk item negatif diberikan skor 1 untuk jawaban Selalu, skor
2 untuk jawaban Sering, skor 3 untuk jawaban Jarang, dan skor
4 untuk jawaban Tidak Pernah.
5) Melakukan validasi isi terhadap angket yang dilakukan oleh
pakar.
6) Merevisi butir-butir angket berdasarkan saran pakar.
7) Melakukan uji coba instrumen.
27

F. Teknik Validasi Insrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ayaitu tes untuk
memperoleh data prestasi dan angket untuk memperoleh data mengenai
kreativitas siswa.
1. Tes Prestasi Belajar
a. Uji Validitas Isi
Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi,
menurut Budiyono (2017: 67) dapat dilakukan melalui experts
judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar atau validator).
Dalam hal ini para penilai (yang sering disebut subject-mater
experts) melakukan dua hal pokok sebagai berikut.
1) Menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pengembang tes telah
menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi
(substansi) atau konstruks yang akan diukur.
2) Menilai apakah masing-masing butir instrumen yang telah
disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi dan
memenuhi persyaratan lain yang ditentukan.

b. Uji Reliabilitas
Suatu tes disebut reliabel jika dalam pelaksanaan berulang
kali pada individu hasilnya konsisten. Dengan menggunakan Teknik
Alpha karena dalam tes kita akan membuat dalam bentu uraian.
Sehingga dengan menggunkan teknik alpha kita bisa menguur
reliabilitasnya sebagai berikut.
𝑛 ∑ 𝑠𝑖 2
𝑟11 = (𝑛−1) (1 − )
𝑠𝑡 2

Dimana 𝑟11 : koefisien reliabel


n : banyak butir soal
𝑠𝑖 : variansi belahan ke-i
𝑠𝑡 : variansi skor total
Jika nilai 𝑟11 ≥ 0,07 maka reliabel, sehingga bisa dipakai
untuk melakukan pengukuran.
28

2. Angket Kreativitas Belajar Siswa


Penggunaan angket pada penelitian ini akan digunakan skala likert,
untuk menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum
suatu aspek terhadap suatu objek, dari yang sangat negatif ke sangat
positif. Kita akan menguju instrumen angket dengan menggunakan
teknik Alpha
𝑛 ∑ 𝑠𝑖 2
𝑟11 = (𝑛−1) (1 − )
𝑠𝑡 2

Dimana 𝑟11 : koefisien reliabel


n : banyak butir soal
𝑠𝑖 : variansi belahan ke-i
𝑠𝑡 : variansi skor total
Jika nilai 𝑟11 ≥ 0,07 maka reliabel, sehingga bisa dipakai untuk
melakukan pengukuran.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
statistik dengan analisis variansi 2 jalan dengan sel tak sama. Kita
menggunakan uji t, metode liliefors, dan metode bartlett.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji yang digunakan untuk menentukan apakah data sampel yang
kita ambil berdistribusi normal atau tidak.
Statistik Uji :
𝐿 = |𝐹(𝑧𝑖 ) − 𝑆 (𝑧𝑖 )|
b. Uji Homogenitas
Uji yang digunakan untuk menentukan apakah data yang ada
memiliki variansi yang sama atau tidak.
Statistik Uji :
2,303
𝜒2 = (𝑓 log 𝑅𝐾𝐺 − ∑ 𝑓𝑗 log 𝑠𝑗 2 ) ~𝜒 2 (𝑘 − 1)
𝑐
29

2. Uji Keseimbangan rata rata


Uji yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal sebelum
menerima perlakuan.
(𝑛1 − 1)𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2
𝑠𝑝 2 =
𝑛1 + 𝑛2 − 2
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis variansi
dua jalan 2 x 3 dengan sel tak sama.

4. Uji Komparasi Ganda


Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan
baris, kolom. Pada penelitian ini akan digunakan metode Scheffe.

H. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Tahap persiapan pada penelitian ini adalah menemukan permasalahan
terkait matematika pada materi SPLTV di tingkat SMA Kelas 10 secara
umum dan memilih sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
Selain itu, juga mempersiapkan referensi yang akan digunakan.
2. Pengajuan Proposal Penelitian
Proposal penelitian berisikan latar belakang penelitian, kajian pustaka,
metode dan anlisis data yang akan diterapkan dalam penelitian.
3. Penyusunan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dibuat untuk memperoleh data yang bisa di
pertanggungjawabkan. Pada penelitian ini akan dibuat isntrumen untuk
prestasi dan kreativitas belajar siswa.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memberi tindakan untuk kelas
eksperimen dengan model pembelajaran project based learning dengan
pendekatan saintifik dan kelas kontrol dengan model pembelajaran
konvensional pada materi SPLTV. Setelah diberikan tindakan, siswa
30

diambil data prestasi belajar matematika dengan menggunakan


instrumen tes materi SPLTV. Data kreativitas belajar siswa diperoleh
melalui instrumen kreativitas belajar matematika. Hasilnya
digunakan untuk menguji hipotesis.
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah anava dua jalan dengan sel tak
sama kemudian dilanjutkan pasca anava.
6. Penyusunan Laporan Penelitian
Penulisan laporan penelitian disusun secara sistematis sesuai aturan
penulisan skripsi dan dilanjutkan dengan ujian skripsi oleh tim penguji
skripsi.
31

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: Program Pascasarjana


Universitas Sebelas Maret.

Budiyono. 2015. Pengantar Penilaian Hasil Belajar.Surakarta : UNS Press.

Budiyono, 2016. Statistika Untuk Penelitian Edisi ke-2. Surakarta : UNS Press.

Budiyono. 2017. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS


Press.

Mirawati, 2010. Eksperimentasi pembelajaran matematika dengan model


pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (tgt) pada materi
pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat ditinjau dari kreativitas
belajar peserta didik kelas x SMA Kotawaringin Timur Tahun pelajaran
2009/2010. Surakarta. Tesis UNS.
Wahab Rohmalina. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta. Rajawali Press.
Cholid Narbuko, Abu Achmadi. 2015. Metodologi Penelitian. Jakarta. PT Bumi
Aksara.
Rudi Susilana, Heli Ihsan. (2014). Pendekatan Saintifik Dalam Implementasi
Kurikulum 2013 Berdasarkan Kajian Teori Psikologi Belajaredutech,
Tahun 13, Vol.1, No.2, Juni 2014.
(https://ejournal.upi.edu/index.php/edutech/article/download/3095/211
9) Diakses pada 17 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai