Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI KEUANGAN II

Modal Saham dan Saham Treasuri

Oleh:

KELOMPOK 5

Ni Kadek Desi Natalia (2107531157)

Ni Putu Serli Anggita (2107531251)

Ketut Kezia Diantyningsih Pande (2107531270)

I Gede Suradipa Brata (2107531282)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2022
a. Karakteristik Perusahaan

Adapun karakteristik dari perusahaan, yaitu:

1. Perusahaan sebagai entitas hukum yang terpisah yang menggunakan nama sendiri dalam
mengelola propertinya.
2. Modal perusahaan berasal dari saham dan obligasi.
3. Berorientasi pada profit.
4. Dalam perusahaan, kepemilikan dibagi menjadi unit-unit yang disebut lembaran saham.
5. Pemilik dari saham-saham tersebut disebut sebagai pemegang saham atau stakeholders.
6. Keuntungan yang diperoleh pemilik saham, yaitu dividen.
7. Pemilik saham bertanggung jawab atas saham yang disetorkan olehnya saja.
8. Perusahaan dipimpin oleh direksi yang menjalankan perusahaan.
9. Kekuasaan tertinggi dalam perusahaan terdapat pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

b. Dua Sumber Modal Saham


1. Modal Disetor
Yang termasuk dalam modal disetor berasal dari penerbitan saham seperti saham yang diotorisasi,
saham yang diterbitkan, dan saham yang beredar. Modal disetor ini terbagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Saham Biasa
Saham biasa adalah suatu saham yang menggambarkan modal atau investasi awal yang
disetorkan. Dalam hal ini, pemegang saham memiliki hak untuk memiliki aset-aset tertentu.
b. Saham Preferen
Saham preferen termasuk dalam jenis saham yang mempunyai hak lebih dibandingkan saham
biasa dalam pembagian deviden dan likuidasi perusahaan.
2. Laba Ditahan
Laba ditahan adalah keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan dikurangi dengan jumlah
deviden yang dibayarkan di masa lalu. Maksudnya, laba ini akan berbentuk pendapatan
perusahaan yang tidak dibayarkan kepada pemegang saham sebagai deviden dan ditahan oleh
perusahaan. Berikut merupakan rumus perhitungan laba ditahan:

Contoh Soal:
Pada awal bulan Desember 2011 perusahaan X memperoleh laba ditahan sebesar Rp 1.000.000
dan laba bersih sebesar Rp 10.000.000 dan tidak membagikan deviden sama sekali. Perusahaan X
memutuskan untuk membayar deviden tunai dan menerbitkan deviden saham sebesar 5%.
Perusahaan X memiliki 10.000 lembar saham biasa yang beredar dan menentukan harga pasar
setiap lembar saham, yaitu Rp 10.000. kemudian perusahaan X menerbitkan 500 dividen saham
dengan masing-masing akan mengurangi laba ditahan sebesar Rp 10.000. Berapakah laba ditahan
pada akhir bulan Desember dari perusahaan X?

Diketahui:
Laba ditahan saat ini Rp 1.000.000
Laba bersih Rp 10.000.000
Dividen yang dibayarkan Rp 500 x Rp 10.000 = Rp 5.000.000

Jawab:
Laba Ditahan = Laba Ditahan Saat Ini + Laba Bersih atau Rugi Bersih – Deviden yang
Dibayarkan
Laba Ditahan = Rp 1.000.000 + Rp 10.000.000 – Rp 5.000.000
= Rp 6.000.000
Jadi, diperoleh laba ditahan terbaru, yaitu sebesar Rp 6.000.000
Perusahaan X
Laporan Laba Ditahan
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011
Laba Ditahan 01/12/2011 Rp 1.000.000
Laba Bersih Rp 10.000.000
Dikurangi Deviden:
Saham Biasa Rp 5.000.000
Kenaikan Laba Ditahan Rp 5.000.000
Laba Ditahan 31/12/2011 Rp 6.000.000
c. Membuat Jurnal Pada Waktu Penerbitan Saham

Penerbitan saham adalah suatu akun yang terpisah digunakan untuk mencatat jumlah masing-
masing kelas saham yang diterbitkan kepada investor dalam perusahaan.

Contohnya:

sebuah perusahaan memiliki modal dasar 10.000 lembar saham preferen dengan nilai nominal
Rp75.000 dan 100.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp15.000. separuh dari modal
dasar untuk masing-masing kelas ditempatkan dan disetor pada nilai nominal untuk memperoleh
modal tunai.

Jawabannya:

50
Saham Biasa = 100.000 lbr x Rp.15.000 x 100 = 750.000.000

50
Saham preferen = 10.000 lbr x Rp75.000 x 100 = 375.000.000

Ayat jurnal untuk mencatat penerbitan saham adalah

Kas 1.125.000.000

Saham Preferen 375.000.000

Saham Biasa 750.000.000

(menerbitkan saham preferen dan saham biasa ada nilai nominal untuk
mendapatkan modal tunai)

Jika saham diterbitkan pada harga di atas nominalnya, berarti saham telah dijual pada harga
premium atau agio. Sebaliknya, jika saham dterbitkan pada harga di bawah nilai nominalnya,
maka saham dijual secara diskon atau disagio. Dengan demikian, jika saham dengan nilai
nominal Rp50.000 diterbitkan pada harga Rp60.000, saham telah dijual dengan agio Rp10.000.
jika saham yang sama diterbitkan seharga Rp45.000, artinya saham telah dijual dengan disagio
Rp5.000
SAHAM HARGA PREMIUM

Contohnya :

diasumsikan PT Intan Berkilau menerbitkan 2.000 lembar saham preferen dengan nilai nominal
Rp37.500 untuk mendapatkan modal tunai sebesar Rp41.250. ayat jurnal untuk mencatat
transaksi ini adalah

Kas (41.250 x 2.000) 82.500.000

Saham Preferen (37.500 x 2.000) 75.000.000

Agio Saham preferen (41.250 – 37.500) x 2.000 7.500.000

(menerbitkan saham preferen dg nilai nominal Rp37.500 untuk mendapatkan


modal tunai Rp41.250)

Contoh kedua:

Perusahaan memperoleh tanah yang tidak dapat ditentukan nilai pasar wajarnya, dengan
mempertukarkan 10.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp7.500, diasumsikan saham
memiliki nilai pasar saat ini sebesar Rp9.000 per lembar, transaksi akan dicatat sebagai berikut

Tanah (Rp9.000 x 10.000 lbr) 90.000.000

Saham Biasa (Rp7.500 x 10.000 lbr) 75.000.000

Agio Saham Biasa 15.000.000

(menerbitkan saham biasa dg nilai nominal Rp 7.500 yang dinilai sebesarRp 9.000
per lembar untuk mendapatkan tanah
d. Membuat Jurnal Untuk Saham Treasuri

Saham Treasury adalah saham perusahaan yang telah dikeluarkan kemudian ditarik atau dibeli
lagi oleh perusahaan

Contohnya:

PT JKL menerbitkan 20.000 lembar saham biasa dengan nilai par Rp200 dan harga pasarnya
Rp500. sebagai tambahan, perusahaan juga memiliki laba ditahan sebesar Rp20.000.000

Sehingga posisi ekuitas setelah penerbitan saham biasa ini

Ekuitas

Saham Biasa (Rp200 x 20.000 lbr) 4.000.000

Agio Saham Biasa 6.000.000

Laba ditahan 20.000.000

Total Ekuitas 30.000.000

Saham treasuri (Rp700 x 5.000 lbr) 3.500.000

Kas 3.500.000 Kemudia


n pada
tanggal 2 Februari, PT JKL melakukan reakuisisi saham sebanyak 5.000 lembar saham dengan
harga Rp700. Maka ayat jurnalnya

Posisi Ekuitas
Saham Biasa 4.000.000

Agio Saham Biasa 6.000.000

Laba ditahan 20.000.000

Dikurangi : biaya saham treasuri -3.500.000

Total Ekuitas 26.500.000

Tanggal 2 Maret, PT JKL menjual kembali saham treasurinya sebanyak 500 lembar dengan
harga Rp1.000. maka ayat jurnalnya

Kas (Rp1.000 x 500 lbr) 500.000

Saham Treasuri (Rp700 x 500 lbr) 350.000

Agio Saham Treasuri 150.000

Tanggal 2 April, PT JKL menjual kembali saham treasurinya sebanyak 500 lembar dengan harga
Rp600. Maka ayat jurnalnya

Kas (Rp600 x 500 lbr) 300.000

Agio saham treasuri 50.000

saham treasuri (Rp700 x 500 lbr) 350.000

Agio Saham Treasuri

2 april 50.000 2 maret 150.000

Saldo 100.000
Tanggal 2 Mei, PT JKL menjual kembali saham treasurinya sebanyak 1.000 lembar dengan
harga Rp550. Maka ayat jurnalnya

Kas (Rp550 x 1.000 lbr) 550.000

Agio saham treasuri 100.000

Laba ditahan 50.000

saham treasuri (Rp700 x 1.000) 700.000

e. Ekuitas Pemegang Saham

Ekuitas pemegang saham adalah jumlah nilai aset yang diberikan kepada para pemegang saham
suatu perusahaan, setelah dikurangi dengan hutang-hutang atau kewajiban lainnya. Neraca suatu
perseroan akan melaporkan aktiva dan kewajiban dengan cara yang sama dengan perusahaan
perseorangan dan persekutuan. Namun demikian, bagian modal dalam perseroan yang disebut
dengan ekuitas pemegang saham, dilaporkan dengan cara yang berbeda antara lain sebagai
berikut:

1. Modal Disetor (paid in capital)

Modal disetor berisi jumlah setoran modal oleh pemegang saham yang dinyatakan dalam
nilai nominal saham yang ditertibkan, termasuk deviden saham yang akan dibagikan (stock
dividen distributable) dan pesanan saham yang dipesan (stock subcribed). Saham yang
ditertibkan dapat berupa saham yang ditertibkan dapat berupa saham biasa (common stock)
maupun saham prioritas (preferen stock).

2. Tambahan Modal Disetor Tambahan

Modal (PIC) disetor dapat berasal dari agio/disagio penjualan saham (PIC in excess of par),
penjualan saham treasuri (PIC from treasury stock), maupun transaksi lain terkait saham
seperti dari hak konversi. Agio adalah kelebihan nilai jual bersih (proceeds) daripada nilai
nominal (par value), sedangkan disagio adalah sebaliknya namun for your information, tidak
semua saham memiliki nilai nominal. Pada kondisi ini nilai nominal digantikan dengan nilai
yang ditetapkan (stated value). Apabila tidak ditetapkan nilai, saham tanpa nilai yang dijual
dicatat sebesar nilai proceeds.

3. Saldo Laba (Retained Earnings (R/S))

Saldo Laba adalah akumulasi laba yang masih belum dibagikan kepada pemegang saham
dari periode ke periode. Laba bersih perusahaan periode berjalan langsung menambahkan
saldo laba periode sebelumnya dan berkurangnya apabila ada deviden. Atau kita rumuskan
sebagai berikut:

Ending R/E = beginning R/E + net income - dividend

Saldo laba memiliki saldo normal kredit karena bagian dari owner’s equity.. Saldo laba yang
negatif atau bersaldo debet,, artinya akumulasi rugi bersih yang disebut defisit modal (capital
deficiency) atau “perusahaan tersebut sudah makan modal” perusahaan yang mengalami
deficit namun memiliki aktiva yang dapat direvaluasi dengan nilai pasar saat ini, akan
melakukan tersebut sehingga defisitnya menjadi nol. Kebijakan ini disebut kuasi reorganisasi
(quasi reorganization).

Modal saham dan tambahan modal disetor adalah modal kontribusi (contributed capital/paid in
capital). Modal disetor ialah total jumlah yang disetorkan ke modal saham yang berasal dari
pemegang saham. Sedangkan Laba ditahan ialah modal yang dihasilkan oleh perusahaan yang
merupakan modal yang dikembangkan jika bisnis tersebut menguntungkan. Laba ditahan terdiri
dari semua laba yang tidak dibagi dan yang tetap diinvestasikan dalam perusahaan.

Penyajian Ekuitas:
Penyajian Laporan Perubahan Ekuitas:

f. Stock Splits

Kebijakan dividen saham juga dapat dilakukan melalui pemecahan saham (stock split). Dengan
pemecahan saham, jumlah lembar saham bertambah melalui melalui pengurangan secara
proporsional atas nilai nominal saham. Pada dasarnya stock split sama dengan stock dividend,
hanya saja diekspresikan dalam rasio, bukan persen. Kemudian dalam stock split terjadi reduksi
harga saham, juga terjadi perbedaan dalam pencatatan akuntansi. Misalnya 2:1 stock split akan
memiliki dampak yang sama dengan 100% stock dividend. Dengan dividen saham nilai nominal
saham tidak berkurang, sedangkan pada pemecahan saham nilai nominalnya akan berkurang.
Namun keduanya akan menambahkan jumlah saham sebanyak dua kali lipat.

Tujuan dilakukannya pemecahan saham adalah agar harga penempatan saham berada pada
kisaran nilai dan volume perdagangan yang lebih diminati oleh investor, yang pada akhirnya
diharapkan dapat menarik pembeli lebih banyak dan meningkatkan harga saham. Pada dasarnya
dividen saham maupun pemecahan saham tidak banyak memberikan nilai tambah kepada
investor. Tambahan saham yang diperoleh tidak mengubah porsi kepemilikan. Manfaat yang
paling terasa adalah jumlah saham mereka lebih banyak, dan dimungkinkan akan lebih likuid
untuk diperjualbelikan. Jika sebelumnya investor memiliki 100.000 lembar saham, dengan
dividen saham atau pemecahan saham, jumlah lembar menjadi 200.000, maka investor dapat
menjual 100.000 lembar dan mempertahankan jumlah saham semula.

g. Akuntansi untuk Deviden


 Kas Deviden adalah Uang kas yang dibagikan oleh korporasi kepada pemegang saham
sebagai bentuk pembagian pendapatan
 Korporasi akan membagikan deviden kas jika :
• Laba ditahan yang berlebih
• Tersedianya uang kas
• Kebijakan dewan direksi

h. Akuntansi Untuk Deviden Kas


Ada tiga tanggal penting berkaitan dengan pembayaran kas deviden:
1. Tanggal pengumuman: Pada saat ini perusahaan mengumumkan bahwa ia akan membagikan
deviden kepada pemegang sahamnya.
2. Tanggal Pencatatan: Perusahaan akan mencatat siapa saja pemegang saham yang berhak
mendapatkan kas deviden. Tidak ada jurnal yang harus dicatat.
3. Tanggal Pembayaran: Perusahaan melakukan pembayaran kas devi
deviden
den kepada pemegang saham
perusahaan.
Contoh:

Tanggal 2 Juni PT PQR mengumumkan pembayaran kas dividen Rp 200 atas 200.000 saham yang
terutang pada tanggal 12 Juli kepada semua pemegang saham yang tercatat pada tanggal 22 Juni.
Tanggal Pengumuman

2 Juni Deviden kas 40.000.000


Utang deviden kas 40.000.000

12 Juli Utang deviden kas 40.000.000


Kas 40.000.000
Tanggal Pembayaran

i. Akuntansi untuk Deviden Saham


• Deviden Saham adalah pemberian saham kepada pemegang saham oleh perusahaan.
• Tidak ada pembagian kas dalam deviden saham ini.
• Deviden saham ini akan menambah jumlah saham yang beredar.
• Jurnal dibuat pada tanggal pengumuman dan tanggal pembayaran.
Contoh:
PT UVW memiliki 2 juta lembar saham biasa beredar dengan nilai par Rp 200 dan laba ditahan
sebesar Rp 700 juta. Jika PT UVW mengumumkan 10 persen dividen saham, maka perusahaan
menerbitkan 200 ribu lembar saham tambahan kepada pemegang saham. Jika nilai wajar saham
saat itu adalahRp 300 per lembar, maka pencatatannya adalah:
Tanggal Pengumuman
15 desember Deviden Saham 60.000.000
Deviden saham yang dibagikan 40.000.000
Agio Saham Biasa 20.000.000

TanggalPembayaran
10 januari Deviden Saham yang 40.000.000
diberikan
Saham biasa 40.000.000
j. Pengertian Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio atau Rasio Pembayaran Dividen adalah rasio dari jumlah total dividen
yang dibayarkan kepada pemegang saham relatif terhadap laba bersih perusahaan.
Ini adalah persentase dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam dividen.
Jumlah yang tidak dibayarkan kepada pemegang saham dipertahankan oleh perusahaan untuk
melunasi utang atau untuk berinvestasi kembali dalam operasi inti dan biasanya disebut sebagai
‘rasio pembayaran’ atau payout ratio.
Dividend Payout Ratio memberikan gambaran tentang berapa banyak uang yang dikembalikan
perusahaan kepada pemegang saham versus berapa banyak yang tersisa untuk diinvestasikan
kembali dalam pertumbuhan, melunasi utang, atau menambah cadangan kas (laba ditahan).

k. Cara Menghitung Dividend Payout Ratio


Terdapat beberapa cara dalam menghitungnya, yakni:
1. Membagi Jumlah Dividen dengan Laba Bersih
Dividend Payout Ratio dihitung dengan membagi jumlah dividen tunai perusahaan dengan laba
bersih perusahaan.
DPR = Dividend : Net Profit (Laba Bersih)

2. MenghitungBerdasarkan “Per Saham”


Dividend Payout Ratio juga dapat dihitung dengan rumus per lembar saham kembali berdasarkan
“per saham”.
Jika dividen per saham dan laba per saham diketahui, rasio pembayaran dividen dapat dihitung
dengan menggunakan konsep dividen yang sama yang dibayarkan dibagi dengan pendapatan,
atau laba bersih.
DPR = Dividend Per Share (DPS) : Earning Per Share (EPS)

3. Menghitung Retention Ratio Dahulu


Dividend Payout Ratio juga dapat dihitung dengan menghitung Retention Ratio (RR) terlebih
dahulu.
Retention Ratio adalah rasio yang menunjukkan persentase saldo laba yang ditahan dibandingkan
dengan laba bersih perusahaan.
RR = Saldo Laba Ditahan : Net Profit (Laba Bersih)
DPR = 1 – Retention Ratio

Dari rumus di atas diketahui bahwa Retention Ratio (RR) atau Rasio Retensi dijumlah dengan
DPR sama dengan 1 atau 100% dari laba bersih.
Jumlah yang tidak dibayarkan oleh perusahaan sebagai dividen akan diinvestasikan kembali
untuk pengembangan usaha.

Contoh Perhitungan
Pembagian dividen saham PT Waskita Beton Precast Tbk tahun 2017 adalah sebagai berikut:
 Net Profit / Laba Bersih sebesar 635.271.036.798;
 Dividen yang dibagikan sebesar 317.409.762.446;
 Jumlah Lembar Saham sebanyak 26.361.157.534 lembar.

Cara 1
DPR = Dividend : Net Profit (Laba Bersih)
Rp317.409.762.446 :Rp 635.271.036.798 = 49,96%

Cara 2
 Dividend :Lembar Saham = DPS (Dividend Per Share)
Rp317.409.762.446 : 26.361.157.534 = 12,04

 Net Profit :Lembar Saham = EPS (Earning Per Share)


Rp635.271.036.798 : 26.361.157.534 = 24,1

DPR = Dividend Per Share (DPS) : Earning Per Share (EPS)


12,04 : 24,1 = 49,96%

Cara 3
 Net Profit – Dividend = Saldo Laba Ditahan (Retention)
Rp 635.271.036.798 – Rp 317.409.762.446 = Rp 317.861.274.352
 Retention : Net Profit (Laba Bersih) = Retention Ratio
Rp317.861.274.352 :Rp 635.271.036.798 = 50,04%

100% – Retention Ratio = DPR


100% – 50,04% = 49,96%

l. Pengertian BVPS
Dalam investasi, nilai buku per lembar saham atau BVPS merupakan rasio untuk
membandingkan jumlah saham beredar dengan ekuitas pemegang saham. Jadi, melalui BVPS,
Anda dapat mengetahui seberapa besar uang yang diterima oleh pemegang saham jika
perusahaan dibubarkan.
Nilai buku per lembar saham juga didefinisikan sebagai jumlah penghasilan yang diterima
pemegang saham jika aset perusahaan dijual. Aset tersebut dijual sebesar nilai bukunya.

m. Kegunaan BVPS
Fungsi utama BVPS adalah membandingkan nilai pasar per saham perusahaan. Apabila nilai
pasar per saham lebih kecil daripada BVPS perusahaan, berarti sahamnya murah (undervalued).
Sebaliknya, jika nilai pasar per saham lebih besar, maka harganya dikategorikan mahal
(overvalued).

n. Menghitung Nilai Buku Per Lembar Saham


A: Rumus Menghitung Nilai Buku Per Lembar Saham (Book Value per Share)
Bila saham yang beredar itu hanya satu macam, yaitu saham biasa maka nilai buku per lembar
saham dihitung sebagai berikut :

Book Value Per Share = Jumlah Modal Perusahaan :Jumlah Lembar Saham yang Beredar

B: Contoh Perhitungan Book Value Per Share


Sebagai ilustrasi, berikut ini contoh Modal dari PT My Computer :
(a). Modal saham nominal Rp 1.000, 1000 lembar = Rp 1.000.000
(b). Agio Saham =Rp 550.000
(c). Laba Tidak Dibagi = Rp 575.000
Total : (a) + (b) +(c) = Rp 1.000.000 + Rp 550.000 + Rp 575.000 = Rp 2.125.000
Maka Nilai buku per lembar saham dapat dihitung sebagai berikut : = Rp 2.125.000 : 1000
lembar
=Rp 2.125

C: Cara Menghitung Book Value Per Share jikaada Treasury Stock


Bilaada modal saham yang dipesan maka jumlahnya ditambahkan pada modal dan jumlah
lembarnya ditambahkan pada jumlah lembar yang beredar.
Jika ada treasury stock maka jumlahnya dikurangkan pada modal dan jumlah lembarnya
dikurangkan pada jumlah lembar yang beredar.
Untuk contohnya yaitu:
Modal PT ILC Computer Learning adalah sebagai berikut

Dari hasil proses perhitungan modal di atas, maka kita bisa menghitung Book Value Per
Share adalah sebagai berikut:
= Rp 2.400.000 : (1000 lembar + 300 lembar - 100 lembar)
= Rp 2.000

o. Pengertian ROE
Return on equity (ROE) adalah jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas dan
dinyatakan dalam bentuk persen.
ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu badan usaha dalam menghasilkan laba
dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham.
ROE dinyatakan dalam persentase dan dihitung dengan rumus ROE (Return On
Equity) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan
pemegang saham perusahaan
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para
pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan
atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.
ROE sangat menarik bagi pemegang maupun calon pemegang saham , dan juga bagi manajemen,
karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholders value creation.
Artinya semakin tinggi rasio ROE, semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya
merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

p. Cara Menghitung Pengembalian Ekuitas atau Return on Equity (ROE)


Rumus ROE (Return On Equity) adalah sebagai berikut :
Return On Equity = laba bersih setelah pajak :ekuitas
Contoh soal:
Pada tahun 2017 lalu, ekuitas rata-rata para pemegang saham perusahaan PT Maju Bersama,
sebesar Rp625.000.000 dengan laba bersih sebesar Rp1.000.000.000.
Maka nilai pengembalian ekuitas dari perhitungan di atas adalah.
Rp1.000.000.000 : Rp625.000.000 = 1,6 atau 160% ROE
Keterangan:
Hasil perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan efisiennya penggunaan
ekuitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian sebaliknya jika ROE mendekati 0
berarti perusahaan tidak mampu mengelola modal yang tersedia secara efisien untuk
menghasilkan pendapatan.

q. Cara Menggunakan Informasi Return on Equity (ROE)


Berikut adalah cara menggunakan informasi (return on equity) ROE:
1. Bandingkan ROE perusahaan selama 5-10 tahun terakhir. Hal ini akan memberikan
informasi pertumbuhan perusahaan secara lebih signifikan. Walaupun kenaikan ROE
dalam rentang 5-10 tahun tidak menjamin perusahaan akan terus tumbuh pada kecepatan
tersebut. Namun paling tidak dari informasi tersebut kita akan mengetahui grafik rata-rata
perolehan perusahaan.
2. Bandingkan angka ROE dari perusahaan-perusahaan dengan ukuran dan industri yang
sama. Mungkin, angka ROE rendah karena industri yang digeluti memiliki margin laba
yang rendah.
3. Properti dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung memiliki ROE yang tinggi karena
mampu menghasilkan pendapatan tambahan tanpa perlu didanai pihak eksternal.
DAFTAR PUSTAKA

Cermati.com. 2022. Deviden Payaout Ratio - Pengertian dan Cara


Menghitung.https://www.cermati.com/artikel/dividend-payout-ratio-pengertian-dan-cara-
menghitungnya (diakses pada : 2 Oktober 2022)
Darmawan, Harris. Dividend Payout Ratio – Definisi, Perhitungan, dan
Contoh.https://www.finansialku.com/dividend-payout-ratio/
(diakses pada : 2 Oktober 2022)
Hadijah, Siti. (2021). Saham Treasuri: Pengertian, Contoh, dan Metodenya. Diakses pada 1
Oktober 2022 dari https://www.cermati.com/artikel/saham-treasuri-pengertian-contoh-dan-
metodenya
Admin. (2022). Apa Pengertian dan Cara Menghitung Laba Ditahan. Diakses pada 2 Oktober
2022 dari https:///blog/pengertian-dan-cara-menghitung-laba-ditahan

Anda mungkin juga menyukai