Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUBUNGAN PELAJAR DAN TEMAN SEBAYA

DISUSUN OLEH
1. Antonius Ardianata ( 2019002012)
2. Kresensia Andim (2019002015)
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam proses perkembangan. karena
itu perkembangan pada masa remaja sudah seharusnya mendapatkan perhatian dari berbagai
pihak, terutama dari ewsalingkungan terdekatnya. Salah satu bagian terpenting dari
perkembangan remaja adalah perkembangan dalam kehidupan sosial. Memang
perkembangan fisik tidak dapat dilepaskan, tetapi kebanyakan kasus remaja terjadi
dikarenakan kurang sempurnanya proses perkembangan sosialnya.
Permasalahan dalam perkembangan sosial remaja dikarenakan para remaja belum
mampu menjalankan tugas perkembangan sosialnya. Tugas perkembangan sosial remaja
adalah tugas yang khas dimiliki oleh para remaja. Para remaja, disadari atau tidak, mereka
harus memenuhi tugasnya tersebut, tetapi disatu sisi tantangan remaja untuk memenuhi tugas
tersebut sangatlah berat. Sehingga para remaja membutuhkan orang lain misalnya keluarga,
teman sebaya, dan lingkungan sosialnya, untuk memenuhi tugas perkembangan sosialnya.
Dalam perkembangan sosial remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting. Peranan
teman-teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku. Remaja sering kali menilai bahwa bila dirinya memakai model
pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk
diterima oleh teman-teman sebayanya menjadi besar. Demikian pula bila anggota kelompok
mencoba minum alcohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung
mengikutinya tanpa memperdulikan perasaannya sendiri dan akibatnya. Hal ini berarti
menunjukkan bahwa kuatnya pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan hubungan
sosial remaja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pelajar dan teman sebaya
2. Manfaat teman sebaya
3. Dampak dari teman sebaya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelajar dan Teman Sebaya


1. PELAJAR
Sebutan “Pelajar” diberikan kepada peserta didik yang sedang mengikuti
proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengembangkan dirinya melalui jalur,
jenjang dan jenis pendidikan. Peserta didik dalam arti luas. Peserta didik dalam arti
luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat,
sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah. Pengertian
Pelajar Menurut Para Ahli
Masalah yang berhubungan dengan peserta didik bermacam-macam. Kondisi
ini menyebabkan timbulnya upaya-upaya untuk memahami siapa dan bagaimana
peserta didik itu. Setiap peserta didik memiliki sifat-sifat umum antara lain:
Seorang anak tidak ingin menjadi miniatur orang dewasa. Hal ini diungkapkan oleh
J.J. Rousseau bahwa anak adalah seseorang dengan dunianya sendiri dan bukan
miniatur atau boneka milik orang dewasaPelajar memiliki tingkat perkembangan
yang berbeda-bedaSetiap anak memiliki kebutuhan seperti yang diutarakan oleh
Maslow. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan biologi, kasih sayang, rasa aman,
realisasi dan harga diri.
Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti
pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat menengah. Pelajar
adalah pelakunya. Sedangkan Sudjana mengemukakan pengertian belajar secara lebih
jelas, yakni setiap upaya yang sengaja diciptakan agar terjadi suatu kegiatan yang
edukatif antara peserta didik (pelajar) dan pendidik (pengajar). Pelajar pada dasarnya
adalah konsumen dari jasa yang diberikan oleh pengajar.

2. Teman Sebaya
Teman sebaya atau peers adalah anak-anak dengan tingkat kematangan atau
usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman
sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia di
luar keluarga. Melalui kelompok teman sebaya anak-anak menerima umpan balik dari
teman-teman mereka tentang kemampuan mereka. Anak-anak menilai apa-apa yang
mereka lakukan, apakah dia lebih baik dari pada teman-temannya, sama, ataukah
lebih buruk dari apa yang anak-anak lain kerjakan.
Fungsi Teman Sebaya menurut saya mampu memberikan support ketika
teman itu jatuh ia mampu merangkul kembali, temanpun sangat berpengaruh pada diri
kita sendiri, kadang teman itu membawah pengaruh baik maupun buruk dan itu
semua tergantung pada kita bagaimana cara menyikapinya. ketika teman itu
menurutmu membawa pengaruh buruk maka sikap kalian menurut saya ambil saja
positifnya bukan malah menjauhinya.
jika dilihat dari teori fungsi teman sebaya adalah sebagai berikut :
a. Memberikan dukungan sosial, moral, dan emosional.
b. keterampilan sosial bagi anak. seperti kerja sama dalam bermain, belajar, dan
melakukan hobi.
c. Memberi kesempatan anak belajar mengontrol diri, agar tidak mudah marah,
dan egois (mementingkan diri sendiri).
d. Sebagai agen sosialisasi, yaitu saling mengingatkan akan aturan-aturan
sekolah.
e. Tempat memperoleh informasi diluar keluarga.

B. Manfaat Teman Sebaya


Dengan teman sebaya, anak mengembangkan keterampilan yang diperlukan
untuk bersosialisasi dan menjalin keakraban, Anak mampu meningkatkan hubungan
dengan teman, anak mendapatkan rasa kebersamaan. Selain itu, anak termotivasi untuk
mencapai prestasi dan mendapatkan rasa identitas.
Peran Teman Sebaya
Hubungan pertemanan menjadi sebuah medan pembelajaran dan pelatihan
berbagai keterampilan social seperti negosiasi, persuasi, kerjasama, kompromi, kendali
emosional, dan penyelesaian konflik.
Teman sebaya memberikan dukungan social, moral, dan emosional. Teman
sebaya dapat dijadikan sumber rasa nyaman dan aman karena teman sebaya bisa menjadi
sebuah kelompok tempat mereka dapat belajar bersama, aman dari anak-anak berandalan;
bahkan pada saat memasuki masa pubertas, teman sebaya sering kali menjadi andalan,
mengalahkan orang tua sendiri, terutama ketika mengalami masa krisis atau kebingungan
Teman sebaya berperan terhadap perkembangan pribadi dan social, yaitu dengan
menjadi agen sosialisasi yang membantu membentuk perilaku dan keyakinan mereka.
Dalam hal ini teman sebaya menentukan pilihan tentang cara  menghabiskan waktu
senggang, misalnya dengan belajar bersama.
Dengan teman sebaya, anak mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk
bersosialisasi dan menjalin keakraban, Anak mampu meningkatkan hubungan dengan
teman, anak mendapatkan rasa kebersamaan. Selain itu, anak termotivasi untuk mencapai
prestasi dan mendapatkan rasa identitas. Anak juga mempelajari keterampilan
kepemimpinan dan keterampilan berkomunikasi, bekerja sama, bermain peran, dan
membuat atau menaati aturan.
Teman sebaya menjadi model atau contoh tentang cara berperilaku terhadap
teman-teman sebaya. Kelompok teman sebaya menyediakan sumber informasi dan
perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Anak-anak menerima umpan balik tentang
kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya dan belajar tentang dunia
di luar keluarga mereka.
C. Dampak Teman Sebaya
1. Pengaruh positif pergaulan
 Lebih mengenal nilai-nilai dan norma social yang berlaku sehingga mampu
membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak dalam melakukan
sesuatu.
 Lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus menyadari
bahwa manusia memiliki keunikan yang masing-masing perlu dihargai.
 Mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak orang sehingga
mampu meningkatka rasa percaya diri.
 Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di berbagai
lapisan masyarakat sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok
individu yang pantas diteladani.

2. Pengaruh negative pergaulan


 Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas dan menyukai hal-hal yang
melanggar norma social.
 Suramnya masa depan akibat terjerumus dalam dunia kelam, misalnya:
kecanduan narkoba, terlibat dalam tindak criminal dan sebagainya.
 Dijauhi masyarakat sekitar karena perilaku tidak sesuai dengan nilai/norma
social yang berlaku.
 Tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang menyimpang. 
D. Dampak Positif dan Negatif Peer Group (Teman Sebaya)
1. Dampak Positif 
 Peer group mengajarkan kebudayaan, peer group seseorangdiajarkan
kebudayaan yang berada di tempat itu atau dianut oleh anggotakelompok.
Misalnya, orang Medan yang pindah ke Jogja, maka temansebayanya di
Jogja akan mengajarkan kebudayaan orang Jogja. Dengan begitu akan
terjadi pertukaran budaya yang dapat menambah wawasannusantara.
 mengajarkan kebudayaan, mengajarkan kebudayaan, peer group memberi
kesempatan bagianggotannya untuk mengisi peranan sosial baru.
Misalnya, seorang anakyang pendiam ketika mulai berkumpul dengan
teman sebayanya akan lebihterbuka, karena jalinan kelompok timbul
atas rasa kekeluargaan sehinggaanak yang mulannya pendiam itu akan
belajar bagaimana ia mengutarakan pendapatnya maupun sekedar
melontarkan candaan yang dapat merangsanganak tersebut menjadi
nyaman dan perlahan menghilangkan rasa malu bila berinteraksi dengan
orang lain.
 Peer group sebagai sumber informasi, seiring dengan adanya
interaksidalam kelompok teman sebaya maka akan muncul pertukaran
informasi didalamnya. Bila ada informasi yang disampaikan oleh anggota
kelompoktersebut baik berupa informasi yang sifatnya penting mauapun
yang tidak penting, maka peer group akan menjadi tempat dimana
pertukaraninformasi itu terjadi.
 Tempat bertukar perasaan dan masalah, terkadang individu akan
lebihnyaman berbagi dengan temannya karena mungkin temannya lebih
mengertidirinya dan dapat memberikan solusi tentang masalah yang
dihadapinyamaupun hanya sekedar menjadi tempat curahan perasaan saja.
Mereka salingmenumpahkan perasaan dan permasalahan yang tidak
bisa mereka ceritakan pada orang tua ataupun guru mereka.
2. Dampak Negatif: 
 Lupa akan waktu.
 Ketika berkupul atau bermain dengan teman sebayaterkadang
membuat seseorang lupa waktu karena terlalu asik dengankegiatannya
bersama teman sebayanya. Hal ini berpengaruh pada kegiatanlainnya,
misalnya seseorang lupa beribadah atau lupa mengerjakan tugashanya
karena terlalu asik bermain dengan teman sebayanya.
 Penggunaan bahasa kasar.
 Terkadang dalam kelompok saat bercanda ataumengungkapkan
kemarahannya akan muncul bahasa kasar, hal ini bisadiperparah bila
dalam kelompok tersebut tidak saling mengingatkan maka bahasa yang
kasar tersebut akan menjadi hal yang lazim diucapkan.
 Penyalahgunaan narktika.
 Seperti yang kita ketahui bahwa penggunanarkotika terbesar
adalah kaum remaja hal ini menunjukan bahwa temansebaya berperan
dalam penyebaran narkotika itu sendiri. Dengan adanyateman sebaya
maka akan lebih mudah seseorang menyalahgunakan narkobakarena
bujukan dari temannya.
 Perkelahian pelajar atau tawuran.
 Hal ini muncul karena rasa cinta yang berlebihan terhadap
kelompoknya dan menganggap kelompok lain yang berbeda pandangan
dengan kelompoknya adalah musuh, serta adanya pandangan bahwa yang
menjadi pemenang dalam tawuran atau perkelahianadalah kelompok yang
terhebat, sehingga banyak kelompok yang berlomba-lomba menjadi
pemenang agar diakui kehebatannya.
Upaya untuk mengatasi atau menaggulangu pengaruh negative dari
pergaulan Ibarat orang yang terlanjur sakit atau terserang penyakit,
tidaklah mudah mengembalikan situasi seperti semula. Tindakan
pengobatan atau terapi yang terus menerus diperlukan untuk
mengembalikan kondisi pribadi yang terlanjur menyimpang akibat
pengaruh pergaulan negatif.
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
pengaruh negatif yang terlanjur mencemari diri individu:
 Membakitkan kesadaran kepada yang bersangkutan bahwa apa yang telah
ia lakukan adalah menyimpang. Kadangkala perilaku menyimpang tidak
menyadari bahwa apa yang telah ia lakukan salah. Jika dari yang
bersangkutan belum ada kesadaran bahwa apa yang dilakukan selama ini
keliru adalah sia-sia. Misalnya, anak yang tidak menyadari bahwa
merokok itu tidak baik bagi kesehatannya akan sulit untuk diarahkan agar
ia menjauhi rokok.
 Memutuskan rantai yang menghubungkan antara individu dengan
lingkungan yang menyebabkan ia berperilaku menyimpang. Hal ini dapat
dilakukan dengan memindahkan individu tersebut dari lingkungan
pergaulannya dan membawa ke kancah pergaulan baru. Hal ini tidaklah
mudah, sebab kadangkala yang bersangkutan tidak mampu menyesuaikan
diri di tempat lingkungannya yang baru atau justru lingkungan baru yang
tidak mampu menerimanya.
 Melakukan pengawasan melakat sebagai control secara terus-menerus
agar anak terhindar dari perilaku yang menyimpang. Pengawasan harus
dilakukan oleh orang yang disegani, sehingga anak tidak berani
mengulangi perbuatannya yang salah.
 Melakukan kegiatan konseling atau pemberian nasihat secara persuasive,
sehingga anak tidak merasa bahwa ia dibawah proses pembimbingan.
Melibatkan anak dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan keyakinan
yang ia anut merupakan salah satu cara yag dapat dilakukan untuk
membuka pikitan anak mengenai apa yang baik dan apa yang buruk.     
  
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Walau bagaimanapun peer group atau teman sebaya tidak dapat dihindarkan,
jikaseorang anak dilarang bergaul dengan teman sebayannya atas dasar menjagakebaikan
anaknya maka yang terjadi hanya akan menyebabkan anak tersebutmengalami tekanan
mental, yang seharusnya dilakukan adalah menanmkan sejak dini nilai-nilai etika, moral,
dan perilaku yang baik sehingga dapat menjadi bekal bagi anak untuk menghadapi dunia
luar, serta adanya pengawasan dan kasih saying dari orangtua sangat dibutuhkan oleh
perkembangan anak agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak baik.
Upaya yang dapat dilakukan orangtua:
1. Memberi kebebasan bersyarat dimana anak dibiarkan untuk tetap bergauldengan
teman-temannya tetapi tetap diawasi.
2. Diberikan pendidikan agama yang cukup di luar lingkungan sekolah
3. Memberikan contoh dampak negatif orang yang sudah terjerumus dalam pergaulan
yang negative.
4. Berusaha untuk menjadi teman curhat anak dan memberikan solusi/saran yangintinya
mendukung anak, agar mereka tidak merasa kesepian danmelampiaskannya
pada pergaulan.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik sebaiknya dalam hubungan pertemanan dilakukan terhadap
siapapun, baik itu dalam berinteraksi, berkomunikasi maupun berkerjasama,
kemudian buang sisi negatif yang diberikan dari teman sebaya dan jangan ditiru,
lalu sebaliknya ambil sisi positif yang diberikan dari teman sebaya yang mampu
ditiru untuk kehidupan kita, sehingga social skill dapat terbentuk dan berkembang
2. Kepada guru agar dapat memaksimalkan penanaman dari wujud social skill dalam
diri peserta didik agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya dalam kehidupan sehari-hari terutama dilingkungan sekolah.
3. Kepada sekolah untuk senantiasa membimbing peserta didik dalam mewujudkan
social skill peserta didik, karena mengingat bahwa lingkungan sekolah adalah
lingkungan kedua yang membentuk perkembangan social skill peserta didik
setelah lingkungan keluarga agar perkembangan social skill dapat terwujud sesuai
dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2016. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka.

Anda mungkin juga menyukai