Anda di halaman 1dari 6

Diskusi 4 Administrasi Perpajakan

Selamat malam, izin menanggapi diskusi

1. Silahkan analisa manfaat dari penerimaan pajak daerah yang saudara ketahui, apakah penerimaan pajak
tersebut berperan terhadap perkembangan daerah dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut !

Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
sifatnya dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang, tanpa mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah untuk kemakmuran rakyat.

Dari pengertian tersebut terdapat beberapa unsur pajak daerah yaitu:

• Dapat dipaksakan/bersifat memaksa

• Berdasarkan undang-undang

• Tanpa mendapatkan imbalan secara langsung dan

• Digunakan sebesar-besarnya untuk keperluan rakyat

Menurut saya pajak daerah  berpengaruh terhadap perkembangan daerah dan kesejahteraan
masyarakat. Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting untuk
membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Dalam perkembangan daerah pajak daerah digunakan
untuk pendanaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, pembangunan, dan juga
sebagai tabungan Pemerintah Daerah. Misalnya pembangunan yang dimodali dari pajak di antaranya
adalah pembangunan frontage road, box culvert, penambahan jalan baru, penambahan dan
pemeliharaan taman kota, serta pembangunan infrastrukur lainnya.

Dengan begitu manfaat akan dirasakan langsung untuk pembangunan daerah. Selain itu terdapat juga
beberapa manfaat pajak daerah yang dapat dirasakan secara langsung yang tinggal didaerah,
diantaranya:

1)      Meningkatkan kemampuan ekonomi

Agar ekonomi daerah terus maka diperlukan sumber pemasukan seperti pajak. Hasil pungutan pajak
tersebut digunakan untuk mencapai tujuan dan target ekonomi yang di inginkan pemerintah daerah
setempat. Bila tujuan ini dapat terealisasi maka secara langsung dapat mengurangi permasalahan yang
ada di daerah. Dengan begitu, secara tidak langsung pajak daerah bermanfaat untuk pembangunan
ekonomi masyarakat dengan meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.

2)      Sebagai tabungan/kas daerah

Pajak dijadikan sebagai anggaran daerah atau sebagai anggaran belanja pemerintah daerah, yang mana
nantinya anggaran kas ini dapat digunakan untuk proses penyelenggaraan daerah maupun untuk
menunjang kegiatan daerah lainnya.

3)      Untuk memudahkan akses masyarakat ke fasilitas umum

Pajak daerah dipungut untuk pembangunan daerah yang akan dijadikan kepentingan bagi masyarakat di
daerah tersebut.
4)      Membuka lapangan pekerjaan baru

Anggaran daerah yang berasal dari pajak daerah, salah satu fungsinya yaitu sebagai retribusi daerah,
dimana pajak ini dapat dipergunakan untuk kepentingan umum.

5)      Menekan tingkat inflasi

Pajak yang dipungut pemerintah daerah digunakan untuk mengontrol dan menekan harga barang
maupun jasa.

6)      Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Melalui pajak daerah yang digunakan untuk membuka lapangan pekerjaan baru, juga menekan tingkat
inflasi, tentu hal ini akan berdampak bertambahnya pendapatan masyarakat yang berada di daerah.
Penerimaan pajak di daerah sangat berperan penting dalam berbagai bidang baik perekonomian
maupun pembangunan.

Setelah melihat dari beberapa manfaat pajak daerah diatas, tentunya pajak daerah sangat bermanfaat
dan berperan terhadap perkembangan daerah dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.
Karena pajak daerah yang dipungut akan digunakan sebesar-besarnya untuk keperluan rakyat /
masyarakat di daerah tersebut.

2. Penerimaan pajak daerah di Indonesia rata-rata rendah, menurut saudara apakah yang melatar
belakangi dari hal tersebut ! Silahkan berikan solusi yang sebaiknya dilakukan daerah tersebut !

Salah satu cara dan upaya yang dapat dilakukan dalam memenuhi kesejahteraan dan kepentingan
seluruh masyarakat adalah dengan menggunakan biaya yang berasal dari pajak. Diketahui pajak adalah
salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal itu disebutkan dalam pasal 6 ayat 1 UUD No 33
Tahun 2004 yang terdiri atas pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan,dan pendapatan lain yang sah. Melihat peran, fungsi serta manfaat dalam membayar pajak
maka hendaknya sebagai warga negara Indonesia harus menyadari kewajibannya dalam membayar
pajak demi kepentingan bersama. Akan tetapi, walaupun manfaat dan kegunaan pajak yang sangat
dibutuhkan oleh seluruh elemen bangsa dan negara ini, ternyata masih saja kesadaran membayar pajak
Indonesia masih rendah.

Padahal perlu diketahui bersama bahwa rendahnya penerimaan pajak akan berdampak buruk bagi
negara sebab dapat mempengaruhi terhadap kebijakan fiskal khususnya pembiayaan program strategis
misalnya saja kesehatan, jaminan sosial, Infrastruktur, dan pendidikan.

Penyebab rendahnya kesadaran membayar pajak diantaranya;

 Pajak pada umumnya terdengar seperti beban bagi masyarakat

 Kurangnya penyuluhan dan informasi dari pemerintah kepada wajib pajak tentang peran
pentingnya Pajak Bumi dan Bangunan untuk Bangsa dan Negara masih rendah.

 Banyaknya korupsi pajak yang terdengar sampai ke masyarakat

 Kurangnya keyakinan untuk membayar pajak

 Kurangnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemerintah Dalam Pengelolaan Pajak


Untuk saat ini, apabila alasan penyebab rendahnya kesadaran membayar pajak karena susah dalam
pengurusnya, hal itu bisa saja keliru sebab untuk membayar pajak juga sudah dipermudah. Melalui
sistem online warga juga sudah bisa membayar pajak, misalnya langsung sendiri menyetor di bank BPD.

Menurut data yang ada pula bahwa kebanyakan rendahnya kesadaran membayar pajak adalah dari
warga biasa, sedangkan untuk perusahaan untuk kesadaran membayar pajak sangat baik. Selain itu juga
rumitnya peraturan di bidang perpajakan juga berefek ke rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak.

Solusi yang perlu dilakukan untuk hal tersebut adalah perlunya sosialisasi terhadap masyarakat
pentingnya pajak daerah bagi masyarakat dan menetapkan UU yang jelas dan mudah dipahami oleh
masyarakat, selain itu juga dengan meningkatkan pelayanan pajak dan keterbukaan penggunaan pajak
agar masyarakat percaya akan manfaat pajak, yang melatar belakangi ini tersebut antara lain;

1. Pemerintah perlu meningkatkan upaya-upaya peningkatan kesadaran pajak masyarakat baik melalui
sosialisasi ataupun pembinaan lainnya, hal ini mengingat pajak terbukti signifikan menurunkan angka
kemiskinan.

2. Pengaruh pajak terhadap pendapatan per kapita tidak signifikan terjadi, hal ini dimungkinkan
penerimaan pajak baru akan berdampak pada pendapatan per kapita dalam jangka waktu tertentu.
Terkait hal ini pemerintah dapat mempercepat penyerapan anggaran yang terkait dengan penyediaan
fasilitas publik agar masyarakat tetap dapat merasakan manfaat penerimaan pajak negara terhadap
kesejahteraan melalui fasilitas publik.

3. Pemerintah selaku pengelola pajak sekaligus sebagai pihak yang mengelola “operasional” negara
perlu menerbitkan kebijakan-kebijakan yang langsung berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat sehingga pada akhirnya dapat menurunkan jumlah penduduk miskin dan meningkatkan
pendapatan per kapita.

Sumber Referensi;
ADBI4330 Administrasi Perpajakan

http://repository.unika.ac.id/22162/1/LAP%20PENELITIAN.pdf

https://www.kanal.web.id/mengenal-pajak-daerah-dan-apa-saja-manfaatnya

Diskusi 5 Administrasi Perpajakan

1. Tujuan dari perubahan  Undang-undang pajak adalah untuk memudahkan dan memberikan keadilan
kepada wajib pajak, jelaskanlah secara rinci maksud dari hal tersebut ! 

Yang menjadi objek pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UU 36/2008 adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
Dalam bagian penjelasan umum UU 36/2008 yang antara lain dikatakan bahwa dengan pesatnya
perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional dan globalisasi serta reformasi di
berbagai bidang dipandang perlu untuk dilakukan perubahan undang-undang. Untuk menjawab
pertanyaan apakah UU 36/2008 bisa dijadikan sebagai pedoman penghitungan pajak penghasilan,
dan mengacu pada angka 3 Penjelasan Umum UU 36/2008 yang mengatakan bahwa dengan adanya
beberapa perubahan dalam undang-undang yang mengatur Pajak Penghasilan ini, maka arah dan
tujuan maksud penyempurnaan itu diharapkan bisa tercapai, yaitu:

a. lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak;

b. lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak;

c. lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan;

d. lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan transparansi; dan

e. lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan daya saing dalam menarik
investasi langsung di Indonesia baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam
negeri di bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas.

Mengacu pada poin-poin di atas, saya menyimpulkan bahwa dengan terus dilakukannya
penyempurnaan terhadap undang-undang tentang Pajak Penghasilan ini yang tentu disesuaikan
dengan perkembangan dinamika di masyarakat, maka UU 36/2008 memang dapat dijadikan sebagai
pedoman penghitungan pajak penghasilan. Menurut saya, mengenai patuh atau tidaknya masyarakat
terhadap suatu undang-undang memang tidak bisa dinilai hanya dengan keberlakuan suatu undang-
undang , butuh kesadaran penuh dari masyarakat untuk terus taat dalam perpajakan.

Hal lain yang disampaikan oleh undang-undang ini salah satunya adalah untuk memberikan
kemudahan dalam menghitung besarnya penghasilan neto bagi wajib pajak orang pribadi yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto tertentu, Direktur Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan menerbitkan norma penghitungan, demikian antara lain yang disebut dalam
penjelasan Pasal 14 UU 36/2008. Ini artinya, UU 36/2008 telah memberikan pedoman kepada wajib
pajak untuk bisa melakukan penghitungan pajaknya.

2. Silahkan sebutkan dasar hukum dari Insentif Pajak yang berlaku saat ini dan sebutkanlah pajak yang
mana mendapatkan insentif pajak!

Dasar hukum dari insentif pajak yang berlaku saat ini adalah Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 82/PMK.03/2021 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease
2019. Jenis Pajak yang diberikan Insentif adalah :

a. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21


Penerima insentif adalah wajib pajak yang berstatus sebagai pegawai dari pemberi kerja.
Pemberi kerja yang pegawainya menerima insentif adalah pemberi kerja yang memiliki kode
Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) sebagaimana tercantum pada lampiran PMK 23 Tahun 2020,
sedangkan pegawai yang menerima insentif adalah pegawai yang memiliki penghasilan bruto
dalam setahun di bawah atau tidak lebih dari 200 juta rupiah. Artinya wajib pajak yang berstatus
sebagai pemberi kerja tetap menjalankan kewajibannya untuk melaporkan SPT PPh Pasal 21
dengan memberikan tambahan penghasilan kepada wajib pajak yang berstatus sebagai pegawai.
PPh Pasal 21 menyangkut jumlah yang besar dengan kepemilikan NPWP di Indonesia saat ini
masih didominasi oleh wajib pajak orang pribadi karyawan. PPh Pasal 21 juga merupakan
penyumbang penerimaan pajak terbesar selain PPN dan PPh Badan. Sudah sewajarnya jenis
pajak ini diberikan insentif kepada mereka selama wabah ini masih belum tahu kapan akan
berhenti.
b. PPh Pasal 22 Impor
PPh Pasal 22 Impor yang diberikan insentif berupa pembebasan pembayaran pajak. Pembebasan
ini merupakan efek dari berkurangnya aktivitas pengiriman barang untuk masuk ke Indonesia
guna mencegah penyebaran virus yang semakin masif perkembangannya di Indonesia, baik itu
penghentian sementara dari negara asal atau pengurangan aktivitas belanja dari pelaku impor di
Indonesia. Penurunan aktivitas impor ini sangat mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia
sehingga perlu diberikan sebuah stimulan melalui insentif agar wajib pajak yang menjadi pelaku
usaha kembali semangat melakukan kegiatan di situasi tidak kondusif seperti ini. Bagi wajib
pajak yang melakukan aktivitas impor akan diberikan pembebasan PPh Pasal 22 impor selama 6
bulan. Pemberian fasilitas ini diberikan melalui Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22 Impor
kepada wajib pajak.
c. Angsuran PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 akan menerima insentif dengan pengurangan besarnya angsuran sebesar 30% dari
total angsuran yang seharusnya dibayar selama 6 bulan ke depan. PPh Pasal 25 masuk ke dalam
aturan ini karena banyaknya pelaku usaha yang mulai berkurang aktivitasnya atau bahkan
menghentikan usahanya untuk sementara selama wabah ini belum berhenti. Ketika kondisi
seperti ini produktivitas wajib pajak menjadi turun akan tidak adil jika wajib pajak yang selama
ini membayarkan angsuran jenis pajak ini tidak diberikan insentif. Selama peraturan ini, wajib
pajak tidak perlu mengajukan pengurangan angsuran untuk mendapatkan insentif karena akan
berlaku secara otomatis.
d. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Untuk PPN perlakuan pemberian insentif berbeda dengan ketiga jenis pajak sebelumnya.
Insentif PPN yang diberikan adalah dengan kemudahan proses pemberian restitusi kepada PKP
yang telah ditentukan pada PMK 23 Tahun 2020 selama 6 bulan ke depan di mulai pada masa
april. Ada perbedaan batasan nominal restitusi yang diberikan kepada PKP Eksportir dan PKP
Non Eksportir. Untuk PKP yang bertindak sebagai eksportir tidak ada batasan nominal PPN yang
akan dilakukan restitusi sedangkan untuk PKP Non Eksportir diberikan percepatan restitusi
dengan nilai paling banyak 5 miliar rupiah.  Kepada PKP Eksportir mendapatkan fasilitas yang tak
terbatas dalam pengajuan restitusi kali ini. Hal itu disesuaikan dengan penerapan tarif PPN yang
selama ini diberikan oleh para eksportir. Bagi PKP yang masuk ke dalam klasifikasi yang
mendapatkan insetif pajak untuk tidak perlu mengajukan permohonan penetapan PKP beresiko
rendah ke KPP terdaftar.
Perlakuan pemberian insentif dari keempat jenis pajak memang memiliki konsep yang berbeda. Tidak
semua wajib pajak mendapatkan insentif ini. Hal itu telah dijelaskan pada lampiran PMK 23 Tahun
2020. Hanya yang memiliki KLU dan/atau wajib pajak yang telah ditetapkan sebagai perusahaan KITE
(Kemudahan Impor Tujuan Ekspor). Selain perusahaan berstatus KITE, wajib pajak yang telah
ditentukan pada aturan ini juga tidak seluruhnya dapat merasakan insentif keempat jenis
pajak. Hanya 440 KLU yang dapat menerima fasilitas insentif PPh 21 dan 102 KLU saja yang dapat
diberikan pembebasan PPh 22 Impor, pengurangan angsuran PPh 25, serta kemudahan restitusi PPN.

3. Sebutkanlah perbedaan yang mendasar dari PPh pasal 21 dan PPh pasal 23 yang saudara ketahui !

Direktorat Jenderal Pajak membagi pajak penghasilan menjadi dua dalam PPh pasal 21 dan PPh 23.

 Berdasarkan Subjeknya
PPh pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan, dapat berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang berhubungan
dengan pekerjaan, jabatan, jasa, maupun kegitan yang dilakukan oleh orang pribadi dalam
negeri. Sedangkan PPh pasal 23 ditujukan untuk penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau
hadiah, dan penghargaan.
 Berdasarkan Tarif Pajak
Tarif PPh Pasal 21, bagi karyawan dengan penghasilan sampai Rp50 juta per tahun, maka
penghasilannya akan dipotong sebesar 5%, penghasilan Rp50-Rp250 juta per tahun akan
dikenakan pajak sebesar 15%, penghasilan Rp250-500 juta per tahun akan dikenakan pajak 25%,
dan penghasilan di atas Rp500 juta per tahun akan dikenakan pajak 30%.
Tarif PPh 23 diberlakukan atas nilai DPP (Dasar Pengenaan Pajak) atau jumlah bruto penghasilan.
Jumlah bruto adalah jumlah penghasilan yang dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, ataupun perwakilan perusahaan luar negeri. Beberapa tarif PPh 23 yang
berlaku : Tarif 15% dari jumlah bruto atas dividen (pembagian dividen orang pribadi dikenakan
pajak final yaitu 1%), dan hadiah dan penghargaan, selain yang dipotong PPh 21; Tarif 2% dari
jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan penggunaan harta (kecuali
sewa tanah atau bangunan); Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, dan jasa konsultan; Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa
lainnya yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015.
 Berdasarkan Pelaporan Pajak
Meski dipotong tiap bulan oleh perusahaan, Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) dilaporkan
setiap tahunnya, dengan batas pelaporan maksimal akhir bulan Maret tiap tahun. Sedangkan
untuk PPh 23, harus dilaporkan tiap bulannya oleh pihak pemotong dengan cara mengisi SPT
Masa PPh Pasal 23, dan paling lambat dilaporkan setiap Tanggal 20, sebulan setelah bulan
terutang PPh 23.

Sumber Referensi:
- https://perpajakan.ddtc.co.id/peraturan-pajak/read/peraturan-menteri-keuangan-82pmk-032021
- https://www.jurnal.id/id/blog/perbedaan-pph21-dan-pph23/
- https://www.pajak.go.id/id/artikel/mengenal-insentif-pajak-di-tengah-wabah-covid-19

Anda mungkin juga menyukai