Anda di halaman 1dari 29

LABORATORIUM GEOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Nomor Tugas : 10
Mata Kuliah : Praktikum Geologi Dasar

LAPORAN AKHIR
PENGENALAN BATUAN METAMORF

Nama : Zahra Dilla


NPM : 10070121013
Shift Praktikum : IV (Empat) / 08.00 – 10.30 WIB
Hari/ Tanggal Praktikum : Selasa, 08 Maret 2022
Hari/ Tanggal Laporan : Selasa, 15 Maret 2022
Asisten : 1. Indra Karna Wijaksana, S.Pd., S.T., M.T.
2. Wahyu Budhi Khorniawa, S.T., M.T.
3. Ir. Sri Indiarto
4. Deni Mildan, S.T., M.T
5. Muhammad Aziz Rahmatullah
6. Roberto Wahab

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Waarahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sholawat serta
salam tidak lupa penulis ucapkan kepad nabi Muhammad SAW yang menjadi
teladan bagi kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir ini
dengan tepat waktu.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada para
instruktur Laboratorium Geologi Universitas Islam Bandung yang telah
memberikan ilmu serta wawasannya sehingga penulis dapat memahami dan
mengerti mengenai apa yang telah dijelaskan, sehingga akhirnya tersusunlah
laporan akhir. Hal ini penulis lakukan untuk memenuhi tugas laporan akhir
Terlepas dari semua itu, saya penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya dalam
pembuatan laporan akhir ini. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari pembaca
sangat berguna untuk pembuatan laporan ke depannya.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi para
pembaca. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Bandung, 15 Maret 2022


Penulis

Zahra Dilla
10070121013

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum ................................................................. 2
1.2.1 Maksud......................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan. ......................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3

2.1 Definisi Batuan Metamorf ......................................................................... 3


2.2 Genesa Batuan Metamorf ........................................................................ 4
2.3 Klasifikasi Batuan Metamorf ..................................................................... 5
2.4 Mineral Penyusun Batuan Metamorf ........................................................ 6
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10

3.1 Tugas ..................................................................................................... 10


3.2 Pembahasan .......................................................................................... 10
3.2.1 Deskripsi Batuan Sedimen.......................................................... 10
3.2.2 Struktur Batuan Sedimen ............................................................ 16
3.3 Klasifikasi Batuan Metamorf ................................................................... 18
BAB IV ANALISA.............................................................................................. 22

BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

FORM PENILAIAN LAPORAN ........................................................................ 25

LAMPIRAN........................................................................................................ 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertambangan didasari dengan salah satu cabang ilmu yaitu ilmu
geologi yang merupakan suatu mineralogi yang mempelajari berbagai bentuk bumi
serta mineral dan batuan dimulai dengan mengetahui sifat fisik dan kimi dari
mineral tersebut. Pertambangan merupakan sebagian atau salah satu kegiatan
yang dilakukan untuk pengambilan endapan galian berharga yang berharga dari
dalam kulit bumi, baik pada permukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi.
Hasil dari kegiatan pertambangan ini dapat berupa , minyak dan gas bumi, bijih
emas, perak, batubara, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, dan lain-
lain.
Penguasaan mineral dan batubara oleh negara dikelola oleh pemerintah
pusat, kewenangan pemerintah dalam pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara diatur dalam undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang mineral dan
batubara. Mineral dan batubara sebagai sumberdaya alam yang tak terbarukan
merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar
kesejahteraan rakyat.
Negara Indonesia memiliki sumber daya alam dengan potensi mineral yang
sangat melimpah yang memiliki tingkat kekerasan yang dapat di ukur dengan
tingkat skala mosh. Hal ini dikarenakan adanya siklus batuan yang di sebabkan
aktivitas dapur magma di perut bumi. Batuan cair yang memiliki suhu atau tekanan
di atas 1000℃ ini selalu bergerak dalam selubung mantel bumi. Lapisan kerak
bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang terus bertumbukan dan menyisakan
banyak retakan di luar mantel. Tekanan dan suhu yang kuat akan mendorong
suatu magma untuk keluar ke permukaan. Batuan-batuan yang telah ada akan
larut dengan cairan superpanas dan bertekanan tinggi saat mulai naik.
Sebagai makhluk hidup tentu saja membutuhkan mineral dalam kehidupan
sehari-hari . Contohnya perlatan dapur, peralatan sekolah hingga kosmetik
kebanyak berasal dari bahan mineral. Bahkan dapat dikatakan bahwa seorang
manusia hidup tidak lepas dan terlepas dari bahan galian industri mineral. Dengan

1
2

perkembangan nya zaman yang semakin maju, mineral-mineral itu dapat di


manfaatkan sesuai dengan bahan mineral itu sendiri yang bisa dimanfaatkan untuk
apa saja.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.2.1 Maksud
Maksud dilakukannya pembuatan laporan ini yaitu agar dapat mengenal
pengetahuan mengenai ilmu keterbentukkannya batuan meramorf.

1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Mengetahui pengertian batuan metamorf.
2. Mengetahui genesa keterbentukan batuan metamorf.
3. Dapat mendeskripsikan batuan metamorf.
4. Mengetahui klasifikasi batuan metamorf.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Batuan Metamorf


Batuan metamorf merupakan sebuah batuan yang terbentuk melalui proses
metamorfisme dari transformasi batuan asal (protolith) yang merupakan batuan
panas dengan suhu lebih dari 1500C dan tekanan yang sangat tinggi atau batuan
yang telah ada sebelumnya yang dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, atau
batuan metamorf yang lebih tua yang mengalami perubahan. Perubahan pada
komposisi mineral, tekstur, dan struktur pada batuan karena adanya suhu dan
tekanan yang tinggi serta larutan kimia yang aktif dapat disebabkan oleh proses
metamorfisme.

Sumber: needidthings, 2019.


Gambar 1
Batuan Metamorf
Karena pengaruh pada kondisi kimia dan fisika dalam kerak bumi yang
berbeda dengan kondisi sebelumnya pada proses metamorfisme itu dapat
mengubah mineral-mineral suatu batuan fase padat. Proses tersebut tidak
termasuk dalam proses pelapukan dan diagenesa. Proses kristalisasi di
kedalaman kerak bumi pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi
dalam keadaan yang padat tanpa melalui fasa cair yang berikasar pada
temperature 2000C – 8000C dapat membentuk batuan metamorf sehingga dapat
membentuk strukturdan mineralogi yang baru sesuai dengan lingkungan fisik baru
pada tekanan dan temperature tertentu.

3
4

Awal kata metamorf ini berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang
berarti berubah dan “Morph” yang berarti bentuk. H.G.F. Winkler (1967)
menyatakan bahwa metamorfisme itu adalah proses-proses yang mengubah
mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan terhadap
kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan kimia tersebut
berbeda dengan kondisi sebelumnya.

2.2 Genesa Batuan Metamorf


Pada proses terbentuknya batuan metamorf dapat dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan tekanan, temperature, dan aktivitas kimia yang
berhubungan dengan batu yang sudah ada.
1. Perubahan Temperatur
Karena adanya intrusi magma atau perubahan gradient geothermal atau
karenan gesejan antar massa batuan dapat menyebabkan perubahan suhu
dan temperature.
2. Perubahan Tekanan
Karena adanya aktivitas vulkanik dan tektonik atau karena bertumpuknya
endapan dari jenis batuan yang sudah ada dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pada tekanan.
3. Aktivitas Kimia
Aktivitas kimia yang berupa zat yang berperan sebagai katalis yang
membentuk dan menyeimbangkan reaksi kimia baik fluida atau gas aktif
yang berupa air, karbondioksida, asam hidrolik dan hidrofolik pada jaringan
batuan yang sudah ada dapat menjadi penyebab terbentuknya batuan
metamorf karena berperan dakan perubahan komposisi kimianya.
4. Proses Perubahan Batuan Metamorf dari batuan asal
Suatu magma akan mengalami proses pendinginan yang membuat
membeku dan membentuk batuan beku yang kemudian mengalami proses
pelapukan dan erosi sehingga partikel-partikelnya dibawa ke lain tempat
dibantu dengan media angin, air, es, atau gravitasi. Suatu partikel yang
bertumpuk pada suatu tempat akan mengendap (sedimentasi) yang akan
membentuk batuan sedimen (beberapa batuan beku langsung menjadi
batuan metamorf). Lalu karena adanya peningkatan suhu , tekanan atau
aktivitas kimia.
5

2.3 Klasifikasi Batuan Metamorf


1. Berdasarkan Metamorfisme (Proses Pembentukkannya)
a. Batuan Metamorf kontak (Thermal)

Sumber: Quora, 2019


Gambar 2
Metamorf Kontak

Batuan metamorf yang mengalami metamorfose karena adanya suhu yang


sangat tinggi atau akibat dari adanya aktivitas magma termasuk dalam
batuan metamorf kontak. Adanya suhu yang sangat tinggi yang berasal dari
aktivitas magma ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun
perubahan warna pada batuannya. Jenis batuan ini dipengaruhi oleh letak
instrusinya yang dimana semakin jauh letaknya dari intrusinya maka derajat
metamorfismenya akan semakin berkurang. Contohnya batu kapur atau
gamping yang menjadi batu marmer, kemudian menjadi batolit, batuan
lakolit, dan juga batuan sill.
b. Metamorfosis Kataklastik

Sumber: Arri Qofauqi, 2019


Gambar 3
Metamorf Kataklastik

Akibat dari deformasi mekanis, seperti saat dua tubuh batuan bergeser
melewati satu dengan lainnya sepanjang zona sesar dengan gesekan yang
6

terjadi di sepanjang zona geser akan menghasilkan panas, dan batuan


terdeformasi secara mekanik. Batuan itu akan hancur dan tertumbuk akibat
pergeseran tersebut dapat menyebabkan pembentukkan pada
metamorphosis kataklastik. Metamorfosa kataklastik jarang dijumpai dan
biasanya penyebarannya terbatas hanya disepanjang zona sesar.
c. Metamorfosa Regional
Pada wilayah yang sangat luas dengan tingkat deformasi yang tinggi
dibawah tekanan diferensial akan membentuk metamorfosa regional.
Metamorfosa jenis ini biasanya akan menghasilan batuan metamorf dengan
tingkat foliasi yang sangat kuat seperti Slate, Gneisses, dan Schists. Batuan
metamorfosa regional ini terjadi pada inti dari rangkaian pegunungan atau
pegunungan yang mengalami erosi. Metamorfosis regional ini cenderung
membuat batuan menjadi lebih keras, dan pada saat yang bersamaan
menyebabkan terbentuknya tekstur foliasi, skistos, atau gneiss yang terdiri
dari susunan palanar mineral . Metamorfosis jenis ini memiliki ciri utama
dengan adanya warna yang mengkilat dan juga tidak berfosil. Dalam
metamorf regional terbagi lagi, yaitu:
- Metamorf Dinamo Thermal
- Metamorf Pembebanan

2.4 Mineral Penyusun Batuan Metamorf


Batuan metamorf memiliki mineral penyusun didalamnya yang biasanya
memiliki komposisi sama dengan batuan asal baik mineral pada batuan beku atau
mineral pada batuan sedimen, yaitu:
1. Mineral yang terdapat pada batuan beku dan batuan metamorf seperti
hornblende, piroksen, olivine, dan biotit
2. Mineral yang terdapat pada batuan sedimen dan batuan metamorf
seperti muskovit, kuarsa, mineral-mineral lempung, dolomit dan kalsit.
3. Mineral indeks batuan metamorf seperti andalusite, kianit, granet, epidot
dan klorit
Pada saat terjadinya fase padat dapat dibedakan menjadi secretionary
growth yang merupakan pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida yang terdapat
pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut.
Kemudian Concentionary growth yang merupakan proses pendesakan krista oleh
7

kristal lainnya untuk membuat ruang pertumbuhan dan Replacement yang


merupakan proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.

2.5 Stuktur Batuan Metamorf


Pada umunya struktur yang ada pada batuan metamorf ini terbagi menjadi dua
kelompok besar yaitu struktur foliasi yang ditunjukkan dengan adanya penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf dan struktur non foliasi yang tidak
memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
1. Struktur Foliasi
a. Struktur Skistose, biasanya struktur ini memperlihatkan penjajaran
mineral pipih seperti muskovit, feldspar dan biotit yang lebih banyak
disbanding mineral butiran.

Sumber: Mami, 2010


Gambar 4
Struktur Skistose

b. Struktur Gneisik, biasanya struktur ini memperlihatkan penjajaran


mineral granular dengan jumlah yang relative lebih banyak disbanding
dengan mineral pipih. Gneisik ini terbentuk karena adanya perselingan
yang umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya
disebut gneiss.
8

Sumber: Mami, 2010


Gambar 4
Struktur Gneisik

c. Struktur Slatycleavage, yang biasanya sama dengan struktur skistose,


kesejajaran mineraloginya sangat harus (dalam mineral lempung)
yang dicirikan dengan adanya bidang-bidang belah planar yang
sangat rapat, teratur dan sejajar.

Sumber: Mami, 2010


Gambar 5
Struktur Slatycleavage

d. Struktur Phylitic, biasanya sama dengan struktur slatycleavage, tetapi


mineral dan kesejajarannya sudak mulai agak kasar dan mulai terlihat
pemisahan pipih dengan mineral granular.
9

Sumber: Mami, 2010


Gambar 6
Struktur Phylitic
2. Struktur Non Foliosi
a. Struktur Hornfelsik/granulose, biasanya struktur ini memperlihatkan
butiran-butiran mineral yang relative sama.

Sumber: Mami, 2010


Gambar 7
Struktur Granulose

b. Struktur Kataklastik, dalam sruktur ini adanya penghancuran terhadap


batuan asal.
c. Struktur Milonitik, yang memperlihatkan liniasli dengan adanya
orientasi mineral yang bentuknya lentikuler dan butiran mineralnya
halus.
d. Struktur Pilonitik, pada struktur ini terlihat bahwa liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk pararel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibandingkan denga struktur milonitik.
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Deskripsikan 6 batuan Metamorf ( 3 Foliasi dan 3 non foliasi).
2. Mencari gambar batuan metamorf beserta batuan asalnya berdasarkan tabel
penamaan batuan metamorf.
3. Menggambarkan klasifikasi batuan metamorf beserta penjelasannya.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Deskripsi Batuan Sedimen

Tabel 3.1
Deskripsi Batuan Metamorf Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BM/182/2022
Warna Bisque
Struktur Foliasi
Komposisi Mineral Feldspar, Kuarsa, Mika, Anfibol, Granet
Proses Metamorfisme Dynamo Thermal
Nama batuan Geneis
Sketsa Foto

Batuan metamorf ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Bisque. Struktur yang dimilikinya yaitu foliasi dengan komposisi
mineral feldspar, kuarsa, mika, amfibol dan granet. Proses Metamorfismenya yaitu
dynamo thermal. Maka batuan ini dinamakan Geneiss.

10
11

Tabel 3.2
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BM/918/2022
Warna Dimgray
Struktur Non Foliasi
Komposisi Mineral Sangat Bervariasi
Proses Metamorfisme Thermal
Nama batuan Hornfles
Sketsa Foto

Batuan metamorf ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Dimgray. Struktur yang dimilikinya yaitu non foliasi dengan
komposisi mineral Sangan bervariasi. Proses Metamorfismenya yaitu thermal.
Maka batuan ini dinamakan Hornfles.
12

Tabel 3.3
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BM/574/2022
Warna Dark Goldenrod
Struktur Foliasi
Komposisi Mineral Feldspar, Kuarsa, Anfibol, Biotite
Proses Metamorfisme Dynamo
Nama batuan Magmatit
Sketsa Foto

Batuan metamorf ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Dark Goldenrod. Struktur yang dimilikinya yaitu foliasi dengan
komposisi mineral feldspar, kuarsa, amfibol dan biotite. Proses Metamorfismenya
yaitu dynamo. Maka batuan ini dinamakan Magmatit.
13

Tabel 3.4
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BM/897/2022
Warna Beige
Struktur Foliasi
Komposisi Mineral Feldspar, Kuarsa, Mika, Anfibol, Granet
Proses Metamorfisme Dynamo Thermal
Nama batuan Geneis
Sketsa Foto

Batuan metamorf ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Beige. Struktur yang dimilikinya yaitu foliasi dengan komposisi
mineral feldspar, kuarsa, mika, amfibol dan granet. Proses Metamorfismenya yaitu
dynamo thermal. Maka batuan ini dinamakan Geneiss.
14

Tabel 3.5
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BM/95/2022
Warna Silver
Struktur Non Foliasi
Komposisi Mineral Homblenda, Plagioklas, Minor: Granet,
kuarsa
Proses Metamorfisme Thermal
Nama batuan Amfibolit
Sketsa Foto

Batuan metamorf ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Silver. Struktur yang dimilikinya yaitu non foliasi dengan komposisi
mineral Homblenda, Plagioklas, Minor: Granet, kuarsa. Proses Metamorfismenya
yaitu thermal. Maka batuan ini dinamakan Amfibolit.
15

Tabel 3.6
Deskripsi Batuan Sedimen Secara Megaskropis

Parameter Pengamatan
Kode LG/BM/218/2022
Warna Tan
Struktur Non Foliasi
Komposisi Mineral Kalsit, Ca & Mg, silikat
Proses Metamorfisme Thermal
Nama batuan Marmer
Sketsa Foto

Batuan metamorf ini memiliki warna yang dapat dilihat dalam skala warna
yaitu berwarna Tan. Struktur yang dimilikinya yaitu non foliasi dengan komposisi
mineral Kalsit, Ca & Mg, silikat. Proses Metamorfismenya yaitu thermal. Maka
batuan ini dinamakan Marmer.
16

3.2.2 Struktur Batuan Sedimen


Nama Batuan Batuan Asal Mineral Penyusun
Hornfles Batu Berbutir Halus

Sangat Bervariasi

Kwarsit Batu Pasir

Batu Pasir

Marner Batu Lempung


Kalsit, Ca, Mg-
Silikat

Tactite Batu Dolomit


Ca, Mg, Fe-Silikat
(Granet, Epidot,
Piroksen,
Amfibol)

Amfibolit Batu Gabro


Homblenda,
Plagioklas, Minor:
Garnet, Kuarsa

Granulit Batu Graywake

Feldspar,
Piroksen, Garnet,
Kyanit, Silikat lain
17

Batusabak & Pilit Tufa

Mika, Kuarsa

Sekis Khlorit Andesit

Klorrit, Plagioklas,
Epidot

Sekis Mika Riolit

Muskovit, Kuarsa,
Biotit

Amfibolit Basalt

Amfibol,
Plagioklas

Geneis Granit

Feldspar, Kuarsa,
Mika, Amfibol,
Garnet, dll

Migmatit Campuran Batuan


metamorf dan batuan
beku
Felspar, Amfibol,
Kuarsa, Biotit
18

3.3 Klasifikasi Batuan Metamorf


Klasifikasi batuan metamorf terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Klasifikasi batuan metamorf lokal
Pada suatu batuan yang mengalami pemanasan di sekitar kontak massa
batuan intrusif maupun eksklusif akan menyebabkan terjadinya metamorfosa
lokal. Proses ini terjadi karena pengaruh magma atau deformasi akibat
gerakan magma melepaskan panas dan material.
a. Kataklastik

Gambar 3.1
Kataklastik

Akibat dari deformasi mekanis, seperti saat 2 tubuh batuan bergeser


melewati satu dengan yang lainnya sepanjang zona sesar dengan
gesekan yang terjadi di sepanjang zona geser akan menghasilkan panas
dengan jangka waktu yang panjang dan batuan terdeformasi secara
mekanis akan menyebabkan kataklastik. Metamorfosa kataklastik jarang
dijumpai dan biasanya penyebarannya terbatas hanya di sepanjang zona
sesar. Batuan kataklastik ini dapat terbentuk di daerah yang sudah
mengalami metamorfosis instan dan berasosiasi dengan metamorfosis
lainnya seperti lipatan dan patahan. Batuan itu akan hancur dan
tertumbuk akibat pergeseran tersebut dapat menyebabkan pembentukan
pada metamorfosis kataklastik. Batuan kataklastik biasanya memiliki
fragmen batuan yang tersusun bersudut dan pecah yang membuat
batuan tersebut berbutir sangat halus, bubuk dengan foliasi dan lineasi
yang jelas.
19

b. Kontak

Gambar 3.2
Kontak

Batuan metamorf yang mengalami metamorfosis karena adanya suhu


yang sangat tinggi atau akibat dari adanya aktivitas magma termasuk
kedalam metamorfisme kontak. Adanya suhu yang sangat tinggi yang
berasal dari aktivitas magma ini menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk maupun perubahan warna pada batuan nya. Efek yang dihasilkan
akan berdekatan dengan intrusi batuan beku yang dimana beberapa
zona metamorf diwakili oleh kumpulan mineral yang berubah dan
mencerminkan gradien suhu dari intrusi bersuhu tinggi ke batuan induk
bersuhu rendah. Jenis batuan ini dipengaruhi oleh letak intruksinya yang
di mana semakin jauh letaknya dari intrusi Nya maka derajat
metamorfisme nya akan semakin berkurang yang menghasilkan batuan
ini batuan yang berbutir halus.
c. Impact

Gambar 3.3
Impact
20

akibat adanya tabrakan sebuah meteorit antar proyektil kosmetik besar


dengan kecepatan yang sangat tinggi dan gelombang kejut permukaan
bumi yang merambat ke penabrak dan ke bawah tanah termasuk dalam
proses penting dalam terjadinya kejut. Waktu terjadinya hanya beberapa
mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral Coesite
dan Stishovite.
2. Klasifikasi batuan metamorf regional
Pada wilayah yang sangat luas dengan tingkat deformasi yang tinggi
dibawah tekanan diferensial akan membentuk metamorfosa regional.
Metamorfosa jenis ini biasanya akan menghasilkan batuan metamorf dengan
tingkat foliasi yang sangat kuat seperti slate, gneisses dan schits. Batuan
metamorfosa regional ini terjadi pada inti dari rangkaian pegunungan atau
pegunungan yang mengalami erosi. Metamorfosis regional ini cenderung
membuat batuan menjadi lebih keras, dan pada saat yang bersamaan
menyebabkan terbentuknya tekstur foliasi, skistos, atau gneiss yang terdiri
dari susunan palanar mineral.
a. Metamorf Dynamo Thermal

Gambar 3.4
Dynamo Thermal

Metamorfisme regional adanya metamorf dinamo termal yang di mana


dipengaruhi oleh tekanan dan suhu yang relatif sama dan saling berikatan.
Rekristalisasi akan difasilitasi oleh elemen panas yang di mana tidak hanya
mendorong rekristalisasi, tetapi dapat mengubah sebuah bentuk batuan
yang menghasilkan struktur yang baru. Dalam metamorfisme dinamo
termahal pengaruh tekanannya berkisar di antara perbedaan pabrik batuan
pada metamorfisme nya.
21

b. Pembebanan

Gambar 3.5
Pembebanan
Metamorfosa pembebanan atau burial terjadi ketika batuan sedimen
yang berada pada kedalaman tertentu yang memiliki kenaikan suhu dan
tekanan diatas 300°C dengan geosinklin yang mengalami sedimentasi
intensif. Kemudian mengalami pelipatan yang dipengaruhi karena
adanya jalur dari orogenesa. Mineral-mineral baru akan berkembang dan
batuan tampak tidak mengalami metamorfosa akibat kondisi tersebut.
c. Metamorfisme lantai samudera (Mid Ocean Ridge)

Gambar 3.6
Mid Ocean Ridge

Metamorph ini biasanya terjadi di sekitar pegunungan tengah samudra


yang di mana berhubungan dengan tingginya gradien geothermal di
sekitar pusat pemekaran dalam lingkungan samudra. Pada umumnya
rekristalisasi nya meliputi beragam suku dan tidak komplit. Metamorfisme
ini beras Asia si dengan sirkulasi fluida panas dan menunjukkan kenaikan
suhu metamorfisme terhadap kedalaman.
22

BAB IV
ANALISA

Batuan metamorf memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan batuan


lainnya yang dimana dikarenakan batuan metamorf ini telah mengalami perubahan
secara fisik dan kimiawi yang menjadi berbeda dari batuan induknya. Proses dari
perubahan batuan metamorf ini dipengaruhi oleh berbegai faktor (suhu yang tinggi,
tekanan yang kuat dan waktu yang lama).
Diagenesa sering diartikan dengan metamorfosa, tetapi diagenesa ini terjadi
pada temperatur dibawah 200 C dan dibawah 300 MPa. Sedangkan metamorfosa
terjadi pada tekanan dan temperatur yang berada diatas diagenesa yang pada
umumnya berada pada kedalaman tertentu terutama pada zona subduksi.
Pada batuan yang proses matmorfisme nya dynamothermal umumnya
memiliki backing effect dikarenakan terjadinya diagenesa yang dimana hasil dari
pembakaran pada batuan asal yang dipengaruhi oleh suhu yang tinggi. Hal ini
biasanya terjadi pada batuan yang terkenal kontak dari magma yang mengintrusi
batuan di sampingnya.
Batuan metamorf dapat menjadi batuan asal utuk batuan metamorf
dikarenakan batuan metamorf tersebut bisa mengalami perubahan suhu dan
tekanan lagi pada zona metamorfisme sehingga merubah struktur kimia dan
fisiknya menjadi lebih kompak dan padat, contohnya batu sabak yang dimana
dapat berubah mengalami perubahan suhu dan tekanan lagi yang menjadi batuan
gneiss.
Struktur foliasi yaitu struktur yang memiliki mineral yang sejajar yang berasal
dari batuan asak yang mengalami penekanan yang besar sehingga yang pada
awalnya menyebar akan terlihat sejajar sesuai dengan arah tekanan yang
dominan. Contohnya batu sabak yang memiliki struktur foliasi, tetapi tidak terlihat
secara megaskropis foliasinya karena butirannya yang halus.
23

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan laporan Batuab Metamorf ini maka dapat disimpulkan beberapa poin,
sebagai berikut:
1. Batuan metamorf terbentuk dari transformasi batuan asal (protolith) yang
merupakan batuan panas dengan suhu lebih dari 1500C dan tekanan yang
sangat tinggi atau batuan yang telah ada sebelumnya yang dapat berupa
batuan beku, batuan sedimen, atau batuan metamorf yang lebih tua yang
mengalami perubahan pada komposisi mineral, tekstur, dan struktur pada
batuannya.
2. Pada proses terbentuknya batuan metamorf dapat dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan tekanan, temperature, dan aktivitas kimia yang
berhubungan dengan batu yang sudah ada.
3. Dalam mendeskripsikan batuan metamorf terdapat beberapa parameter
yang akhirnya dapat menentukan nama batuan tersebut seusai dengan
flow chart. Parameter deskripsi tersebut yaitu kode, warna yang dapat
diukur dengan skala warna, struktur yang berupa foliasi dan non foliasi,
komposisi mineral, dan proses metamorfismenya. Pada umumnya untuk
dapat mengetahui batuan metamorf harus diketahui terlebih dahulu batuan
asalnya dan penentuan komposisi mineralnya dapat menyesuaikan.
4. Batuan metamorf dapat diklasifikasikan berdasarkan proses
pembentukannya yaitu berdasarkan klasifikasi lokal yang diantaranya
kontak thermal, kataklastik dan impact. Sedangkan berdasarkan klasifikasi
regional diantaranya yaitu dynamo thermal, Mid Ocean Ridges, dan
Pembebanan.
24

DAFTAR PUSTAKA

1. Khairil, Muh Ruhman. 2016. “Geologi Dasar” Kendari.

2. Mualmaul. 2011. “Batuan Metamorf”. wingmanarrows.wordpress.com.


Diakseskan pada 07 Maret 2022 pukul 18.48 WIB.

3. Noor, Djauhari. 2009. “Pengantar Geologi” Bogor: Universitas Pakuan

4. Tubagus, Ricky. 2015. “Genesa Batuan Metamorf” academia.edu diakses


pada 12 Maret 2022 pukul 19.26 WIB.

5. Zikri, Khairul. 2018. “Geologi Umum”, Geografi UNP, Padang: Universitas


Negeri Padang.

6. Zuhdi, Muhammad. 2019. “Buku Ajar Pengantar Geologi”. Duta Pustaka


Ilmu. Mataram.
FORM PENILAIAN
LAPORAN

Laporan Akhir

Format Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Dapus


(10) (15) (5) (20) (30) (15) (5)

Total Nilai

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai