Anda di halaman 1dari 13

ISSN : 1979-6684

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU MELALUI


SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF DI SMK NEGERI 1
BERASTAGI KABUPATEN KARO

Zulkarnain Barus1, Sahat Siagian2, Sukarman Purba3


1)
Guru SMK Negeri 1 Berastagi, Kabupaten Karo
2,3)
Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan
Email: baruszulkarnain78@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian Tindakan Sekolah ini pada dasarnya ingin mengetahui apakah melalui supervisi klinis
dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan dasar mengajar guru di SMK
Negeri 1 Berastagi Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
sekolah, mengacu pada model penelitian Kemmis dan Taggart yang dirancang dengan proses
siklus yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi. Tahapan ini
terus berlangsung per individu sampai permasalahan dalam menerapkan ketiga keterampilan dasar
mengajar tersebut dapat terselesaikan. Hasil analisis data guru dalam menerapkan ketiga
keterampilan dasar mengajar yaitu pada siklus I 71,07 dan pada siklus II 87,33. Dari uraian
tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata keterampilan guru yaitu 87,33 –
71,07 = 16,26. Dengan demikian penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan keterampilan
menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran dan keterampilan mengelola kelas
guru di SMK Negeri 1 Berastagi yang dibuktikan dengan adanya peningkatan masing-masing
keterampilan dari siklus I ke siklus II. Untuk itu diharapkan kepada pengawas sekolah agar
membimbing guru melalui kegiatan supervisi klinis.

Kata kunci: Keterampilan dasar mengajar, supervisi klinis kolaboratif

ABSTRACT
This educational action research is basically want to know whether through clinical supervision
with a collaborative approach can improve teaching basic skills teacher at SMK Negeri 1
Berastagi Karo. This study uses a model of action research school, referring to the research model
Kemmis and Taggart are designed with the process cycle of plan, act, observe and reflect. This
stage continues per individual up to the problems in implementing the three basic skills of
teaching can be resolved. The results of the data analysis of teachers in implementing the three
basic skills are taught in the first cycle and the second cycle 71.07 87.33. From the description it
can be seen that an increase in the average value of teachers' skills, namely from 87.33 to 71.07 =
16.26. Thus the application of clinical supervision can improve the skills to explain, opening and
closing skills lessons and classroom management skills teacher at SMK Negeri 1 Berastagi
evidenced by the increase in individual skill from the first cycle to the second cycle. For that is
expected to the superintendent of schools in order to guide the teacher through clinical
supervision.

Keywords: teaching basic skills, collaborative clinical supervision

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 63


ISSN : 1979-6684

PENDAHULUAN Akademik dan Kompetensi Guru, ada 4


Tujuan pendidikan nasional kita (empat) kompetnsi yang harus dimiliki guru,
adalah untuk mengembangkan potensi yaitu: (a) kompetensi pedagogik, (b)
peserta didik agar menjadi manusia yang kompetensi kepribadian, (c) kompetensi
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang sosial, dan (d) kompetensi profesional.
Mahas Esa, berahlak mulia, sehat berilmu, Kompetensi merupakan perilaku
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga rasional untuk mencapai tujuan yang
negara yang demokratis serta bertanggung dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
jawab (Undang-Undang Nomor 20 Tahun dipersyaratkan, (Rusman, 2014:70). Artinya,
2003). Untuk mewujudkan hal tersebut di kompetensii seorang guru merupakan
atas bukanlah sebuah hal yang mudah. kemampuan seorang guru dalam
Banyak faktor yang berperan dalam melaksanakan tugas-tugas dan kewajibannya
mewujudkan cita-cita atau tujuan pendidikan secara bertanggung jawab sesusai dengan
tersebut. Salah satu faktor pendukung yang apa yang dipersyaratkan bagi guru.
berperan sangat penting adalah faktor guru. Untuk mewujudkan guru yang
Guru sebagai salah satu faktor sesuai dengan tuntutan undang-undang,
untuk mewujudkan pendidikan yang maka seorang guru harus dapat mengelola
berkualitas merupakan ujung tombak dari proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan
pendidikan itu sendiri. Semakin tingi menyenangkan. Agar bisa menciptakan
kualitas guru dalam sebuah pendidikan maka proses pembelajaran yang aktif dan
akan semakin tinggi pula kualitas proses menyenangkan, maka seorang guru harus
pendidikan yang bisa dilakukan oleh guru memiliki pengetahuan yang luas dan juga
tersebut. Peran guru sangat sentral guna menguasai keterampilan. Ada tiga klasifikasi
meningkatkan kualitas pendidikan sehingga keterampilan tugas profesional guru menurut
guru perlu dikembangkan sebagai tenaga Rusman (2014:71), yaitu: (1) keterampilan
profesional yang bermartabat. merencanakan pembelajaran, (2)
Peran guru dalam mewujudkan keterampilan melaksanakan pembelajaran,
pendidikan yang berkualitas terjadi dalam dan (3) keterampilan menilai pembelajaran.
sebuah proses pembelajaran. Guru Selain keterampilan-keterampilan
merupakan faktor penentu yang sangan tersebut di atas, seorang guru juga
dominan dalam pendidikan pada umumnya, menguasai keterampilan dasar mengajar
karena guru memegan peranan dalam proses (teaching skills). Keterampilan dasar
pembelajaran, dimana proses pembelajaran mengajar merupakan suatu karakteristik
merupakan inti dari proses pendidikan itu umum dari seorang guru yang berhubungan
sendiri secara keseluruhan. Dalam hal ini dengan pengetahuan dan keterampilan yang
guru berperan sebagai pengajar, pemimpin diwujudkan melalui tindakan, (Rusman,
kelas, pembimbing, pengatur lingkungan 2014:80). Artinya keterampilan dasar
belajar, perencana pembelajaran, supervisor, merupakan sebuah bentuk perilaku yang
motivator, dan sebagai evaluator. bersidat mendasar yang harus dimiliki
Menurut Undang-Undang nomor 14 seorang guru sebagai modal awal untuk
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dan
adalah pendidik profesional dengan tugas mengelola lingkungan belajarnya untuk
utama mendidik, mengajar, membimbing, meningkatkan kualitas pembelajaran itu
mengarahkan, melatih, menilai, dan sendiri.
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan Menurut Usman (2007:74), ada
anak usia dini jalur pendidikan formal, delapan keterampilan dasar mengajar guru,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. yaitu: (a) keterampilan bertanya, (b)
Artinya, pemerintah sendiri telah keterampilan memberi penguatan, (c)
menetapkan bahwa profesi guru harus keterampilan mengadakan variasi, (d)
dilaksanakan dengan profesional, dengan keterampilan menjelaskan, (e) keterampilan
membuat sebuah undang-undang yang membuka dan menutup pelajaran, (f)
menjadi landasan bagi guru untuk keterampilan memimpin diskusi kelompok
melaksanakan tugasnya dengan profesional. kecil, (g) keterampilan mengajar kelompok
Menurut Permendiknas No 16 dan perorangan, dan (h) keterampilan
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan mengelola kelas. Guru yang profesional

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 64


ISSN : 1979-6684

harus menguasai kedelapan keterampilan guru tersebut. Hal ini juga disebabkan
dasar mengajar guru tersebut agar bisa karena kurangnya pengawasan yang
melaksanakann tugasnya dengan baik. dilakukan terhadap guru. Baik itu kepala
Sejalan dengan hal tersebut, sekolah maupun pengawas sekolah jarang
Nasution (2009:115) mengungkapkan bahwa melakukan supervisi terhdap gurunya.
seorang guru harus menguasai keterampilan Begitu juga halnya dengan supervisi yang
dalam berbagai gaya mengajar dan harus dialaksanakan di SMK Negeri 1 Berastagi.
sanggup menjalankan berbagai perannya. Supervisi yang dilakukan masih sangat
Artinya, untuk dapat menjalankan tugasnya jarang dan hanya cenderung untuk
guna menciptakan sebuah proses melengkapi administrasi yang diperlukan
pembelajaran yang efektif maka seorang oleh pengawas sekolah. Pelaksanaan
guru harus menguasai keterampilan dasar supervisi yang dilakukan belum sepenuhnya
mengajar guru. merupakan sebuah bantuan profesional
Dalam melaksanakan tugasnya guru kepada guru guna peningkatan kompetensi
bukan hanya sekedar untuk menjalankan guru yang ada.
rutinitas saja. Guru harus mampu untuk Dari permasalahan yang ditemukan
menciptakan inovasi-inovasi baru sehingga tersebut, dirasa perlu dilakukan sebuah
pembelajaran yang dilaksanakan akan upaya untuk memperbaiki keadaan tersebut.
menjadi menarik dan memberikan hasil yang Salah satu upaya yang dapat dilakukan
maksimal. Menurut Kasihani (1993:33), jika adalah dengan melaksanakan supervisi
kita bermaksud untuk memahami cara kerja dengan baik dan benar. Supervisi sebenarnya
sekolah dan hendak mengubah atau merupakan sebuah bentuk bantuan
meningkatkan perannya, maka yang sangat profesional yang diberikan kepada guru.
penting untuk dimengerti adalah apa yang Dalam pendidikan, supervisi merupakan
terjadi di dalam kelas. Oleh karena itu, guru bagian tidak terpisahkan dalam upaya
diharapkan untuk peka terhadap kejadian peningkatan mutu pembelajaran dan mutu
yang terjadi di dalam kelas selama proses penyelenggaraan sekolah (Sudjana, 2011:4).
pembelajaran berlangsung. Dengan Supervisi tidak lain merupakan bentuk
kepekaan tersebut, maka guru akan selalu layanan kepada guru. Oleh karena itu guru
berusaha untuk menngkatkan kemampuan juga harus mengerti apa sebenarnya fungsi
dan kompetensinya. dari supervisi itu sendiri.
Realitanya di lapangan, masih Supervisi mempunyai makna yang
banyak kita temukan guru yang tidak sangat penting dalam meningkatkan dan
profesional. Guru-guru yang tidak memiliki mengembangkan kegiatan pembelajaran.
kompetensi yang baik untuk menjadi Namun tak jarang guru merasa takut untuk
seorang guru yang profesional. Masih di supervisi sehingga menghindari supervisi.
banyak guru yang tidak mengetahui apa Hal ini karena model dan metode yang
keterampilan dasar mengajar guru, sehingga digunakan dalam supervisi masih
tidak bisa menerapkan keterampilan dasar menekankan pada mencari kesalahan guru,
mengajar dalam proses pembelajaran yang bukan untuk memperbaikinya. Padahal
dilakukannya di dalam kelas. apabila supervisi dilakukan dengan baik
Fenomena ini juga masih ditemui di SMK maka akan meningkatkan kemampuan guru.
Negeri 1 Berastagi. Berdasarkan observasi Salah satu model supervisi yang
yang dilakukan pada tanggal 13-15 Januari bisa dilakukan kepada guru adalah supervisi
2016 terhadap 10 (sepuluh) orang guru yang model klinis. Supervisi klinis dianggap
melakukan proses pembelajaran di kelas, sebagai sebuah model supervisi yang sangat
ditemukan bahwa keterampilan dasar baik diterapkan bagi guru dalam rangka
mengajar guru masih rendah meningkatkan keterampilan dasar mengajar.
Rendahnya keterampilan mengajar guru di Menurut Sagala (2009), supervisi
SMK Negeri 1 Berastagi ini karena sebagian klinis merupakan upaya yang dirancang
besar guru memang tidak mengetahui secara rasional dan praktis untuk
tentang keterampilan dasar mengajar yang memperbaiki kualitas guru di kelas dengan
harus dikuasai oleh guru. Kelemahan tujuan untuk mengembangkan
keterampilan dasar mengajar guru ini tidak profesionalitas guru dan perbaikan
sepenuhnya merupakan kesalahan dari guru pengajaran. Sejalan dengan hal itu, Olivia

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 65


ISSN : 1979-6684

(1993) menyatakan bahwa supervisi klinis bertujuan untuk meningkatkan keterampilan


bukan untuk tujuan administrasi akan tetapi dasar mengajar guru di SMK Negeri 1
lebih ditujukan untuk meningkatkan Berastagi melalui pelaksanaan supervisi
kemampuan mengajar guru sehingga klinis dengan pendekatan kolaboratif.
memberi efek yang jauh lebih baik. Flanders Berdasarkan latar belakang yang
dalam penelitiannya (Bafadal, 2003:67), telah diuraikan sebelumnya, dapat
menyatakan tentang keefektifan diidentifikasi berbagai masalah yang
penyelenggaraan supervisi klinis yaitu berhubungan dengan keterampilan dasar
bahwa dengan supervisi klinis, supervisor mengajar guru, antara lain:
dapat membantu guru untuk menganalisa 1. Masih lemahnya kemampuan dan
interaksi yang dilakukan guru dalam kelas. kompetensi guru.
Pelaksanaan supervisi bisa 2. Guru kurang kreatif dalam membuat
dilakukan dengan beberapa pendekatan. variasi metode dan model pembelajaran
Acheson (1987:81), menyebutkan ada tiga 3. Kurangnya pengetahuan guru tentang
pendekatan supervisi, yaitu: (1) pendekatan keterampilan dasar mengajar guru.
direktif, (2) pendekatan non-direktif, dan (3) 4. Guru mengajar tanpa membuat
pendekatan kolaboratif. Pendekatan persiapan atau membuat RPP
kolaboratif merupakan perpaduan dari 5. Kurangnyan kemampuan guru dalam
pendekatan direktif dan pendekatan non- mengelola pembelajaran di kelas
direktif. Dengan pendekatan kolaboratif ada disebabkan ketidakmampuan guru
kesempatan antara guru dan supervisor dalam melakasanakan peran dan
untuk melakukan diskusi yang lebih terbuka fungsinya sebagai seorang guru.
karena sehingga guru merasa lebih nyaman 6. Pelaksanaan supervisi yang jarang
dalam mengevaluasi diri. Hal ini senada dilakukan baik oleh kepala sekolah
dengan pendapat Muslim yang menyatakan maupun pengawas sekolah.
bahwa pendekatan kolaboratif merupakan 7. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan
pendekatan yang paling diinginkan guru selama ini masih sebatas bentuk
karena dilakukan berdasarkan pengalaman administrasi belum merupakan sebuah
belajar guru. bentuk bantuan kepada guru.
Menurut Joni seperti yang dikutip 8. Pengawas melakukan supervisi dengan
oleh Kasihani (1999:25), pendekatan metode konvensional dan terkesan
kolaboratif diterapkan untuk adanya untuk mencari-cari kesalahan.
hubungan kesejawatan antara guru dengan 9. Kurang terbukanya guru akan
guru, guru dengan pengawas dalam bentuk permasalahan yang dihadapinya dalam
diskusi bersama tentang apa yang harus proses pembelajaran
dikerjakan dan melakukan kegiatan belajar Dari permasahan yang ditemukan,
bersama dari apa yang telah dikerjakan. dirumuskan permasalahan, yaitu: Apakah
Ginkel (1983) berdasarkan supervisi klinis dengan pendekatan
penelitian Vanezky, Humphries, dan Mars kolaboratif dapat meningkatkan
(Sri Banun, 2009:79), menyimpulkan bahwa keterampilan dasar mengajar guru,
guru yang berhasil mengembangkan khususnya keterampilan menjelaskan,
kompetensi dan motivasinya cenderung keteramplan membuka dan menutup
lebih menyukai supervisi pendekatan pelajaran, dan keterampilan mengelola kelas
kolaboratif. di SMK Negeri 1 Berastagi?
Melalui pelaksanaan supervisi Adapun tujuan dari penelitian ini
dengan pendekatan kolaboratif, guru akan adalah untuk meningkatkan keterampilan
dibimbing secara langsung dalam rangka dasar mengajar guru khususnya
membantu guru guna meningkatkan keterampilan menjelaskan, keterampilan
keterampilan dasar mengajar sehingga membuka dan menutup pelajaran, dan
diharapkan kompetensi guru akan meningkat keterampilan mengelola kelas melalui
dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam supervisi klinis dengan pendekatan
kelas. kolaboratif di SMK N 1 Berastagi.
Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan di atas, peneliti merasa
perlu untuk melakukan penelitian yang

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 66


ISSN : 1979-6684

KAJIAN PUSTAKA kelemahan guru bersifat berkelanjutan; (g)


1. Supervisi Klinis Pendekatan hanya dikenakan kepada guru-guru yang
Kolaboratif sangat lemah karena memakan waktu,
Supervisi klinis merupakan sebuah tenaga, dan pikiran. Sementara Sudarwan
model yang ada dalam supervisi akademik. (2012) menyebutkan sembilan ciri supervisi
Supervisi klinis dilakukan terhadap guru- klinis, yaitu: (a) bimbingan supervisor
guru yang menghadapi permasalahan dalam kepada guru yang bersifat hubungan
mengajar dan ingin melakukan perbaikan pembantuan, bukan hubungan perintah atau
terhadap proses mengajar yang dilakukannya inspeksi; (b) kesepakatan guru dan
selama ini. Supervisi klinis memiliki supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis
kelebihan dibanding dengan model yang lain keterampilan yang paling penting
dan lebih disenangi oleh guru karena lebih merupakan hasil diskusi bersama; (c)
mengedepankan sifat kolegial. instrumen supervisi klinis dikembangkan
Menurut Sahertian (2010:36), dan disepakati oleh guru dan supervisor
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi secara bersama-sama; (d) guru melakukan
yang difokuskan pada peningkatan mengajar persiapan dengan mengidentifikasi aspek
dengan melalui siklus yang sistematik, kelemahan-kelemahannya yang dipandang
dalam perencanaan, pengamatan serta perlu diperbaiki; (e) pelaksanaan supervisi
analisis yang intensif dan cermat tentang klinis selayaknya dengan teknik observasi
penampilan mengajar yang nyata, serta kelas; (f) umpan balikan atau balikan
bertujuan mengadakan perubahan dengan diberikan dengan segera dan bersifat
cara yang rasional. Ada beberapa kata kunci objektif; (g) guru hendaknya dapat
dari pengertian yang diungkapkan oleh menganalisa penampilannya; (h) supervisor
Sahertian tersebut, yaitu: sistematik, analisis, dan guru berada atau menciptakan kondisi
dan cara yang rasional. Sedangkan Sulo ( yang akrab; (i) supervisi dapat digunakan
dalam Sahertian, 2010:36) menyatakan untuk membentuk atau peningkatan
Supervisi klinis adalah proses membantu perbaikan keterampilan pembelajaran.
guru-guru memperkecil kesenjangan antara Menurut Pidarta (2009:148),
tingkah laku mengajar yang nyata dengan pendekatan kolaboratif adalah pendekatan
tingkah laku mengajar yang ideal. Artinya yang mendepankan kerjasama antara guru
terdapat sebuah usaha untuk memperbaiki dengan supervisor yang tujuannya untuk
tingkah laku mengajar sehingga menjadi meningkatkan kualitas profesional guru dan
lebih baik menuju ke arah yang ideal. pengawas (supervisor). Sementara Supervisi
Sebuah supervisi dapat dikatakan kolaboratif menurut Glickmann, et al
klinis apabila mengandung beberapa (2010:170) adalah pendekatan dalam
indikator. Pidarta (2009:124) menyebutkan supervisi dimana semua orang (guru dan
ada tujuh ciri sebuah supervisi klinis, yaitu: supervisor) terlibat dalam mengambil
(a) ada pengamatan awal tentang diri guru keputusan untuk memecahkan masalah yang
yang akan disupervisi secara mendalam; (b) terjadi dalam pembelajaran. Lebih lanjut
observasi yang dilakukan pada proses Sahertian (2010:50) mengatakan bahwa
supervisi sangat mendalam, sehingga pendekatan kolaboratif didasarkan pada
menemukan data yang mendetail; (c) pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif
pertemuan balikan tentang hasil supervisi beranggapan bahwa belajar adalah hasil
tadi dilakukan secara mendalam, panduan antara kegiatan individu dengan
menyangkut semua unsur kelemahan yang lingkungan pada gilirannya nanti
sedang diperbaiki; (d) dalam diskusi balikan, berpengaruh dalam pembentukan aktivitas
guru mendapat kesempatan mengevaluasi individu. Sementara Lovell & Wiles
diri, mengeksplorasi diri, dan melakukan (1983:37), menyatakan: Colaboration is
refleksi terhadap kinerjanya dalam proses cooperating, sharing ideas, solving
pembelajaran tadi; (e) dalam diskusi balikan problems and providing feedback based on
ini memungkin pembuatan alternatif- observation of teaching, with a person with
alternatif penyelesaian atau hipotesis greater or less influence. Kolaborasi adalah
terhadap unsur kinerja yang belum baik yang kerja sama, tukar pendapat, pemecahan
akan dilaksanakan pada proses supervisi masalah dan pemberian umpan balik setelah
berikutnya; (f) perbaikan terhadap observasi yang dilakukan oleh orang yang

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 67


ISSN : 1979-6684

memberikan pengaruh atau tidak METODE PENELITIAN


memberikan pengaruh dalam meningkatkan Desain yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
2. Keterampilan Dasar Mengajar Sekolah (PTS). Tindakan yang dilakukan
Dalam Kamus Besar Bahasa untuk meningkatkan keterampilan dasar
Indonesia (2001), keterampilan adalah mengajar guru adalah dengan melakukan
kecakapan untuk menyelesaikan tugas. supervisi klinis ke kelas. Penelitian ini
Artinya keterampilan adalah kemampuan menggunakan model penelitian Kemmis &
seseorang dalam melakukan berbagai bentuk Targat (1982) yang dirancang dengan
kegiatan yang bertujuan untuk tahapan atau siklus yang terdiri atas fase
menyelesaikan tugas. Sedangkan menurut kegiatan, yaitu: perencanaan (planning),
Syah (1996) “keterampilan adalah bentuk tindakan (action), dan pengamatan
kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat (observation), dan refleksi (reflection).
syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak 1. Siklus I
dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, Prosedur penelitian pada siklus I,
mengetik, olah raga, dan sebagainya”. terdiri atas perencanaan tindakan,
Dari uraian di atas dapat pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan
disimpulkan bahwa keterampilan merupakan refleksi.
kemampuan seseorang dalam melakukan a) Perencanaan tindakan
berbagai bentuk kegiatan dengan Pada tahap perencanaan tindakan
menggunakan akal dan fisik dengan benar ini, peneliti menyusun rencana sebagai
dan tepat. berikut:
Guru dituntut untuk memiliki (1) Mempersiapkan bahan materi
keterampilan dasar dalam rangka tentang keterampilan dasar
menyelesaikan tugasnya dengan baik dan mengajar yang akan didiskusikan
benar. Keterampilan dasar seorang guru bersama antara guru, pengawas,
sangat penting agar bisa menjadi seorang kepala sekolah dan peneliti.
guru yang profesional. Jadi seorang guru (2) Menetapkan langkah-langkah dan
selain harus memiliki wawasan pengetahuan skenario pelaksanaan supervisi
yang luas akan bidang studi yang diampunya klinis yang akan dilaksanakan.
juga harus memiliki keterampilan dasar (3) Mempersiapkan instrumen untuk
mengajar. megukur proses diskusi, dan hasil
Keterampilan mengajar merupakan yang dicapai dari kegiatan.
hal yang sangat penting bagi seorang guru (4) Mempersiapkan jadwal kegiatan
apabila ingin menjadi guru yang profesional. siklus 1 dan siklus 2
Selain harus menguasai bidang studi yang b) Pelaksanaan Tindakan
dibawanya, ditambah memiliki pengetahuan Pada pelaksanaan tindakan, peniliti
yang luas juga dituntut untuk menguasau dan supervisor memaparkan materi tentang
keterampilan dasar mengajar. Bahkan keterampilan dasar mengajar yang harus
penguasaan materi yang baik tidak akan bisa dimiliki olehh guru. Kemudian dilanjutkan
berjalan dengan baik tanpa menguasai dengan materi tentang supervisi klinis,
keterampilan dasar mengajar bagi guru menjelaskan pengertian, maksud dan tujuan
ketika melakukan proses pembelajaran. supervisi klinis dan tahapan-tahapan dalam
Ada delapan keterampilan dasar mengajar supervisi klinis pendekatan kolaboratif.
guru, yaitu: (a) keterampilan bertanya, (b) Supervisor memberi kesempatan
keterampilan memberi penguatan, (c) kepada guru untuk menceritakan secara
keterampilan mengadakan variasi, (d) terbuka permasalahan-permasalahan yang
keterampilan menjelaskan, (e) keterampilan dihadapi guru selama ini. Menanyakan
membuka dan menutup pelajaran, (f) kesiapan para guru untuk melaksanakan
keterampilan memimpin diskusi kelompok supervisi klinis. Pada pertemuan ini juga
kecil, (g) keterampilan mengajar kelompok disepakati keterampilan dasar mengajar
dan perorangan, dan (h) keterampilan guru yang akan diperbaiki atau
mengelola kelas, Usman (2010:74) ditingkatkan. Setelah tercapai kesepakatan
tentang permasalahan dan keterampilan
dasar mengajar yang akan diamati, maka

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 68


ISSN : 1979-6684

kemudian ditentukan bersama jadwal pelaksanaan siklus I. Sama dengan


pertemuan untuk tahapan berikutnya. Guru pelaksanaan pada siklus sebelumnya, siklus
diminta untuk mempersiapkan Rencana II dilakukan dengan perencanaan tindakan,
Perencanaan Pembelajarannya. pelaksanaan tindakan, pengamatan
c) Pengamatan (observasi), dan refleksi.
Pada tahap ini, supervisor bersama a) Perencanaan tindakan
peneliti melakukan observasi (pengamatan) Pada tahap perencanaan tindakan
terhadap kegiatan yang dilaksanakan dari ini, peneliti kembali menyusun rencana
apa yang telah didiskusikan pada tahap sebagai berikut:
tindakan. Pengamatan dilakukan untuk (1) Mempersiapkan bahan materi
melihat bagaimana ketermpilan dasar tentang keterampilan dasar
mengajar guru tersebut diimplementasikan mengajar yang akan didiskusikan
di dalam kelas. Pengamatan ini dilakukan bersama antara guru, pengawas,
dengan menggunakan instrumen yang telah kepala sekolah dan peneliti.
dipersiapkan sebelumnya. (2) Menetapkan langkah-langkah dan
Hasil dari observasi selanjutnya skenario pelaksanaan supervisi
oleh peneliti dan supervisor, diidentifikasi klinis yang akan dilaksanakan.
dan dianalisis sehingga dapat dilihat (3) Mempersiapkan instrumen untuk
hasilnya. megukur proses diskusi, dan hasil
d) Refleksi yang dicapai dari kegiatan.
Pada tahap ini supervisor bersama (4) Mempersiapkan jadwal kegiatan
dengan guru melihat dan mengevaluasi hasil siklus 1 dan siklus 2
yang dilakukan guru di dalam kelas pada b) Pelaksanaan Tindakan
tahap observasi sebelumnya. Pada saat Pada pelaksanaan tindakan, peniliti
mengevaluasi pertama diberikan kesempatan dan supervisor memaparkan materi tentang
kepada guru untuk melihat hasil dari keterampilan dasar mengajar yang harus
penampilannya di depan kelas dan kemudian dimiliki olehh guru. Kemudian dilanjutkan
mengungkapkan perasaannya tentang apa dengan materi tentang supervisi klinis,
yang telah dilakukannya selama proses menjelaskan pengertian, maksud dan tujuan
observasi. Hal ini perlu dilakukan agar guru supervisi klinis dan tahapan-tahapan dalam
dapat menemukan sendiri kekurangan dan supervisi klinis pendekatan kolaboratif.
kelemahan yang dilakukannya selama proses Supervisor memberi kesempatan
mengajar. Setelah ditemukan kekurangan kepada guru untuk menceritakan secara
dan kelemahannya, supervisor membantu terbuka permasalahan-permasalahan yang
guru untuk memperbaiki kekurangannya. dihadapi guru selama ini. Menanyakan
Dalam hal ini, guru kembali dibimbing oleh kesiapan para guru untuk melaksanakan
peneliti dan dipantau oleh supervisor. supervisi klinis. Pada pertemuan ini juga
Dari hasil yang telah dibuat dan disepakati keterampilan dasar mengajar
dianalisis kemudian dilihat apakah tindakan guru yang akan diperbaiki atau
yang dilakukan oleh guru dalam tahap ditingkatkan. Setelah tercapai kesepakatan
observasi telah memenuhi kriteria tentang permasalahan dan keterampilan
keberhasilan yaitu dengan skor 80 atau dasar mengajar yang akan diamati, maka
kategori baik. Selanjutnya apabila hasil kemudian ditentukan bersama jadwal
observasi masih belum memenuhi target pertemuan untuk tahapan berikutnya. Guru
keberhasilan, peneliti kembali menjelaskan diminta untuk mempersiapkan Rencana
dengan memberi contoh langsung (peneliti Perencanaan Pembelajarannya.
sebaai guru model) bagaimana teknik c) Pengamatan
penerapan keterampilan dasar mengajar di Pada tahap ini, supervisor bersama
kelas. Kemudian dilanjutkan dengan peneliti melakukan observasi (pengamatan)
melakukan tindakan kembali atau terhadap kegiatan yang dilaksanakan dari
dilanjutkan pada siklus II. apa yang telah didiskusikan pada tahap
2) Siklus II tindakan. Pengamatan dilakukan untuk
Siklus II dilakukan apabila masih melihat bagaimana ketermpilan dasar
ada guru yang belum mencapai kriteria mengajar guru tersebut diimplementasikan
keberhasilan yang telah ditentukan pada di dalam kelas. Pengamatan ini dilakukan

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 69


ISSN : 1979-6684

dengan menggunakan instrumen yang telah kelemahan yang dilakukannya selama proses
dipersiapkan sebelumnya. mengajar. Setelah ditemukan kekurangan
Hasil dari observasi selanjutnya dan kelemahannya, supervisor membantu
oleh peneliti dan supervisor, diidentifikasi guru untuk memperbaiki kekurangannya.
dan dianalisis sehingga dapat dilihat Dalam hal ini, guru kembali dibimbing oleh
hasilnya. peneliti dan dipantau oleh supervisor.
d) Refleksi Dari hasil yang telah dibuat dan
Pada tahap ini supervisor bersama dianalisis kemudian dilihat apakah tindakan
dengan guru melihat dan mengevaluasi hasil yang dilakukan oleh guru dalam tahap
yang dilakukan guru di dalam kelas pada observasi telah memenuhi kriteria
tahap observasi sebelumnya. Pada saat keberhasilan yaitu dengan skor 80 atau
mengevaluasi pertama diberikan kesempatan kategori baik kelas.
kepada guru untuk melihat hasil dari
penampilannya di depan kelas dan kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
mengungkapkan perasaannya tentang apa Berdasarkan skenario penelitian
yang telah dilakukannya selama proses yang telah dipaparkan pada bab metodologi
observasi. Hal ini perlu dilakukan agar guru penelitian, diperoleh data sebagai berikut:
dapat menemukan sendiri kekurangan dan 1. Siklus I
Tabel 01 Hasil Rekapitulasi Nilai 3 (tiga) Keterampilan Mengajar

Kode Keterampilan Rata- Kategori


Guru Menjelaskan Membuka dan Mengelola rata
Menutup Kelas
SE 74 68 74 72 Cukup
SI 74 70 76 73,33 Cukup
IR 70 70 70 70 Cukup
MT 72 68 74 71,33 Cukup
SW 68 68 70 68,67 Cukup
Rata-rata 71,60 68,80 72,80 71,07 Cukup
(%)
Dari pelaksanaan siklus I terhadap rata-rata 59,20% sedangkan pada siklus I
5 (lima) orang guru bahasa Inggris yang nilai terendah 68 dan tertinggi 80 dengan
menjadi subjek penelitian, dapat dilihat rata-rata nilai 77,2% artinya rata-rata nilai
bahwa: (a) 71,60 % sudah cukup memahami terjadi peningkatan 18%. Begitu juga dengan
dan melakukan langkah-langkah dalam keterampilan membuka dan menutup
keterampilan menjelaskan, (b) 68,8% cukup pelajaran pada pra-siklus nilai terendah
memahami dan melakukan langkah-langkah adalah 44 dan tertinggi 54 dengan rata-rata
dalam keterampilan membuka dan menutup 51% sedangkan pada siklus I menjadi nilai
pelajaran, (c) 72,8% cukup memahami dan terendah 68, tertinggi 70 dengan nilai rata-
sudah melakukan langkah-langkah dalam rata 68,8% berarti terdapat peningkatan
keterampilan mengelola kelas. sebesar 17,8%. Pada keterampilan
Dari tabel di atas dapat kita lihat mengelola kelas pada pra-siklus, nilai
adanya peningkatan nilai keterampilan terendah 52, tertinggi 60 dengan rata-rata
mengajar pada siklus I dibandingkan dengan 54,4% menjadi nilai terendah 70, tertinggi
pra-siklus. Pada pra-siklus nilai 76 dengan rata-rata 72,8% pada siklus I.
keterampilan menjelaskan terrendah adalah
54 dan yang tertinggi adalah 64 dengan nilai Siklus II
Tabel 02 Hasil Rekapitulasi Nilai 3 (tiga) Keterampilan Mengajar
Kode Keterampilan Rata- Kategori
Guru Menjelaskan Membuka dan Mengelola rata
Menutup Kelas
SE 88 90 86 88 Baik
SI 88 88 92 89,33 Baik
IR 86 90 84 86,67 Baik

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 70


ISSN : 1979-6684

MT 84 86 90 86,67 Baik
SW 86 84 88 86 Baik
Rata-rata 86,4 87,6 88 87,33
(%)
Dari data di atas, dapat dijelaskan sebagai 18,8% dari sebelumnya pada siklus I
berikut: 68,8%.
a. Untuk keterampilan menjelaskan, semua c. Untuk keterampilan mengelola kelas
guru telah memperoleh nilai ≥80 terdapat seorang guru yang memperoleh
kategori baik, dengan nilai terendah 84 nilai 92 dan seorang 90 dengan kategori
dan nilai tertinggi 88. Nilai rata-rata amat baik. Satu orang nilai 88, satu orang
keterampilan menjelaskan adalah 86,4% nilai 86, dan satu orang nilai 84 dengan
artinya ada peningkatan 14,8% dari kategori baik. Nilai rata-rata
siklus I yang sebelumnya 71,6%. keterampilan sebesar 88%, artinya terjadi
b. Untuk keterampilan membuka dan peningkatan sebesar 15,2 dari
menutup pelajaran pada siklus I dua sebelumnya 72, 8% pada siklus I.
orang memperoleh nilai 90 kategori amat Untuk lebih jelas berikut dapat
baik dan tiga orang memperoleh nilai dilihat perbandingan ketiga keterampilan
dengan kategori baik. Nilai rata-rata antara siklus I dan siklus II dalam tabel dan
keterampilan sebesar 87,6% meningkat diagram.
Tabel 03 Data Perbandingan ketiga keterampilan antara siklus I dan siklus II
Kode Keterampilan Dasar Mengajar
Guru Menjelaskan Membuka&Menutup Mengelola Kelas
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
SE 74 88 68 90 74 86
SI 74 88 70 88 76 92
IR 70 86 70 90 70 84
MT 72 84 68 86 74 90
SW 68 86 68 84 70 88
Rata-rata 71,6 86,4 68,8 87,6 72,8 88
Berdasarkan hasil perbandingan meningkat menjadi 87,6. Artinya terjadi
data antara siklus I dan siklus II, dapat peningkatan sebesar 18,8.
diuraikan sebagai berikut: c. Untuk keterampilan mengelola kelas,
a. Untuk keterampilan menjelaskan, pada pada siklus I nilai rata-rata guru adalah
siklus I nilai rata-rata guru diperoleh 72,8, meningkat pada siklus II menjadi
71,6 sedangkan pada siklus II 88. Artinya terdapat peningkatan
meningkat menjadi 86,4, terjadi sebesar 15,2.
peningkatan sebesar 14,8. Berdasarkan hasil analisis data
b. Untuk keterampilan membuka dan untuk menggambarkan peningkatan nilai
menutup pelajaran, pada siklus I nilai masing-masing guru dalam menerapkan
rata-rata guru adalah 68,8 pada siklus II ketiga keterampilan mengajar dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 04 Data Hasil Peningkatan Masing-masing Guru dari Siklus I ke Siklus II
Kode Peningkatan masing-masing guru dari siklus I ke siklus II (%)
Guru
Keterampilan dasar mengajar
Menjelaskan Membuka & Mengelola Jumlah Peningkatan
Menutup Kelas Rata-rata (%)
SE 14 22 12 48 12
SI 14 18 15 47 11,75
IR 16 20 14 50 12,5
MT 12 18 16 46 11,5
SW 18 16 18 52 13

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 71ii


ISSN : 1979-6684

Jumlah 74 94 75 243 60,75

Nilai 14,8 18,8 15 48,6 12,15


Rata-
rata
dengan kategori baik. Dengan demikian,
tingkat keterampilan guru dalam
menerapkan ketiga keterampilan dasar
mengajar telah tercapai , karena seluruh guru
(100%) telah mencapai nilai ≥80 dengan
kategori baik. Oleh sebab itu proses
supervisi klinis dengan pendekatan
kolaboratif ini tidak dilanjutkan lagi pada
tahap/siklus berikutnya.
Untuk melihat tingkat kesesuaian
Gambar Grafik. 4.14 Peningkatan Rata-rata tindakan supervisi klinis untuk
Keterampilan Masing-masing Guru meningkatkan keterampilan dasar mengajar
yang telah dilaksanakan oleh supervisor,
Secara umum tingkat kemampuan peneliti melihat dan menganalisis data
guru dalam menerapkan ketiga keterampilan terhadap pelaksanaan supervisi klinis itu
dasar mengajar mengalami peningkatan sendiri. Hasil pelaksanaan supervisi klinis
mulai dari siklus I dengan nilai 71,07 dapat dilihat pada tabel berikut:
dengan kategori cukup menjadi 87,33
Tabel 05 hasil perbandingan kegiatan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif antara
siklus I dan siklus II
No Komponen tampilan supervisor Siklus I Siklus II
Skor Skor
1 Pertemuan Awal (A) 25 28
2 Kontrak (B) 8 8
3 Pertemuan Balikan (C) 59 64
Jumlah Skor 92 100

Skor akhir ((∑A) + (∑B) + (∑C) :100) x 100 92 100

Berdasarkan hasil pengamatan pada bahwa guru masih kurang mampu untuk
pelaksanaan supervisi klinis siklus I, masih menerapkan keterampilan dasar mengajar
belum maksimal. Ada beberapa tahapan guru tersebut. Hal ini terjadi karena selama
yang belum dilaksnakan dengan maksimal ini guru tidak begitu memperhatikan hal-hal
oleh supervisor sehingga hasil yang yang harus dilakukan oleh guru ketika
pelaksanaan supervisi pada siklus I belum mengajar di kelas. Bahkan guru juga tidak
mendapat skor akhir 100. Namun pada mengathui secara jelas apa yang dimaksud
siklus II, supervisor telah melaksanakan dengan keterampilan dasar mengajar guru.
supervisi klinis dengan maksimal sehingga Sebagai contoh pada keterampilan
bisa mencapai skor akhir 100. membuka dan menutup pelajaran, guru
Berdasarkan hasil penelitian, dapat belum mengetahui langkah-langkah atau
diketahui bahwa keterampilan dasar poin-poin dalam membuka pelajaran begitu
mengajar guru sebelum dilakukan supervisi juga menutup pelajaran. Guru masih
klinis dengan pendekatan kolaboratif melakukan proses pembelajaran tanpa
terhadap 5 (lima) orang guru masih dalam membuka pelajaran dengan langkah-langkah
kategori rendah. Hal ini diperoleh dari data yang benar. Bahkan guru masih sering
awal pada pra-siklus yang dilakukan oleh masuk ke dalam kelas dan langsung mulai
peneliti ketika melakukan observasi awal di dengan materi pelajaran. begitu juga pada
sekolah. Dari data awal tersebut terlihat

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 ii


ISSN : 1979-6684

akhir pelajaran tidak dilakukan langkah- sehingga lebih mudah untuk memperbaiki
langkah untuk menutup pelajaran. kekurangan dan kelemahan yang ada.
Setelah pelaksanaan supervisi klinis Simpulan dan Saran
pada siklus I terhadap 5 (lima) orang guru Berdasarkan hasil penelitian yang
yang menjadi subjek penelitian, hasilnya telah diuraikan pada BAB IV, maka dapat
menunjukkan bahwa keterampilan mengajar disimpulkan:
guru sudah mengalami peningkatan 1. Terjadi peningkatan keterampilan
walaupun belum mencapai nilai ≥ 80 dengan menjelaskan guru bahasa Inggris SMK
kategori baik. G1 memperoleh skor rata-rata Negeri 1 Berastagi melalui pelaksanaan
72,67, G2 memperoleh skor rata-rata 73,33, supervisi klinis dengan pendekatan
G3 memperoleh skor rata-rata 72, G4 kolaboratif dari siklus I sebesar 71,6
memperoleh skor rata-rata 70,67, dan G5 dengan kategori cukup menjadi 86,4
memperoleh skor rata-rata 68,67. Artinya dengan kategori baik pada siklus II
dari kelima orang guru yang diobservasi dengan peningkatan sebesar 14,8.
semuanya memperoleh nilai dengan kategori 2. Peningkatan keterampilan membuka
cukup. Namun belum ada yang memperoleh dan menutup pelajaran guru bahasa
nilai dengan kategori baik atau sangat baik. Inggris Inggris SMK Negeri 1 Berastagi
Hal ini menunjukka bahwa kelima orang melalui pelaksanaan supervisi klinis
guru sudah mulai mengetahui dan dengan pendekatan kolaboratif dari
menggunakan langkah-langkah dalam ketiga siklus I sebesar 68,8 dengan kategori
keterampilan mengajar tersebut dalam cukup menjadi 87,6 dengan kategori
proses pembelajaran di kelas, akan tetapi baik pada siklus II dengan peningkatan
belum sepenuhnya menguasainya. Hal ini sebesar 18,8.
disebabkan karena masih ada keraguan dan 3. Peningkatan keterampilan mengelola
kecanggungan yang dialami guru ketika kelas guru bahasa Inggris SMK Negeri
diobservasi. Selain itu, guru belum terbiasa 1 Berastagi melalui pelaksanaan
melakukan langkah-langkah tersebut supervisi klinis dengan pendekatan
sehingga masih ada kekurangan dalam kolaboratif dari siklus I sebesar 72,8
beberapa hal. dengan kategori cukup menjadi 88
Untuk mengatasi kekurangan dengan kategori baik pada siklus II.
tersebut, peneliti bersama dengan supervisor Terjadi peningkatan sebesar 15,2.
berusaha mengatasinya dan memperbaiki 4. Penerapan supervisi klinis dengan
pelaksanaan supervisi klinis dengan harapan pendekatan kolaboratif dapat
hasilnya akan menjadi lebih baik. meningkatkan ketiga keterampilan dasar
Berdasarkan hasil observasi pada mengajar guru di SMK Negeri 1
siklus II, semua guru telah memperoleh nilai Berastagi. Hal ini dibuktikan dengan
≥80 dengan kategori baik. G1 memperoleh adanya peningkatan pada setiap
nilai 88,67, G2 memperoleh nilai 90, G3 keterampilan dari siklus I dengan nilai
memperoleh nilai 87,33, G4 memperoleh rata-rata 71,07 (kategori cukup) menjadi
nilai 87,33, dan G5 memperoleh nilai 85,33. 87,33 (kategori baik) pada siklus II
Dari kelima orang guru, seorang (G2) dengan peningkatan sebesar 16,26.
memperoleh nilai 90 dengan kategori sangat Berdasarkan simpulan dan
baik sedangkan empat orang guru lainnya implikasi penelitian ini, maka dapat
memperoleh nilai ≥80 dengan kategori baik. disarankan beberapa hal, yaitu:
Hasil temuan penelitian ini 1. Guru diharapkan untuk
menunjukkan bahwa supervisi klinis dengan meningkatkan keterampilan dasar
pendekatan kolaboratif mampu mengajarnya dalam setiap proses
meningkatkan keterampilan dasar mengajar pembelajaran di kelas dan terus
guru. Hal ini disebabkan pelaksanaan membuka diri terhadap perbaikan
supervisi klinis dengan pendekatan dan supervisi yang dilakukan.
kolaboratif lebih mengedepankan suasana 2. Kepala sekolah disarankan untuk
yang akrab antara guru dengan supervisor. melakukan supervisi secara rutin
Selain itu, supervisi klinis juga efektif terhadap gurunya khususnya
karena menimbulkan keterbukaan diri guru dengan melakukan supervisi klinis
dan juga memfasilitasi guru untuk

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 ii


72
ISSN : 1979-6684

dapat meningkatkan kemampuan Gursoy, Esim. et al. 2013. Clinical


dan keterampilannya. Supervision Model to Improve
3. Pengawas sekolah disarankan Supervisory Skills of Cooperating
meningkatkan pelaksanaan Teachers and University Supervisors
supervisi kepada guru dan sekolah during Teaching Practice. Hacettepe
binaannya baik dari segi kualitas Üniversity Eğitim Fakültesi Dergisi
maupun kuantitasnya. (H. U Journal of Education), Ȍzel
4. Dinas pendidikan agar senantiasa Sayi (1) 191-203
memfasilitasi upaya yang dilakukan Hamalik, Oemar. 2003. Pendidikan Guru
guna meningkatkan kemampuan Berdasarkan Pendekatan
guru dan pengawas sekolah yang Kompetensi. Jakarta:Bumi Aksara
ada. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2013. Supervisi Pembelajaran dan
Manajerial pada Kurikulum 2013.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta
Abidin, Norhasni Zainal. 2008. Exploring Lovell, John & Wiles Kimball. 1983.
Clinical Supervision to Facilitate the Supervision for better schools: Fifth
Creative Process of Supervision. The Edition. New Jersey: Prentice-Hall,
Journal of International Social Inc.
Research, vol 1/3 Spring:13-33. Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi
Acheson, Keith A., & Gall Meredith Pendidikan Meningkatkan Kualitas
Damien, 1987. Techniques in the Profesionalisme Guru. Bandung:
Clinical Supervision of Teacher: Alfabeta
Preservice and Inservice Application. Nasution. 2008. Belajar dan Pembelajaran.
New York and London: Pitman Jakarta: Grasindo
Publishing. Olivia, P.F.1993 Supervision of Today’s
Alma, Buchori. 2008. Guru Profesional. Schools. New York: Longman
Bandung: Alfabeta Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran.
Asril, Zainal. 2011. Micro Teaching, disertai Jakarta: Rajawali press.
dengan pedoman pengalaman Sagala, Saiful. 2009. Administrasi
lapangan. Jakarta: Raja Grafindo Pendidikan Kontemporer. Bandung:
Persada Alfabeta
Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Sahertian, Piet A. 2010. Konsep Dasar dan
Pengajaran: Teori dan Aplikasinya Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
dalam Membina Profesional Guru. Rineka Cipta
Jakarta: Bumi Aksara Siregar, Yusni. 2010. Upaya Peningkatan
Dadang, Sukirman. 2011. Perencanaan Kinerja Guru Melalui Supervisi
Pembelajaran. Bandung: UPI Press Klinis di SMP N Kecamatan Medang
Darmadi, Hamid. 2012. Kemampuan Dasar Deras. Tesis tidak diterbitkan.
Mengajar. Bandung: Alfabeta. Medan: Program Pascasarjana
Iriyani, Dwi. 2008. Pengembangan Unimed
Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Sudarwan. 2012. Profesi Kependidikan.
Keterampilan Dasar Mengajar Guru. Bandung: Alfabeta
(Online), Jurnal Didaktika, Vol.2 No. Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil
2: 278-285.( Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja
https://utsurabaya.files.wordpress.co Rosdakarya
m/2010/08/dwi-iriyani.pdf, diakses Sugiyono. 2008. Model-Model
tanggal 7 Januari 2016) Pembelajaran Inovatif. Surabaya:
Glatthorn, Allan A. 1984. Differentiated Panitia Sertifikasi Guru
Supervision. North Washington ________. 2009. Metode Penelitian
Street. Alexandria: ASCD Pendidikan Pendekatan kualitatif
Glickman, Carl, et al. 2010. Supervision and dan R&D. Bandung: Alfabeta
Instructional Leadership: Eight Syah, Muhibbin. 1996. Psikologi Pendidikan
Edition. Boston: Pearson Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 73


iii
ISSN : 1979-6684

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen
Usman Uzer.2007. Upaya Optimalisasi
Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Wardani. 2007. Program Pengalaman
Lapangan (PPL). Jakarta: Universitas
Terbuka
Yusra, Winni. 2014. Upaya Peningkatan
Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Melalui Supervisi Klinis dengan
Pendekatan Kolaboratif di SMA
Negeri 2 Takengon. Tesis tidak
diterbitkan. Medan: Program
pascasarjana Unimed

Jurnal Manajemen Pendidikan Vol.9 No.1 Juni 2017 74iv

Anda mungkin juga menyukai