9729 20839 4 PB
9729 20839 4 PB
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Sekolah ini pada dasarnya ingin mengetahui apakah melalui supervisi klinis
dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan dasar mengajar guru di SMK
Negeri 1 Berastagi Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
sekolah, mengacu pada model penelitian Kemmis dan Taggart yang dirancang dengan proses
siklus yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi. Tahapan ini
terus berlangsung per individu sampai permasalahan dalam menerapkan ketiga keterampilan dasar
mengajar tersebut dapat terselesaikan. Hasil analisis data guru dalam menerapkan ketiga
keterampilan dasar mengajar yaitu pada siklus I 71,07 dan pada siklus II 87,33. Dari uraian
tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata keterampilan guru yaitu 87,33 –
71,07 = 16,26. Dengan demikian penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan keterampilan
menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran dan keterampilan mengelola kelas
guru di SMK Negeri 1 Berastagi yang dibuktikan dengan adanya peningkatan masing-masing
keterampilan dari siklus I ke siklus II. Untuk itu diharapkan kepada pengawas sekolah agar
membimbing guru melalui kegiatan supervisi klinis.
ABSTRACT
This educational action research is basically want to know whether through clinical supervision
with a collaborative approach can improve teaching basic skills teacher at SMK Negeri 1
Berastagi Karo. This study uses a model of action research school, referring to the research model
Kemmis and Taggart are designed with the process cycle of plan, act, observe and reflect. This
stage continues per individual up to the problems in implementing the three basic skills of
teaching can be resolved. The results of the data analysis of teachers in implementing the three
basic skills are taught in the first cycle and the second cycle 71.07 87.33. From the description it
can be seen that an increase in the average value of teachers' skills, namely from 87.33 to 71.07 =
16.26. Thus the application of clinical supervision can improve the skills to explain, opening and
closing skills lessons and classroom management skills teacher at SMK Negeri 1 Berastagi
evidenced by the increase in individual skill from the first cycle to the second cycle. For that is
expected to the superintendent of schools in order to guide the teacher through clinical
supervision.
harus menguasai kedelapan keterampilan guru tersebut. Hal ini juga disebabkan
dasar mengajar guru tersebut agar bisa karena kurangnya pengawasan yang
melaksanakann tugasnya dengan baik. dilakukan terhadap guru. Baik itu kepala
Sejalan dengan hal tersebut, sekolah maupun pengawas sekolah jarang
Nasution (2009:115) mengungkapkan bahwa melakukan supervisi terhdap gurunya.
seorang guru harus menguasai keterampilan Begitu juga halnya dengan supervisi yang
dalam berbagai gaya mengajar dan harus dialaksanakan di SMK Negeri 1 Berastagi.
sanggup menjalankan berbagai perannya. Supervisi yang dilakukan masih sangat
Artinya, untuk dapat menjalankan tugasnya jarang dan hanya cenderung untuk
guna menciptakan sebuah proses melengkapi administrasi yang diperlukan
pembelajaran yang efektif maka seorang oleh pengawas sekolah. Pelaksanaan
guru harus menguasai keterampilan dasar supervisi yang dilakukan belum sepenuhnya
mengajar guru. merupakan sebuah bantuan profesional
Dalam melaksanakan tugasnya guru kepada guru guna peningkatan kompetensi
bukan hanya sekedar untuk menjalankan guru yang ada.
rutinitas saja. Guru harus mampu untuk Dari permasalahan yang ditemukan
menciptakan inovasi-inovasi baru sehingga tersebut, dirasa perlu dilakukan sebuah
pembelajaran yang dilaksanakan akan upaya untuk memperbaiki keadaan tersebut.
menjadi menarik dan memberikan hasil yang Salah satu upaya yang dapat dilakukan
maksimal. Menurut Kasihani (1993:33), jika adalah dengan melaksanakan supervisi
kita bermaksud untuk memahami cara kerja dengan baik dan benar. Supervisi sebenarnya
sekolah dan hendak mengubah atau merupakan sebuah bentuk bantuan
meningkatkan perannya, maka yang sangat profesional yang diberikan kepada guru.
penting untuk dimengerti adalah apa yang Dalam pendidikan, supervisi merupakan
terjadi di dalam kelas. Oleh karena itu, guru bagian tidak terpisahkan dalam upaya
diharapkan untuk peka terhadap kejadian peningkatan mutu pembelajaran dan mutu
yang terjadi di dalam kelas selama proses penyelenggaraan sekolah (Sudjana, 2011:4).
pembelajaran berlangsung. Dengan Supervisi tidak lain merupakan bentuk
kepekaan tersebut, maka guru akan selalu layanan kepada guru. Oleh karena itu guru
berusaha untuk menngkatkan kemampuan juga harus mengerti apa sebenarnya fungsi
dan kompetensinya. dari supervisi itu sendiri.
Realitanya di lapangan, masih Supervisi mempunyai makna yang
banyak kita temukan guru yang tidak sangat penting dalam meningkatkan dan
profesional. Guru-guru yang tidak memiliki mengembangkan kegiatan pembelajaran.
kompetensi yang baik untuk menjadi Namun tak jarang guru merasa takut untuk
seorang guru yang profesional. Masih di supervisi sehingga menghindari supervisi.
banyak guru yang tidak mengetahui apa Hal ini karena model dan metode yang
keterampilan dasar mengajar guru, sehingga digunakan dalam supervisi masih
tidak bisa menerapkan keterampilan dasar menekankan pada mencari kesalahan guru,
mengajar dalam proses pembelajaran yang bukan untuk memperbaikinya. Padahal
dilakukannya di dalam kelas. apabila supervisi dilakukan dengan baik
Fenomena ini juga masih ditemui di SMK maka akan meningkatkan kemampuan guru.
Negeri 1 Berastagi. Berdasarkan observasi Salah satu model supervisi yang
yang dilakukan pada tanggal 13-15 Januari bisa dilakukan kepada guru adalah supervisi
2016 terhadap 10 (sepuluh) orang guru yang model klinis. Supervisi klinis dianggap
melakukan proses pembelajaran di kelas, sebagai sebuah model supervisi yang sangat
ditemukan bahwa keterampilan dasar baik diterapkan bagi guru dalam rangka
mengajar guru masih rendah meningkatkan keterampilan dasar mengajar.
Rendahnya keterampilan mengajar guru di Menurut Sagala (2009), supervisi
SMK Negeri 1 Berastagi ini karena sebagian klinis merupakan upaya yang dirancang
besar guru memang tidak mengetahui secara rasional dan praktis untuk
tentang keterampilan dasar mengajar yang memperbaiki kualitas guru di kelas dengan
harus dikuasai oleh guru. Kelemahan tujuan untuk mengembangkan
keterampilan dasar mengajar guru ini tidak profesionalitas guru dan perbaikan
sepenuhnya merupakan kesalahan dari guru pengajaran. Sejalan dengan hal itu, Olivia
dengan menggunakan instrumen yang telah kelemahan yang dilakukannya selama proses
dipersiapkan sebelumnya. mengajar. Setelah ditemukan kekurangan
Hasil dari observasi selanjutnya dan kelemahannya, supervisor membantu
oleh peneliti dan supervisor, diidentifikasi guru untuk memperbaiki kekurangannya.
dan dianalisis sehingga dapat dilihat Dalam hal ini, guru kembali dibimbing oleh
hasilnya. peneliti dan dipantau oleh supervisor.
d) Refleksi Dari hasil yang telah dibuat dan
Pada tahap ini supervisor bersama dianalisis kemudian dilihat apakah tindakan
dengan guru melihat dan mengevaluasi hasil yang dilakukan oleh guru dalam tahap
yang dilakukan guru di dalam kelas pada observasi telah memenuhi kriteria
tahap observasi sebelumnya. Pada saat keberhasilan yaitu dengan skor 80 atau
mengevaluasi pertama diberikan kesempatan kategori baik kelas.
kepada guru untuk melihat hasil dari
penampilannya di depan kelas dan kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
mengungkapkan perasaannya tentang apa Berdasarkan skenario penelitian
yang telah dilakukannya selama proses yang telah dipaparkan pada bab metodologi
observasi. Hal ini perlu dilakukan agar guru penelitian, diperoleh data sebagai berikut:
dapat menemukan sendiri kekurangan dan 1. Siklus I
Tabel 01 Hasil Rekapitulasi Nilai 3 (tiga) Keterampilan Mengajar
MT 84 86 90 86,67 Baik
SW 86 84 88 86 Baik
Rata-rata 86,4 87,6 88 87,33
(%)
Dari data di atas, dapat dijelaskan sebagai 18,8% dari sebelumnya pada siklus I
berikut: 68,8%.
a. Untuk keterampilan menjelaskan, semua c. Untuk keterampilan mengelola kelas
guru telah memperoleh nilai ≥80 terdapat seorang guru yang memperoleh
kategori baik, dengan nilai terendah 84 nilai 92 dan seorang 90 dengan kategori
dan nilai tertinggi 88. Nilai rata-rata amat baik. Satu orang nilai 88, satu orang
keterampilan menjelaskan adalah 86,4% nilai 86, dan satu orang nilai 84 dengan
artinya ada peningkatan 14,8% dari kategori baik. Nilai rata-rata
siklus I yang sebelumnya 71,6%. keterampilan sebesar 88%, artinya terjadi
b. Untuk keterampilan membuka dan peningkatan sebesar 15,2 dari
menutup pelajaran pada siklus I dua sebelumnya 72, 8% pada siklus I.
orang memperoleh nilai 90 kategori amat Untuk lebih jelas berikut dapat
baik dan tiga orang memperoleh nilai dilihat perbandingan ketiga keterampilan
dengan kategori baik. Nilai rata-rata antara siklus I dan siklus II dalam tabel dan
keterampilan sebesar 87,6% meningkat diagram.
Tabel 03 Data Perbandingan ketiga keterampilan antara siklus I dan siklus II
Kode Keterampilan Dasar Mengajar
Guru Menjelaskan Membuka&Menutup Mengelola Kelas
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
SE 74 88 68 90 74 86
SI 74 88 70 88 76 92
IR 70 86 70 90 70 84
MT 72 84 68 86 74 90
SW 68 86 68 84 70 88
Rata-rata 71,6 86,4 68,8 87,6 72,8 88
Berdasarkan hasil perbandingan meningkat menjadi 87,6. Artinya terjadi
data antara siklus I dan siklus II, dapat peningkatan sebesar 18,8.
diuraikan sebagai berikut: c. Untuk keterampilan mengelola kelas,
a. Untuk keterampilan menjelaskan, pada pada siklus I nilai rata-rata guru adalah
siklus I nilai rata-rata guru diperoleh 72,8, meningkat pada siklus II menjadi
71,6 sedangkan pada siklus II 88. Artinya terdapat peningkatan
meningkat menjadi 86,4, terjadi sebesar 15,2.
peningkatan sebesar 14,8. Berdasarkan hasil analisis data
b. Untuk keterampilan membuka dan untuk menggambarkan peningkatan nilai
menutup pelajaran, pada siklus I nilai masing-masing guru dalam menerapkan
rata-rata guru adalah 68,8 pada siklus II ketiga keterampilan mengajar dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 04 Data Hasil Peningkatan Masing-masing Guru dari Siklus I ke Siklus II
Kode Peningkatan masing-masing guru dari siklus I ke siklus II (%)
Guru
Keterampilan dasar mengajar
Menjelaskan Membuka & Mengelola Jumlah Peningkatan
Menutup Kelas Rata-rata (%)
SE 14 22 12 48 12
SI 14 18 15 47 11,75
IR 16 20 14 50 12,5
MT 12 18 16 46 11,5
SW 18 16 18 52 13
Berdasarkan hasil pengamatan pada bahwa guru masih kurang mampu untuk
pelaksanaan supervisi klinis siklus I, masih menerapkan keterampilan dasar mengajar
belum maksimal. Ada beberapa tahapan guru tersebut. Hal ini terjadi karena selama
yang belum dilaksnakan dengan maksimal ini guru tidak begitu memperhatikan hal-hal
oleh supervisor sehingga hasil yang yang harus dilakukan oleh guru ketika
pelaksanaan supervisi pada siklus I belum mengajar di kelas. Bahkan guru juga tidak
mendapat skor akhir 100. Namun pada mengathui secara jelas apa yang dimaksud
siklus II, supervisor telah melaksanakan dengan keterampilan dasar mengajar guru.
supervisi klinis dengan maksimal sehingga Sebagai contoh pada keterampilan
bisa mencapai skor akhir 100. membuka dan menutup pelajaran, guru
Berdasarkan hasil penelitian, dapat belum mengetahui langkah-langkah atau
diketahui bahwa keterampilan dasar poin-poin dalam membuka pelajaran begitu
mengajar guru sebelum dilakukan supervisi juga menutup pelajaran. Guru masih
klinis dengan pendekatan kolaboratif melakukan proses pembelajaran tanpa
terhadap 5 (lima) orang guru masih dalam membuka pelajaran dengan langkah-langkah
kategori rendah. Hal ini diperoleh dari data yang benar. Bahkan guru masih sering
awal pada pra-siklus yang dilakukan oleh masuk ke dalam kelas dan langsung mulai
peneliti ketika melakukan observasi awal di dengan materi pelajaran. begitu juga pada
sekolah. Dari data awal tersebut terlihat
akhir pelajaran tidak dilakukan langkah- sehingga lebih mudah untuk memperbaiki
langkah untuk menutup pelajaran. kekurangan dan kelemahan yang ada.
Setelah pelaksanaan supervisi klinis Simpulan dan Saran
pada siklus I terhadap 5 (lima) orang guru Berdasarkan hasil penelitian yang
yang menjadi subjek penelitian, hasilnya telah diuraikan pada BAB IV, maka dapat
menunjukkan bahwa keterampilan mengajar disimpulkan:
guru sudah mengalami peningkatan 1. Terjadi peningkatan keterampilan
walaupun belum mencapai nilai ≥ 80 dengan menjelaskan guru bahasa Inggris SMK
kategori baik. G1 memperoleh skor rata-rata Negeri 1 Berastagi melalui pelaksanaan
72,67, G2 memperoleh skor rata-rata 73,33, supervisi klinis dengan pendekatan
G3 memperoleh skor rata-rata 72, G4 kolaboratif dari siklus I sebesar 71,6
memperoleh skor rata-rata 70,67, dan G5 dengan kategori cukup menjadi 86,4
memperoleh skor rata-rata 68,67. Artinya dengan kategori baik pada siklus II
dari kelima orang guru yang diobservasi dengan peningkatan sebesar 14,8.
semuanya memperoleh nilai dengan kategori 2. Peningkatan keterampilan membuka
cukup. Namun belum ada yang memperoleh dan menutup pelajaran guru bahasa
nilai dengan kategori baik atau sangat baik. Inggris Inggris SMK Negeri 1 Berastagi
Hal ini menunjukka bahwa kelima orang melalui pelaksanaan supervisi klinis
guru sudah mulai mengetahui dan dengan pendekatan kolaboratif dari
menggunakan langkah-langkah dalam ketiga siklus I sebesar 68,8 dengan kategori
keterampilan mengajar tersebut dalam cukup menjadi 87,6 dengan kategori
proses pembelajaran di kelas, akan tetapi baik pada siklus II dengan peningkatan
belum sepenuhnya menguasainya. Hal ini sebesar 18,8.
disebabkan karena masih ada keraguan dan 3. Peningkatan keterampilan mengelola
kecanggungan yang dialami guru ketika kelas guru bahasa Inggris SMK Negeri
diobservasi. Selain itu, guru belum terbiasa 1 Berastagi melalui pelaksanaan
melakukan langkah-langkah tersebut supervisi klinis dengan pendekatan
sehingga masih ada kekurangan dalam kolaboratif dari siklus I sebesar 72,8
beberapa hal. dengan kategori cukup menjadi 88
Untuk mengatasi kekurangan dengan kategori baik pada siklus II.
tersebut, peneliti bersama dengan supervisor Terjadi peningkatan sebesar 15,2.
berusaha mengatasinya dan memperbaiki 4. Penerapan supervisi klinis dengan
pelaksanaan supervisi klinis dengan harapan pendekatan kolaboratif dapat
hasilnya akan menjadi lebih baik. meningkatkan ketiga keterampilan dasar
Berdasarkan hasil observasi pada mengajar guru di SMK Negeri 1
siklus II, semua guru telah memperoleh nilai Berastagi. Hal ini dibuktikan dengan
≥80 dengan kategori baik. G1 memperoleh adanya peningkatan pada setiap
nilai 88,67, G2 memperoleh nilai 90, G3 keterampilan dari siklus I dengan nilai
memperoleh nilai 87,33, G4 memperoleh rata-rata 71,07 (kategori cukup) menjadi
nilai 87,33, dan G5 memperoleh nilai 85,33. 87,33 (kategori baik) pada siklus II
Dari kelima orang guru, seorang (G2) dengan peningkatan sebesar 16,26.
memperoleh nilai 90 dengan kategori sangat Berdasarkan simpulan dan
baik sedangkan empat orang guru lainnya implikasi penelitian ini, maka dapat
memperoleh nilai ≥80 dengan kategori baik. disarankan beberapa hal, yaitu:
Hasil temuan penelitian ini 1. Guru diharapkan untuk
menunjukkan bahwa supervisi klinis dengan meningkatkan keterampilan dasar
pendekatan kolaboratif mampu mengajarnya dalam setiap proses
meningkatkan keterampilan dasar mengajar pembelajaran di kelas dan terus
guru. Hal ini disebabkan pelaksanaan membuka diri terhadap perbaikan
supervisi klinis dengan pendekatan dan supervisi yang dilakukan.
kolaboratif lebih mengedepankan suasana 2. Kepala sekolah disarankan untuk
yang akrab antara guru dengan supervisor. melakukan supervisi secara rutin
Selain itu, supervisi klinis juga efektif terhadap gurunya khususnya
karena menimbulkan keterbukaan diri guru dengan melakukan supervisi klinis
dan juga memfasilitasi guru untuk