Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK:


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan
Indonesia sejak jaman nenek moyang sampai dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut
terdapatlah perbedaan antara masyarakat Indonesia dengan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Kesepakatan bersama tersebut sifatnya luhur, tidak boleh
diganti ataupun diubah. Masyarakat pancasila pulalah yang hendak kita wujudkan,
artinya suatu masyarakat Indonesia modern berdasarkan nilai luhur tersebut.
Untuk mewujudkan masyarakat pancasila, diperlukan suatu hukum yang berisi
norma- norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan
dan ditaati oleh setiap warga negara Indonesia. Hukum yang dimaksud yaitu UUD
1945 sebagai hukum dasar tertulis di negara kita.

Dengan ditulisnya makalah ini harapan saya dapat sedikit membantu


memberikan gambaran bahwa tujuan mempelajari pancasila adalah untuk
mempelajari pancasila yang benar. Mempelajari pancasila yang benar, yakni yang
dapat di pertanggung jawabkan baik secara yuridis, konstitusional, maupun secara
objektif – ilmiah. Secara yuridis – konstitusional artinya karena pancasila adalah
dasar negara yang di pergunakan sebagai dasar mengatur dan menyelenggarakan
pemerintahan negara. Oleh karena itu setiap orang boleh memberikan pengertian
atau tafsiran menurut pendapat sendiri. Secara objektif – ilmiah artinya karena
pancasila adalah suatu paham filsafat, suatu philoshofical way of thingking atau
philoshophical system sehingga uraian harus logis dan diterima oleh akal sehat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945?

2. Bagaimana penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI tahun 1945?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun


1945

2. Untuk mengetahui penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI


tahun 1945
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945


Pancasila adalah sebagai inti Pembukaan UUD 1945, sehingga mempunyai
kedudukan kuat, tetap dan tidak dapat diubah. Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok
kaidah negara fundamental secara hukum tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk
MPR dan DPR. (Landasan Hukumnya Tap MPRS Nomor XX/MPRS/1966 No Tap
MPR No. V/MPR/ 1973 dan TAP MPR No. IX/MPR/1978). Mengubah Pembukaan
UUD 1945 berarti membubarkan negara proklamasi. Oleh karena itu, alinea keempat
(yang memuat Pancasila) juga bersifat tetap (tidak dapat diubah), melekat kuat pada
kelangsungan hidup negara Republik Indonesia.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dan tertib hokum Republik
Indonesia, perumusan otentiknya termuat dalam pembukaan yang telah pasti demi
kepastian hukumnya. Oleh karena itu, Pancasila merupakan substitusi esensial
Pembukaan UUD 1945.

Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa,


maka Pancasila diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup kenegaraan.
Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 adalah bahwa pokok-pokok
pikiran Pembukaan tidak lain adalah sila-sila Pancasila. Pokok-pokok pikiran tersebut
antara lain negara persatuan, negara hendak mewujudkan keadilan seluruh rakyat
Indonesia, Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan dan negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab Pancasila sebagai cerminan dari jiwa dan cita-cita
hukum bangsa Indonesia tersebut merupakan norma dasar dalam penyelenggaraan
bernegara dan yang menjadi sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum (recht-
idee), baik tertulis maupun tidak tertulis di Indonesia. Cita-cita ini secara langsung
merupakan cerminan kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga
bangsa.
Pancasila dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan masyarakat
Indonesia yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang merupakan kepribadian,
bangsa perjanjian luhur serta tujuan yang hendak diwujudkan. Karena itu pancasila di
jadikan ideologi negara. Pancasila merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-
cita moral luhur yang memiliki suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia,
melandasi prolamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Pembukaan UUD 1945 yang membuat dasar falsafah negara pancasila,


merupakan satu keasatuan nilai dan norma yang terpadu yang tidak dapat dipisahkan
dengan rangkaian pasal-pasal dan batang tubuh UUD 1945. hal inilah yang harus kita
ketahui, dipahami dan dihayati oleh setiap orang Indonesia.

Ketuhanan yang merupakan perintah secara pokok itu perlu diberi penjelasan.
Hal itulah yang termuat dalam penjelasan otentik UU Indonesiaa. Jadi pancasila
adalah jiwa, ini sumber dan landasan UUD 1945. Secara teknis dapat dikatakan
bahwa pokok- pokok pikiran yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 adalah garis
besar cita- yang terkandung dalam pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan
pokok-pokok nilai- nilai pancasila yang disusun dalam pasal-pasal.

Kedua bagian (kompenan) UUD 1945 tersebutr dijelaskan dalam penjelasan


otentik Seperti telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan undang-undang
dasar adalah hukum dasar yang tertulis. Hal ini mengandung pengertian bahwa
sebagai hukum,maka undang-undang dasar adalah mengikat perintah, mengikat
tembaga negara dan lembaga masyarakat dan juga mengikat semua negara indonesia
dimana saja dan setiap penduduk warga Indonesia dan sebagai hukum, maka undang-
undang dasar berisi norma-norma,atura-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus
dilaksanakandan ditaati.

UUD bukanlah hukum dasar biasa,melainkan hukum dasar yang merupakan


sumber hukum. Setiap produk hukum misalnya undang-undang, peraturan pemerintah
atau keputusan pemerintah, bahkan setiap kebijak sanaan pemerintah haruslah
berlandaskan atau bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi,yang pada akhirnya
dapat di pertanggung jawaban pada ketentuan UUD 1945.

Dalam kedudukan yang demikianlah,UUD alam kerangka tata urutan atau tata
tingkatan norma hukum yang berlaku,merupakan hukum yang berlaku yang
menempati kedudukan yang tinggi. Sehubungan dengan undang-undang dasar juga
berfungsi sebagai alat control untuk mengecek apakah norma hukum yang redah yang
berlaku sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-undang dasar.

Selain dari apa yang diuraikan dimuka dan sesuai pula dengan penjelasan
undang-undang dasar 1945, pembukaan undang-undang dasar 1945 mempunyai
fungsi atau hubungan langsung dengan batang tubuh undang-undang dasar 1945 itu
sendiri ialah bahwa; pembukaan undang-undang dasar 1945 mengandung pokok-
pokok pikiran itu diciptakan oleh undang-undang dasar 1945 dalam pasal-pasalnya.

Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila


dan dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD yang memuat dasar
falsafah negara pancasila dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.
UUD 1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan dari
pokok-pokok pikiran terkandung dalam UUD 1945 yang tidak lain adalah pokok
pikiran: persatuan Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut
kemanusiaan yang adil dan beradab, yang tidak lain adalah sila dari pancasila,
sedangkan pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu
memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat UUD
1945. Semangat dan yang disemangati pada hakikatnya merupakan satu rangkaian
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar,


masih ada hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupkan sumber hukum, yang
menurut penjelasan UUD 1945 merupakan ‘aturan-auran dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis’. Inilah
yang dimaksudkan dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap
atau pengisi kekosongan yang timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut
tidak terdapat dalam Undang-Undang dasar.

UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan Empat pasal
Aturan Peralihan dan dua ayat aturan Tambahan, maka UUD 1945 termasuk singkat
dan bersifat supel atau fleksibal. Dalam hubumgan ini penjelasan UUD 1945
mengemukakan bahwa telah cukuplah kalau Undang-Undang dasar hanya memuat
aturan-aturan pokok garis-garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah pusatdan
lain-lain penyelengaraan negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara. Undang-
Undang dasar yang disingkat itu sangat menguntungkan bagi negara seperti Indonesia
ini yang masih harus terus berkembang secara dinamis, sehingga dengan aturan-
aturan pokok itu akan merupakan aturan yang luwes, kenyal, tidak mudah ketinggalan
zaman, sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu
diserahkan kepada Undang-Undang yang lebih mudah caranya membuat, menubah
dan mencabut. Oleh karena itu, makin supel (elastic)

Sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjadi supaya sistem Undang-
Undang dasar jangan sampai ketinggalan zaman. Yang penting dalam pemerintahan
dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat para pemimpin pemerintahan. Yaitu
semangat yang dinamis, positif dan konstuktif seperti yang dikehendaki oleh
pembukaan UUD 1945.

Dalam pengertian yang bersifat yuridis kenegaraan, Pancasila yang berfungsi


sebagai dasar negara tercantum dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD NRI Tahun
1945, yang dengan jelas menyatakan, “…..maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdaar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
selutuh rakyat Indonesia”.

Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya
adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia,
sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR
No. IX/MPR/1978). Hal ini mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa seluruh
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Praturan-peraturan
Pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik
Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, isi dan tujuan
Peraturan Perundang- undangan RI tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila.

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD


NRI Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material.
Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya
Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa
tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik,
akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya,
yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsure-
unsurnya terdapat dalam Pancasila.

1) Hubungan Secara Formal :

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan


UUD 1945, maka Pancasila memperolehi kedudukan sebagai norma dasar hukum
positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada
asas-asas sosial, ekonomi, politik, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religigius
dan asas- asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat disimpulkan


sebagai berikut :
a. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah
seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV.
b. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan
pokok kaedah Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum
c. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan
berfungsi, selain sebgai Mukaddimah dan UUD 1945 dalam kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi
sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-Pasalnya.
Karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya adlah Pancasila tidak tergantung
pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya.
d. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai
hakikat,sifat,kedudukan dan fungsi sebagai pokok kaedah negara yang
fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup
negara Republik Indonesia yang di proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.
e. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan terletak
pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.

2) Hubungan secara material :

Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pncasila selain hubungan yang


bersifat formal, sebagaimana di jelaskan di atas juga hubungan secara material
sebagai berikut:

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan


UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang
pertama-tama adalah dasar filsafat Pncasila baru kemudian Pembukaan UUD
1945. Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI
membicarakan dasar filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah piagam
jakarta yang di susun oleh panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama pembukaan
UUD 1945.
Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945
adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia
bersumber pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum
Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib
hukum indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan
sifat.

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan


UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya
secara material yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara
fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila Pembukaan yang berintikan
Pancasila merupakan sumber bagi batang tubuh UUD NRI Tahun 1945. Hal ini
disebabkan karena kedudukan hukum Pembukaan berbeda dengan pasal-pasal
atau batang tubuh UUD NRI Tahun 1945, yaitu bahwa selain sebagai
Mukadimah, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 mempunyai kedudukan atau
eksistensi sendiri. Akibat hukum dari Pembukaan ini adalah memperkuat
kedudukan Pancasila sebagai norma dasar hukum tertinggi yang tidak dapat
diubah dengan jalan hukum dan melekat pada kelangsungan hidup Negara
Republik Indonesia.

Menurut pandangan Kaelan (2000; 92), bilamana proses perumusan


Pancasila dan Pembukaan ditinjau kembali maka secara kronologis materi yang
di bahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat pancasila, baru
kemudian pembukaan. Setelah siding pertama selesai, BPUPKI membicarakan
Dasar Filsafat Negara Pancasila dan berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta
yang disusun oleh Panitia Sembilan yang merupakan wujud pertama
Pembukaan UUD NRI tahun 1945.

Dalam tertib hukum Indonesia diadakan pembagian yang


hirarkis.Undang- Undang Dasar bukanlah peraturan hukum yang tertinggi. Di
atasnya masih ada
dasar pokok bagi UUD, yaitu Pembukaan sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental yang didalamnya temuat Pancasila. Walaupun UUD itu
merupakan hukum dasar Negara Indonesia yang tertulis atau konstitusi, namun
kedududkannnya bukanlah sebagai landasan hukum yang terpokok.

Menurut teori dan keadaan,sebagaimana ditunjukkan oleh Bakry (2010:


222), Pokok Kaidah Negar yang Fundamental dapat tertulis dan juga tidak
tertulis. Pokok Kaidah yang tertulis mengandung kelemahan, yaitu sebagai
hukum positif, dengan kekuasaan yang ada dapat diubah walaupun sebenarnya
tidak sah. Walaupun demikian, Pokok Kaidah yang tertulis juga memiliki
kekuatan, yaitu memiliki formulasi yang tegas dan sebagai hukum positif
mempunyai sifat imperative yang dapat dipaksakan.

Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia pada saat ini
diharapkan tetap berupa pembukaan UUD NRI tahun 1945. Pembukaan UUD
NRI tahun 1945 tidak dapat diubah, karena menurut Bakry (201: 222), fakta
sejarah yang terjadi hanya satu kali tidak dapat diubah. Pembukaan UUD RI
tahun 1945 dapat juga tdak digunakan sebagai Pokok Kaidah tertulis yang dapat
diubah oleh kekuasaan yang ada, sebagaimana perubahan ketatanegaraa yang
pernah terjadi saat berlakunya Mukadimah UUDS 1950.

Sementara itu, Pokok Kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan,


yaitu karena tidak tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas
semingga mudah tidak diketahui atau tidak diiingat. Walaupun demikian,
Pokok Kaidah terulis juga memiliki kekuatan, yaitu tidak dapat diubah atau
dihilangkan oleh kekuasaan karena bersifat imperative moral dan terdapat dalm
jiwa bangsa Indonesianya (Bakry, 2010: 223).

Pokok Kaidah yang tidak tertulis mencakup hukum Tuhan, hukum kodrat,
dan hukum etis. Pokok Kaidah yang tidak tertulis adalah fundamen moral
negara, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab”.
B. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang
meliputi suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia.
Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
bangsa Indonesia karena bersumber dar pandangan hidup dan dasar negara, yaitu
Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan
ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI tahun 1945.

Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan
batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan
dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang
bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja
merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah menjadi hukum positif.

Sesuai dengan penjelasan UUD NRI tahun 1945, pembukaan mengandung 4


pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok
pikiran tersebut adalah sebagai berikut:

A. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi


segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”.
B. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”
C. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan”
D. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab”.
Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan
diterima dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945, yaitu negara yang melindungi
bangsa Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi
paham golongan dan segala paham perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran
ini maka persatuan merupakan dasar negara yang utama. Oleh karena itu,
penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan
negara di atas kepentingan golongan atau perorangan.

Pokok pikiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 yang menegaskan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang hendak dicapai.
Melalui pokok pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus
dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai dengan
berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan bahwa
pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan pada
kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa


sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat
dan permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai dengan
sifat masyarakat Indonesia. kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan
sistem negara yang menegaskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus


mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara
untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga
mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran
kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung maksud menjunjung
tinggi
hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok
pikiran keempat Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan asas moral bangsa dan
negara (Bakry, 2010; 210).

MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945 sebanyak empat
kali secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9
November
2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin (2012: 245-246), keseluruhan batang
tubuh UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami amndemen dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu;

1. Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara


2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi
warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial

3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa
negara, lambang negara, lagu kebangsaan, peerubahan UUD, aturan peralihan, dan
aturan tambahan.

Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang Tubuh


UUD NRI Tahun 1945, berikut disampaikan beberapa contoh penjabaran Pancasila
kedalam batang tubuh melalaui pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945.

1) Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara


a. Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang
dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggungjawabkan.
b. Pasal 3

ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD

ayat (2) : MPR melantik Prisiden dan / atau Wakil Presiden

ayat (3) : MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut UUD
2) Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama,
pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
a. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia.
b. Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
c. Pasal 29 ayat (2) : negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.
d. Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya.
e. Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan.
f. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

3) Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambang negara, dan
lagu kebangsaan.
a. Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih
b. Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia
c. Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika

d. Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material.
Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya
Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa
tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik,
akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya,
yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsure-
unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Hubungan Pebukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan
batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan
dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang
bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja
merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi hukum positif.
DAFTAR PUSTAKA

Rey Manda Sianipar. 2013. “Pancasila Dalam Batang Tubuh UUD NRI 1945”.
Online. (http://reymandasianipar.blogspot.com/2013/10/pancasila-dalm-batang-
tubuh-uud- nri.html?m=1) Diakses 22 September 2018.

Anak Ciremai. 2016. “Makalah PPKN tentang Hubungan Pancasila”. Online.


(http://www.anakciremai.com/2016/03/makalah-ppkn-tentang-hubungan-
pancasila.html?m=1) Diakses 22 September 2018.

Ria Vinola. 2014. “Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945”. Online.


(http://riaviinola.blogspot.com/2014/09/hubungan-antara-pembukaan-uud-
1945_79.html?m=1) Diakses 22 September 2018.

Bhatara Media. (Tidak ada tahun). “Sebutkan dan Jelaskan Hubungan Antara
Pancasila Dengan Pembukaan UUD 1945”. Online.
(http://www.bhataramedia.com/forum/sebutkan-dan-jelaskan-hubungan-antara-
pancasila-dengan-pembukaan-uud-1945/) Diakses 22 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai