Disusun Oleh :
Nama :
NIM :
2022/2023
1. Definisi
a. Berdasarkan penyebab
1) Luka bakar karena api
2) Luka bakar karena air panas
3) Luka bakar karena bahan kimia
4) Luka bakar karena listrik
5) Luka bakar karena radiasi
6) Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
b. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
1) Luka bakar derajat I
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan
adalah :
a. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya
Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi
c. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi
d. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera
jaringan, hipokalemia terjadi bila diuresis.
e. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema
jaringan
f. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
g. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar
h. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar selanjutnya.
9. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama :
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala.
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya
lima belas menit. Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka
bakar yang lebih luaskarena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak
seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun.
Penatalaksanaan medis :
a. Pemberian cairan
1) Cara Evans
Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
2) Cara Baxter
3) Pemberian analgetik
4) Pemberian antibiotic
6) Bedrest
7) Debridement
8) Meningkatkan nutrisi.
10. Komplikasi
a. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
b. Sindrom kompartemen
b. Pemerilsaan Fisik
Menurut Doenges (2000) data pengkajian tergantung pada tipe, berat dan
permukaan tubuh yang terkena, antara lain :
1) Aktivitas / Istirahat
Tanda : Penundaan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak,
perubahan tonus.
2) Sirkulasi
Tanda : Hipotensi (syok), perubahan nadi distal pada ekstremitas yang
cidera, kulit putih dan dingin (syok listrik), edema jaringan, disritmia.
3) Integritas ego
Tanda dan Gejala : Kecacatan, kekuatan, menarik diri
4) Eliminasi
Tanda : diuresis, haluaran urine menurun fase darurat, penurunan
motilitas usus.
5) Makanan / Cairan
Tanda : edema jaringan umum, anoreksi, mual dan muntah
6) Neurosensori
Gejala : area kebas, kesemutan Tanda : perubahan orientasi, afek,
perilaku, aktivitas kejang, paralisis (Cidera aliran listrik pada aliran
Isaraf)
7) Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri, panas
8) Pernafasan
Gejala : Cidera inhalasi (terpajan lama) Tanda : serak, batuk, sianosis,
jalan nafas atas stridor bunyi nafas gemiricik, ronkhi secret dalam jalan
nafas
9) Keamanan
Tanda : distruksi jaringan, kulit mungkin coklat dengan tekstur
seperti : lepuh, ulkus, nekrosis atau jaringan parut teba
12. Masalah Keperawatan
a. Analisa Data
Data Interpretasi data Masalah
DS : -
DO : -Tekanan
Darah
meningkat
- Pola Napas
Berubah
- Nafsu makan
Berubah
- Menarik diri
- Berfokus
pada diri
sendiri
- Diaforesis
Kerusakan Kulit
Resiko Infeksi
Hipovolemia dan
hemokonsentrasi
DS : Ortopnea
DO : - pernapasan
pursed-lip
- Pernapasan
cuping
hidung
- Diameter
thorak
asterior-
posterior
- Ventilasi
semenit
menurun
- Kapasitas
vital
menurun
- Tenakan
ekspirasi
menurun
- Tekanan
inspirasi
menurun
- Ekskursi
dada
berubah
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan; bentukan
edema; manifulasi jaringan cedera
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan destruksi lapisan
kulit.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adequate; kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatic
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui rute abnormal; status hypermetabolik.
5) pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding
dada, keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi.
c. Intervensi
Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
Edukasi :
Observasi :
- Identifikasi karakteristik
nyeri
- Identifikasi Riwayat alergi
obat
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor efektivitas
analgetik
Terapeutik :
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
- Identifikasi adanya
kelelahan otot bantu napas
- Identifikasi efek perubahan
posisi terhadap status
pernapasan
- Monitor status respirasi dan
oksigenasi (mis. frekuensi
dan kedalaman napas,
penggunaan otot bantu
napas, bunyi napas
tambahan, saturasi oksigen)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan
jalan napas
- Berikan posisi semi Fowler
atau Fowler
- Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin Berikan
oksigenasi sesuai kebutuhan
(mis, nasal kanul, masker
wajah, masker rebreathing
atau non rabreathing)
Gunakan bag-valve mask,
jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnositik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Brunner & Suddart (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC