Anda di halaman 1dari 65

HIDROLOGI

(TUGAS SEMESTER)

OLEH

DIKY ANDREAN SAPUTRA

1715011067

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas rahmat, dan karunia-Nya tugas

Hidrologi ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Penulis juga ingin mengucapkan

terimakasih kepada Dosen yang telah meluangkan waktu untuk membantu dalam

menyelesaikan tugas Hidrologi ini. Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih

kepada rekan-rekan yang telah membantu sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Laporan ini penulis susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Hidrologi dan juga sebagai

prasyarat untuk mengikuti UAS mata kuliah tersebut. Penulis menyadari bahwa laporan

ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu saran, kritik dan masukan-

masukan bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis nantikan guna perbaikan

kualitas dimasa yang akan datang. Terakhir semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2018

Penulis
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air yang ada di bumi, yaitu kejadian,

sirkulasi dan penybaran sifat sifat fisis dan kimiawi serta reaksinya terhadap lingkungan,

termasuk hubungannya dengan kehidupan (makhluk hidup). Ruanglingkup hidrologi

mencangkup bagian-bagian dari bidang yang berhubungan langsung dengan perencanaan,

perancangan dan pemanfaatan air. Di era sekarang ini, hidrologi telah menjadi ilmu dasar

dari pengelolaan sumber daya air yang merupakan pengembangan dan penggunaan

sumber daya air yang terencana.

Banyak proyek yang dilakukan seperti rekayasa air, irigrasi, pengendalian banjir, drainase,

tenaga air dan lain-lain dilakukan dengan cara melaksanakan survey kondisi-kondisi

hidrologi yang cukup. Survey tersebut meliputi prosedur-prosedur pengumpulan data

dilapangan sampai proses data dan akhirnya menghasilkan data sesuai dengan tujuan yang

telah direncanakan.

Konsep daur hidrologi merupakan sesuatu yang berguna sebagai titik awal untuk

mempelajari hidrologi secara teoritis. Daur hidrologi tidak pernah berhenti

dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer. Daur hidrologi dimulai dari penguapan air

dari laut, daratan, sungai, tanaman. Kemudian uap yang dihasilkan dibawa oleh udara yang

bergerak atau angina. Lalu uap tersebut terkondensasi membentuk awan, yang pada akhirnya

terjadi presipitasi. Presipitasi merupakan seluruh zat cair yang jatuh ke permukaan bumi.
Presipitasi yang jatuh ke permukaan bumi menyebar dengan arah yang berbeda-beda dalam

beberapa cara. Sebagian besar presipitasi tersebut untuk sementara tertahan pada tanah di

sekitar jatuhnya zat cair tersebut. Dan akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer oleh penguapan

(evaporasi) dan transpirasi oleh tanaman. Dan sebagian lagi, air mengalir melalui permukaan

dan bagian atas tanah menuju sungai, sementara lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam

tanah menjadi bagian dari air tanah (groundwater).

Di bawah pengaruh gaya grafitasi, baik aliran air permukaan (surface streamflow) merupakan

aliran air dalam tanah bergerak menuju tempat yang lebih rendah yang akhirnya alirnya

mengalir ke laut. Namun, sejumlah besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke

atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan transpirasi sebelum sampai ke laut. Sebagai comtoh,

air dari sebagian aliran mungkin berlokasi menjadi air tanah, sedangkan pada kejadian yang

lain, air tanah merupakan sumber aliran sungai (stream flow). Daur hidrologi merupakan

peraga yang baik sekali untuk menggambarkan lingkup hidrologi. Daur tersebut juga

memperhatikan empat fase yang menarik, yaitu :

1. Presipitasi

Adalah seluruh zat cair yang jatuh ke permukaan bumi.

2. Evaporasi

adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan

menjadi gas (contohnya uap air).

3. transpirasi

adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan.

4. aliran permukaan dan air tanah

Hidrologi digunakan untuk menentukan debit banjir suatu saluran pelimpah (spillway),pada

gorong-gorong (culvert) jalan raya, atau pada suatu system pengairan (drainase) air hujan di

daerah permukiman, kemudian untuk menentukan kapasitas waduk yang diperlukan untuk
menjamin persediaan air yang mencukupi untuk keperluan irigasi atau penyediaan air suatu

kota selama musim kemarau serta menentukan pengaruh yang akan diberikan waduk, tanggul,

dan bangunan pengendalian air lainnya pada saat banjir.

Persoalan hidrologi pada umumnya berhubungan dengan perhitungan nilai-nilai ekstrim yang

tidak tercatat dalam sample data yang pendek, karakteristik hidrologi pada lokasi-lokasi

dimana data belum pernah dikumpulkan, atau perkiraan-perkiraan tentang pengaruh yang

ditimbulkan oleh kegiatan manusia terhadap sifat-sifat hidrologi dalam suatu daerah.

Umumnya, setiap masalah hidrologi bersifat unik, karena berhadapan dengan seperangkat

kondisi fisik yang berbeda pada setiap wilayah sungai.

B. Tujuan

Adapun maksud dan tujuan penyelesaian tugas Hidrologi ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui peta polygon Thiessen dan distribusi hujan daerah.

2. Menentukan analisa frekuensi dan menentukan curah hujan untuk kala ulang 5 tahun, 25

tahun, 50 tahun, dan 100 tahun.

3. Menentukan debit sungai untuk kala ulang 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun.

4. Menentukan intensitas curah hujan dengan menggunakan data hujan.

5. Menentukan dimensi sungai dengan menggunakan data curah hujan.

6. Membandingkan dimensi saluran hasil perhitungan dengan menggunakan data hujan

dan data debit sungai.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk dan perjalanan air di

permukaan bumi. Hidrologi dipelajari orang untuk memecahkan masalah – masalah

yang berhubungan dengan keairan, seperti manajemen air, pengendalian banjir, dan

perencanaan bangunan air. Hidrologi biasanya lebih diperuntukkan untuk masalah –

masalah air di aratan. Artinya hidrologi biasanya tidak diperuntukkan untuk

perhitungan yang ada hubungannya dengan air laut.

Ilmu hidrologi mulai berkembang pesat mulai abad ke-20, meskipun telah ada sejak

zaman sebelum masehi. Hal ini ditandai dengan munculnya formula – formuola

perhitungan curah hujan, penguapan, maupun model hidrologi. Rumus-rumus

perhitungan yang ditemukan pada abad ke-20 yaitu, rumus Haspers, Weduwen,

Melchior, dan Rational. Sedangkan Penman, Hargreavers, Thornwaite, dan Blaney

Cridle mengembangkan rumus-rumus untuk penguapan.

Model hidrologi adalah model yang dibuat untuk menirukan perilaku debit suatu

daerah dalam hubungannya dengan hujan yang terjadi pada daerah tersebut.

Contoh model-model Hidrologi mutakhir yang diciptakan oleh Sistem Informasi

Geografis (GIS), antara lain :


1. SLURP model, dikembangkan di Saskatchewan, Canada oleh The National

Hydrology Research Institute (NHRI). Model ini dibuat untuk memodelkan debit

harian pada suatu daerah aliran sungai.

2. WATFLOOD model, dikembangkan di Waterloo. Canada oleh Civil Engineering

Department University of Waterloo. Model ini dibuat untuk memodelkan debit

harian maupun jam-jaman pada suatu daerah aliran sungai.

3. MIKE – 11 model, dikembangkan di Denmark oleh Denmark University of

Technology (DTU). Model ini dibuat untuk memodelkan debit harian pada suatu

daerah aliran sungai dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (GIS).

4. HEC – 1 model, dikembangkan oleh Amerika Serikat oleh United States Army.

Model ini dibuat untuk memodelkan debit banjir jam-jaman pada suatu daerah

aliran sungai.

5. TANK model, dikembangkan di Jepang oleh Dr. Sugawara. Model ini dibuat

untuk memodelkan debit harian pada suatu daerah aliran sungai.

B. Presipitasi dan Hujan

Presipitasi didefenisikan sebagai air yang jatuh dari atmosfer ke permukaan bumi

dengan intensitas dan jumlah tertentu. Air yang jatuh dari atmosfer tersebut

dapatberwujud hujan, salju, uap air, dank abut. Karena di Indonesia beriklim tropis,

maka istilah presipitasi identik dengan hujan.

Hujan diukur di stasiun penakar curah hujan. Stasiun penakar curah hujan biasanya

terdiri dari dua macam, yaitu pencatat hujan otomatis, dan stasiun pencatat hujan

manual. Stasiun hujan otomatis bekerja sendiri tanpa bantuan tenaga manusia. Data

hujan yang tercatat biasanya diambil sebulan sekali untuk diolah dan dikumpulkan
bersama data induk yang sudah diambil sebelumnya. Sedangkan stasiun pencatat

curah hujan manual memerlukan tenaga manusia untuk mencatat curah hujan harian.

C. Perhitungan Curah Hujan Rata-rata

Di dalam suatu DAS biasanya terdapat satu atau beberapa stasiun curah hujan untuk

mencatat curah hujan yang jatuh. Suatu DAS yang ideal akan mempunyai beberapa

stasiun pencatat curah hujan untuk mengantisipasi keragaman curah hujan yang jatuh.

Dalam perhitungan debit di DAS, curah hujan yang jatuh dalam suatu DAS biasanya

rata-rata dengan tujuan mempermudah proses perhitungan. Ada 3 metode yang

biasanya dipakai dalam perhitungan hujan rata-rata di daerah aliran sungai, yaitu :

metode Aritmatik, metode Polygon, metode Isohyet.

1. Metode Aritmatik

Metode Aritmatik adalah metode yang paling sederhana dari ketiga metode di

atas. Metode Aritmatik dilakukan dengan menjumlahkan seluruh data hujan

harian di masing-masing stasiun dan membaginya dengan jumlah stasiun.

Rumus umum metode Aritmatik adalah :

R1  ...  Rn
R
n
Dimana :
R = hujan rata-rata DAS pada suatu hari (mm)

R1…Rn = hujan yang tercatat di stasiun 1 sampai stasiunn pada hari

yang sama (mm)

N = jumlah stasiun hujan


Metode Aritmatik ini mempunyai kelebihan yaitu mudah untuk dilaksanakan.

Artinya perhitungannya sederhana dan tidak perlu mengacu pada luas DAS atau

hal-hal lain yang berhubungan dengan karakteristik DAS.

Kelemahan metode ini adalah apabila DAS yang diamati berukuran besar dan

curah hujan yang tercatat sangat berbeda antar stasiun. Hal ini akan menyebabkan

tidak akuratnya hasil perhitungan.

2. Metode Polygon Thiessen

Dalam menghitung curah hujan harian dengan metode Polygon Thiessen, stasiun-

stasiun hujan yang ada di dalam DAS dihubungkan satu sama lain sehingga

membentuk polygon. Dari polygon-polygon tersebut akan membentuk daerah-

daerah hujan yang diwakili oleh satu stasiun.

Prosedur perhitungan curah hujan rata-rata DAS dengan metode polygon

Thiessen adalah sebagai berikut :

a. Hubungkan setiap stasiun hujan dengan garis lurus sehingga membentuk

polygon segitiga

b. Tarik garis tegak lurus pa / dan di tengah-tengah polygon-polygon segitiga

c. Hitung luas masing-masing daerah hujan

d. Hitung hujan rata-rata DAS dengan rumus :

R1 . A1  ...  Rn . An
R
A
Dimana :

R = hujan rata-rata DAS pada suatu hari (mm)

R1…Rn = hujan yang tercatat distasiun 1 sampai stasiun n pada hari

yang sama (mm)


A1…An = luas daerah hujan 1 sampai n (km2)

A = luas total DAS (km2)

Metode Thiessen ini dapat dikatakan lebih akurat daripada metode Aritmatik,

sebab curah hujan rata-rata DAS dihitung berdasarkan pembagian daerah hujan.

Walaupun begitu metode ini masih bergantung dari subjektifitas si pembuat

polygon. Oleh karena itu perhitungan yang dilakukan oleh seseorang cenderung

akan berbeda dengan perhitungan orang lain, walaupun pada DAS yang sama.

Gambar C.1. Polygon Thiessen

3. Metode Isohyet

Dalam perhitungan hujan rata-rata DAS dengan metode Isohyet, DAS dibagi

menjadi daerah-daerah hujan yang dibatasi oleh garis kontur yang

menggambarkan variasi curah hujan di DAS. Prosedur perhitungan curah hujan

rata-rata DAS dengan metode Isohyet, adalah sebagai berikut :

a. Buatlah garis kontur hujan dengan merujuk pada curah hujan di masing-

masing stasiun

b. Hitung luas masing-masing daerah hujan

c. Hitung hujan rata-rata DAS dengan rumus :


𝑃1 + 𝑃2 𝑃 +𝑃
𝑥 𝐴1 +⋯+ 𝑛 𝑛 𝑥 𝐴𝑛
2 2
R =
𝐴

dimana :

R = hujan rata-rata DAS pada suatu hari (mm)

P1, P2, P3, Pn = Tinggi hujan antara garis isohyet.

A1, A2, A3, An = Luas wilayah antara garis isohyet.

A = luas total DAS (km2)

Metode Isohyet dapat dilakukan lebih akurat daripada metode Aritmatik dan

metode Polygon Thiessen, sebab curah hujan rata-rata DAS dihitung berdasarkan

pembagian daerah hujan yang sangat teliti. Walaupun demikian, metode Isohyet

adalah metode yang tersulit.

Metode ini masih bergantung dari subjektifitas si pembuat kontur. Oleh karena itu

yang dilakukan seseorang cenderung akan berbeda dengan perhitungan orang lain,

walaupun pada DAS yang sama.


Gambar C.2. Metode Isohyet

D. Analisis Statistik

Dalam menganalisa data hidrologi seperti data hujan dan data debit, seseorang harus

menguasai perhitungan dasar statistik. Perhitungan-perhitungan tersebut meliputi :

perhitungan nilai rata-rata, Standar Deviasi, Koefisien kemencengan, Koefisien

Kurtosis.

1. Perhitungan nilai rata-rata (𝑥̅ )

Nilai rata-rata dirumuskan dengan :

∑𝑥
𝑥̅ = 𝑛

Dimana :

x = nilai rata-rata

n = jumlah data

2. Perhitungan Standar Deviasi (Std(x))

Nilai standar Deviasi dirumuskan dengan :

(𝑥 − 𝑥̅ )2
𝑠𝑡𝑑(𝑥) = √
𝑛−1

Dimana :

std (x) = standar deviasi

𝑥̅ = nilai rata-rata

N = jumlah data

3. Perhitungan Koefisien Kemencengan atau Skewness (Cs)

Nilai koefisien skewness suatu data dirumuskan dengan :

𝑛∑(𝑥 − 𝑥̅ )3
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑠𝑡𝑑(𝑥))3
Dimana :

Cs = koefisien skewness

Std (x) = standar deviasi

𝑥̅ = nilai rata-rata

𝑛 = jumlah data

4. Perhitungan Koefisien Kurtosis (Ck)

Nilai koefisien kurtosis suatu data dirumuskan dengan :

𝑛2 ∑(𝑥 − 𝑥̅ )4
𝐶𝑘 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑛 − 3)(𝑠𝑡𝑑(𝑥))4

Dimana :

Ck = koefisien kurtosis

Std(x) = standar deviasi

𝑥̅ = nilai rata-rata

n = jumlah data

E. Analisis Frekuensi

Analisi frekuensi dalam hidrologi digunakan untuk memeperkirakan curah hujan atau

debit rancangan dengan kala ulang tertentu. Analisis frekuensi dalam hidrologi sendiri

didefenisikan sebagai perhitungan atau peramalan suatu peristiwa hujan atau debit

yang menggunakan data historis dan frekuensi kejadiannya. Metode yang sering

digunakan untuk analisis frekuensi dalam hidrologi adalah metode Gumbel, Log

Person III, metode Distribusi normal, dan metode Log normal.

1. Metode Gumbel
Metode Gumbel diciptakan oleh E.J. Gumbel pada tahun 1941. Dalam metode ini

data yang diolah diasumsikan mempunyai sebaran tertentu yang disebut sebaran

Gumbel.

Langkah-langkah pengerjaan perhitungan curah hujan atau debit rancangan

dengan metode Gumbel adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data curah hujan atau debit harian maksimum tahunan dan

menyusunnya dalam satu tabel data. Hujan atau debit harian maksimum

tahunan adalah hujan atau debit harian tertinggi dalam tahun tertentu.

b. Mencari nilai rata-rata dan standar deviasi dari data

c. Menghitung hujan atau debit rancangan dengan rumus :


(𝑌𝑇 − 𝑌𝑛)
𝑅𝑇 = 𝑅̅ + 𝑆𝑡𝑑(𝑅)
𝑆𝑛
Dimana :

RT = curah hujan rencana dengan periode ulang T

𝑅̅ = rata-rata data

YT = reduced varieties yang nilainya dihitung berdasarkan rumus

(𝑇 − 1)
𝑌𝑇 = − ln(− ln [ ])
𝑇
T = kala ulang

Yn = reduced mean yang nilainya berdasarkan jumlah data

Std(R) = standar deviasi dari data

Sn = reduced standar deviation yang nilainya berdasarkan jumlah

data

2. Metode Log Person III


Metode ini disebut Log Person III karena metode ini melibatkan tiga parameter

dalam proses perhitungannya. Ketiga parameter tersebut adalah harga rata-rata

data, standar deviasi data, dan kefisien kemencengan data.

Langkah-langkah pengerjaan perhitungan hujan atau debit rancangan dengan

metode Log Person III ini adalah :

a. Mengumpulkan hujan atau debit harian maksimum tahunan dan menyusunnya

dalam suatu tabel data

b. Mencari nilai log dari masing-masing data

c. Mencari nilai rata-rata, standar deviasi, dan koefisien ekmencengan dari log

data

d. Menghitung log hujan atau debit rancangan degnan rumus :

̅̅̅̅̅̅̅̅̅
log(𝑅𝑇 ) = log (𝑅) + 𝑠𝑡𝑑(𝑙𝑜𝑔(𝑅))𝐺

Dimana :

Log(RT) = log dari curah hujan rencana dengan periode ulang T

̅̅̅̅̅̅̅̅̅
log (𝑅) = log dari rata-rata data

Sta(log(R)) = standar deviasi dari log(R)

G = koefisien Person yang nilainya didapat berdasarkan

nilai Cs dan T

e. Menghitung curah huajn atau debit rancangan dengan rumus :

RT = 10log(RT)

3. Metode Distribusi Normal

Distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu vertikal dan berbentuk lonceng

yang disebut juga dengan distribusi Gauss. Distribusi normal mempunyai 2


parameter yaitu rerata 𝜇 dan deviasi standar 𝜎 dari populasi. Sri Harto (1993)

memberikan sifat-sifat distribusi normal, yaitu nilai koefisien kemencengan

(skewness) sama dengan nol ( 𝐶𝑠 ≈ 0 ) dan nilai koefisien kurtosis ( 𝐶𝑘 ≈ 3 ).

Selain itu terdapat sifat-sifat distribusi frekuensi kumulatif berikut ini :

𝑃(𝑥̅ − 𝑠) = 15,87%

𝑃(𝑥̅ ) = 50%

𝑃(𝑥̅ + 𝑠) = 84,14%

Kemungkinan variant berada pada daerah (𝑥̅ − 𝑠) dan (𝑥̅ + 𝑠) adalah

68,27% dan yang berada antara (𝑥̅ − 2𝑠) dan (𝑥̅ + 2𝑠) adalah 95,44%.

4. Metode Distribusi Lognormal

Distribusi log normal digunakan apabila nilai nilai dari variabel random tidak

mengikuti distribusi normal, tetapi nilai logaritmanya memenuhi distribusi

normal. Sri harto (1993) memberikan sifat-sifat distribusi log normal, berikut :

Nilai kemencengan : 𝐶𝑠 = 𝐶𝑣3 + 3𝐶𝑣

Nialai kurtosis : 𝐶𝑘 = 𝐶𝑣8 + 6𝐶𝑣6 + 15𝐶𝑣4 + 16𝐶𝑣2 + 3

F. Perhitungan Debit

Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk menghitung debit aliran

permukaan. Pada umumnya metode perhitungan aliran permukaan yang disajikan

adalah metode empirik yang merupakan hasil penelitian lapangan dari para ahli

hidrologi

1. Metode Rational
Perhitungan debit banjir dengan metode rational diberikan sebagai persamaan

yang merupakan fungsi dari koefisien pengaliran, intensitas hujan, dan luas daerah

pengaliran yang dirumuskan sebagai :

𝐶. 𝐼𝑡. 𝐴
𝑄=
3,6

Dimana :

Q = debit puncak banjir (m3/detik)

C = koefisien pengaliran

A = luas daerah pengaliran (km2)

It = intensitas hujan (mm/jam)

𝐼𝑡 = 𝑅𝑡 𝑥 90% 𝑥 40%

Dimana :

It = Intensitas curah hujan (mm/jam)

G. Hidrometri

Hidrometri merupakan kegiatan yang sangat penting untuk menyiapkan informasi

mengenai berbagai unsur aliran. Oleh sebab itu, maka semua prosedur, syarat, dan

cara-cara analitis harus diikuti secermat mungkin.

H. Hidrograf

Hidrograf adalah gambaran keadaan debit aliran permukaan di suatu badan sungai di

daerah aliran sungai yang disajikan dalam sebuah grafik. Pada dasarnya hidrograf

adalah hubungan antara debit dan waktu. Semua analisis kuantitatif mengenai aliran

sungai mengacu pada hidrograf. Meskipun demikian perlu disadari bahwa hidrometri
dan hidrograf mempunyai sumber ketidakpastian yang cukup banyak dan cukup

besar. Dengan demikian, kehati-hatian dalam menyiapkan hidrograf perlu dilakukan.

Beberapa karakteristik DPS secara awal dapat diturunkan dengan pengamatan

terhadap hidrograf ini.

I. Nakayasu

Hidrograf adalah diagram yang menggambarkan variasi debit atau permukaan air

menurut waktu. Sedangkan hidrograf satuannya adalah suatu limpasan langsung yang

di akibatkan oleh suatu volume hujan efektif, yang terbagi dalam ruang dan waktu.

Hidrograf satuan klasik tidak bisa dibuat karena tidak ada alat atau keterbatasan alat

dan tidak ada AWLR. Oleh karena itu, dibuatlah hidrograf satuan sintesis/ tiruan.

Hidrograf satuan sintesis adalah hidrograf satuan yang diturunkan karena tidak

mempunyai data AWLR dan data hujan jam – jaman (kareana alat yang digunakan

adalah untuk mengukur hujan secara manual atau harian).

Untuk membuat hidrograf banjir pada sungai – sungai yang sedikit sekali dilakukan

observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik atau parameter daerah

pengaliran tersebut terlebih dahulu. Misalnya, waktu untuk mencapai puncak

hidrograf, lebar dasar, luas kemiringan, panjang alur terpancang, koefisien limpasan,

dan sebagainya. Dalam hal ini, biasanya digunakan hidrograf – hidrograf sintetik,

dimana parameter – parameternya harus disesuaikan terlebih dahulu dengan

karakteristik dengan pengaliran yang ditinjau.

Ada dua cara / metode yang diguanakan untuk membuat hidrograf satuan sintetik,

antara lain :

1. Hidrograf satuan sintetik SNYDER


Ditemukan oleh F.F. SNYDER pada tahun 1938 dari Amerika Serikat.

2. Hidrograf satuan sintetik NAKAYASU

Ditemukan oleh NAKAYASU ( dari jepang ) yang telah menyelidiki hidrograf

satuan pada beberapa sungai dijepang.

Hidrograf satuan sintetik NAKAYASU

Langkah – langkah dan rumus yang digunakan dalam pengerjaan dengan metode

NAKAYASU adalah sebagai berikut :

1. Mencari nilai waktu konsentrasi ( tg )

 Untuk L < 15 km

Tg = 0,21L0,7

 Untuk L > 15 km

Tg = 0,4 + 0,058 L

Dimana :

L : panjang alur sungai ( km )

Tg : waktu konsentrasi ( jam )

2. Mencari nilai waktu satuan hujan ( tr )

Tr = 0,5 Tg ( jam )

3. Mencari nilai tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak ( Tp )


Tp = Tg + 0,8 Tr ( jam )

4. Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak sampai

menjadi 30 % dari debit puncak ( T0,3 )

T0,3 = α Tg ( jam )

Dimana :

Untuk daerah pengaliran biasa, α = 2

Untuk bagian naik hidrograf yang lambat, bagian menurun yang cepat (terjadi

pada daerah yang sangat landai ), α = 1,5

Untuk bagian naik hidrograf yang sangat cepat, bagian menurun yang lambat

(terjadi pada daerah curam ), α = 3

5. Mencari nilai debit puncak banjir ( Qp )

Qp yang dimaksud disini bukanlah debit maksimum pada penggambaran

hidrograf

A Re
Qp = ( m 3 / dt )
3,6 ( 0,3 Tp  T0,3 )

Dimana :

A = luas DAS ( Km2 )

Re = hujan satuan ( 1 mm )

6. Menetukan bagian lengkung naik ( rising Climb ) hidrograf satuan ( Qa )

𝑡
Qt = Qp (𝑇𝑝) 2,4
7. Menentukan bagian lengkung turun (decreasing limb) hidrograf satuan (Qd).

 Pada kurva turun dimana Tp < t < Tp+T0,3


𝑡−𝑇𝑝
Qt = Qp x 0,3 𝑇0,3

 Pada kurva turun dimana Tp+ T0.3 < t < Tp+T0.3 +0.5 T0.3

(𝑡−𝑇𝑝)+(0,5 𝑥 𝑇0,3)
( )
Qt = Qp x 0,3 1,5 𝑥 𝑇0,3

 Pada kurva turun dimana t >Tp+T0,3+0,5 . T0,3


(𝑡−𝑇𝑝)+(1,5 𝑥 𝑇0,3)
( )
Qd = Qp x 0,3 2 𝑥 𝑇0,3

Gambar hidrograf banjir rancangan metode NAKAYASU

Gambar I.1. Grafik Nakayasu

8. Menghitung sebaran hujan jam – jaman ( RT )

R 24 t
RT = ( ) ( )2/ 3
t T

Dimana : RT = intensitas hujan rata – rata dalam T jam

R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari


t = waktu konsentrasi hujan

T = waktu mulai hujan

9. Menghitung nisbah jam – jaman ( Rt )

Rt = T R T – ( T – 1 ) ( RT – 1 )

Dimana : Rt = persentase intensitas hujan rata – rata dalam t jam

RT - 1 = nilai intensitas hujan dalam t jam

= nilai RT sebelumnya

10. Menghitung hujan efektif ( Rc )

Rc = Rt x Rn

Rn =CR

Dimana : C = koefisien pengaliran

R = hujan rancangan periode ulang

J. Mononobe

Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang dinyatakan

dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu.

Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan

frekuensi kejadiannya.

Untuk perhitungan intensitas curah hujan digunakan rumus Mononobe :


keterangan :

I : intensitas hujan (mm/jam)

R24 : curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm/jam)

t : lama hujan (jam)


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perhitungan Luas

An
 Koefisien Thiessen (αn) =
∑A

Ket :
An : Luas poligon

∑A : Luas poligon total

Contoh perhitungan koefisien Thiesssen pada STA :

1) Stasiun A (Menggala)
AA
αA =
∑A
29,7440
αA =
84,6560
αA = 0,3513

2) Stasiun B (Metro)
AA
αA =
∑A
32,5680
αA =
84,6560
αA = 0,3847

3) Stasiun C (Kotabumi)
AA
αA =
∑A
4,0640
αA =
84,6560
αA = 0,0480

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
4) Stasiun D (Sukadana)
AA
αA =
∑A
1,8000
αA =
84,6560
αA = 0,0213

5) Stasiun E (Ketibung)
AA
αA =
∑A
16,4800
αA =
84,6560
αA = 0,1947

Tabel A.1. Perhitungan Luas Daerah dan Koefisien Thissen

Stasiun Luas Poligon Skala Luas Daerah Koefissien


No.
Hujan (cm2) Jarak (km2) Thiessen
1 A 29.744.000 1: 100000 29,7440 0,3513

2 B 32.568.000 1: 100000 32,5680 0,3847

3 C 4.064.000 1: 100000 4,0640 0,0480

4 D 1.800.000 1: 100000 1,8000 0,0213

5 E 16.480.000 1: 100000 16,4800 0,1947

∑ 84,6560 1

B. Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata dengan Metode Poligon Thiessen

 Curah Hujan Rata Rata ( R ) = R A α A + R B α B + R C α C + R D α D

Ket :
R : Curah hujan rata rata DAS pada suatu hari (mm)

R1.Rn : Curah hujan yang tercatat pada stasiun 1 sampai stasiun n (mm)

Contoh perhitungan mencari curah hujan rata rata di STA A pada tahun 1992 :

R = R Aα A + R Bα B+ RCα C+ R Dα D+ R Eα E

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
R = (140,67 x0,3513) + (2,67 x0,3847) + (9,67 x0,0480) + (36,17 x0,0213) +

(25,47 x0,1947)

R = 56,6381 mm

Selanjutnya ditabelkan.

Tabel B.1. Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum di STA A


(Menggala)

A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

56,6381
1977 21 Desember 140,67 2,67 9,67 36,17 25,47
40,2836
1978 10 Maret 114,67 0 0 0 0
41,9246
1979 4 Januari 107,67 6,67 27,67 9,67 0
37,3805
1980 5 Desember 90,67 0 115,17 0 0
40,7784
1981 4 Maret 110,67 3,67 10,17 0 0
54,2389
1982 4 Februari 81,67 33,67 71,97 75,67 38,67
24,1238
1983 6 Februari 68,67 0 0 0 0
27,4482
1984 3 Oktober 70,67 4,67 11,57 12,67 0
25,4301
1985 7 April 70,67 0 11,17 3,17 0
23,8133
1986 5 Maret 66,67 0 8,17 0 0
26,5629
1987 13 Desember 74,77 0 6,17 0 0
5,09648
1988 15 September 14,17 0 2,47 0 0
33,809
1989 3 Agustus 95,67 0 4,17 0 0

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel B.2. Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum di STA B (Metro)

A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

46,7583
1977 24 November 0 113,67 13,67 32,17 8,67
39,4933
1978 26 Maret 11,67 91,67 2,67 0 0
46,7639
1979 15 Januari 26,67 82,67 28,67 54,67 15,67
120,0346
1980 30 Maret 0 310,67 0 0 2,67
50,1988
1981 3 Maret 0 114,67 10,47 9,17 27,67
30,5867
1982 28 Maret 17,47 57,67 30,67 37,17 0
33,9000
1983 16 Januari 0 79,67 3,17 29,67 12,67
22,6662
1984 29 Januari 0 45,67 1,17 5,67 25,27
20,6931
1985 8 April 0 53,67 0 2,17 0
32,5661
1986 5 Januari 0 61,67 3,17 47,17 39,47
14,5925
1987 27 Februari 1,57 27,67 1,17 39,17 12,87
9,1476
1988 23 April 1,37 20,67 0 0 3,67
32,9818
1989 27 Oktober 14,67 32,67 10,17 0 75,87

Tabel B.3. Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum di STA C (Kotabumi)

A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

22,4386
1977 12 Desember 35,67 5,67 93,67 37,67 12,47
12,7516
1978 13 Desember 0 0 113,67 0 37,47
51,4215
1979 20 Desember 18,67 56,67 147,67 85,67 72,67
37,3805
1980 5 Desember 90,67 0 115,17 0 0
7,8473
1981 11 Juli 6,67 0 91,67 0 5,67
54,2389
1982 4 Februari 81,67 33,67 71,97 75,67 38,67

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel B.3. (Lanjutan)

A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
8,7687
1983 20 April 0 0 105,17 7,67 18,27
6,9103
1984 11 Februari 8,17 0 84,17 0 0
8,1474
1985 12 Januari 0 0 92,67 6,67 18,27
7,3106
1986 8 Maret 7,67 0 96,17 0 0
27,0989
1987 7 Desember 41,77 1,37 116,17 0 32,47
9,1997
1988 5 Januari 0 1,47 82,17 58,67 17,67
3,0801
1989 1 Maret 0 0 41,17 0 5,67

Tabel B.4. Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum di STA D (Sukadana)

A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

7,8878
1977 25 Januari 0 12,67 2,67 135,47 0
10,3338
1978 5 Juli 0 18,67 7,67 130,67 0
52,3638
1979 13 Februari 27,67 79,67 13,67 116,67 45,47
5,3193
1980 19 Februari 3,67 0 0 91,67 10,67
47,2997
1981 11 November 52,67 68,67 8,67 92,17 0
30,6018
1982 7 Januari 66,67 0 13,87 87,67 23,87
2,2741
1983 31 Maret 0 0 0 89,67 1,87
4,2785
1984 16 September 0 5,67 2,57 92,67 0
9,8592
1985 15 Agustus 4,67 0 12,67 175,67 19,87
3,6238
1986 22 Februari 0 0 4,67 87,67 7,87
16,2563
1987 15 April 31,87 1,97 41,17 75,67 3,67
3,5400
1988 4 Januari 3,27 0 0 95,17 1,87
4,0427
1989 27 November 0 0 0 66,67 13,47

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel B.5. Curah Hujan Harian Tahunan Maksimum di STA (Ketibung)

A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

13,8483
1977 24 Desember 0 0 0 4,17 70,67
37,4087
1978 14 Mei 2,67 25,67 4,67 38,17 131,27
21,2595
1979 8 Februari 0 0 2,67 26,17 105,67
13,3700
1980 15 Oktober 0 0 0 0 68,67
17,9806
1981 10 Desember 0 0 3,57 0 91,47
50,6578
1982 3 Maret 34,27 52,67 39,17 17,87 82,67
20,3128
1983 7 Januari 0 11,17 3,67 33,67 77,67
12,7193
1984 14 November 0 0 0 9,67 64,27
25,5799
1985 1 Februari 3,67 18,67 0 0 87,87
18,4024
1986 14 Desember 0 7,67 20,17 32,17 70,87
31,6360
1987 14 Februari 39,97 0 26,17 29,67 80,67
20,6723
1988 29 Januari 2,77 0 10,17 0 98,67
18,4083
1989 15 Januari 0 1,17 19,17 7,67 86,67

Tabel B.6. Curah Hujan Maksimum

Tahun R (mm)

1977 56,6381
1978 40,2836
1979 52,3638
1980 120,0346
1981 50,1988
1982 54,2389
1983 33,9000

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel B.6. (Lanjutan)

Tahun R (mm)

1984 27,4482

1985 25,5799
1986 32,5661
1987 31,6360
1988 20,6723
1989 33,8090
∑ 579,3693

C. Perhitungan Parameter Statistik

1. Perhitungan Distribusi Non-Logaritmik

a. Rata-rata Data:

∑R
Curah hujan rata-rata ( R ) =
n

579,3693
= = 44,5669 mm
13
Tabel C.1 Perhitungan Distribusi Non-Logaritmik

R
No. (R – R) (R – R)2 (R – R)3 (R – R)4
terurut
1 20,6723 -23,8946 570,9519 -13642,6675 325986,0826
2 25,5799 -18,9870 360,5062 -6844,9306 129964,6979
3 27,4482 -17,1187 293,0499 -5016,6331 85878,2378
4 31,6360 -12,9309 167,2082 -2162,1522 27958,5737
4 32,5661 -12,0008 144,0192 -1728,3456 20741,5302
5 33,8090 -10,7579 115,7324 -1245,0377 13393,9913
6 33,9000 -10,6669 113,7828 -1213,7093 12946,5155
7 40,2836 -4,2833 18,3467 -78,5842 336,5999
8 50,1988 5,6319 31,7183 178,6343 1006,0504
9 52,3638 7,7969 60,7916 473,9864 3695,6247
10 54,2389 9,6720 93,5476 904,7922 8751,1505
12 56,6381 12,0712 145,7139 1758,9413 21232,5317
13 120,0346 75,4677 5695,3737 429816,7570 32437282,0758
Jumlah 579,3693 7810,7423 401201,0509 33089173,6619

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
b). Simpangan baku :

Σ (R−R)2
σ =√
n−1

7810,7423
=√
13−1

= 25,5126

c). Perhitungan koefisien kemencengan (Cs) :

n,Σ (R−R )3
Cs =
(n−1)(n−2)σ3

13 x 401201,0509
=
(13−1)(13−2)(25,5126)3

= 2,3794

d). Perhitungan koefisien kurtosis (Ck) :

(n2 −2n+3)x Σ(R−R )4


Ck =
(n−1)(n−2)(n−3),σ4

(132 −2.13+3) x 33089173,6619


=
(13−1)(13−2)(13−3)(25,5126)4

= 8,2836

e). Koefisien variasi (Cv) :

σ
Cv = ̅
R

25,5126
= 44,5669

= 0,5725

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
2. Perhitungan Distribusi Logaritmik

b. Rata-rata Data:

∑ 𝑙𝑛 R
Curah hujan rata-rata ( R ) =
n

47,9526
=
13
= 3,6887 mm

Tabel C.2. Perhitungan Distribusi Logaritmik

ln R
No. (ln R – ln R) (lnR – lnR)2 (lnR – lnR)3 (lnR – lnR)4
terurut

1 3,0288 -0,6599 0,4355 -0,2874 0,1896


2 3,2418 -0,4469 0,1997 -0,0893 0,0399
3 3,3123 -0,3764 0,1417 -0,0533 0,0201
4 3,4543 -0,2344 0,0549 -0,0129 0,0030
5 3,4833 -0,2054 0,0422 -0,0087 0,0018
6 3,5207 -0,1680 0,0282 -0,0047 0,0008
7 3,5234 -0,1653 0,0273 -0,0045 0,0007
8 3,6959 0,0072 0,0001 0,0000 0,0000
9 3,9160 0,2273 0,0517 0,0117 0,0027
10 3,9582 0,2695 0,0726 0,0196 0,0053
11 3,9934 0,3047 0,0928 0,0283 0,0086
12 4,0367 0,3480 0,1211 0,0421 0,0147
13 4,7878 1,0991 1,2080 1,3277 1,4592
∑ 47,9526 5,5887 -4,1888 4,1524

b). Simpangan baku :

Σ (R−R)2
σ ln R =√
n−1

5,5887
=√
13−1

= 0,6824

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
c). Perhitungan koefisien kemencengan (Cs) :

n,Σ (R−R )3
Cs ln R =
(n−1)(n−2)σ3

13 x −4,1888
=
(13−1)(13−2)(0,6824)3

= -1,2982

d). Perhitungan koefisien kurtosis (Ck) :

(n2 −2n+3)x Σ(R−R )4


Ck ln R =
(n−1)(n−2)(n−3),σ4

(132 −2.13+3) x 4,1524


=
(13−1)(13−2)(13−3)(0,6824)4

= 2,0309

e). Koefisien variasi (Cv) :

σ
Cv ln 𝑅 =̅
R

0,6824
= 3,6887

= 0,1850

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien skewness (Cs) dan koefisien kurtosis

(Ck) pada :

a. Perhitungan curah hujan rata-rata non-logaritmik :

Cs = 2,3794

Ck = 8,2836

Cv = 0,5725

b. Perhitungan curah hujan rata-rata logaritmik :

Cs = -1,2982

Ck = 2,0309

Cv = 0,1850

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel C.3. Perbandingan Besaran Statistik Curah Hujan Maksimum Terhadap
Syarat Distribusi (Metode Thiesen)

Jenis Hasil
No Syarat Kesimpulan
Distribusi Analisis
(𝑋̅ ± 𝑠) = 68,67 %
(𝑋̅ ± 2𝑠) = 95,44 % Tidak
1 Normal Cs ≈ 0 2,3794
Ck ≈3 8,2836 Tidak

Log 𝐶𝑠 = 𝐶𝑣3 + 3𝐶𝑣 -1,2982 Tidak


2
Normal 𝐶𝑘 = 𝐶𝑣8 + 6𝐶𝑣6 + 15𝐶𝑣4 + 16𝐶𝑣2 + 3 Tidak
2,0309
Cs = 1,14 2,3794 Tidak
3 Gumbel
Ck = 5,4 8,2836 Tidak
Log
4 Pearson Selain dari nilai di atas Ok
III

Berdasarkan perhitungan koefisien kemencengan dan koefisien kurtosis, serta dari syarat tabel 10,

maka dapat disimpulkan bahwa metode yang paling mendekati adalah Log Pearson III.

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
D. Pengujian Distribusi

1. Uji Smirnov Kolmogrov

Tabel D.1. Uji Smirnov Kolmogrov


𝐦 𝟏
R P= T=
M Y = Log R 𝐧+𝟏 𝐏
terurut (%)
1 20,6723 1,3154 7,1429 14

2 25,5799 1,4079 14,2857 7

3 27,4482 1,4385 21,4286 4,6667

4 31,6360 1,5002 28,5714 3,5

5 32,5661 1,5128 35,7143 2,8

6 33,8090 1,5290 42,8571 2,3333

7 33,9000 1,5302 50 2

8 40,2836 1,6051 57,1429 1,75

9 50,1988 1,7007 64,2857 1,5556

10 52,3638 1,7190 71,4286 1,4

11 54,2389 1,7343 78,5714 1,6727

12 56,6381 1,7531 85,7143 1,1667

13 120,0346 2,0793 92,8571 1,0769

Rumus : ∆xmaks <Δkritik

Dimana : ∆xmaks = Jarak maksimum horizontal titik garis singgung

Δkritik = Jarak ketentuan uji Smirnov Kolmogorov

Dari Grafik didapat :

∆xmaks = 92,8571% - 64,2857%

= 28,5714%

= 0,2857

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Jumlah tahun pengamatan = 13 tahun

a = 5 % = 0,05

Δkritik = 0,361 (dari tabel)

Checking :

∆xmaks < Δkritik

0,2857 < 0,361... OK!!!

2. Uji Chi Kuadrat

( E F  OF ) 2
x   xcr
2 2

EF

Dk = K - (P + 1)

Dimana:

x2 = Harga Chi Kuadrat terhitung

EF = Frekuensi yang diharapkan

OF = Frekuensi yang terbaca

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
xcr2 = Harga Chi Kuadrat kritis

Dk =Derajat Kebabasan

K = Banyaknya Kelas

P = Banyaknya keterikatan untuk uji chi kuadrat

a. Banyaknya data Curah Hujan = 13

Mencari banyak kelas (K)

K = 1 + 3,3 log n

K = 1 + 3,3, log 13

K = 4,6760 ≈ 5

(Sumber : Triatmodjo, Bambang. Hidrologi. 2008)

dibagi menjadi 5 kelas (K = 5)

100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = = 20%
5

Tabel D.2. Tabel Uji Chi Kuadrat

Probabilitas (E F  O F ) 2
EF OF (EF-OF) (EF-OF )2
(%) EF

Probabilitas≤20 2,6 2 0,6 0,36 0,1385

21<Probabilitas≤40 2,6 3 -0,4 0,16 0,0615

41<Probabilitas≤60 2,6 3 -0,4 0,16 0,0615

61<Probabilitas≤80 2,6 3 -0,4 0,16 0,0615

81<Probabilitas≤100 2,6 2 0,6 0,36 0,1385

Jumlah 13 13 0 1 0,4615

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Dk = 5 – ( 2 +1) =2

Nilai Chi Kuadrat terhitung (x2) = 0,4615

Berdasarkan Tabel, didapat xcr2 = 1,5825

0,5 − 0,3 0,4615 − 0,3


=
1,386 − 2,408 𝑥 − 2,408

0,1615
−0,1957 =
𝑥 − 2,408

−0,1957 (𝑥 − 2,408) = 0,1615

− 0,1957x + 0,4712 = 0,1615

−0,1957x = 0,1615 – 0,4712

0,3097
𝑥 =
0,1957

= 1,5825

Checking :

x2 ≤ xcr2

0,4615 ≤ 1,5825 …. OK!!!

3. Perhitungan Hujan Rancangan dengan Metode Log Pearson III

a). Rata rata Data :

∑ logR
Curah Hujan Rata Rata (log R ) =
n

=20,8256
13

= 1,6020

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel D.3. Perhitungan Metode Log Pearson III

Log R (LogR- (LogR- (LogR-


No. Terurut LogR̅) LogR̅)2 LogR̅)3
1 1,3154 -0,2866 0,0821 -0,0235
2 1,4079 -0,1941 0,0377 -0,0073
3 1,4385 -0,1635 0,0267 -0,0044
4 1,5002 -0,1018 0,0104 -0,0011
5 1,5128 -0,0892 0,0080 -0,0007
6 1,5290 -0,0730 0,0053 -0,0004
7 1,5302 -0,0718 0,0052 -0,0004
8 1,6051 0,0031 0,0000 0,0000
9 1,7007 0,0987 0,0097 0,0010
10 1,7190 0,1170 0,0137 0,0016
11 1,7343 0,1323 0,0175 0,0023
12 1,7531 0,1511 0,0228 0,0035
13 2,0793 0,4773 0,2278 0,1087
Jumlah 20,8256 -0,0004 0,4670 0,0793

b). Standar deviasi data :

̅ )2
Σ (logR−logR
std (log R) =√
n−1

0,4670
= √ = 0,1973
13−1

c). Koefisien skewness data :

n.Σ (logR−logR̅ )3
Cs =
(n−1)(n−2).(std (log R))3

13 𝑥 (0,0793)
=
12 𝑥 11 𝑥 0,19733

= 1,0169

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
E. Hujan Rancangan (RT) :

Log t = log R+ std(log(R)).Gs

RT = 10 log t

Dari Tabel, didapat:


Untuk T = 5 dan, Cs = 1,0169 maka G = 0,7558
Untuk T = 25 dan, Cs = 1,0169 maka G = 2,0469
Untuk T = 50 dan, Cs = 1,0169 maka G = 2,5493
Untuk T = 100 dan, Cs = 1,0169 maka G = 3,0330
a. Hujan rancangan 5 tahunan

Log t = 1,6020 + 0,1973×0,7558

= 1,7511

R5 = 10 1,7511

= 56,3767 mm

b. Hujan rancangan 25 tahunan

Log t = 1,6020 + 0,1973×2,0469

= 2,0059

R25 = 10 2,0059

= 101,3678 mm

c. Hujan rancangan 50 tahunan

Log t = 1,6020 + 0,1973×2,5493

= 2,1050

R50 = 10 2,1050

= 127,3503 mm

d. Hujan rancangan 100 tahunan

Log t = 1,6020 + 0,1973×3,0330

= 2,2004

R100 = 102,2004

= 158,6354 mm

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
F. Distribusi Hujan dengan Metode Mononobe

Menghitung intensitas hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan

100 tahun dengan rumus Mononobe, untuk beberapa durasi waktu hujan, yakni 5 menit, 10,

20, 30, 60, 120, 240, 300, 720, dan 1440 menit.

Tabel F.1. Data Intensitas Hujan Periode Ulang

Periode Ulang Intensitas (mm/24 jam)

5 tahun 56,3767

25 tahun 101,3678

50 tahun 127,3503

100 tahun 158,6354

Rumus metode mononobe :

𝑅24 24 2/3
It =
24
(𝑡)

Contoh perhitungan distribusi hujan jam-jaman dengan metode mononobe untuk periode

ulang 5 tahun :

 Untuk 5 menit (0,08 jam)

56,3767 24 2/3
It =
24
(0,08)

= 105,2695 mm/jam

 Untuk 10 menit (0,16 jam)

56,3767 24 2/3
It =
24
(0,16)

= 66,3156 mm/jam

Selanjutnya ditabelkan.

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel F.2. Intensitas Hujan dengan Metode Mononobe

Curah Hujan Harian Maksimum 24 jam (R24)


Durasi
5 tahun 25 tahun 50 tahun 100 tahun
(jam)
56,3767 101,3678 127,3503 158,6354

0,08 704,7088 1267,0975 1591,8788 1982,9425

0,16 17617,7188 31677,4375 39796,9688 49573,5625

0,25 7216,2176 12975,0784 16300,8384 20305,3312

0,33 4141,5390 7446,6703 9355,3939 11653,6566

0,5 1804,0544 3243,7696 4075,2096 5076,3328

1 451,0136 810,9424 1018,8024 1269,0832

2 112,7534 202,7356 254,7006 317,2708

4 28,1884 50,6839 63,6752 79,3177

5 18,0405 32,4377 40,7521 50,7633

12 3,1320 5,6315 7,0750 8,8131

24 0,7830 1,4079 1,7688 2,2033

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
G. Mengubah Curah Hujan ke Debit dengan Metode Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu

Diketahui :

Panjang Sungai ( L ) = 18,54 km

α =2

c = 0,55

Luas DAS ( A ) = 84,6560 km2

 Hujan rancangan periode ulang 5 tahun = 56,3767 mm

1. Waktu konsentrasi ( Tg )

Untuk L > 15 km

Tg = 0,4 + 0,058 L

= 0,4 + 0,058 x 18,54

= 1,4753 jam

2. Mencari nilai waktu satuan hujan ( tr )

Tr = 0,5 Tg ( jam )

= 0,5 (1,4753)

= 0,7376 jam

3. Mencari nilai tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak ( Tp )

Tp = Tg + 0,8 Tr ( jam )

= 1,4753 + (0,8 x 0,7376)

= 2,0654 ≈ 3 jam

4. Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak sampai

menjadi 30 % dari debit puncak ( T0,3 )

T0,3 = α Tg ( jam )

= 2 x 1,4753

= 2,9506 jam

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
5. Mencari nilai debit puncak banjir ( Qp )

𝐴 𝑅𝑜 𝑚3
Qp = ( )
3,6 ( 0,3 𝑇𝑝+𝑇0,3 ) 𝑑𝑡

84,6560 x 1 𝑚3
= ( )
3,6 [(0,3 𝑥 3) + 2,9506 ] 𝑑𝑡

= 6,1070 m3/dt
6. Pada kurva naik dimana 0 ≤ t ≤ Tp

𝑡
Qt = Qp (𝑇𝑝) 2,4

Untuk t = 0

0
= 6,1070 (3) 2,4

= 0,00 m3/dt

Untuk t = 1

1
= 6,1070 (3) 2,4

= 0,4372 m3/dt

Untuk t = 2

2
= 6,1070 (3) 2,4

= 2,3079 m3/dt

Untuk t = 3

3
= 6,1070 (3) 2,4

= 6,1070 m3/dt

7. Pada kurva turun dimana Tp < t < Tp+T0,3


𝑡−𝑇𝑝
Qt = Qp x 0,3 𝑇0,3

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Untuk t = 4
4−3
Qt = 6,1070 x 0,3 2,9506

= 6,1070 x 0.30,9759

= 2,3079

Untuk t = 5
5−3
Qt = 6,1070 x 0,3 2,9506

= 6,1070 x 0.31,0324

= 6,1070

Untuk t = 6
6−3
Qt = 6,1070 x 0,3 2,9506

= 6,1070 x 0.31,0889

= 1,8859

Untuk t = 7
7−3
Qt = 6,1070 x 0,3 2,9506

= 6,1070 x 0.31,1454

= 1,7619

8. Pada kurva turun dimana Tp+ T0.3 < t < Tp+T0.3 +0.5 T0.3

(𝑡−𝑇𝑝)+(0,5 𝑥 𝑇0,3)
( )
Qt = Qp x 0,3 1,5 𝑥 𝑇0,3

Untuk t = 8
(8−3)+(0,5 𝑥 2,9506)
( )
Qt = 6,1070 x 0,3 1,5 𝑥 2,9506

= 6,1070 x 0.31,2019

= 1,6461

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Untuk t = 9
(9−3)+(0,5 𝑥 2,9506)
( )
Qt = 6,1070 x 0,3 1,5 𝑥 2,9506

= 6,1070 x 0.31,2584

= 1,5379

9. Pada kurva turun dimana t >Tp+T0,3+0,5 . T0,3


(𝑡−𝑇𝑝)+(1,5 𝑥 𝑇0,3)
( )
Qd = Qp x 0,3 2 𝑥 𝑇0,3

Untuk t = 10
(10−3)+(1,5 𝑥 2,9506)
( )
Qd = 6,1070 x 0,3 2 𝑥 2,9506

= 6,1070 x 0.31,3149

= 1,4368

Untuk t = 11
(11−3)+(1,5 𝑥 2,9506)
( )
Qd = 6,1070 x 0,3 2 𝑥 2,9506

= 6,1070 x 0.31,3713

= 1,3423

Selanjutnya ditabelkan.

10. Indeks Kerapatan Sungai (D)


𝐿
D =𝐴

18,54
= 84,6560

= 0,2190

11. Menghitung base flow

QB = 0,4715 x 𝐴0,6444 x 𝐷0,9403

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
= 0,4715 x 84,65600,6444 x 0,21900,9403

= 1,9746 m3/det

12. Menentukan Koefisien Pengaliran (Ckomposit)

Tabel G.1. Koefisien Pengaliran dan Perhitungan

Luas
Luas Daerah sub DAS
No Tipe Daerah C DAS
(5 sub Das)(km2)
(km2)

Daerah Padat
1 0,5 84,6560 29,7440
Penduduk

2 Daerah Industri 0,75 84,6560 32,5680


3 Daerah Perkotaan 0,85 84,6560 4,0640
4 Taman & Kebun 0,23 84,6560 1,8000
5 Perbukitan 0,73 84,6560 16,4800

𝐶1.𝐴1+𝐶2.𝐴2+𝐶3.𝐴3+𝐶4.𝐴4+𝐶5.𝐴5
Ckomposit =
𝐴 𝑑𝑎𝑠

(0,5(29,7440)+0,75(32,5680)+0,85(4,0640)+0,23(1,8000)+0,73(16,4800))
=
84,6560

= 0,6520

13. Menghitung nisbah jam – jaman ( Rt ).

 Periode Ulang 5 tahun

2⁄
𝑅24 𝑡 3
RT = [ ][ ]
𝑡 𝑇

Dimana : RT = intensitas hujan rata – rata dalam T jam

R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari

t = waktu konsentrasi hujan

T = waktu mulai hujan

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Nisbah hujan jam-jaman (Rt)

Rt = T x RT – (T-1) (Rt-1)

Dimana :

Rt = persentase intensitas hujan rata – rata dalam t jam

RT - 1 = nilai intensitas hujan dalam t jam

= nilai RT sebelumnya

Rc = Rt x Rn

Rn =CR

Dimana :

C = koefisien pengaliran

R = hujan rancangan periode ulang

RC = Rt

Hujan rancangan periode ulang 5 tahun = 56,3767 mm

Rn = CxR

= 0,6520 x 56,3767

= 36,7576 mm

Jam ke – 1
2⁄
𝑅24 3 3
RT1 =[ ][ ]
3 1

= 0,6934 R24

Rt1 = T x RT – (T-1) (Rt-1)

Rt1 = 1 x (0,6934 R24) – (1-1) 0

= 0,6934 R24

Re = Rt1 x Rn

= 0,6934 x 36,7576

= 25,4877 mm

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Jam ke – 2
2⁄
𝑅24 3 3
RT2 =[ ][ ]
3 2

= 0,4368 R24

Rt2 = T x RT – (T-1) (Rt1-1)

Rt2 = 2 x (0,4368 R24) – (2-1) 0,6934 R24

= 0,1802 R24

Re = Rt2 x Rn

= 0,1802 x 36,7576

= 6,6237 mm

Jam ke – 3
2⁄
𝑅24 3 3
RT3 =[ ][ ]
3 3

= 0,3333 R24

Rt3 = 3 x (0,3333R24) – (3-1) 0,4368

= 0,1263 R24

Re = Rt3 x Rn

= 0,1263 x 36,7576

= 4,6425 mm

Tabel G.2. Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu Kala Ulang 5 Tahun

R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Flow Q total
25,4877 6,6237 4,6425
0 0 0 1,9746 1,9746

1 0,4372 11,1432 0 1,9746 13,1178

2 2,3079 58,8231 2,8959 0 1,9746 63,6935

3 6,107 155,6534 15,2868 2,0297 1,9746 174,9445

4 1,8859 48,0673 40,4509 10,7144 1,9746 101,2072

5 1,7619 44,9068 12,4916 28,3517 1,9746 87,7248

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel G.2. (Lanjutan)

R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
Flow
25,4877 6,6237 4,6425
6 1,6461 41,9553 11,6703 8,7553 1,9746 64,3555

7 1,5379 39,1975 10,9033 8,1796 1,9746 60,2550

8 1,4368 36,6207 10,1866 7,6420 1,9746 56,4239

9 1,3423 34,2121 9,5169 7,1397 1,9746 52,8434

10 1,2541 31,9641 8,8910 6,6703 1,9746 49,5001

11 1,1716 29,8614 8,3068 6,2316 1,9746 46,3744

12 1,0946 27,8988 7,7603 5,8222 1,9746 43,4559

13 1,0226 26,0637 7,2503 5,4392 1,9746 40,7278

14 0,9554 24,3509 6,7734 5,0817 1,9746 38,1806

15 0,8926 22,7503 6,3283 4,7474 1,9746 35,8006

16 0,8339 21,2542 5,9123 4,4354 1,9746 33,5766

17 0,7791 19,8575 5,5235 4,1439 1,9746 31,4995

18 0,7278 18,5499 5,1605 3,8714 1,9746 29,5565

19 0,68 17,3316 4,8207 3,6170 1,9746 27,7439

20 0,6353 16,1923 4,5041 3,3788 1,9746 26,0499

21 0,5935 15,1269 4,2080 3,1569 1,9746 24,4665

22 0,5545 14,1329 3,9312 2,9494 1,9746 22,9881

23 0,518 13,2026 3,6728 2,7553 1,9746 21,6054

24 0,484 12,3360 3,4311 2,5743 1,9746 20,3160

3,2059 2,4048 1,9746 7,5853

2,2470 1,9746 4,2216

 Periode Ulang 25 tahun

Hujan rancangan periode ulang 25 tahun = 101,3678 mm

RC = Rt

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Rn =CxR

= 0,6520 x 101,3678

= 66,0918 mm

Jam ke – 1
2⁄
𝑅24 3 3
RT1 =[ ][ ]
3 1

= 0,6934 R24

Rt1 = T x RT – (T-1) (Rt-1)

Rt1 = 1 x (0,6934 R24) – (1-1) 0

= 0,6934 R24

Re = Rt1 x Rn

= 0,6934 x 66,0918 = 45,8291 mm

Jam ke – 2
2⁄
𝑅24 3 3
RT2 =[ ][ ]
3 2

= 0,4368 R24

Rt2 = T x RT – (T-1) (Rt1-1)

Rt2 = 2 x (0,4368 R24) – (2-1) 0,6934 R24

= 0,1802 R24

Re = Rt2 x Rn

= 0,1802 x66,0918 = 11,9097 mm

Jam ke – 3
2⁄
𝑅24 3 3
RT3 =[ ][ ]
3 3

= 0,3333 R24

Rt3 = 3 x (0,3333R24) – (3-1) 0,4368

= 0,1263 R24

Re = Rt3 x Rn = 0,1263 x 66,0918 = 8,3474 mm

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel G.3. Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu Kala Ulang 25 Tahun

R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
Flow
45,8291 11,9097 8,3474
0 0 0 1,9746 1,9746

1 0,4372 20,0365 0 1,9746 22,0111

2 2,3079 105,7690 5,2069 0 1,9746 112,9505

3 6,107 279,8783 27,4864 3,6495 1,9746 312,9888

4 1,8859 86,4291 72,7325 19,2650 1,9746 180,4012

5 1,7619 80,7463 22,4605 50,9776 1,9746 156,1590

6 1,6461 75,4393 20,9837 15,7424 1,9746 114,1399

7 1,5379 70,4806 19,6046 14,7073 1,9746 106,7670

8 1,4368 65,8473 18,3159 13,7407 1,9746 99,8784

9 1,3423 61,5164 17,1119 12,8375 1,9746 93,4403

10 1,2541 57,4743 15,9864 11,9935 1,9746 87,4288

11 1,1716 53,6934 14,9360 11,2047 1,9746 81,8086

12 1,0946 50,1645 13,9534 10,4685 1,9746 76,5610

13 1,0226 46,8648 13,0364 9,7798 1,9746 71,6556

14 0,9554 43,7851 12,1789 9,1371 1,9746 67,0756

15 0,8926 40,9071 11,3785 8,5361 1,9746 62,7962

16 0,8339 38,2169 10,6306 7,9751 1,9746 58,7972

17 0,7791 35,7055 9,9315 7,4509 1,9746 55,0624

18 0,7278 33,3544 9,2788 6,9609 1,9746 51,5688

19 0,68 31,1638 8,6679 6,5035 1,9746 48,3097

20 0,6353 29,1152 8,0986 6,0752 1,9746 45,2637

21 0,5935 27,1996 7,5662 5,6762 1,9746 42,4166

22 0,5545 25,4122 7,0684 5,3031 1,9746 39,7583

23 0,518 23,7395 6,6039 4,9542 1,9746 37,2722

24 0,484 22,1813 6,1692 4,6286 1,9746 34,9537

5,7643 4,3240 1,9746 12,0628

4,0401 1,9746 6,0147

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
 Periode Ulang 50 tahun

Hujan rancangan periode ulang 50 tahun = 127,3503 mm

RC = Rt

Rn = CxR

= 0,6520 x 127,3503

= 83,0324 mm

Jam ke – 1
2⁄
𝑅24 3 3
RT1 =[ ][ ]
3 1

= 0,6934 R24

Rt1 = T x RT – (T-1) (Rt-1)

Rt1 = 1 x (0,6934 R24) – (1-1) 0

= 0,6934 R24

Re = Rt1 x Rn

= 0,6934 x 83,0324

= 57,5747 mm

Jam ke – 2
2⁄
𝑅24 3 3
RT2 =[ ][ ]
3 2
= 0,4368 R24

Rt2 = T x RT – (T-1) (Rt1-1)

Rt2 = 2 x (0,4368 R24) – (2-1) 0,6934 R24

= 0,1802 R24

Re = Rt2 x Rn

= 0,1802 x 83,0324

= 14,9624 mm

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Jam ke – 3
2⁄
𝑅24 3 3
RT3 =[ ][ ]
3 3
= 0,3333 R24

Rt3 = 3 x (0,3333R24) – (3-1) 0,4368

= 0,1263 R24

Re = Rt3 x Rn

= 0,1263 x 83,0324

= 10,4870 mm

Tabel G.4. Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu Kala Ulang 50 Tahun

R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
57,5747 14,9624 10,4870 Flow
0 0 0 1,9746 1,9746

1 0,4372 25,1717 0 1,9746 27,1463

2 2,3079 132,8767 6,5416 0 1,9746 141,3928

3 6,107 351,6087 34,5317 4,5849 1,9746 392,6999

4 1,8859 108,5801 91,3754 24,2029 1,9746 226,1331

5 1,7619 101,4409 28,2176 64,0441 1,9746 195,6772

6 1,6461 94,7737 26,3623 19,7774 1,9746 142,8880

7 1,5379 88,5441 24,6296 18,4770 1,9746 133,6254

8 1,4368 82,7233 23,0107 17,2627 1,9746 124,9713

9 1,3423 77,2825 21,4980 16,1280 1,9746 116,8831

10 1,2541 72,2044 20,0840 15,0677 1,9746 109,3308

11 1,1716 67,4545 18,7643 14,0767 1,9746 102,2702

12 1,0946 63,0213 17,5299 13,1517 1,9746 95,6776

13 1,0226 58,8759 16,3778 12,2866 1,9746 89,5149

14 0,9554 55,0069 15,3006 11,4791 1,9746 83,7611

15 0,8926 51,3912 14,2951 10,7240 1,9746 78,3849

16 0,8339 48,0115 13,3554 10,0193 1,9746 73,3609

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel G.4. (Lanjutan)

R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
57,5747 14,9624 10,4870 Flow
17 0,7791 44,8564 12,4771 9,3607 1,9746 68,6689

18 0,7278 41,9029 11,6572 8,7451 1,9746 64,2798

19 0,68 39,1508 10,8896 8,1704 1,9746 60,1855

20 0,6353 36,5772 10,1744 7,6324 1,9746 56,3587

21 0,5935 34,1706 9,5056 7,1312 1,9746 52,7820

22 0,5545 31,9252 8,8802 6,6624 1,9746 49,4423

23 0,518 29,8237 8,2967 6,2240 1,9746 46,3190

24 0,484 27,8662 7,7505 5,8150 1,9746 43,4063

7,2418 5,4323 1,9746 14,6487

5,0757 1,9746 7,0503

 Periode Ulang 100 tahun

Hujan rancangan periode ulang 100 tahun = 158,6354 mm

RC = Rt

Rn = CxR

= 0,6520 x 158,6354

= 103,4303 mm

Jam ke – 1
2⁄
𝑅24 3 3
RT1 =[ ][ ]
3 1

= 0,6934 R24

Rt1 = T x RT – (T-1) (Rt-1)

Rt1 = 1 x (0,6934 R24) – (1-1) 0

= 0,6934 R24

Re = Rt1 x Rn

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
= 0,6934 x 103,4303

= 71,7186 mm

Jam ke – 2
2⁄
𝑅24 3 3
RT2 =[ ][ ]
3 2

= 0,4368 R24

Rt2 = T x RT – (T-1) (Rt1-1)

Rt2 = 2 x (0,4368 R24) – (2-1) 0,6934 R24

= 0,1802 R24

Re = Rt2 x Rn

= 0,1802 x 103,4303 = 18,6381 mm

Jam ke – 3
2⁄
𝑅24 3 3
RT3 =[ ][ ]
3 3

= 0,3333 R24

Rt3 = 3 x (0,3333R24) – (3-1) 0,4368

= 0,1263 R24

Re = Rt3 x Rn

= 0,1263 x 103,4303 = 13,0632 mm

Tabel G.5. Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu Kala Ulang 100 Tahun

R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
Flow
71,7186 18,6381 13,0632
0 0 0 1,9746 1,9746

1 0,4372 31,3554 0 1,9746 33,3300

2 2,3079 165,5194 8,1486 0 1,9746 175,6425

3 6,107 437,9855 43,0149 5,7112 1,9746 488,6862

4 1,8859 135,2541 113,8229 30,1486 1,9746 281,2001

5 1,7619 126,3610 35,1496 79,7770 1,9746 243,2622

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
Tabel G.5. (Lanjutan)

R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
Flow
71,7186 18,6381 13,0632
6 1,6461 118,0560 32,8385 24,6359 1,9746 177,5049

7 1,5379 110,2960 30,6802 23,0161 1,9746 165,9669

8 1,4368 103,0453 28,6635 21,5033 1,9746 155,1868

9 1,3423 96,2679 26,7792 20,0899 1,9746 145,1116

10 1,2541 89,9423 25,0179 18,7692 1,9746 135,7040

11 1,1716 84,0255 23,3740 17,5347 1,9746 126,9089

12 1,0946 78,5032 21,8364 16,3826 1,9746 118,6967

13 1,0226 73,3394 20,4013 15,3048 1,9746 111,0201

14 0,9554 68,5200 19,0593 14,2990 1,9746 103,8529

15 0,8926 64,0160 17,8068 13,3584 1,9746 97,1559

16 0,8339 59,8061 16,6364 12,4806 1,9746 90,8977

17 0,7791 55,8760 15,5423 11,6602 1,9746 85,0531

18 0,7278 52,1968 14,5209 10,8934 1,9746 79,5857

19 0,68 48,7686 13,5648 10,1775 1,9746 74,4856

20 0,6353 45,5628 12,6739 9,5074 1,9746 69,7187

21 0,5935 42,5650 11,8408 8,8830 1,9746 65,2634

22 0,5545 39,7680 11,0617 8,2991 1,9746 61,1033

23 0,518 37,1502 10,3348 7,7530 1,9746 57,2127

24 0,484 34,7118 9,6545 7,2435 1,9746 53,5845

9,0208 6,7667 1,9746 17,7622

6,3226 1,9746 8,2972

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
H. Menentukan Dimensi Sungai

Contoh perhitungan untuk debit dengan periode ulang 25 tahun :

Debit 25 tahunan

Data : Qteoritis = Q25 = 312,9888 m3/s

Ditentukan :

b = 22,3 m I = 0,002 m

h = 3,9 m m = 1,5

n = 0,025 P = Keliling Basah


2 1
1
𝑄𝑇 = × 𝑅3 × 𝐼2 × 𝐴
𝑛

𝐴
𝑅= 𝑃

A = (b+m×h)×h

= ( 22,3+1,5×3,9)×3,9

= 109,785 m2

P = b+2h√(m2+1)

= 22,3+2×3,9√(1,52+1)

= 36,3616 m

1 109,785 2 1
𝑄𝑇 = × (36,3616)3 × 0,0022 × 109,785 = 410,2526 𝑚3 /𝑠
0,025

Tinggi Jagaan (W)

W = √0,5h = √0,5.3,9 = 1,3964 m

Checking :

Qrancangan > Qteoritis

410,2526 m3/s > 312,9888 m3/s … ok !!

DIKY ANDREAN SAPUTRA


1715011067
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dari perhitungan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan,

antara lain sebagai berikut.

1. Apabila terdapat titik (pos-pos) pengamatan di suatu DAS yang

penyebarannya tidak merata, maka cara perhitungan curah hujan rata-rata

dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan

dengan cara Thiessen. Cara ini memberikan hasil yang lebih teliti.

2. Analisis frekuensi berdasarkan data hujan maksimum diperlukan untuk

mengetahui curah hujan kala ulang tertentu, dan dapat menggunakan kertas

probabilitas sebagai perbandingan.

3. Analisis frekuensi berdasarkan data debit in flow sungai digunakan untuk

menghitung debit sungai dengan kala ulang tertentu, yakni dengan metode

Gumbel. Selain itu curah hujan kala ulang tertentu dapat diperkirakan

menggunakan kertas probabilitas.

4. Intensitas curah hujan dapat dihitung dengan menetukan terlebih dahulu

kecepatan perambatan aliran dan waktu puncak yang kemudian digunakan

untuk menghitung debit sungai berdasarkan curah hujan.


5. Pada perhitungan dimensi sungai, nilai debit rencana yang digunakan adalah

debit pada setiap kala ulang. Syarat dimensi sungai yaitu nilai debit rencana

harus lebih besar daripada nilai debit teoritis.

(Qteoritis < Qrancangan) Dari hasil perhitungan dimensi sungai, didapatkan hasil

sebagai berikut :

b = 22,3 I = 0,002

h = 3,9 m = 1,5

A = 109,785 P = 36,3616

Qrancangan > Qteoritis

410,2526 m3/s > 312,9888 m3/s

Dari hasil tersebut didapat bahwa nilai debit teoritis lebih kecil daripada nilai

debit rencana. Ini berarti dimensi sungai memenuhi syarat. Q rancangan harus

lebih besar dari Q teoritis. Hal itu karena saluran yang kita rencanakan harus

dapat menampung besarnya debit teoritis yang nilainya harus di bawah debit

rancangan. Apabila debit teoritis lebih besar dari debit rencana, pada saluran

akan terjadi overflow yang menyebabkan air pada saluran meluap. Ukuran

dimensi sungai yaitu meliputi lebar, tinggi, kemiringan, keliling, dan luas

basah sungai.

B. SARAN

Adapun saran saran dari penulis, antara lain sebagai berikut:

1. Dalam pengerjaan tugas ini sering kali terjadi kesalahan, sehingga

mebutuhkan ketelitian dalam perhitungan dan dalam menggunakan alat

hitung.
2. Dalam beberapa perhitungan yang berbentuk tabel, terdapat kesulitan karena

angka yang begitu banyak. Maka dapat menggunakan program komputer

untuk memudahkan perhitungan.


DAFTAR PUSTAKA

Ayuningsih, Titik. 2016. Laporan Hidrologi. Bandar Lampung. Universitas


Lampung: Bandar Lampung. 49 halaman.

Hutama, HR. 2011. Laporan “Normalisasi Sungai”.


http://eprints.undip.ac.id/34340/4/2173_CHAPTER_I.pdf. Diakses pada 6
Desember 2018.

Mellyana, EYF. 2014. Makalah “Uji Normalitas Skewness-Kurtosis”. http://jam-


statistic.blogspot.com/2014/03/uji-normalitas-data-skewness-kurtosis.html.
Diakses pada 6 Desember 2018.

Taofeik, Iqbaal Nabawi. 2013. Makalah Presentasi Statistika Deskriptif


“Ukuran Kemiringan dan Keruncingan”.
http://statistikakeruncingan.blogspot.com/. Diakses pada 6 Desember
2018.

Tim Penerbit Universitas Lampung. 2018. Format Penulisan Karya Ilmiah.


Bandar Lampung. Universitas Lampung: Bandar Lampung. 65 halaman.

Triatmodjo, Bambang. 2009. Hidrologi Terapan. Beta Offset Yogyakarta. 360


halaman.

Anda mungkin juga menyukai