HIDROLOGI
HIDROLOGI
(TUGAS SEMESTER)
OLEH
1715011067
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas rahmat, dan karunia-Nya tugas
Hidrologi ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada Dosen yang telah meluangkan waktu untuk membantu dalam
menyelesaikan tugas Hidrologi ini. Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada rekan-rekan yang telah membantu sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Laporan ini penulis susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Hidrologi dan juga sebagai
prasyarat untuk mengikuti UAS mata kuliah tersebut. Penulis menyadari bahwa laporan
ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu saran, kritik dan masukan-
masukan bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis nantikan guna perbaikan
kualitas dimasa yang akan datang. Terakhir semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air yang ada di bumi, yaitu kejadian,
sirkulasi dan penybaran sifat sifat fisis dan kimiawi serta reaksinya terhadap lingkungan,
perancangan dan pemanfaatan air. Di era sekarang ini, hidrologi telah menjadi ilmu dasar
dari pengelolaan sumber daya air yang merupakan pengembangan dan penggunaan
Banyak proyek yang dilakukan seperti rekayasa air, irigrasi, pengendalian banjir, drainase,
tenaga air dan lain-lain dilakukan dengan cara melaksanakan survey kondisi-kondisi
dilapangan sampai proses data dan akhirnya menghasilkan data sesuai dengan tujuan yang
telah direncanakan.
Konsep daur hidrologi merupakan sesuatu yang berguna sebagai titik awal untuk
dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer. Daur hidrologi dimulai dari penguapan air
dari laut, daratan, sungai, tanaman. Kemudian uap yang dihasilkan dibawa oleh udara yang
bergerak atau angina. Lalu uap tersebut terkondensasi membentuk awan, yang pada akhirnya
terjadi presipitasi. Presipitasi merupakan seluruh zat cair yang jatuh ke permukaan bumi.
Presipitasi yang jatuh ke permukaan bumi menyebar dengan arah yang berbeda-beda dalam
beberapa cara. Sebagian besar presipitasi tersebut untuk sementara tertahan pada tanah di
sekitar jatuhnya zat cair tersebut. Dan akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer oleh penguapan
(evaporasi) dan transpirasi oleh tanaman. Dan sebagian lagi, air mengalir melalui permukaan
dan bagian atas tanah menuju sungai, sementara lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam
Di bawah pengaruh gaya grafitasi, baik aliran air permukaan (surface streamflow) merupakan
aliran air dalam tanah bergerak menuju tempat yang lebih rendah yang akhirnya alirnya
mengalir ke laut. Namun, sejumlah besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke
atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan transpirasi sebelum sampai ke laut. Sebagai comtoh,
air dari sebagian aliran mungkin berlokasi menjadi air tanah, sedangkan pada kejadian yang
lain, air tanah merupakan sumber aliran sungai (stream flow). Daur hidrologi merupakan
peraga yang baik sekali untuk menggambarkan lingkup hidrologi. Daur tersebut juga
1. Presipitasi
2. Evaporasi
adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan
3. transpirasi
Hidrologi digunakan untuk menentukan debit banjir suatu saluran pelimpah (spillway),pada
gorong-gorong (culvert) jalan raya, atau pada suatu system pengairan (drainase) air hujan di
daerah permukiman, kemudian untuk menentukan kapasitas waduk yang diperlukan untuk
menjamin persediaan air yang mencukupi untuk keperluan irigasi atau penyediaan air suatu
kota selama musim kemarau serta menentukan pengaruh yang akan diberikan waduk, tanggul,
Persoalan hidrologi pada umumnya berhubungan dengan perhitungan nilai-nilai ekstrim yang
tidak tercatat dalam sample data yang pendek, karakteristik hidrologi pada lokasi-lokasi
dimana data belum pernah dikumpulkan, atau perkiraan-perkiraan tentang pengaruh yang
ditimbulkan oleh kegiatan manusia terhadap sifat-sifat hidrologi dalam suatu daerah.
Umumnya, setiap masalah hidrologi bersifat unik, karena berhadapan dengan seperangkat
B. Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penyelesaian tugas Hidrologi ini adalah sebagai berikut :
2. Menentukan analisa frekuensi dan menentukan curah hujan untuk kala ulang 5 tahun, 25
3. Menentukan debit sungai untuk kala ulang 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun.
A. Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk dan perjalanan air di
yang berhubungan dengan keairan, seperti manajemen air, pengendalian banjir, dan
Ilmu hidrologi mulai berkembang pesat mulai abad ke-20, meskipun telah ada sejak
zaman sebelum masehi. Hal ini ditandai dengan munculnya formula – formuola
perhitungan yang ditemukan pada abad ke-20 yaitu, rumus Haspers, Weduwen,
Model hidrologi adalah model yang dibuat untuk menirukan perilaku debit suatu
daerah dalam hubungannya dengan hujan yang terjadi pada daerah tersebut.
Hydrology Research Institute (NHRI). Model ini dibuat untuk memodelkan debit
Technology (DTU). Model ini dibuat untuk memodelkan debit harian pada suatu
4. HEC – 1 model, dikembangkan oleh Amerika Serikat oleh United States Army.
Model ini dibuat untuk memodelkan debit banjir jam-jaman pada suatu daerah
aliran sungai.
5. TANK model, dikembangkan di Jepang oleh Dr. Sugawara. Model ini dibuat
Presipitasi didefenisikan sebagai air yang jatuh dari atmosfer ke permukaan bumi
dengan intensitas dan jumlah tertentu. Air yang jatuh dari atmosfer tersebut
dapatberwujud hujan, salju, uap air, dank abut. Karena di Indonesia beriklim tropis,
Hujan diukur di stasiun penakar curah hujan. Stasiun penakar curah hujan biasanya
terdiri dari dua macam, yaitu pencatat hujan otomatis, dan stasiun pencatat hujan
manual. Stasiun hujan otomatis bekerja sendiri tanpa bantuan tenaga manusia. Data
hujan yang tercatat biasanya diambil sebulan sekali untuk diolah dan dikumpulkan
bersama data induk yang sudah diambil sebelumnya. Sedangkan stasiun pencatat
curah hujan manual memerlukan tenaga manusia untuk mencatat curah hujan harian.
Di dalam suatu DAS biasanya terdapat satu atau beberapa stasiun curah hujan untuk
mencatat curah hujan yang jatuh. Suatu DAS yang ideal akan mempunyai beberapa
stasiun pencatat curah hujan untuk mengantisipasi keragaman curah hujan yang jatuh.
Dalam perhitungan debit di DAS, curah hujan yang jatuh dalam suatu DAS biasanya
biasanya dipakai dalam perhitungan hujan rata-rata di daerah aliran sungai, yaitu :
1. Metode Aritmatik
Metode Aritmatik adalah metode yang paling sederhana dari ketiga metode di
R1 ... Rn
R
n
Dimana :
R = hujan rata-rata DAS pada suatu hari (mm)
Artinya perhitungannya sederhana dan tidak perlu mengacu pada luas DAS atau
Kelemahan metode ini adalah apabila DAS yang diamati berukuran besar dan
curah hujan yang tercatat sangat berbeda antar stasiun. Hal ini akan menyebabkan
Dalam menghitung curah hujan harian dengan metode Polygon Thiessen, stasiun-
stasiun hujan yang ada di dalam DAS dihubungkan satu sama lain sehingga
polygon segitiga
R1 . A1 ... Rn . An
R
A
Dimana :
Metode Thiessen ini dapat dikatakan lebih akurat daripada metode Aritmatik,
sebab curah hujan rata-rata DAS dihitung berdasarkan pembagian daerah hujan.
polygon. Oleh karena itu perhitungan yang dilakukan oleh seseorang cenderung
akan berbeda dengan perhitungan orang lain, walaupun pada DAS yang sama.
3. Metode Isohyet
Dalam perhitungan hujan rata-rata DAS dengan metode Isohyet, DAS dibagi
a. Buatlah garis kontur hujan dengan merujuk pada curah hujan di masing-
masing stasiun
dimana :
Metode Isohyet dapat dilakukan lebih akurat daripada metode Aritmatik dan
metode Polygon Thiessen, sebab curah hujan rata-rata DAS dihitung berdasarkan
pembagian daerah hujan yang sangat teliti. Walaupun demikian, metode Isohyet
Metode ini masih bergantung dari subjektifitas si pembuat kontur. Oleh karena itu
yang dilakukan seseorang cenderung akan berbeda dengan perhitungan orang lain,
D. Analisis Statistik
Dalam menganalisa data hidrologi seperti data hujan dan data debit, seseorang harus
Kurtosis.
∑𝑥
𝑥̅ = 𝑛
Dimana :
x = nilai rata-rata
n = jumlah data
(𝑥 − 𝑥̅ )2
𝑠𝑡𝑑(𝑥) = √
𝑛−1
Dimana :
𝑥̅ = nilai rata-rata
N = jumlah data
𝑛∑(𝑥 − 𝑥̅ )3
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑠𝑡𝑑(𝑥))3
Dimana :
Cs = koefisien skewness
𝑥̅ = nilai rata-rata
𝑛 = jumlah data
𝑛2 ∑(𝑥 − 𝑥̅ )4
𝐶𝑘 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑛 − 3)(𝑠𝑡𝑑(𝑥))4
Dimana :
Ck = koefisien kurtosis
𝑥̅ = nilai rata-rata
n = jumlah data
E. Analisis Frekuensi
Analisi frekuensi dalam hidrologi digunakan untuk memeperkirakan curah hujan atau
debit rancangan dengan kala ulang tertentu. Analisis frekuensi dalam hidrologi sendiri
didefenisikan sebagai perhitungan atau peramalan suatu peristiwa hujan atau debit
yang menggunakan data historis dan frekuensi kejadiannya. Metode yang sering
digunakan untuk analisis frekuensi dalam hidrologi adalah metode Gumbel, Log
1. Metode Gumbel
Metode Gumbel diciptakan oleh E.J. Gumbel pada tahun 1941. Dalam metode ini
data yang diolah diasumsikan mempunyai sebaran tertentu yang disebut sebaran
Gumbel.
a. Mengumpulkan data curah hujan atau debit harian maksimum tahunan dan
menyusunnya dalam satu tabel data. Hujan atau debit harian maksimum
tahunan adalah hujan atau debit harian tertinggi dalam tahun tertentu.
𝑅̅ = rata-rata data
(𝑇 − 1)
𝑌𝑇 = − ln(− ln [ ])
𝑇
T = kala ulang
data
c. Mencari nilai rata-rata, standar deviasi, dan koefisien ekmencengan dari log
data
̅̅̅̅̅̅̅̅̅
log(𝑅𝑇 ) = log (𝑅) + 𝑠𝑡𝑑(𝑙𝑜𝑔(𝑅))𝐺
Dimana :
̅̅̅̅̅̅̅̅̅
log (𝑅) = log dari rata-rata data
nilai Cs dan T
RT = 10log(RT)
Distribusi normal adalah simetris terhadap sumbu vertikal dan berbentuk lonceng
𝑃(𝑥̅ − 𝑠) = 15,87%
𝑃(𝑥̅ ) = 50%
𝑃(𝑥̅ + 𝑠) = 84,14%
68,27% dan yang berada antara (𝑥̅ − 2𝑠) dan (𝑥̅ + 2𝑠) adalah 95,44%.
Distribusi log normal digunakan apabila nilai nilai dari variabel random tidak
normal. Sri harto (1993) memberikan sifat-sifat distribusi log normal, berikut :
F. Perhitungan Debit
Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk menghitung debit aliran
adalah metode empirik yang merupakan hasil penelitian lapangan dari para ahli
hidrologi
1. Metode Rational
Perhitungan debit banjir dengan metode rational diberikan sebagai persamaan
yang merupakan fungsi dari koefisien pengaliran, intensitas hujan, dan luas daerah
𝐶. 𝐼𝑡. 𝐴
𝑄=
3,6
Dimana :
C = koefisien pengaliran
𝐼𝑡 = 𝑅𝑡 𝑥 90% 𝑥 40%
Dimana :
G. Hidrometri
mengenai berbagai unsur aliran. Oleh sebab itu, maka semua prosedur, syarat, dan
H. Hidrograf
Hidrograf adalah gambaran keadaan debit aliran permukaan di suatu badan sungai di
daerah aliran sungai yang disajikan dalam sebuah grafik. Pada dasarnya hidrograf
adalah hubungan antara debit dan waktu. Semua analisis kuantitatif mengenai aliran
sungai mengacu pada hidrograf. Meskipun demikian perlu disadari bahwa hidrometri
dan hidrograf mempunyai sumber ketidakpastian yang cukup banyak dan cukup
I. Nakayasu
Hidrograf adalah diagram yang menggambarkan variasi debit atau permukaan air
menurut waktu. Sedangkan hidrograf satuannya adalah suatu limpasan langsung yang
di akibatkan oleh suatu volume hujan efektif, yang terbagi dalam ruang dan waktu.
Hidrograf satuan klasik tidak bisa dibuat karena tidak ada alat atau keterbatasan alat
dan tidak ada AWLR. Oleh karena itu, dibuatlah hidrograf satuan sintesis/ tiruan.
Hidrograf satuan sintesis adalah hidrograf satuan yang diturunkan karena tidak
mempunyai data AWLR dan data hujan jam – jaman (kareana alat yang digunakan
Untuk membuat hidrograf banjir pada sungai – sungai yang sedikit sekali dilakukan
observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik atau parameter daerah
hidrograf, lebar dasar, luas kemiringan, panjang alur terpancang, koefisien limpasan,
dan sebagainya. Dalam hal ini, biasanya digunakan hidrograf – hidrograf sintetik,
Ada dua cara / metode yang diguanakan untuk membuat hidrograf satuan sintetik,
antara lain :
Langkah – langkah dan rumus yang digunakan dalam pengerjaan dengan metode
Untuk L < 15 km
Tg = 0,21L0,7
Untuk L > 15 km
Tg = 0,4 + 0,058 L
Dimana :
Tr = 0,5 Tg ( jam )
4. Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak sampai
T0,3 = α Tg ( jam )
Dimana :
Untuk bagian naik hidrograf yang lambat, bagian menurun yang cepat (terjadi
Untuk bagian naik hidrograf yang sangat cepat, bagian menurun yang lambat
hidrograf
A Re
Qp = ( m 3 / dt )
3,6 ( 0,3 Tp T0,3 )
Dimana :
Re = hujan satuan ( 1 mm )
𝑡
Qt = Qp (𝑇𝑝) 2,4
7. Menentukan bagian lengkung turun (decreasing limb) hidrograf satuan (Qd).
Pada kurva turun dimana Tp+ T0.3 < t < Tp+T0.3 +0.5 T0.3
(𝑡−𝑇𝑝)+(0,5 𝑥 𝑇0,3)
( )
Qt = Qp x 0,3 1,5 𝑥 𝑇0,3
R 24 t
RT = ( ) ( )2/ 3
t T
Rt = T R T – ( T – 1 ) ( RT – 1 )
= nilai RT sebelumnya
Rc = Rt x Rn
Rn =CR
J. Mononobe
Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang dinyatakan
dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu.
Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya.
A. Perhitungan Luas
An
Koefisien Thiessen (αn) =
∑A
Ket :
An : Luas poligon
1) Stasiun A (Menggala)
AA
αA =
∑A
29,7440
αA =
84,6560
αA = 0,3513
2) Stasiun B (Metro)
AA
αA =
∑A
32,5680
αA =
84,6560
αA = 0,3847
3) Stasiun C (Kotabumi)
AA
αA =
∑A
4,0640
αA =
84,6560
αA = 0,0480
5) Stasiun E (Ketibung)
AA
αA =
∑A
16,4800
αA =
84,6560
αA = 0,1947
∑ 84,6560 1
Ket :
R : Curah hujan rata rata DAS pada suatu hari (mm)
R1.Rn : Curah hujan yang tercatat pada stasiun 1 sampai stasiun n (mm)
Contoh perhitungan mencari curah hujan rata rata di STA A pada tahun 1992 :
R = R Aα A + R Bα B+ RCα C+ R Dα D+ R Eα E
(25,47 x0,1947)
R = 56,6381 mm
Selanjutnya ditabelkan.
A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
56,6381
1977 21 Desember 140,67 2,67 9,67 36,17 25,47
40,2836
1978 10 Maret 114,67 0 0 0 0
41,9246
1979 4 Januari 107,67 6,67 27,67 9,67 0
37,3805
1980 5 Desember 90,67 0 115,17 0 0
40,7784
1981 4 Maret 110,67 3,67 10,17 0 0
54,2389
1982 4 Februari 81,67 33,67 71,97 75,67 38,67
24,1238
1983 6 Februari 68,67 0 0 0 0
27,4482
1984 3 Oktober 70,67 4,67 11,57 12,67 0
25,4301
1985 7 April 70,67 0 11,17 3,17 0
23,8133
1986 5 Maret 66,67 0 8,17 0 0
26,5629
1987 13 Desember 74,77 0 6,17 0 0
5,09648
1988 15 September 14,17 0 2,47 0 0
33,809
1989 3 Agustus 95,67 0 4,17 0 0
A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
46,7583
1977 24 November 0 113,67 13,67 32,17 8,67
39,4933
1978 26 Maret 11,67 91,67 2,67 0 0
46,7639
1979 15 Januari 26,67 82,67 28,67 54,67 15,67
120,0346
1980 30 Maret 0 310,67 0 0 2,67
50,1988
1981 3 Maret 0 114,67 10,47 9,17 27,67
30,5867
1982 28 Maret 17,47 57,67 30,67 37,17 0
33,9000
1983 16 Januari 0 79,67 3,17 29,67 12,67
22,6662
1984 29 Januari 0 45,67 1,17 5,67 25,27
20,6931
1985 8 April 0 53,67 0 2,17 0
32,5661
1986 5 Januari 0 61,67 3,17 47,17 39,47
14,5925
1987 27 Februari 1,57 27,67 1,17 39,17 12,87
9,1476
1988 23 April 1,37 20,67 0 0 3,67
32,9818
1989 27 Oktober 14,67 32,67 10,17 0 75,87
A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
22,4386
1977 12 Desember 35,67 5,67 93,67 37,67 12,47
12,7516
1978 13 Desember 0 0 113,67 0 37,47
51,4215
1979 20 Desember 18,67 56,67 147,67 85,67 72,67
37,3805
1980 5 Desember 90,67 0 115,17 0 0
7,8473
1981 11 Juli 6,67 0 91,67 0 5,67
54,2389
1982 4 Februari 81,67 33,67 71,97 75,67 38,67
A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
8,7687
1983 20 April 0 0 105,17 7,67 18,27
6,9103
1984 11 Februari 8,17 0 84,17 0 0
8,1474
1985 12 Januari 0 0 92,67 6,67 18,27
7,3106
1986 8 Maret 7,67 0 96,17 0 0
27,0989
1987 7 Desember 41,77 1,37 116,17 0 32,47
9,1997
1988 5 Januari 0 1,47 82,17 58,67 17,67
3,0801
1989 1 Maret 0 0 41,17 0 5,67
A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
7,8878
1977 25 Januari 0 12,67 2,67 135,47 0
10,3338
1978 5 Juli 0 18,67 7,67 130,67 0
52,3638
1979 13 Februari 27,67 79,67 13,67 116,67 45,47
5,3193
1980 19 Februari 3,67 0 0 91,67 10,67
47,2997
1981 11 November 52,67 68,67 8,67 92,17 0
30,6018
1982 7 Januari 66,67 0 13,87 87,67 23,87
2,2741
1983 31 Maret 0 0 0 89,67 1,87
4,2785
1984 16 September 0 5,67 2,57 92,67 0
9,8592
1985 15 Agustus 4,67 0 12,67 175,67 19,87
3,6238
1986 22 Februari 0 0 4,67 87,67 7,87
16,2563
1987 15 April 31,87 1,97 41,17 75,67 3,67
3,5400
1988 4 Januari 3,27 0 0 95,17 1,87
4,0427
1989 27 November 0 0 0 66,67 13,47
A B C D E Rata-rata
Tahun Tanggal
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
13,8483
1977 24 Desember 0 0 0 4,17 70,67
37,4087
1978 14 Mei 2,67 25,67 4,67 38,17 131,27
21,2595
1979 8 Februari 0 0 2,67 26,17 105,67
13,3700
1980 15 Oktober 0 0 0 0 68,67
17,9806
1981 10 Desember 0 0 3,57 0 91,47
50,6578
1982 3 Maret 34,27 52,67 39,17 17,87 82,67
20,3128
1983 7 Januari 0 11,17 3,67 33,67 77,67
12,7193
1984 14 November 0 0 0 9,67 64,27
25,5799
1985 1 Februari 3,67 18,67 0 0 87,87
18,4024
1986 14 Desember 0 7,67 20,17 32,17 70,87
31,6360
1987 14 Februari 39,97 0 26,17 29,67 80,67
20,6723
1988 29 Januari 2,77 0 10,17 0 98,67
18,4083
1989 15 Januari 0 1,17 19,17 7,67 86,67
Tahun R (mm)
1977 56,6381
1978 40,2836
1979 52,3638
1980 120,0346
1981 50,1988
1982 54,2389
1983 33,9000
Tahun R (mm)
1984 27,4482
1985 25,5799
1986 32,5661
1987 31,6360
1988 20,6723
1989 33,8090
∑ 579,3693
a. Rata-rata Data:
∑R
Curah hujan rata-rata ( R ) =
n
579,3693
= = 44,5669 mm
13
Tabel C.1 Perhitungan Distribusi Non-Logaritmik
R
No. (R – R) (R – R)2 (R – R)3 (R – R)4
terurut
1 20,6723 -23,8946 570,9519 -13642,6675 325986,0826
2 25,5799 -18,9870 360,5062 -6844,9306 129964,6979
3 27,4482 -17,1187 293,0499 -5016,6331 85878,2378
4 31,6360 -12,9309 167,2082 -2162,1522 27958,5737
4 32,5661 -12,0008 144,0192 -1728,3456 20741,5302
5 33,8090 -10,7579 115,7324 -1245,0377 13393,9913
6 33,9000 -10,6669 113,7828 -1213,7093 12946,5155
7 40,2836 -4,2833 18,3467 -78,5842 336,5999
8 50,1988 5,6319 31,7183 178,6343 1006,0504
9 52,3638 7,7969 60,7916 473,9864 3695,6247
10 54,2389 9,6720 93,5476 904,7922 8751,1505
12 56,6381 12,0712 145,7139 1758,9413 21232,5317
13 120,0346 75,4677 5695,3737 429816,7570 32437282,0758
Jumlah 579,3693 7810,7423 401201,0509 33089173,6619
Σ (R−R)2
σ =√
n−1
7810,7423
=√
13−1
= 25,5126
n,Σ (R−R )3
Cs =
(n−1)(n−2)σ3
13 x 401201,0509
=
(13−1)(13−2)(25,5126)3
= 2,3794
= 8,2836
σ
Cv = ̅
R
25,5126
= 44,5669
= 0,5725
b. Rata-rata Data:
∑ 𝑙𝑛 R
Curah hujan rata-rata ( R ) =
n
47,9526
=
13
= 3,6887 mm
ln R
No. (ln R – ln R) (lnR – lnR)2 (lnR – lnR)3 (lnR – lnR)4
terurut
Σ (R−R)2
σ ln R =√
n−1
5,5887
=√
13−1
= 0,6824
n,Σ (R−R )3
Cs ln R =
(n−1)(n−2)σ3
13 x −4,1888
=
(13−1)(13−2)(0,6824)3
= -1,2982
= 2,0309
σ
Cv ln 𝑅 =̅
R
0,6824
= 3,6887
= 0,1850
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien skewness (Cs) dan koefisien kurtosis
(Ck) pada :
Cs = 2,3794
Ck = 8,2836
Cv = 0,5725
Cs = -1,2982
Ck = 2,0309
Cv = 0,1850
Jenis Hasil
No Syarat Kesimpulan
Distribusi Analisis
(𝑋̅ ± 𝑠) = 68,67 %
(𝑋̅ ± 2𝑠) = 95,44 % Tidak
1 Normal Cs ≈ 0 2,3794
Ck ≈3 8,2836 Tidak
Berdasarkan perhitungan koefisien kemencengan dan koefisien kurtosis, serta dari syarat tabel 10,
maka dapat disimpulkan bahwa metode yang paling mendekati adalah Log Pearson III.
7 33,9000 1,5302 50 2
= 28,5714%
= 0,2857
a = 5 % = 0,05
Checking :
( E F OF ) 2
x xcr
2 2
EF
Dk = K - (P + 1)
Dimana:
Dk =Derajat Kebabasan
K = Banyaknya Kelas
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3, log 13
K = 4,6760 ≈ 5
100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = = 20%
5
Probabilitas (E F O F ) 2
EF OF (EF-OF) (EF-OF )2
(%) EF
Jumlah 13 13 0 1 0,4615
0,1615
−0,1957 =
𝑥 − 2,408
0,3097
𝑥 =
0,1957
= 1,5825
Checking :
x2 ≤ xcr2
∑ logR
Curah Hujan Rata Rata (log R ) =
n
=20,8256
13
= 1,6020
̅ )2
Σ (logR−logR
std (log R) =√
n−1
0,4670
= √ = 0,1973
13−1
n.Σ (logR−logR̅ )3
Cs =
(n−1)(n−2).(std (log R))3
13 𝑥 (0,0793)
=
12 𝑥 11 𝑥 0,19733
= 1,0169
RT = 10 log t
= 1,7511
R5 = 10 1,7511
= 56,3767 mm
= 2,0059
R25 = 10 2,0059
= 101,3678 mm
= 2,1050
R50 = 10 2,1050
= 127,3503 mm
= 2,2004
R100 = 102,2004
= 158,6354 mm
Menghitung intensitas hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan
100 tahun dengan rumus Mononobe, untuk beberapa durasi waktu hujan, yakni 5 menit, 10,
20, 30, 60, 120, 240, 300, 720, dan 1440 menit.
5 tahun 56,3767
25 tahun 101,3678
50 tahun 127,3503
𝑅24 24 2/3
It =
24
(𝑡)
Contoh perhitungan distribusi hujan jam-jaman dengan metode mononobe untuk periode
ulang 5 tahun :
56,3767 24 2/3
It =
24
(0,08)
= 105,2695 mm/jam
56,3767 24 2/3
It =
24
(0,16)
= 66,3156 mm/jam
Selanjutnya ditabelkan.
Diketahui :
α =2
c = 0,55
1. Waktu konsentrasi ( Tg )
Untuk L > 15 km
Tg = 0,4 + 0,058 L
= 1,4753 jam
Tr = 0,5 Tg ( jam )
= 0,5 (1,4753)
= 0,7376 jam
Tp = Tg + 0,8 Tr ( jam )
= 2,0654 ≈ 3 jam
4. Mencari waktu yang diperlukan oleh penurunan debit dari debit puncak sampai
T0,3 = α Tg ( jam )
= 2 x 1,4753
= 2,9506 jam
𝐴 𝑅𝑜 𝑚3
Qp = ( )
3,6 ( 0,3 𝑇𝑝+𝑇0,3 ) 𝑑𝑡
84,6560 x 1 𝑚3
= ( )
3,6 [(0,3 𝑥 3) + 2,9506 ] 𝑑𝑡
= 6,1070 m3/dt
6. Pada kurva naik dimana 0 ≤ t ≤ Tp
𝑡
Qt = Qp (𝑇𝑝) 2,4
Untuk t = 0
0
= 6,1070 (3) 2,4
= 0,00 m3/dt
Untuk t = 1
1
= 6,1070 (3) 2,4
= 0,4372 m3/dt
Untuk t = 2
2
= 6,1070 (3) 2,4
= 2,3079 m3/dt
Untuk t = 3
3
= 6,1070 (3) 2,4
= 6,1070 m3/dt
= 6,1070 x 0.30,9759
= 2,3079
Untuk t = 5
5−3
Qt = 6,1070 x 0,3 2,9506
= 6,1070 x 0.31,0324
= 6,1070
Untuk t = 6
6−3
Qt = 6,1070 x 0,3 2,9506
= 6,1070 x 0.31,0889
= 1,8859
Untuk t = 7
7−3
Qt = 6,1070 x 0,3 2,9506
= 6,1070 x 0.31,1454
= 1,7619
8. Pada kurva turun dimana Tp+ T0.3 < t < Tp+T0.3 +0.5 T0.3
(𝑡−𝑇𝑝)+(0,5 𝑥 𝑇0,3)
( )
Qt = Qp x 0,3 1,5 𝑥 𝑇0,3
Untuk t = 8
(8−3)+(0,5 𝑥 2,9506)
( )
Qt = 6,1070 x 0,3 1,5 𝑥 2,9506
= 6,1070 x 0.31,2019
= 1,6461
= 6,1070 x 0.31,2584
= 1,5379
Untuk t = 10
(10−3)+(1,5 𝑥 2,9506)
( )
Qd = 6,1070 x 0,3 2 𝑥 2,9506
= 6,1070 x 0.31,3149
= 1,4368
Untuk t = 11
(11−3)+(1,5 𝑥 2,9506)
( )
Qd = 6,1070 x 0,3 2 𝑥 2,9506
= 6,1070 x 0.31,3713
= 1,3423
Selanjutnya ditabelkan.
18,54
= 84,6560
= 0,2190
= 1,9746 m3/det
Luas
Luas Daerah sub DAS
No Tipe Daerah C DAS
(5 sub Das)(km2)
(km2)
Daerah Padat
1 0,5 84,6560 29,7440
Penduduk
𝐶1.𝐴1+𝐶2.𝐴2+𝐶3.𝐴3+𝐶4.𝐴4+𝐶5.𝐴5
Ckomposit =
𝐴 𝑑𝑎𝑠
(0,5(29,7440)+0,75(32,5680)+0,85(4,0640)+0,23(1,8000)+0,73(16,4800))
=
84,6560
= 0,6520
2⁄
𝑅24 𝑡 3
RT = [ ][ ]
𝑡 𝑇
Rt = T x RT – (T-1) (Rt-1)
Dimana :
= nilai RT sebelumnya
Rc = Rt x Rn
Rn =CR
Dimana :
C = koefisien pengaliran
RC = Rt
Rn = CxR
= 0,6520 x 56,3767
= 36,7576 mm
Jam ke – 1
2⁄
𝑅24 3 3
RT1 =[ ][ ]
3 1
= 0,6934 R24
= 0,6934 R24
Re = Rt1 x Rn
= 0,6934 x 36,7576
= 25,4877 mm
= 0,4368 R24
= 0,1802 R24
Re = Rt2 x Rn
= 0,1802 x 36,7576
= 6,6237 mm
Jam ke – 3
2⁄
𝑅24 3 3
RT3 =[ ][ ]
3 3
= 0,3333 R24
= 0,1263 R24
Re = Rt3 x Rn
= 0,1263 x 36,7576
= 4,6425 mm
R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Flow Q total
25,4877 6,6237 4,6425
0 0 0 1,9746 1,9746
R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
Flow
25,4877 6,6237 4,6425
6 1,6461 41,9553 11,6703 8,7553 1,9746 64,3555
RC = Rt
= 0,6520 x 101,3678
= 66,0918 mm
Jam ke – 1
2⁄
𝑅24 3 3
RT1 =[ ][ ]
3 1
= 0,6934 R24
= 0,6934 R24
Re = Rt1 x Rn
Jam ke – 2
2⁄
𝑅24 3 3
RT2 =[ ][ ]
3 2
= 0,4368 R24
= 0,1802 R24
Re = Rt2 x Rn
Jam ke – 3
2⁄
𝑅24 3 3
RT3 =[ ][ ]
3 3
= 0,3333 R24
= 0,1263 R24
R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
Flow
45,8291 11,9097 8,3474
0 0 0 1,9746 1,9746
RC = Rt
Rn = CxR
= 0,6520 x 127,3503
= 83,0324 mm
Jam ke – 1
2⁄
𝑅24 3 3
RT1 =[ ][ ]
3 1
= 0,6934 R24
= 0,6934 R24
Re = Rt1 x Rn
= 0,6934 x 83,0324
= 57,5747 mm
Jam ke – 2
2⁄
𝑅24 3 3
RT2 =[ ][ ]
3 2
= 0,4368 R24
= 0,1802 R24
Re = Rt2 x Rn
= 0,1802 x 83,0324
= 14,9624 mm
= 0,1263 R24
Re = Rt3 x Rn
= 0,1263 x 83,0324
= 10,4870 mm
R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
57,5747 14,9624 10,4870 Flow
0 0 0 1,9746 1,9746
R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
57,5747 14,9624 10,4870 Flow
17 0,7791 44,8564 12,4771 9,3607 1,9746 68,6689
RC = Rt
Rn = CxR
= 0,6520 x 158,6354
= 103,4303 mm
Jam ke – 1
2⁄
𝑅24 3 3
RT1 =[ ][ ]
3 1
= 0,6934 R24
= 0,6934 R24
Re = Rt1 x Rn
= 71,7186 mm
Jam ke – 2
2⁄
𝑅24 3 3
RT2 =[ ][ ]
3 2
= 0,4368 R24
= 0,1802 R24
Re = Rt2 x Rn
Jam ke – 3
2⁄
𝑅24 3 3
RT3 =[ ][ ]
3 3
= 0,3333 R24
= 0,1263 R24
Re = Rt3 x Rn
Tabel G.5. Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu Kala Ulang 100 Tahun
R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
Flow
71,7186 18,6381 13,0632
0 0 0 1,9746 1,9746
R1 R2 R3 Base
t Hidrograf Q total
Flow
71,7186 18,6381 13,0632
6 1,6461 118,0560 32,8385 24,6359 1,9746 177,5049
Debit 25 tahunan
Ditentukan :
b = 22,3 m I = 0,002 m
h = 3,9 m m = 1,5
𝐴
𝑅= 𝑃
A = (b+m×h)×h
= ( 22,3+1,5×3,9)×3,9
= 109,785 m2
P = b+2h√(m2+1)
= 22,3+2×3,9√(1,52+1)
= 36,3616 m
1 109,785 2 1
𝑄𝑇 = × (36,3616)3 × 0,0022 × 109,785 = 410,2526 𝑚3 /𝑠
0,025
Checking :
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dari perhitungan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan,
dengan cara Thiessen. Cara ini memberikan hasil yang lebih teliti.
mengetahui curah hujan kala ulang tertentu, dan dapat menggunakan kertas
menghitung debit sungai dengan kala ulang tertentu, yakni dengan metode
Gumbel. Selain itu curah hujan kala ulang tertentu dapat diperkirakan
debit pada setiap kala ulang. Syarat dimensi sungai yaitu nilai debit rencana
(Qteoritis < Qrancangan) Dari hasil perhitungan dimensi sungai, didapatkan hasil
sebagai berikut :
b = 22,3 I = 0,002
h = 3,9 m = 1,5
A = 109,785 P = 36,3616
Dari hasil tersebut didapat bahwa nilai debit teoritis lebih kecil daripada nilai
debit rencana. Ini berarti dimensi sungai memenuhi syarat. Q rancangan harus
lebih besar dari Q teoritis. Hal itu karena saluran yang kita rencanakan harus
dapat menampung besarnya debit teoritis yang nilainya harus di bawah debit
rancangan. Apabila debit teoritis lebih besar dari debit rencana, pada saluran
akan terjadi overflow yang menyebabkan air pada saluran meluap. Ukuran
dimensi sungai yaitu meliputi lebar, tinggi, kemiringan, keliling, dan luas
basah sungai.
B. SARAN
hitung.
2. Dalam beberapa perhitungan yang berbentuk tabel, terdapat kesulitan karena