Anda di halaman 1dari 13

Pendidikan

Tingkat

Dasar 2022
Handbook

Day 4

Fundamental

Analysis

: ksepitb
: ptd_ksepitb : KSEPITB
: ksep_itb : Kelompok Studi Ekonomi

dan Pasar Modal (KSEP) ITB


Apa itu Fundamental
Analysis?

Analisis fundamental adalah


metode analisis yang digunakan
untuk mengukur nilai intrinsik
suatu perusahaan dengan
meninjau faktor ekonomi dan
keuangan perusahaan. Analisis
ini mempelajari apa saja yang
dapat mempengaruhi nilai
perusahaan, mulai dari ekonomi
makro (keadaan ekonomi dan
kondisi industri) hingga
ekonomi mikro (efektivitas &
efisiensi manajemen
perusahaan).

Analisis Fundamental berdasarkan Aspek Kualitatif


Analisis Industri

Dalam memilih saham yang cocok, analisis industri dapat


dilakukan dengan beberapa pertanyaan seperti :
Besarkah pasar yang tersedia dan bagaimana
customernya?
Bagaimana pertumbuhan industrinya?
Bagaimanakah persaingan dalam industri?
Bagaimana dampak peraturan pemerintah
terhadap industri?
2. Perusahaan
Hal - hal yang harus dilihat dalam menganalisis suatu
perusahaan adalah :
Model bisnis

Pahami bagaimana perusahaan menghasilkan


keuntungan
Keunggulan kompetitif

Dengan keunggulan produk atau layanan, perusahaan


dapat menjual dengan harga lebih tinggi dibandingkan
dengan kompetitor. Lihat apa yang menjadi keunggulan
suatu perusahaan dibanding perusahaan lain yang
sejenis.
Manajemen

Kelangsungan suatu perusahaan sangat bergantung


pada manajemen perusahaan. Kita harus mengetahui
kualitas manajemen perusahaan dengan melakukan
background checking atas jajaran manajemen
perusahaan.
Top down and bottom up analysis

*Gambar 1.0 Top down and bottom up analysis

Top Down Analysis

Sebuah cara untuk melakukan analisis saham yang


dimulai dari melihat gambaran besar ekonomi,
kemudian berfokus pada performa industri, dan terakhir
baru berfokus pada suatu perusahaan tertentu.

Bottom Up Analysis

Kebalikan dari top down, yang berfokus terlebih dahulu


pada perusahaan, baru kemudian melihat keadaan
industri, dan terakhir melihat keadaan ekonomi.

Laporan Keuangan

1. Balance Sheet / Neraca

Balance sheet menunjukkan gambaran dari aset-


aset yang dimiliki perusahaan.

Aset = Liabilitas + Ekuitas

a. Aset : Sumber daya yang dimiliki suatu


perusahaan yang digunakan untuk operasional
perusahaan. Aset dibagi menjadi aset lancar dan
tidak lancar. Aset lancar adalah aset yang bisa
dicairkan/diuangkan dalam waktu kurang dari 1
tahun (contohnya tabungan, persediaan),
sementara aset tidak lancar sulit untuk dicairkan
dalam waktu 1 tahun (contohnya tanah, bangunan).
b. Liabilitas : Kewajiban perusahaan yang harus
dibayar pada periode tertentu. Liabilitas dibagi
menjadi liabilitas lancar dan tidak lancar. Liabilitas
lancar adalah utang yang harus dibayarkan dalam
waktu 1 tahun, dan liabilitas tidak lancar di atas 1
tahun.

c. Ekuitas : Ekuitas merupakan modal yang dimiliki


perusahaan. Ekuitas terdiri dari modal saham dan
retained earnings/laba ditahan (akumulasi laba bersih
yang didapatkan perusahaan setiap tahunnya).

2. Income Statement / Laporan Laba Rugi


Menunjukkan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dalam suatu periode.
Komponen laporan laba rugi adalah sebagai
berikut:

Sales/Revenue (Pendapatan)

(-)
COGS (Cost of Goods Sold atau Harga Pokok

Penjualan)
Gross Profit (Laba Bruto)

(-) Operating Expenses

Operating Income (Laba Operasi)

(+/-) Non-Operating Items

Income before Taxes (Laba sebelum Pajak)

(-) Income Taxes (Pajak Pendapatan)

Net Income (Laba Bersih)

Keterangan:

a. COGS: Biaya untuk membuat produk yang akan


dijual (contoh: bahan baku).

b. Operating expenses : Biaya yang diperlukan di


luar kegiatan produksi (contoh: gaji karyawan, biaya
pemasaran & penjualan, dll).

c. Non-operating items: Pendapatan/beban yang


tidak berhubungan dengan kegiatan utama
perusahaan (contoh: biaya bunga, keuntungan atas
investasi, dll).

3. Cash Flow Statement / Laporan Arus Kas


Laporan yang menunjukkan aliran kas yang masuk
dan keluar dari perusahaan. Cash flow terdiri dari 3
bagian, yaitu :

a. Operating Cash Flow

Arus kas yang berhubungan dengan aktivitas


operasional perusahaan.

Contoh : Pembayaran ke supplier, pembayaran gaji


karyawan, pembayaran dari pelanggan, dll.

Operating cash flow idealnya bernilai positif, yang


berarti perusahaan tersebut mampu menghasilkan
cash.

b. Investing Cash Flow

Arus kas yang dihasilkan dari kegiatan investasi.

Contoh : Pembelian dan penjualan aset tetap.

Investing cash flow idealnya bernilai negatif


(contohnya kas keluar dari perusahaan untuk
membeli mesin produksi), yang berarti perusahaan
masih melakukan ekspansi.

c. Financing Cash Flow

Arus kas yang dihasilkan dari kegiatan pendanaan.

Contoh : Pembayaran dan penerimaan pinjaman,


buyback saham, pembayaran dividen.

Financing cash flow idealnya bernilai negatif, yang


berarti perusahaan tersebut rajin membayar
utangnya.

Market Cap

Market cap (market capitalization) adalah total harga jual


suatu perusahaan secara keseluruhan jika seseorang ingin
membeli 100% kepemilikan perusahaan tersebut. Misalnya
saham BBCA yang memiliki market cap sekitar 1086 Triliun
rupiah (Harga BBCA Rp 8900 x 123,28 miliar lembar saham
beredar).
*Gambar 1.1 Rumus Market Cap
Rasio Keuangan
EPS adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan per
lembar saham. Secara sederhana, jika EPS positif,
artinya perusahaan sedang dalam kondisi untung.
Sebaliknya, jika EPS negatif, artinya perusahaan
sedang dalam kondisi rugi.

*Gambar 1.2 Rumus EPS


PER (Price to Earning Ratio)
Salah satu rasio valuasi untuk menentukan mahal/
murahnya suatu saham. Semakin rendah PER,
semakin murah valuasi suatu saham. Simpelnya, PER
adalah berapa tahun kita akan “balik modal”. Misalkan
PER suatu saham adalah 10, artinya kita akan “balik
modal” setelah berinvestasi 10 tahun.

*Gambar 1.3 Rumus PER


Jika perusahaan masih rugi, PER akan bernilai negatif
sehingga tidak dapat digunakan.
PBV (Price to Book Value)

Rasio valuasi yang membandingkan harga saham


dengan ekuitas yang dimiliki. Jika PBV bernilai 2,
berarti saham dihargai 2 kali lipat dari ekuitas yang
dimiliki (misalkan harga saham 200 tetapi hanya
memiliki ekuitas 100). PBV dikatakan murah jika
bernilai <1.

*Gambar 1.4 Rumus PBV

Note: BVPS = Ekuitas / Jumlah saham beredar

Current Ratio

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk


membayar liabilitas lancar. Semakin besar nilainya,
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya. Secara
umum, perusahaan yang sehat memiliki Current Ratio
>2.

*Gambar 1.5 Rumus Current Ratio

ROE (Return on Equity)

ROE mengukur efisiensi perusahaan dalam


menggunakan ekuitas yang dimiliki untuk
menghasilkan laba bersih. Jika nilai ROE besar, artinya
perusahaan mampu memanfaatkan modal investor
dengan baik.

*Gambar 1.6 Rumus ROE


DER (Debt to Equity Ratio)

Rasio untuk melihat seberapa besar utang


dibandingkan dengan ekuitas perusahaan. Jika
perusahaan memiliki DER 2, berarti perusahaan
memiliki liabilitas 2x lebih besar dari ekuitas yang
dimiliki. Secara umum, perusahaan yang sehat
memiliki DER <1.

*Gambar 1.7 Rumus DER

GPM (Gross Profit Margin)

GPM menunjukkan kemampuan perusahaan dalam


mendapatkan laba kotor dari penjualannya. Semakin
tinggi GPM, semakin baik pula suatu perusahaan.

*Gambar 1.8 Rumus GPM

NPM (Net Profit Margin)

NPM menunjukkan kemampuan perusahaan


mendapatkan laba bersih dari penjualannya. Semakin
tinggi NPM, semakin baik pula kemampuan
perusahaan mencetak laba bersih.

*Gambar 1.9 Rumus NPM


Strategi Investasi saham
Dollar Cost Averaging (DCA)

DCA adalah strategi membeli saham dengan cara mencicil


menggunakan nominal yang sama, dengan tidak
mementingkan pergerakan harga saham. Misalnya Budi
rutin membeli saham BBCA sebanyak 1 juta rupiah setiap
bulan.

Kelebihan : Risiko kecil, membangun kedisiplinan


berinvestasi, tidak terpengaruh fluktuasi harga saham.

Lump Sum

Lump sum adalah strategi membeli saham dengan modal


besar sekaligus dalam satu waktu. Misalnya Bambang
membeli saham BBCA senilai 100 juta rupiah pada tahun
2020.

Kelebihan : Bisa memberi keuntungan maksimal jika


membeli di harga murah.

Namun, risiko lump sum lebih besar dari DCA dan


lebih.

membutuhkan analisis lebih.

Fear and Greed

*Gambar 2.0 Fear and Greed


Dalam berinvestasi, kita harus menjaga emosi kita. Investasi
harus dilakukan secara rasional dengan menggunakan
kepala dingin. Kita tidak boleh terbawa emosi, atau
terpengaruh dengan fear (takut) maupun greed
(keserakahan).

Ketika harga saham kita turun, kita cenderung takut dan


terdorong untuk menjual. Sebaliknya, ketika harga saham
kita naik, kita cenderung serakah dan ingin membeli lebih
banyak.

Kita tidak boleh terpengaruh oleh emosi seperti ini. Kita


tetap harus mendasarkan keputusan investasi kita kepada
analisis fundamental perusahaan yang telah kita lakukan
secara rasional.

"Behind every stock is


a company.

Find out what it's


doing."

― Peter Lynch
NOTES

Anda mungkin juga menyukai