Anda di halaman 1dari 3

Korupsi Sangat Sulit Dihentikan di Indonesia

oleh Fahriza Mutiara Adhyaksa


1906303550
MPKT A5 Paralel

Korupsi adalah penyelewengan tugas dan penggelapan uang negara atau perusahaan
untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi di Indonesia telah dianggap sebagai
penyakit akut dan menjadi budaya. Pemerintah telah berupaya untuk menuntaskan kasus
korupsi melalui kebijakan-kebijakan untuk memberantas korupsi. Walaupun demikian, masih
banyak kasus korupsi yang tidak ditangani secara serius dan semakin maraknya korupsi
terjadi di Indonesia. Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak lama dengan
menggunakan berbagai cara, namun hampir setiap hari kita masih membaca atau mendengar
adanya berita mengenai korupsi. Berita mengenai operasi tangkap tangan (OTT) terhadap
pelaku korupsi masih sering terjadi.
Dalam kehidupan demokrasi di Indonesia, praktek korupsi kian marak
ditemukan diberbagai bidang kehidupan. Pertama, karena melemahnya nilai-nilai sosial,
kepentingan pribadi menjadi pilihan lebih utama dibandingkan kepentingan umum, serta
kepemilikan benda secara individual menjadi etika pribadi yang melandasi perilaku sosial
sebagian besar orang. Keserakan atau ketamakan awal dari terjadinya malapetaka dan
kehancuran yang disebabkan oleh korupsi.
Kedua, tidak ada transparansi dan tanggung gugat sistem integritas publik. Biro
pelayanan publik justru digunakan oleh pejabat publik untuk mengejar ambisi politik pribadi,
semata-mata demi promosi jabatan dan kenaikan pangkat. Sementara kualitas dan kuantitas
pelayanan publik semakin terabaikan, bukan prioritas dan orientasi yang utama. Di Indonesia,
pelayanan publik tidak pernah maksimal karena praktik korupsi dan demokratis justru
memfasilitasi korupsi. Ketiga, Korupsi di Indonesia sejatinya sudah mengakar dan menjadi
budaya dengan kuat. Bahkan sebelum kata korupsi atau KKN jadi tenar saat Pak Soeharto
lengser, korupsi sudah hidup dan membumi di Indonesia. 
Selanjutnya yang keempat adalah korupsi di Indonesia bukan hanya dilakukan oleh
individu saja. Barangkali mereka memang ditangkap sendirian, namun di balik itu ada sebuah
sistem yang kuat. Ia memiliki banyak sekali backing orang kuat hingga membuatnya mampu
melakukan korupsi dengan skala yang sangat besar. Selain itu mereka juga bekerja dengan
sangat rapi hingga ada pihak yang ditunjuk sebagai eksekutor dan juga pihak yang rela
mengorbankan tubuhnya. Dengan begitu akar dari sistem ini akan tetap kokoh. Anggap orang
yang ditangkap sebuah cabang. Satu patah maka akan tetap ada cabang lainnya. Kemudian
yang kelima, tidak ada upaya kuat dari pemerintah untuk memberantas korupsi. Kita bisa
melihat jika pemerintah tidak begitu memerhatikan masalah korupsi. Bahkan lembaga yang
dipercaya memberantas korupsi dibiarkan hancur. Sebut saja KPK yang beberapa waktu lalu
dibiarkan saja dirusak oleh pihak berkepentingan. 
Alasan terakhir adalah para koruptor menganggap masih bisa hidup selayaknya
manusia di dalam penjara. Fasilitas yang mewah masih bisa mereka dapatkan di penjara.
Mereka masih bisa bermain ponsel, belanja, hingga makan enak. Ruang khusus pun
disediakan untuk membuat mereka nyaman. Inilah beberapa hal yang menyebabkan korupsi
tidak berhenti di Indonesia. Mereka menganggap jika korupsi hanya akan membuat mereka
dipenjara. Keluar dari sana masih bisa melakukan hal yang sama, bahkan jauh lebih besar.
Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik aspek kehidupan
sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan
individu. Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan
masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai
masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap
individu dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan
selfishness. Tidak akan ada kerja sama dan persaudaraan yang tulus. Korupsi berpengaruh
negatif terhadap rasa keadilan sosial dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan sikap
individu menempatkan kepentingan diri sendiri di atas segala sesuatu yang lain dan hanya
akan berpikir tentang dirinya sendiri semata-mata.
Bahaya korupsi terhadap generasi muda. Salah satu efek negatif
yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang adalah rusaknya generasi muda.
Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi makanan sehari-hari, anak tumbuh dengan
pribadi antisosial, selanjutnya generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal
biasa (atau bahkan budaya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat
tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Jika generasi muda suatu bangsa keadaannya seperti
itu, bisa dibayangkan betapa suramnya masa depan bangsa tersebut.
Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan
pemerintahan dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika demikian
keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya terhadap pemerintah dan pemimpin
tersebut, akibatnya mereka tidak akan patuh dan tunduk pada otoritas mereka. Keadaan yang
demikian itu akan memicu terjadinya instabilitas sosial politik dan integrasi sosial, karena
terjadi pertentangan antara penguasa dan rakyat.
Bahaya korupsi bagi ekonomi bangsa. Korupsi merusak
perkembangan ekonomi suatu bangsa. Jika suatu proyek ekonomi dijalankan sarat dengan
unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan proyek, nepotisme dalam penunjukan
pelaksana proyek, penggelepan dalam pelaksanaannya dan lain-lain bentuk korupsi dalam
proyek), maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari proyek tersebut tidak akan
tercapai. Korupsi juga mengakibatkan berkurangnya investasi dari modal dalam negeri
maupun luar negeri, karena para investor akan berpikir dua kali untuk membayar biaya yang
lebih tinggi dari semestinya dalam berinvestasi (seperti untuk penyuapan pejabat agar dapat
izin, biaya keamanan kepada pihak keamanan agar investasinya aman dan lain-lain biaya
yang tidak perlu). Korupsi juga menyebabkan tidak
efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi
telah dikungkungi oleh korupsi dengan berbagai bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi
yang rasional, efisien, dan berkualitas akan tidak pernah terlaksana. Kualitas layanan pasti
sangat buruk dan mengecewakan publik. Hanya orang yang berpunya saja yang akan dapat
layanan baik karena mampu menyuap. Keadaan ini dapat menyebabkan meluasnya keresahan
sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya mungkin kemarahan sosial yang menyebabkan
jatuhnya para birokrat.
Daftar Pustaka:
Setiadi, Wicipto. 2018. Korupsi di Indonesia : Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya
Pemberantasan, Serta Regulasi. 249-252.

Anda mungkin juga menyukai