net/publication/357418927
CITATIONS READS
0 1,195
6 authors, including:
Safar Uddin
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Indonesia
210 PUBLICATIONS 14 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Safar Uddin on 30 December 2021.
How to cite:
Akhmad Y., Khusmir J., Kholil M., Agung S. (2022). Pelaksanaan
Program Guru Magang Kerja Sama Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 4 Palembang Di PT.Semen Baturaja (Persero)Tbk.
Copyright: © 2021 by the
author.Licensee.This article is an Angkatan I Tahun 2021. Jurnal Online Laporan Magang JOLMA
open access article distributed 1(1).
Vol.1 No.1 Januari 2022
PENDAHULUAN
Sekolah menengah kejuruan ( SMK ) sebagai mana tujuan institusinya diharapkan
mampu menghasilkan lulusannya untuk siap bekerja, baik membuka usaha sendiri (wiraswasta)
maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada di Industri. Oleh karenanya SMK sebagai
institusi pendidikan selalu dituntut untuk menghasilkan tamatannya sebagaimana yang
diharapkan oleh IDUKA (Industri dan Dunia Kerja).
Keberadaan guru profesional merupakan salah satu pemenuhan standar proses dari
standarisasi pendidikan. Terkait hal tersebut guru wajib mempunyai kompetensi profesional
yang memadai untuk menunjang tugas profesi itu sendiri . Dalam upaya memenuhi tuntutan
dan perkembangan IPTEK berbagai langkah pembinaan dan pengembangan SMK telah
dilakukan pemerintah diantaranya peningkatan mutu dan kemampuan kualitas sumber daya
manusia (SDM) dalam bentuk peningkatan kemampuan tenaga guru kejuruan yang berkualitas
sesuai standar Kompetensi Guru Kejuruan (SKG). Peningkatan kemampuan tenaga pengajar di
SMK sesuai dengan bidangnya diharapkan akan dapat menunjang pelaksanaan proses belajar
mengajar sesuai dengan Kurikulum SMK.
Dengan peningkatan kemampuan tenaga pengajar ini secara langsung atau tidak
langsung dapat meningkatkan mutu tamatan SMK sesuai dengan harapan dan kebutuhan
Dunia Usaha dan Dunia Industri
KAJIAN TEORI
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan
bangsa yang merupakan salah satu tujuan Negara Indonesia.
Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pembaharuan system pendidikan memerlukan strategi
tertentu. Strategi pembangunan pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi :
Dengan strategi tersebut diharapkan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional dapat
terwujud secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pembaruan system pendidikan nasional perlu pula disesuaikan dengan
Vol.1 No.1 Januari 2022
Pertimbangan yang menjadi latar belakang disahkannya UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah: bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial; bahwa
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang; bahwa sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga
perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan;
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
ditetapkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta pada tanggal 16 Mei 2005,
diberlakukan setelah diundangkan oleh Menkumham Hamid Awaludin di Jakarta dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41 dan Penjelasan Atas PP
19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496 pada tanggal 16 Mei 2005.
Vol.1 No.1 Januari 2022
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
ini merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 35 ayat (4), Pasal 36 ayat (4), Pasal 37 ayat (3),
Pasal 42 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), Pasal 59 ayat (3), Pasal 60 ayat (4), dan Pasal 61 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan
Pemerintah ini dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan
agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu,
serta sebagai perangkat lunak untuk mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas
publik dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.
Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tentang pembangunan Tenaga Kerja Industri
dan penggunaan konsultan Industri; pemanfaatan, jaminan ketersediaan dan penyaluran, serta
pelarangan dan pembatasan ekspor SDA; dan pengadaan dan pemanfaatan Teknologi Industri
melalui proyek putar kunci, serta penjaminan risiko atas pemanfaatan teknologi hasil
Penelitian dan Pengembangan dalam negeri. Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan
Industri dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis, denda administratif,
penutupan sementara, pembekuan Izin Usaha Industri atau Izin Usaha Kawasan Industri,
dan/atau pencabutan Izin Usaha Industri atau Izin Usaha Kawasan Industri. Dengan
pertimbangan dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai
religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, pemerintah memandang
perlu penguatan pendidikan karakter. Atas dasar pertimbangan tersebut, pada 6 September
2017, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 87
Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (Tautan: Perpres. Nomor. 87 Tahun
2017).
meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi
Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur
formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan
c. merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan,
Peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jalur pendidikan formal yang
bertujuan untuk menyiapkan kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 03/MInd/PER/1/2017 tentang
pedoman pembinaan dan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Kompetensi
yang Link and Match dengan industri pasal 3 menyebutkan bahwa program keahlian SMK
disesuaikan dengan kebutuhan Industri. Pasal 4 menyebutkan bahwa (1) Kurikulum
pendidikan pada setiap program keahlian di SMK disusun berbasis kompetensi mengacu pada
SKKNI bidang industri, standar nasional dan/standar khusus. (2) penyusunan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan asosiasi industr/perusahaan Industri dan/ atau perusahaan
Industri. Sedangkan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 8 Tahun 2012
Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa
capaian pembelajaran adalah kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan,
sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja.
METODE
Dalam rangka tindak lanjut upaya sekolah meningkatkan mutu kwalitas lulusannya maka
SMK Negeri 4 Palembang merintis kerja sama dengan PT. Semen Baturaja ( Persero ) Tbk
melaksanakan pemagangan guru yakni dengan observasi langsung dilingkungan PT.Semen
Baturaja yang meliputi areal pabrik semen 1 dan pabrik semen 2. Tujuannya untuk
memahami secara langsung proses kerja didunia industri secara lengkap dengan waktu dan
tempat yang telah ditentukan. Sumber informasinya yang dilaksanakan yakni , manager
learning develovment Pt. Semen baturaja, senior manager mecanical mentenence dan
karyawan operator pabrik PT. Semen Baturaja yang menjadi sumber wawancara, observasi
dan dokumentasi proses yang terjadi didunia industri . Hal yang ditekankan dalam setiap
hasil wawancara terkait proses kerja di industri sebagai bahanpengembangan di sekolah
Vol.1 No.1 Januari 2022
Orientasi Lapangan
Sebagai langkah awal,sebelum mengetahui lebih jauh tentang PT.Semen Baturaja
(Persero) Tbk,maka beberapa hari dilaksanakan masa orientasi di diklat,Manager Learning
Diplopmen sebagai nara sumber dan diperoleh informasi mengenai sejarah PT.Semen
Baturaja,Struktur Organisasi,Proses Produksi,Perkembangan Perusahaan dan Rencana
Perusahaan pada masa yang akan datang , Pembukaan Pabrik baru dan pemanfaatan Pabrik
lama. Pada pelaksanaan Pengamatan Proses Produksi,mulai dari awal pengelolaan bahan
mentah,bahan bakar,sampai proses pengantongan semen jadi, Pemeliharaan
mesin,pengontrolan dan perbaikan jika terjadi kerusakan mesin.Penerapan langkah kerja dan
keselamatan kerja. Peran penting bagian mentenence dan repair adalah melaksanakan
pemeliharaan dan perbaikan secara priodik dan terjadwal untuk menjamin proses produksi
berlangsung terus menerus guna mencapai target produksi perusahaan yang telah ditentukan.
Di workshop diperoleh pengalaman bagaimana menyiapkan alat dan bahan yang
butuhkan oleh pabrik atau alat dan bahan dari pabrik yang harus diperbaiki di workshop.
Disini juga dilakukan pengujian terhadap alat dan bahan yang baru (pengujian,pengukuran
dan Kalibrasi)
Vol.1 No.1 Januari 2022
PEMBAHASAN
Pada era globalisasi ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dituntut untuk
menghasilkan kwalitas lulusan yang memenuhi kesesuaian kopetensi kerja dalam setiap
kompetensi keahliannya sehingga dapat diserap oleh dunia usaha atau dunia industri (DU/DI)
atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Untuk itu berbagai upaya harus dilakukan
pihak SMK dalam rangka meningkatkan kwalitas lulusannya, diantaranya :
Menurut Mulyasa (2008), upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh
guru yang profesional dan berkualitas. Oleh karenanya SMK harus berani berinisiatif dengan
mengadakan program penyelarasan kurikulum dengan menjalin kerja sama dengan pihak
industri baik dalam rangka kesesuaian kopetensi nya maupun peningkatan kopetensi guru
produktif melalui pemagangan guru dan pelaksanaan PKL siswanya. Untuk itulah guru
produktif pengampu mata pelajaran produktif diminta untuk belajar lagi dan melaksanakan
magang di DU/DI. Tujuannya, supaya mereka memiliki tambahan keahlian dalam
melaksanakan pembelajaran yang bermutu. Magang guru produktif dapat meningkatkan
relevansi kompetensi keahlian guru produktif dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada di dunia usaha dan dunia industry
Adapun tujuan Praktik Industri menurut Wardiman Djojonegoro (1998:79) antara lain :
Vol.1 No.1 Januari 2022
1) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu tenaga kerja yang
memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan
dunia kerja
2) Meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepakatan (link and match) antara
lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan,
3) Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kerja yang berkualitas
profesional dengan memanfaatkan sumberdaya pelatihan yang ada di dunia kerja,
4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari
proses pendidikan.
Pemagangan guru produktif SMK di DU/DI merupakan sebuah usaha yang dijalankan
untukmeningkatkan kwalitas kesesuaian kopetensi guru produktif dengan kebutuhan
kopetensi kerja di industri. Magang guru produktif SMK di DU/DI diharapkan dapat berjalan
secara efektif sehingga dapat meningkatkan profesionalitas guru produktif SMK dalam
menjalankan tugasnya, terutama memperkenalkan iklim budaya kerja dan menyelaraskan
standar kompetensi sesuai dengan tuntutan DU/DI , yang harus diinformasikan pada para
peserta didiknya di SMK, sehingga mutu pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan
DU/DI dapat tercapai.
Untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta program magang pada peningkatan
pengatahuan (knowledge), keahlian (skill) dan sikap (attitude) peserta selama mengikuti magang
teori dan praktek monitoring perlu dilakukan secara rutin dan terprogram. Monitoring
dilakukanbertujuan untuk mengukur peserta magang siswa SMK dalammeng implementasi
kan pengetahuan apa yang diperoleh dalam magang di industri.
Fungsi Praktik Industri; Sudah banyak SMK yang bekerjasama dengan dunia kerja dan
industri baik sebagai tempat praktik kerja siswa maupun sebagai mitra sekolah dalam
rangka penyelarasan program pembelajaran peserta didiknya. SMK yang tidak memiliki
peralatan dan mesin untuk praktik dalam memenuhi standar kompetensi nya
memanfaaatkan industri sebagai tempat praktik (outsourcing). Namun pada saat ini jumlah
industri tidak sebanding dengan jumlah siswa SMK yang memerlukan tempat praktik .
Dampaknya, pelaksanaan praktik tidak optimal mencapai target pencapaian kompetensi
standar yang ditentukan atau standar dunia kerja. Kendala lain adalah, tidak semua siswa
mampu memenuhi standar kompetensi minimal yang ditentukan pihak industri,
sehingga mereka takut mempekerjakan siswa SMK karena memiliki resiko pada kegagalan
produksi, yang berakibat pada kerugian di pihak industri.
Industri Sebagai Tempat Magang Kerja; Sistem Magang (apprenticeship) merupakan sistem
pendidikan kejuruan yang paling tua dalam sejarah pendidikan vokasi yang diyakini
merupakan sistem yang cukup efektif untuk mendidik dan menyiapkan seseorang untuk
memperdalam dan menguasai keterampilan yang lebih rumit yang tidak mungkin atau
tidak pernah dilakukan melalui pendidikan masal di sekolah. Dalam sistem magang
seorang yang belum ahli (novices) belajar dengan orang yang telah ahli (expert) dalam bidang
kejuruan tertentu.Sistem magang juga dapat membantu siswa SMK memahami budaya
kerja, sikap profesional yang diperlukan, budaya mutu, dan pelayanan konsumen.
Keterbatasan sistim magang adalah sistim ini hanya bisa menampung sedikit peserta
magang, sehingga tidak mampu memecahkan permasalahan dalam menampung siswa
SMK sebagai tempat praktik dalam menguasai suatu kompetensi. Sistem ini mendapatkan
dukungan yang baik dari pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan (MoU) antara
Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian
Perindustriam saat ini. Industri didorong untuk mau bekerjasama dengan SMK dan mau
menerima siswa SMK melakukan praktikkerja lapangan .
Vol.1 No.1 Januari 2022
Peran industri semakin penting bagi SMK karena perkembangan teori pendidikan dan
pembelajaran kejuruan lebih banyak menempatkan DUDI sebagai tempat belajar cara kerja
yang efektif. Ada dua teori belajar di tempat kerja yang terkait dengan DUDI, yaitu situated
learning dan work-based learning (belajar berbasis tempat kerja).
1. Konsep Situated Learning; Situated Learning adalah merupakan teori belajar yang mempelajari
akuisisi pengetahuan dan keterampilan yang digunakan di dunia kerja (Brown, 1998). Stein
(1998:1) mengidentifikasi empat prinsip terkait dengan situated learning, yaitu: (1) belajar
adalah berakar pada kegiatan sehari-hari(everydaycognition),(2)pengetahuan diperoleh secara
situasional dan transfer berlangsung hanya pada situasi serupa (context),(3) dan belajar
marupakan hasil dari proses sosial yang mencakup cara-cara berpikir, memandang sesuatu,
pemecahan masalah, dan berinteraksi di samping pengetahuan deklaratif dan procedural,
and (4) belajar merupakan hal yang tidak terpisah dari dunia tindakan tetapi eksis di dalam
lingkungan sosial yang sehat dan komplek yang meningkatkan aktor, aksi, dan situasi. Dari
keempat prinsip ini, prinsip kedua adalah lingkungan yang serupa dengan dunia kerja yang
sebenarnya diperlukan oleh sekolah. Lingkungan dunia usaha dan dunia industri adalah
lingkungan belajar yang memberikan pengalaman siswa yang mendukung kerja di industri
adalah industri sendiri.
2. Work-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Kerja); Work-Based Learning (WBL) adalah
bentuk pembelajaran kontekstual dimana proses pembelajaran dipusatkan pada tempat
kerja dan meliputi program yang terencana dari pelatihan formal dan mentoring, dan
pencarian pengalaman kerja yang mendapatkan gaji. Raelin (2008:2) menyatakan bahwa,
WBL secara ekspresif menggabungkan antara teori dengan praktik di tempat kerja yang
menawarkan kesempatan yang banyak untuk belajar seperti di ruang kelas. Dalam sistem
ini siswa belajar dengan seorang ahli atau maestro melalui pengamatan dan imitasi perilaku
dan cara kerjanya dengan intens sehingga bisa mendapatkan pengalaman spesifik.
dan industri. Kendala yang dihadapi pada umumnya disebabkan karena perbedaan orientasi
dari masing-masing. Dunia kerja dan industri lebih mementingkan pada motivasi untuk
mencari keuntungan sebesar besarnya(prinsip kapitalistik).. Sedangkan dunia pendidikan
mempunyai visi non profit,tetapi masih sangat tergantung pada pembiayaan pemerintah dan
bantuan lain,sehingga kerjasama banyak dianggap beban oleh pihak industri.
Kerjasama sekolah dan industri harus dibangun berdasarkan kemauan dan saling
membutuhkan. Pihak dunia kerja dan industri seharusnya menyadari bahwa pihakindustri
tidak akan mendapatkan tenaga kerja siap pakai yang mereka perlukan dengan persyaratan
yang dikehendaki, tanpa membangun program pendidikan bersama. Perencanaan kurikulum
dan praktik kerja industrinya bisa disusun dengan pihak industri yang lebih jelas dan
proporsional. Misalnya bagi SMK yang telah memiliki peralatan lengkap dan memadai dalam
memberi bekal kompetensi kepada siswanya maka prakerin nya sebaiknya dirumuskan dalam
bentuk sistem magang. Melalui sistem magang siswa bisa memperdalamskill, belajar hal-hal
yang rumit dan spesifik. Tetapi bagi SMK yang sangat minim peralatan, maka dunia kerja dan
industri berperan sebagai tempat praktik (outsourcing) untuk membekali kompetensi sesuai
standar.Permasalahannya bagaimana DUDI agar dengan sukarela menerima peran dan fungsi
ini.
Bagi pemerintah, seharusnya tidak setengah-setengah dalam membantu SMK dalam
meningkatkan kualitas lulusannya. Tampaknya perlu langkah konkrit bagaimana mengatur
dunia usaha dan industri agar membantu SMK dalam melaksanakan program bersama dalam
upaya menyiapkan tenaga kerja siap pakai. Penyiapan aturan atau bahkan undang-undang yang
mengikat semua dunia usaha dan industri dalam merealisasikan kerjasama ini dengan dimulai
dari membuat aturan dan undang-undang yang mengikat mereka sebagai kewajiban bersama
meningkatkan mutu lulusan SMK .
KESIMPULAN
Kerjasama sekolah dan industri harus dibangun berdasarkan kemauan dan saling
membutuhkan. Pihak dunia kerja dan industri seharusnya menyadari bahwa pihak industri
tidak akan mendapatkan tenaga kerja siap pakai yang mereka perlukan dengan persyaratan
yang dikehendaki, tanpa membangun program pendidikan bersama. Perencanaan kurikulum
dan praktiknya bisa disusun dengan pihak industri.
Vol.1 No.1 Januari 2022
DAFTAR PUSTAKA
Brown, L. B. 1998. Applyng Constructivism in Vocational and Career Education. Columbus:
ERIC.
Raelin, J. A. 2008. Work-Based Learning: Bridging knowledge and action in the worksplace.
San Francisco: Jossey-Bass.
Depdikbud. 1997. Keputusan Mendikbud RI Nomor 323/U/1997 tentang penyelenggaraan
PSG pada SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdiknas. 2003. Undng-Undang RI Nomor 20,Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Permen Perindustrian No.03/M-IND/PER/2017 tentang pedoman Pembinaan dan
Pengembangan SMK berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan Industri
Pardjono. 2011. Peran Industri dalam Pengembangan SMK. Di akses dari
staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/peran-dudi-utk-smk.docx.
S. Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara
Sugihartono. 2009. Pendidikan Sistem Ganda. Di akses dari
http://www.sugihartono.or.id/file/pendidikan sistem ganda.pdf.
Wardiman Djojonegoro. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Melalui Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: PT. Jayakarta Agung.