Nilai F X
0 – 1,9 2 1
2 – 3,9 7 3
4 – 5,9 20 5
6 – 7,9 10 7
8 – 9,9 6 9
∑ 45
a. ( 0 ≤ x ≤ 1,24)
c. (-1,73 ≤ x ≤ 2,02)
d. (0,66 ≤ x ≤ 1,25)
1.
2.
Probabilitas terjadinya dua peristiwa yang tidak saling meniadakan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
P(A atau B) = P(A) + P(B) – P(A atau B)
P(Ā) = 1 – P(A)
Probabilitas dari suatu peristiwa yang independen ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
Probabilitas marginal,
adalah probabilitas terjadinya suatu peristiwa yang tidak memiliki hubungan dengan
terjadinya peristiwa lain. Sebagai contoh, Pada pelemparan sebuah koin, probabilitas
munculnya gambar, P(G) = ½ dan probabilitas munculnya angka P(A) = ½.
Peristiwa gambar dan angka dengan probabilitas masing-masing ½ adalah probabilitas marginal.
Probablilitas gabungan
, adalah probabilitas terjadinya dua peristiwa atau lebih yang terjadi secara bersama-sama
atau secara berurutan merupakan perkalian dari probabilitas marginal masing-masing
peristiwa. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
Probabilitas bersyarat
pada peristiwa yang independen, probabilitas bersyarat adalah probabilitas terjadinya
sesuatu peristiwa dengan syarat peristiwa yang lain sudah terjadi. Sedangkan peristiwa
independen adalah peristiwa yang tidak dipengaruhi oleh peristiwa lain. Oleh karena itu
probabilitas bersyarat pada peristiwa independen adalah sama dengan probabilitas
marginalnya, dan dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut:
Peristiwa yang dependen, dua peristiwa dikatakan dependen adalah apabila peristiwa yang
satu dipengaruhi atau tergantung pada peristiwa yang lain. Probabilitas pada peristiwa
dependen ada tiga macam, yaitu:
Probabilitas bersyarat pada peristiwa yang dependen, dalam pembahasan ini
dimulai dari probabilitas bersyarat, karena probabilitas jenis ini dipergunakan dalam
menghitung probabilitas jenis lain.
(0 ≤ x ≤ 1,24) = 0,3925
(–0,37 ≤ x ≤ 0) = 0,1443
(–1,73 ≤ x ≤ 2,02) = 0,9365
(0,66 ≤ x ≤ 1,25) = 0,1490
Hasil tersebut diperoleh dengan menggunakan tabel z (nilai distribusi normal) pada statistika.
Kurva untuk distribusi normal (z) bersifat simetri sehingga nilai z untuk 0 ≤ x ≤ a sama
dengan –a ≤ x ≤ 0
Pembahasan
a) nilai probabilitas terjadinya x bila (0 ≤ x ≤ 1,24) adalah sama dengan luas kurva normal
dari z = 0 sampai z = 1,24
= P(0 ≤ x ≤ 1,24)
= 0,3925
b) nilai probabilitas terjadinya x bila (–0,37 ≤ x ≤ 0) adalah sama dengan luas kurva normal
dari z = 0 sampai z = 0,37 karena P(–0,37 ≤ x ≤ 0) = P(0 ≤ x ≤ 0,37)
= P(–0, 37 ≤ x ≤ 0)
= P(0 ≤ x ≤ 0,37)
= 0,1443
c) nilai probabilitas terjadinya x bila (–1,73 ≤ x ≤ 2,02) adalah sama dengan luas kurva
normal dari z = –1,73 sampai z = 2,02
Jadi nilai probabilitas terjadinya x bila (–1,73 ≤ x ≤ 2,02)
= P(–1,73 ≤ x ≤ 2,02)
= 0,4582 + 0,4783
= 0,9365
d) nilai probabilitas terjadinya x bila (0,66 ≤ x ≤ 1,25) adalah sama dengan luas kurva normal
dari z = 0,66 sampai z = 1,25
= P(0,66 ≤ x ≤ 1,25)
= P(0 ≤ x ≤ 1,25) – P(0 ≤ x ≤ 0,66)
= 0,3944 – 0,2454
= 0,1490