Makalah Matu Kalkun Dijadikan 1 Docx
Makalah Matu Kalkun Dijadikan 1 Docx
Kelompok 3
Diyanto D0A012032
Anggi Nur Fitriani D0A013007
Chaerul Amin D0A013012
Ryan Tri Hartono D0A013009
Adi Nugroho D0A013011
Hari Widodo D0A013018
Singgih Prasetyo Aji D0A013023
Triantoro Hidayat D0A013045
Ilyas Muzakki D0A013062
Mohamad Zaki Nufus D0A013069
Reza Eka Jaya Andika D0A011…..
Kelompok 3
Nama Nim
Mohamad Zaki Nufus D0A013069
Diyanto D0A012032
Anggi Nur Fitriani D0A013007
Chaerul Amin D0A013012
Ryan Tri Hartono D0A013009
Adi Nugroho D0A013011
Hari Widodo D0A013018
Singgih Prasetyo Aji D0A013023
Triantoro Hidayat D0A013045
Ilyas Muzakki D0A013062
Reza Eka Jaya Andika D0A011…..
ii
DAFTAR ISI
iii
PENDAHULUAN
Kalkun merupakan salah satu jenis aneka ternak unggas dari ordo
Galliformes, genus Meleagris yang banyak diminati kaum expatriat. Budidaya
kalkun di Indonesia masih belum popular dikarenakan belum disosialisasikan dan
masyarakat umumnya masih banyak mengkonsumsi daging ayam dibandingkan
daging kalkun. Daging kalkun mempunyai keunggulan disamping dagingnya yang
sangat lezat juga berprotein tinggi, kandungan lemak dan kolesterolnya sangat
rendah. Kandungan asam oleat (minyak zaitun) dan omega 6 yang cukup tinggi
akan bermanfaat bagi kesehatan jantung. Minyak zaitun, selain menambah cita rasa
juga memiliki sifat anti inflamasi yang kuat, membantu mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan.
Melihat potensi yang ada wajarlah ternak kalkun kami pelajari, dengan
mempelajari ternak kalkun kami mengupayakan adanya penambahan informasi
yang dapat kami terapkan di masyarakat. Ternak kalkun dapat dijadikan sebagai
sumbangan pemenuhan kebutuhan protein masyarakat. Kesadaran masyarakat
mengenai bahan makanan berkualitas merupakan peluang perkembangan ternak
kalkun di Indonesia.
1
1.2 Identitas Peternak
a. Nama : Bapak Narsito
b. Umur : 55 Tahun
c. Tempat Tinggal : Karanggintung RT 02 RW 03 Sumbang,Banyumas
d. Pekrjaan : Wiraswasta
2
TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIKUM
3
PEMECAHAN MASALAH YANG DITAWARKAN
Telur kalkun mempunyai ukuran lebih besar yaitu dua kali lipat dari telur
ayam. Kalkun mempunnyai waktu untuk mengerami telur selama 28 hari,
sedangkan untuk sekali menetaskan telurnya hanya sekitar 15 butir. (Sugiarsih dkk,
1985). Apabila waktu untuk mengerami digunakan untuk bertelur kembali akan
lebih cepat mengembangkannya, oleh karena itu dibutuhkan mesin tetas untuk
menetaskan telur agar kalkun dapat menggunakan waktunya dari mengerami
menjadi berproduksi.
4
untuk memenuhi kebutuhan pakan kalkun, selain itu juga untuk menekan biaya
pakan. Pakan alternatife yang bisa di gunakan untuk kalkun yaitu sayuran atau daun
(sawi, kangkung, daun pepaya, daun singkong, lamtoro dll) "dirajang" kemudian di
campur dengan dedak atau konsentrat. Jika ingin lebih murah dan awet kita bisa
membuat kombinasi fermentasi daun kaya protein yang dikeringkan seperti daun
singkong, turi, lamtoro, ganggang azolla microphylla, papaya dan sebagainya,
dicampur dedak, dengan perbandingan 30%:70%. (Nasution,2013)
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Identitas Peternak
a. Nama : Pak Narsito
b. Umur : 55 tahun
c. Tempat Tinggal : Karnggintung RT 02 RW 03 Sumbang, Banyumas.
d. Pekerjaan : Wiraswasta
Identitas Ternak
a. Jenis ternak : Kalkun
b. Jumlah ternak : 28 ekor
c. Umur ternak
Umur 2 tahun sebanyak 2 ekor
Umur 1,5 tahun sebanyak 5 ekor
Umur 1 tahun sebanyak 7 ekor
Umur 1 minggu sebanyak 14 ekor
d. Produktivittas
Minggu ke Bobot Badan Keterangan
I (1) 1,25 Kg
16 Oktober 2015 (2) 2,25 kg
(3) 2,5 kg
(4) 2,4 kg
II (1) 1,5 kg
21 Oktober 2015 (2) 2,7 kg
(3) 2,9 kg
(4) 2.7 kg
III (1) 1,9 kg
26 Oktober 2015 (2) 2,8 kg
(3) 3,1 kg
(4) 3 kg
6
IV (1) 2 kg
29 Oktober 2015 (2) 2,8 kg
(3) 3,3 kg
(4) 3,2 kg
Manajemen Pemeliharaan
1. Kandang dan Perkandangan
a. Ukuran kandang : p x l x t = 150 cm x 80 cm x 100 cm
b. Tipe kandang : bertingkat
c. Bahan kandang : Atap menggunakan : Seng
:: Dinding menggunakan : Bambu
: Lantai menggunakan : Bambu
2. Bahan Tempat Pakan` : Bambu dengan kapasitas 14 ekor
Bahan Tempat Minum : Ember dan tempurung kelapa
: dengan kapasitas 7 ekor
3. Cara menempatkan ternak
a. Menjadi satu, karena keterbatasan lahan / tempat
b. Kepadatan kandang : umur 1 hari – 2 minggu 20 ekor/m2
: umur 12 bulan – 18 bulan 5 ekor/ m2
: umur ≥ 2 tahun 2 ekor/m2
7
e. Feed supplement yag diberikan adalah vitachick dan gula merah. Dosis
pemberian vitachick yaitu 1gr/liter, waktu pemberinya seminggu sekali.
Pemberian gula merah hanya diberiakan saat baru menetas 100 gram /liter
f. Sumber air minum : sumur
g. Jumlah air minum yang dikonsumsi :3 liter/hari
5. Kesehatan
a. Penyakit yang pernah menyerang adalah : CRD
b. Jumlah ternak yang sakit : -
c. Program pencegahan penyakit yang dilakukan adalah : Sanitasi
d. Program pengobatan penyakit yang dilakukan adalah :
e. Sanitasi kandang ada / tidak ada
f. Jika sanitasi kandang dilakukan adalah dengan cara :
Frekuensi sanitasi adalah pembersihan kandang 3x sehari
6. Produksi telur/produksi daging
a. Umur pertama kali bertelur : 6 – 8 bulan
b. Berapa jumlah produksi telur : 10 butir
c. Kualitas telur yang dihasilkan : Baik
d. Kapan terakhir ternak dipotong/dijual : 26 oktober 2015
alasannya karena ada yang membutuhkan dan pembelinya menawar
dengan harga diatas pasaran
e. Bobot akhir saat dipotong/dijual : 3 kg
7. Reproduksi
a. rasio jantan:betina : 4:3
b. cara perkawinan : Alami
c. umur pertama kali kawin : 8 bulan
d. Keterangan tentang reproduksi yang lain :-
8. Penetasan
a. Cara menetaskan telur : alami , karena Bapak Narsito tidak mempunyai
incubator dan penetasan alami lebih mudah
b. Jumlah telur yang ditetaskan : 10 butir
c. Umur telur yang ditetaskan : 1 hari
8
d. Daya tetas telur : 60 %
9. Pemasaran
a. Produk dijual dalam bentuk : hidup umur 1 tahun , alasannya
pembeli membeli kalkun untuk
dipelihara
b. Cara menjual produk adalah : pembeli dating langsung ke
tempat Bapak Narsito
c. Harga produk : Rp 15.000,00 /ekor umur 0 – 1 mg
: Rp 130.000,00/ekor umur 6 bulan
: Rp 250.000,00/ekor umur 1 tahun
4.2 PEMBAHASAN
9
yaitu, batuk, ngorok, keluar lender dari hidung atau dari mulut, kusam, nafsu makan
menurun, dan lemas.
Pengobatan yang dilakukan di peternakan kalkun Bapak Narsito dengan
cara menggerus daun pepaya pakai tangan dan memasukkan ke dalam mulut
kalkun, dan hal tersebut dilakukan setiap satu minggu dua kali. Selain penyakit
yang menyerang, pecegahan dilakukan dengan cara sanitasi kandang, di bagian sisi
kandang dan sekitar kandang, agar ternak yang dipelihara tidak mudah terserang
penyakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan
perpindahan penyakit di dalam farm (Widyantara, 2013).
10
berupa pur babi, bekatul, limbah sayuran dan limbah pengolahan sate kambing
tanpa memperhatikan porsi masing-masing bahan tersebut. Sehingga pemberian
pakan belum diketahui apakah nutrisi yang diberikan sudah mencukupi atau
melebihi dari kebutuhan kalkun tersebut.
Pemberian pakan pada ternak kalkun seharusnya diperhatikan berdasarkan
kebutuhan protein, energy metabolik, bahan baku pakan, metode penyusun ransum,
kebutuhan vitamin dan mineral, kebutuhan air minum kalkun. Secara umum pakan
kalkun mirip dengan pakan unggas atau jenis burung lainnya yaitu termasuk
pemakan biji-bijian, yang membedakan kalkun sangat menyukai hijauan daun dan
menbutuhkan kebutuhan protein yang lebih tinggi (Santa, 2013).
Tabel kebutuha pakan ternak kalkun
Zat makanan Starter Grower Dev Finisher
Protein % 28 23 18 16
EM 2900 3050 3200 3300
Leeson dan Summer (1996)
11
Jumlah 100,5 16,53 2900,65
(Steel dan Torrie, 1996).
4.2.4 Menejemen Reproduksi Kalkun
Memasuki umur enam bulan, kalkun sudah cukup umur dan siap untuk
dikawinkan. Kalkun dapat melakukan perkawinan secara alami maupun dibantu.
Manajemen reproduksi di peternakan kalkun milik Bapak Narsito menggunakan
sistem perkawinan alami. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai
sistem perkawinan Inseminasi Buatan (IB).
Kalkun jantan yang siap kawin ditandai dengan ciri-ciri selalu mengejar-
ngejar betina dan kerap bertarung dengan pejantan lain. Kalkun yang terlalu galak
dan kerap bertarung perlu dipisah dalam kandang tersendiri. Pasangan kalkun yang
besarnya sama, perkawinan tidak sulit dilakukan. Walaupun begitu, saat
perkawinan kita harus turut mengamati apakah terjadi ketidak-wajaran. Jika sudah
selesai, kalkun betina dapat kita beri tanda pita di kakinya. Demikian seterusnya
sampai semua betina sudah dikawini oleh pejantan. Dengan tanda pita tersebut kita
bisa tahu jika kalkun bertelur, maka telurnya adalah telur yang bisa menetas.
Berbeda dengan telur yang dihasilkan tanpa perkawinan. (Suprijatna, 2008)
Kalkun ini mempunyai masa mengeram selama 28 hari. Untuk memacu
produksi, telur kalkun ini bisa kita ambil dan ditetaskan dalam mesin. Setelah
beristirahat selama dua minggu setelah bertelur, kalkun bisa kembali dikawinkan.
Sebelum kembali kawin, kalkun betina harus kita karantina dalam kandang
tersendiri selama 2 minggu. Kalkun yang telurnya selalu diambil untuk ditetaskan,
akan kehilangan naluri mengeram. Jika sudah demikian, selama hidupnya kalkun
tidak akan pernah mengeram. Hal ini bagus untuk produktivitas telurnya, tetapi
banyak peternak yang merasa kasihan dengan kalkun seperti ini. Untuk
pencegahannya, kalkun juga harus diberi kesempatan mengeram. Jika dalam dua
atau tiga periode bertelur pengeramannya dilakukan dengan mesin, maka
selanjutnya diselingi dengan satu kali mengeram. (Sugiarsih dkk, 1985).
Menurut Prayitno dan Murad (2009), fase produksi telur pertama pada
kalkun dimulai pada umur induk 6,5-7,0 bulan, puncak fase produksi umur induk
12
9-10, sedangkan fase produksi kedua pada umur induk lebih dari 14 bulan. Produksi
telur pada fase produksi pertama lebih tinggi dibandingkan dengan produksi telur
di fase produksi kedua. Hal ini disebabkan oleh kemampuan organ reproduksi pada
fase produksi pertama lebih baik dari pada fase kedua. Produksi telur sejalan
dengan umur induk karena semakin tua umur induk, produksi telur akan menurun.
Salah satu faktor yang dapat memengaruhi fertilitas adalah umur induk (Kurtini dan
Riyanti, 2003). Oleh sebab itu, fase produksi dapat memengaruhi fertilitas.
13
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanto, Ade Septiawan. 2012. Karya Ilmiah Peluang Bisni “Beternak Ayam
Kalkun. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer Amikom.
Yogyakarta.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2007. Manajemen pemasaran (Edisi
12 jilid 2). Benyamin Molan (penerjemah). Marketing
Management. PT. Indeks: Jakarta
Kurtini, T. dan R. Riyanti. 2003. Teknologi Penetasan. Buku Ajar. Universitas
Lampung, Lampung
LEESON, S.L. and S.D. SUMMER. 1996. Broiler respons to energy and protein
dilution in the finisher diet. Poult. Sci. 75: 522 – 528.
Nasution M.H, 2013.Pemberian Pakan Kalkun Sesuai Umurnya. Jakarta Penebar
Swadaya
Prayitno , D.S., dan B.C. Murad. 2009. Manajemen Kalkun Berwawasan Animal
Welfare. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Rahminiwati, 2010. Bioprospeksi Ekstrak Jahe Gajah Sebagai Anti-Crd: Kajian
Aktivitas Antibakteri Terhadap Mycoplasma Galliseptikum dan E. Coli In
Vitro. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 15 No.1 ISSN 0853 – 4217
Santa , MP. 2013. Seri Life Skill : Beternak Kalkun. Jakarta : Musi Perkasa Utama.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia.
Jakarta. Diterjemahkan oleh B. Sumantri.
Sugiarsih, N.S., Yuningsih, dan S. Yogasari.1985. Pengaruh Berat Telur dengan
Daya Tetas dan Berat Telur Tetas Kalkun. Prosiding Seminar Peternakan dan
Forum Peternakan Unggas dan Aneka Ternak, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Cetakan ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta
Tarmudji. 2005. Penyakit Pernafasan Pada Ayam, Ditinjau Dari Aspek Klinik
Danpatologik Serta Kejadiannya Di Indonesia. Wart.Azoa Vol. 15 No. 2
Widyantara, Putu Riski Ananta., I K. A. Wiyana dan N. P. Sarini. 2013. Tingkat
Penerapan Biosekuriti Pada Peternakan Ayam Pedaging Kemitraan Di
Kabupaten Tabanan Dan Gianyar. Journal of Tropical Animal Science Vol.
1 No. 1.
15