Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN ANEKA TERNAK UNGGAS

MANAJEMAN PEMELIHARAAN TERNAK KALKUN PAK NARSITO

Kelompok 3

Diyanto D0A012032
Anggi Nur Fitriani D0A013007
Chaerul Amin D0A013012
Ryan Tri Hartono D0A013009
Adi Nugroho D0A013011
Hari Widodo D0A013018
Singgih Prasetyo Aji D0A013023
Triantoro Hidayat D0A013045
Ilyas Muzakki D0A013062
Mohamad Zaki Nufus D0A013069
Reza Eka Jaya Andika D0A011…..

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2015
LEMBAR PENGESAHAN

“Manajeman Pemeliharaan Ternak Kalkun Pak Narsito”

Kelompok 3
Nama Nim
Mohamad Zaki Nufus D0A013069
Diyanto D0A012032
Anggi Nur Fitriani D0A013007
Chaerul Amin D0A013012
Ryan Tri Hartono D0A013009
Adi Nugroho D0A013011
Hari Widodo D0A013018
Singgih Prasetyo Aji D0A013023
Triantoro Hidayat D0A013045
Ilyas Muzakki D0A013062
Reza Eka Jaya Andika D0A011…..

Mengetahui Koordinator Kepala Peternak


Kalkun
Assisten Pendamping Kelompok

Nidiyaul Fitri Mohamad Zaki Nufus Narsito


D1E011056 D0A013069

ii
DAFTAR ISI

DAFAR ISI ........................................................................................................... iii


I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ..............................................................................................1
1.2 Identitas Peternak .........................................................................................2
1.3 Kondisi Peternakan ......................................................................................2
1.4 Rumusan Masalah ........................................................................................2
II. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIKUM ................................................. 3
2.1 Tujuan Praktikum ........................................................................................3
2.2 Manfaat Praktikum ......................................................................................3
III. PEMECAHAN MASALAH YANG DITAWARKAN ............................. 4
3.1 Mensosialisaisikan Ternak Kalkun Kepada Masyarakat .........................4
3.2 Membentuk Kelompok Ternak Kalkun .....................................................4
3.3 Menetaskan Telur Sendiri Dengan Mesin Tetas........................................4
3.4 Pengadaan Pakan Alternatif ........................................................................4
3.5 Memperbaiki pola pemeliharaan kalkun ...................................................5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 6
4.1 HASIL ............................................................................................................6
4.2 PEMBAHASAN ............................................................................................9
4.2.1 Manajemen Kesehatan Kalkun .........................................................9
4.2.2 Manajemen Perkandangan ..............................................................10
4.2.3 Menejemen Pakan Kalkun ...............................................................10
4.2.4 Menejemen Reproduksi Kalkun ......................................................12
4.2.5 Menejemen Pemasaran Kalkun .......................................................13
V. KESIMPULAN ............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kalkun merupakan salah satu jenis aneka ternak unggas dari ordo
Galliformes, genus Meleagris yang banyak diminati kaum expatriat. Budidaya
kalkun di Indonesia masih belum popular dikarenakan belum disosialisasikan dan
masyarakat umumnya masih banyak mengkonsumsi daging ayam dibandingkan
daging kalkun. Daging kalkun mempunyai keunggulan disamping dagingnya yang
sangat lezat juga berprotein tinggi, kandungan lemak dan kolesterolnya sangat
rendah. Kandungan asam oleat (minyak zaitun) dan omega 6 yang cukup tinggi
akan bermanfaat bagi kesehatan jantung. Minyak zaitun, selain menambah cita rasa
juga memiliki sifat anti inflamasi yang kuat, membantu mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan.

Dalam Pemeliharaan kalkun kelemahan dalam pemeliharaan ternak kalkun


adalah rendahnya kemampuan indukan untuk untuk mengerami telur dan merawat
anak yang bisa berdampak pada kegagalan menetas dan daya tahan hidup anakan
kalkun.Serta sifatnya yang rakus yang membuat kebutuhan pakan berlebih.

Di Indonesia permintaan kalkun cukup tinggi terutama untuk memenuhi


permintaanhotel-hotel berbintang dan kaum expatriat. Di hotel-hotel berbintang di
Indonesia olahan menu kalkun termasuk menu favorit yang sangat diminati
pengunjung. Dari sisi pemeliharaan, kalkun sangat mudah, tidak rewel dalam hal
pakan dan perkawinannya mudah. Untuk beternak kalkun juga tidak membutuhkan
tempat luas.Dalam hal penjualan juga tidak sulit, harga penjualan tergolong tinggi.

Melihat potensi yang ada wajarlah ternak kalkun kami pelajari, dengan
mempelajari ternak kalkun kami mengupayakan adanya penambahan informasi
yang dapat kami terapkan di masyarakat. Ternak kalkun dapat dijadikan sebagai
sumbangan pemenuhan kebutuhan protein masyarakat. Kesadaran masyarakat
mengenai bahan makanan berkualitas merupakan peluang perkembangan ternak
kalkun di Indonesia.

1
1.2 Identitas Peternak
a. Nama : Bapak Narsito
b. Umur : 55 Tahun
c. Tempat Tinggal : Karanggintung RT 02 RW 03 Sumbang,Banyumas
d. Pekrjaan : Wiraswasta

1.3 Kondisi Peternakan


Peternakan yang kami kunjungi berlokasi di desa karanggintung kecamatan
sumbang. Peternakan kalkun yang kami kunjungi dimiliki oleh pak naraito. Tidak
ada pengalaman khusus yang dimiliki pak natsito dalam beternak kalkun , pak
narsito hanya beternak berdasarkan hobi beternaknya .Kondisi umum yang kami
temukan pertama kali adalah kondisi peternakan yang kurang didukung dari segi
sarana dan prasarana serta lokasi peternakan yang sangat dekat dengan lokasi
pemukiman warga.
Kondisi lain yang kami temui yaitu kurangnya penggunaan teknologi
peternakan yang mendukung usaha peternakan pak narsito. Lokasi kandang yang
kurang baik ditambah manajemen yang kurang baik menyebabnkan produktifitas
kurang optimal. Terlihat dari manajemen kesehatan yang kurang memperhatikan
kondisi sekitar seperti sanitasi dan biosekuriti serta tidak tersedianya kandang
karantina. Manajemen pemberian pakan juga menjadi konsentrasi kami dalam
praktikum kali ini. Pemberian pakan kurang di evaluasi dalam pemenuhan
kebutuhan ternak kalkun.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam manajemen peternakan kalkun ;

a. Masyarakat kurang mengerti tentang pengkonsumsian dan pemeliharaan


kalkun.
b. Peternak yang kurang banyak dan tidak menjalin kerjasama.
c. Tingkat kegagalan penetasan yang cukup tinggi.
d. Pakan yang dikonsumsi tidak mengandung gizi.
e. Manajemen pemeliharaan yang masih yang jauh dari tujuan untuk
pengembangbiakkan.

2
TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIKUM

2.1 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui Permasalahan manajamen pemelihaharaan ternak kalkun.


2. Mengetahui manajamen pakan ternak kalkun.
3. Mengetahui manajemen reproduksi ternak kalkun.
4. Mengetahui manajemen kesehatan ternak kalkun.
5. Mengetahui manajemen pemasaran ternak kalkun.

2.2 Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa di harapkan mampu memahami cara pemeliharaan ternak
kalkun.
2. Mahasiswa di harapkan mengetahui manajemen pakan pada kalkun.
3. Mahasiswa di harapkan mengetahui manajemen reproduksi pada kalkun.
4. Mahasiswa di harapkan mengetahui manajamen kesehatan pada kalkun.
5. Mahasiswa di harapkan mengetahui manajamen pemasaran kalkun.

3
PEMECAHAN MASALAH YANG DITAWARKAN

3.1 Mensosialisaisikan Ternak Kalkun Kepada Masyarakat

Kalkun merupakan jenis ungas dengan ukuran besar. Kalkun dewsa


memiliki bobot ± 3 Kg dengan pemeliharaan sampai berproduksi 2 tahun. Hal ini
cukup menyita waktu dalam pemeliharaan kalkun. Pemeliharaan yang lama ini
kalkun mempunyai berat badan yang tinggi, karkas yang lebih besar dan nilai jual
yang tinggi pula, hal ini mempunyai peluang untuk dapat dikembangkan dengan
baik sebagai usaha peternakan.

3.2 Membentuk Kelompok Ternak Kalkun

Kelompok ternak dalam suatu peternakan rakyat mempunyai peranan


penting, seperti permodalan, pemasaran, pengadaan pakan dan manajemen. Dengan
adanya kelompok yang ada membuat peternak kalkun bisa lebih mudah untuk
mengembangkan ternaknya, karena semua masalah bisa lebih mudah teratasi jika
berkelompok, untuk mencegah gulung tikar para peternak kalkun tradisional
dengan kapasitas sedikit, maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan dengan
membentuk kelompok peternak kalkun.

3.3 Menetaskan Telur Sendiri Dengan Mesin Tetas

Telur kalkun mempunyai ukuran lebih besar yaitu dua kali lipat dari telur
ayam. Kalkun mempunnyai waktu untuk mengerami telur selama 28 hari,
sedangkan untuk sekali menetaskan telurnya hanya sekitar 15 butir. (Sugiarsih dkk,
1985). Apabila waktu untuk mengerami digunakan untuk bertelur kembali akan
lebih cepat mengembangkannya, oleh karena itu dibutuhkan mesin tetas untuk
menetaskan telur agar kalkun dapat menggunakan waktunya dari mengerami
menjadi berproduksi.

3.4 Pengadaan Pakan Alternatif

Pakan yang di butuhkan untuk kalkun tentu besar, disesuaika dengan


kebutuhan berdasarkan umur kalkun. Maka dari itu dibutuhkan pakan alternatife

4
untuk memenuhi kebutuhan pakan kalkun, selain itu juga untuk menekan biaya
pakan. Pakan alternatife yang bisa di gunakan untuk kalkun yaitu sayuran atau daun
(sawi, kangkung, daun pepaya, daun singkong, lamtoro dll) "dirajang" kemudian di
campur dengan dedak atau konsentrat. Jika ingin lebih murah dan awet kita bisa
membuat kombinasi fermentasi daun kaya protein yang dikeringkan seperti daun
singkong, turi, lamtoro, ganggang azolla microphylla, papaya dan sebagainya,
dicampur dedak, dengan perbandingan 30%:70%. (Nasution,2013)

3.5 Memperbaiki pola pemeliharaan kalkun


Pola pemeliharaan ternak kalkun pada umumya masih menggunakan sistem
yang tradisional, dengan kandang yang sederhana dan pencagahan penyakit yang
minim, padahal ternak kalkun adalah ternak yang mudah untuk dipelihara karena
pemberian pakan yang tidak jauh beda dengan ternak ayam dan juga potensi akan
dagingnya yang lumayan besar bisa mencapai 4-5 kg untuk umur 1 tahun. Prayitno
(2009) menyatakan kesuksesan sebuah peternakan adalah meliputi menejemen
pemeliharaan, pakan dan pembibitan.

5
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Identitas Peternak
a. Nama : Pak Narsito
b. Umur : 55 tahun
c. Tempat Tinggal : Karnggintung RT 02 RW 03 Sumbang, Banyumas.
d. Pekerjaan : Wiraswasta
Identitas Ternak
a. Jenis ternak : Kalkun
b. Jumlah ternak : 28 ekor
c. Umur ternak
Umur 2 tahun sebanyak 2 ekor
Umur 1,5 tahun sebanyak 5 ekor
Umur 1 tahun sebanyak 7 ekor
Umur 1 minggu sebanyak 14 ekor
d. Produktivittas
Minggu ke Bobot Badan Keterangan
I (1) 1,25 Kg
16 Oktober 2015 (2) 2,25 kg
(3) 2,5 kg
(4) 2,4 kg
II (1) 1,5 kg
21 Oktober 2015 (2) 2,7 kg
(3) 2,9 kg
(4) 2.7 kg
III (1) 1,9 kg
26 Oktober 2015 (2) 2,8 kg
(3) 3,1 kg
(4) 3 kg

6
IV (1) 2 kg
29 Oktober 2015 (2) 2,8 kg
(3) 3,3 kg
(4) 3,2 kg

Manajemen Pemeliharaan
1. Kandang dan Perkandangan
a. Ukuran kandang : p x l x t = 150 cm x 80 cm x 100 cm
b. Tipe kandang : bertingkat
c. Bahan kandang : Atap menggunakan : Seng
:: Dinding menggunakan : Bambu
: Lantai menggunakan : Bambu
2. Bahan Tempat Pakan` : Bambu dengan kapasitas 14 ekor
Bahan Tempat Minum : Ember dan tempurung kelapa
: dengan kapasitas 7 ekor
3. Cara menempatkan ternak
a. Menjadi satu, karena keterbatasan lahan / tempat
b. Kepadatan kandang : umur 1 hari – 2 minggu 20 ekor/m2
: umur 12 bulan – 18 bulan 5 ekor/ m2
: umur ≥ 2 tahun 2 ekor/m2

c. Cara beternak : umur sampai 3 bulan intensif, selanjutnya semi intensif


4. Pakan dan Minum
a. Pakan yang diberikan :
Umur 0 – 1 bulan : Pakan komplit dengan kode 511
pabrikan CP
Umur > 1 bulan : Bekatul dan konsentrat babi
b. Cara pemberian pakan : di taruh di tempat pakan
c. Jumlah pakan yang diberikan : 50 gr/ekor/pemberian
d. Frekwensi pemberian pakan : 3 x sehari

7
e. Feed supplement yag diberikan adalah vitachick dan gula merah. Dosis
pemberian vitachick yaitu 1gr/liter, waktu pemberinya seminggu sekali.
Pemberian gula merah hanya diberiakan saat baru menetas 100 gram /liter
f. Sumber air minum : sumur
g. Jumlah air minum yang dikonsumsi :3 liter/hari
5. Kesehatan
a. Penyakit yang pernah menyerang adalah : CRD
b. Jumlah ternak yang sakit : -
c. Program pencegahan penyakit yang dilakukan adalah : Sanitasi
d. Program pengobatan penyakit yang dilakukan adalah :
e. Sanitasi kandang ada / tidak ada
f. Jika sanitasi kandang dilakukan adalah dengan cara :
Frekuensi sanitasi adalah pembersihan kandang 3x sehari
6. Produksi telur/produksi daging
a. Umur pertama kali bertelur : 6 – 8 bulan
b. Berapa jumlah produksi telur : 10 butir
c. Kualitas telur yang dihasilkan : Baik
d. Kapan terakhir ternak dipotong/dijual : 26 oktober 2015
alasannya karena ada yang membutuhkan dan pembelinya menawar
dengan harga diatas pasaran
e. Bobot akhir saat dipotong/dijual : 3 kg
7. Reproduksi
a. rasio jantan:betina : 4:3
b. cara perkawinan : Alami
c. umur pertama kali kawin : 8 bulan
d. Keterangan tentang reproduksi yang lain :-
8. Penetasan
a. Cara menetaskan telur : alami , karena Bapak Narsito tidak mempunyai
incubator dan penetasan alami lebih mudah
b. Jumlah telur yang ditetaskan : 10 butir
c. Umur telur yang ditetaskan : 1 hari

8
d. Daya tetas telur : 60 %
9. Pemasaran
a. Produk dijual dalam bentuk : hidup umur 1 tahun , alasannya
pembeli membeli kalkun untuk
dipelihara
b. Cara menjual produk adalah : pembeli dating langsung ke
tempat Bapak Narsito
c. Harga produk : Rp 15.000,00 /ekor umur 0 – 1 mg
: Rp 130.000,00/ekor umur 6 bulan
: Rp 250.000,00/ekor umur 1 tahun

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Manajemen Kesehatan Kalkun

Seperti unggas lain, kalkun juga bisa terserang penyakit. Pencegahan


penyakit pada kalkun dapat diatasi dengan pemberian vaksin. Namun pemberian
vaksin ini harus tepat dosisnya. Vaksin untuk kalkun sama dengan vaksin untuk
unggas lain seperti ayam broiler. Namun lebih baik lagi jika kita sebelumnya
berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan Ternak.
Kalkun yang dipelihara oleh bapak Narsito tidak pernah dilakukan vaksin,
namun hanya diberi obat-obatan tradisional dan obat cacing. Obat cacing diberikan
setiap tiga bulan sekali yang berfungsi untuk mencegah terjadinya cacingan pada
kalkun yang akhirnya menghambat pertumbuhan. Parasit cacing yang sering
dijumpai pada jenis aves adalah Heterakis gallinarum. Heterakis gallinarium
adalah salah satu dari nematoda yang paling sering didiagnosis pada saluran
pencernaan bangsa burung (Tarmudji, 2005).
Penyakit yang sering menyerang kalkun selain cacingan yaitu CRD.
Penyakit jenis ini merupakan penyakit pernafasan. CRD (Chronic Respiratory
Disease) adalah penyakit pernapasan pada unggas yang bersifat kronik, penyakit ini
timbul karena adanya infeksi saluran pernapasan oleh Mycoplasma gallisepticum
dan E. colli (Rahminiwati, 2010). Ciri-ciri unggas yang terserang penyakit CRD

9
yaitu, batuk, ngorok, keluar lender dari hidung atau dari mulut, kusam, nafsu makan
menurun, dan lemas.
Pengobatan yang dilakukan di peternakan kalkun Bapak Narsito dengan
cara menggerus daun pepaya pakai tangan dan memasukkan ke dalam mulut
kalkun, dan hal tersebut dilakukan setiap satu minggu dua kali. Selain penyakit
yang menyerang, pecegahan dilakukan dengan cara sanitasi kandang, di bagian sisi
kandang dan sekitar kandang, agar ternak yang dipelihara tidak mudah terserang
penyakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan
perpindahan penyakit di dalam farm (Widyantara, 2013).

4.2.2 Manajemen Perkandangan

Kandang mempunyai peranan sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung


bagi ternak (Ardiyanto, 2012). Kandang-kandang kalkun berbeda-beda dari
segikelompok umur. Besar kecilnya kandang juga berbeda berdasarkan banyaknya
kalkun yang dipelihara. Hal ini dimksudakan agar kalkun yang dipelihara nyaman
untuk bergerak.
Kandang kalkun yang digunakan ditempat bapak Narsito merupakan kandang
jenis panggung, dengan bahan bambu dan kayu, dengan atap seng. Kandang ini
bersamaan dengan kandang ayam kampung dan Bangkok, dimana pemisah antara
kalkun, ayam kampung dan Bangkok dengan sekat/pembatas dari bambu.
Konstruksi kandang pada kandang kalkun yang dimiliki bapak narsito yaitu
mempunnyai ukuran dengan panjang 1,5 m, lebar 80 cm, dan tinggi 2 m. ukuran
kandang ini di gunakan untuk kalkun berumur 1 hari sampai umur 3 bulan. Untuk
kandang kalkun yang sedang bertelur dan siap untuk menetas diperlukan kandang
yang sedang, tidak terrlalu panas dan tidak terlalu dingin. Menurut Santa (2013)
mengatakan bahwa kondisi kandang yang sering mengalami temperatur yang
ekstrim panas/dingin, menghasilkan telur dengan daya tetas yang rendah.
4.2.3 Menejemen Pakan Kalkun

Pemberian pakan kalkun di peternakan Bapak Narsito kurang


memperhatikan standar kebutuhan beternak kalkun yang baik. Pemberian pakan

10
berupa pur babi, bekatul, limbah sayuran dan limbah pengolahan sate kambing
tanpa memperhatikan porsi masing-masing bahan tersebut. Sehingga pemberian
pakan belum diketahui apakah nutrisi yang diberikan sudah mencukupi atau
melebihi dari kebutuhan kalkun tersebut.
Pemberian pakan pada ternak kalkun seharusnya diperhatikan berdasarkan
kebutuhan protein, energy metabolik, bahan baku pakan, metode penyusun ransum,
kebutuhan vitamin dan mineral, kebutuhan air minum kalkun. Secara umum pakan
kalkun mirip dengan pakan unggas atau jenis burung lainnya yaitu termasuk
pemakan biji-bijian, yang membedakan kalkun sangat menyukai hijauan daun dan
menbutuhkan kebutuhan protein yang lebih tinggi (Santa, 2013).
Tabel kebutuha pakan ternak kalkun
Zat makanan Starter Grower Dev Finisher
Protein % 28 23 18 16
EM 2900 3050 3200 3300
Leeson dan Summer (1996)

Menurut Nasution (2013) pemberian pakan kalkun sesuai kondisi dan


umurnya itu sangat penting, karena untuk jenis kalkun anakan dan kalkun dewasa
memiliki porsi pakan dan menu yang berbeda, karena kemampuan tembolok kalkun
untuk menampung makanan dan kemampuan untuk mencerna makanan akan
berbeda. Masa pertumbuhan, biasanya kalkun membutuhkan gizi dan nutrisi yang
lebih tinggi.
Susunan ransum untuk kalkun
Bahan Pakan Presentase (%) Protein (%) Energi (kkal/kg)
Tepung Ikan 5 3,05 154,00
Bungkil Kedelai 8 3,75 218,40
Bungkil Kelapa 10 2,13 254,00
Jagung 25 1,78 966,25
Tepung Rajungan 8 1,10 164,00
Premix 1 - -
Bekatul 40 4,72 144,00
Zeolit 3,05 - -

11
Jumlah 100,5 16,53 2900,65
(Steel dan Torrie, 1996).
4.2.4 Menejemen Reproduksi Kalkun

Memasuki umur enam bulan, kalkun sudah cukup umur dan siap untuk
dikawinkan. Kalkun dapat melakukan perkawinan secara alami maupun dibantu.
Manajemen reproduksi di peternakan kalkun milik Bapak Narsito menggunakan
sistem perkawinan alami. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai
sistem perkawinan Inseminasi Buatan (IB).
Kalkun jantan yang siap kawin ditandai dengan ciri-ciri selalu mengejar-
ngejar betina dan kerap bertarung dengan pejantan lain. Kalkun yang terlalu galak
dan kerap bertarung perlu dipisah dalam kandang tersendiri. Pasangan kalkun yang
besarnya sama, perkawinan tidak sulit dilakukan. Walaupun begitu, saat
perkawinan kita harus turut mengamati apakah terjadi ketidak-wajaran. Jika sudah
selesai, kalkun betina dapat kita beri tanda pita di kakinya. Demikian seterusnya
sampai semua betina sudah dikawini oleh pejantan. Dengan tanda pita tersebut kita
bisa tahu jika kalkun bertelur, maka telurnya adalah telur yang bisa menetas.
Berbeda dengan telur yang dihasilkan tanpa perkawinan. (Suprijatna, 2008)
Kalkun ini mempunyai masa mengeram selama 28 hari. Untuk memacu
produksi, telur kalkun ini bisa kita ambil dan ditetaskan dalam mesin. Setelah
beristirahat selama dua minggu setelah bertelur, kalkun bisa kembali dikawinkan.
Sebelum kembali kawin, kalkun betina harus kita karantina dalam kandang
tersendiri selama 2 minggu. Kalkun yang telurnya selalu diambil untuk ditetaskan,
akan kehilangan naluri mengeram. Jika sudah demikian, selama hidupnya kalkun
tidak akan pernah mengeram. Hal ini bagus untuk produktivitas telurnya, tetapi
banyak peternak yang merasa kasihan dengan kalkun seperti ini. Untuk
pencegahannya, kalkun juga harus diberi kesempatan mengeram. Jika dalam dua
atau tiga periode bertelur pengeramannya dilakukan dengan mesin, maka
selanjutnya diselingi dengan satu kali mengeram. (Sugiarsih dkk, 1985).

Menurut Prayitno dan Murad (2009), fase produksi telur pertama pada
kalkun dimulai pada umur induk 6,5-7,0 bulan, puncak fase produksi umur induk

12
9-10, sedangkan fase produksi kedua pada umur induk lebih dari 14 bulan. Produksi
telur pada fase produksi pertama lebih tinggi dibandingkan dengan produksi telur
di fase produksi kedua. Hal ini disebabkan oleh kemampuan organ reproduksi pada
fase produksi pertama lebih baik dari pada fase kedua. Produksi telur sejalan
dengan umur induk karena semakin tua umur induk, produksi telur akan menurun.
Salah satu faktor yang dapat memengaruhi fertilitas adalah umur induk (Kurtini dan
Riyanti, 2003). Oleh sebab itu, fase produksi dapat memengaruhi fertilitas.

4.2.5 Menejemen Pemasaran Kalkun

Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu


atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada
pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau
jasa mulai dari produsen sampai konsumen (Kotler, 2007).
Pemasaran produk kalkun dijual ke warga sekitar baik dalam bentuk hidup
maupun dalam bentuk karkas juga di jual ke pasar lewat pengepul. Ternak kalkun
hidup yang dijual kalkun umur 1 bulan dijual dengan harga Rp. 50.000 yang
berumur 6 bulan seharga Rp.150.000 dan umur 1 tahun bobot sudah mencapai 3
kg dijual dengan harga Rp 250.000.
.

13
KESIMPULAN

Berdasarkan Hasil Pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya

1. Peternak Kalkun pak narsito masih bersifat tradisional dan kurang


memperhatikan manajemen pemeliharaan meliputi manajemen kesehatan,
manajemen pemberian pakan, dan manajemen penjualan.
2. Pakan ternak kalkun tidak jauh berbeda dengan ternak ungags yang lain,
pakan kalkum lebih banyak mengandung protein agar pertumbuhan kalkun
optimal. Unsur gizi yang terkandung pada pakan kalkun meliputi: protein.
Karbohidrat, vitamin, mineral, kalsium, ca dan p.
3. Fase produksi kalkun indukan mulai usia 6,5 - 7 bulan, puncak fase produksi
umur induk 9--10, sedangkan fase produksi kedua pada umur induk lebih dari
14 bulan
4. Manajemen kesehatan kalkun meliputi: sanitasi kandang biosecurity,
vaksinasi, pemberian obat dan vitamin, dan pengkarantinaan kalkun yang
terkena penyakit. Serta pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan
penyakit di dalam lingkungan peternakan.
5. Pemasaran kalkun adalah ke pasar dan warga sekitar, sedangkan utuk
penjualan kalkun yang baik pada umur 6 bulan, adapun kalkun umur 1 bulan
dijual dengan harga Rp. 50.000 yang berumur 6 bulan seharga Rp.150.000
dan umur 1 tahun bobot sudah mencapai 3 kg dijual dengan harga Rp 250.000
.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, Ade Septiawan. 2012. Karya Ilmiah Peluang Bisni “Beternak Ayam
Kalkun. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer Amikom.
Yogyakarta.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2007. Manajemen pemasaran (Edisi
12 jilid 2). Benyamin Molan (penerjemah). Marketing
Management. PT. Indeks: Jakarta
Kurtini, T. dan R. Riyanti. 2003. Teknologi Penetasan. Buku Ajar. Universitas
Lampung, Lampung
LEESON, S.L. and S.D. SUMMER. 1996. Broiler respons to energy and protein
dilution in the finisher diet. Poult. Sci. 75: 522 – 528.
Nasution M.H, 2013.Pemberian Pakan Kalkun Sesuai Umurnya. Jakarta Penebar
Swadaya
Prayitno , D.S., dan B.C. Murad. 2009. Manajemen Kalkun Berwawasan Animal
Welfare. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Rahminiwati, 2010. Bioprospeksi Ekstrak Jahe Gajah Sebagai Anti-Crd: Kajian
Aktivitas Antibakteri Terhadap Mycoplasma Galliseptikum dan E. Coli In
Vitro. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 15 No.1 ISSN 0853 – 4217
Santa , MP. 2013. Seri Life Skill : Beternak Kalkun. Jakarta : Musi Perkasa Utama.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia.
Jakarta. Diterjemahkan oleh B. Sumantri.
Sugiarsih, N.S., Yuningsih, dan S. Yogasari.1985. Pengaruh Berat Telur dengan
Daya Tetas dan Berat Telur Tetas Kalkun. Prosiding Seminar Peternakan dan
Forum Peternakan Unggas dan Aneka Ternak, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Cetakan ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta
Tarmudji. 2005. Penyakit Pernafasan Pada Ayam, Ditinjau Dari Aspek Klinik
Danpatologik Serta Kejadiannya Di Indonesia. Wart.Azoa Vol. 15 No. 2
Widyantara, Putu Riski Ananta., I K. A. Wiyana dan N. P. Sarini. 2013. Tingkat
Penerapan Biosekuriti Pada Peternakan Ayam Pedaging Kemitraan Di
Kabupaten Tabanan Dan Gianyar. Journal of Tropical Animal Science Vol.
1 No. 1.

15

Anda mungkin juga menyukai