Anda di halaman 1dari 5

I.

Tujuan

Agar mengetahui kuat tanah jika diberikan tekanan rendah sampai tinggi untuk
mewujudkan tatanan serta penggunaan tanah yang tertib dan teratur sesuai
kemampuan dan fungsi pertanahan.

II. Landasan Teori

A. Definisi Konsolidasi

Konsolidasi lahan menurut Peraturan Kepala Badan pertanahan Nasional


Nomor 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi Tanah, Konsolidasi tanah adalah
kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan
penggunaan serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan,
untuk peningkatan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam
dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Secara umum konsolidasi lahan
bertujuan untuk menata kembali penguasaan tanah oleh masyarakat agar
tercipta suatu pemanfaatan kondisi lingkungan yang lebih baik. Hal ini dapat
berupa penambahan atau penataan fasum jalan, penataan ruang terbuka hijau,
penataan kavling – kavling tanah milik masyarakat sehingga tercipta
pengembangan lingkungan hunian yang lebih berkualitas

Gambar pebedaan pengembangan lingkungan dengan konsolidasi lahan

(Admindpu,2020)
B. Proses Konsolidasi
Mekanisme proses konsolidasi satu dimensi ( one dimensional
consolidation ) dapat digambarkan dengan cara analisi seperti yang ditunjukkan
pada gambar berikut. Silinder berpiston yang berlubang dan dihubungkan
dengan pegas, di isi air sampai memenuhi silinder. Pegas dianggap bebas dari
tegangan-tegangan dan tidak ada gesekan antara dinding silinder dengan tepi
piston. Pegas melukiskan tanah yang mampat, sedangkan air dalam piston
melukiskan air pori, dan lubang pada piston melukiskan kemampuan tanah
dalam meloloskan air atau permeabilitas tanahnya.
Dalam gambar 1. melukiskan kondisi di mana system dalam keseimbangan.
Kondisi ini identik dengan lapisan tanah yang dalam keseimbangan dengan
tekanan overburden. Alat pengukur tekanan yang dihubungkan dengan silinder
memperlihatkan tekanan hidrostatis, pada lokasi tertentu di dalam tanah.
Dalam gambar 2. tekanan ∆σ dikerjakan di atas piston dengan posisi katub V
tertutup. Namun akibat tekanan ini, piston tetap tidak bergerak, karena air tidak
dapat keluar dari tabung, sedangkan air dapat mampat. Pada kondisi ini,
tekanan yang berkerja pada air tidak dapat dipindahkan ke pegas, tapi
sepenuhnya didukung oleh air. Pengukur tekanan air dalam silinder
menunjukkan kenaikan tekanan sebesar ∆u = ∆σ, atau pembacaan tekanan
sebesar uo + ∆σ. Kenaikan tekanan air pori ∆u tersebut disebut kelebihan
tekanan air pori ( excess pore water pressure ). Kondisi pada kedudukan katup
V tertutup ini melukiskan kondisi tak terdrainasi ( undrained di dalam tanah ).
Akhirnya pada suatu saat, tekanan air pori nol dan seluruh tekanan ∆σ di
dukung oleh pegas dan piston tidak turun lagi. Kedudukan ini melukiskan tanah
telah dalam kondisi terdrainasi (drained) dan konsolidasi telah berakhir.
Walaupun model piston pegas ini agak kasar, tapi cukup menggambarkan apa
yang terjadi bila tanah kohesif jenuh dibebani di laboratorium maupun di
lapangan.
Gambar 1 Analogi Konsolidasi

Gambar 2 Analogi Konsolidasi

Reaksi tekanan air pori terhadap fondasi

a) Fondasi pada tanah lempung jenuh


b) Diagram perubahan tekanan air pori terhadap waktu
(Iwansut,2014)

C . Penentuan Tekanan Pra-Konsolidasi

Tanah mempunyai memori atas beban yang pernah dialaminya.


Tegangan yang maksimum yang pernah dialami tanah disebut tekanan
prakonsolidasi ( preconsolidation pressure ). Casagrande mengusulkan suatu
prosedur empiris dari kurva e-log a’ untuk mendapatkan nilai σp’.

Perhitungan tekanan prakonsolidasi terdiri dari beberapa tahap berikut:

1) Tarik garis sesuai dengan bagian garis yang lurus (BC) dari kurva
2) Tentukan titik D sampai ke lengkungan maksimum pada bagian
rekompresi (AB) dari kurva
3) Gambarkan garis singgung terhadap kurva pada D dan bagilah sudut
antara garis singgung tersebut menjadi dua dengan garis horizontal
melalui D
4) Garis vertikal yang melalui perpotongan garis-garis dan CB memberikan
nilai pendekatan untuk tekanan prakonsolidasi. Pada prosedur ini sepadat
mungkin tekanan prakonsolidasi tersebut tidak dilewati. Kompresi tidak
besar akan bila tegangan vertikal relatif efektif tetap di bawah σp. Bila
dilewati maka kompresi akan besar.

Pada prosedur ini sedapat ini tekanan prakonsolidasi tersebut tidak


dilewati. Komprensi tidak akan besar tegangan vertikal efektif tetap di
bawah OP Bila dilewati maka kompresi akan besar. Selain metode
casagrande, ada juga cara lain yang dipakai untuk menentukantekanan
prakonsolidasi yaitu menggunakan kurva e - log O di lapangan akibat efek
pengambilan contoh tanah pada uji oedometer yang sedikit terganggu
menghasilkan penurunan kemiringan garis kompresi asli, sehingga
kemiringan garis kompresi asli dari tanah di lapangan akan sedikit lebih
besar daripada kemiringan garistersebut yang didapat dari uji laboratorium.
Tidak ada kesalahan yang berarti dalam mengambil angka pori di lapangan

dan angka pori di pada awal uji laboratorium Schmertman membuktikan


bahwa garis asli laboratorium dapat berpotongan dengan garis asli di
lapangan pada angka pori sebesar 0,42 kali angka pori awal. garis asli
dilapangan dapat diambil sebagai garis EF, dimana koordinat : adalah log
(=Log OP) dan eo. F adalah titik pada garis asli laboratorium pada angka
pori.

Gambar. Hubungan antara angka pori - tegangan efektif

(Moch imam muflih,2015)

Anda mungkin juga menyukai