Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH ANTROPOLOGI

MASA DEPAN UMAT MANUSIA


(ANTROPOLOGI MASA DEPAN)

Disusun Oleh:

Samaria Mansel (1770750021)

Program Studi Hubungan Internasional


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat penyertaanNya
penyusunan makalah antropologi yang berjudul “Masa Depan Umat Manusia dan Isu
Antropologi Masa Depan” dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data penulis yang bersumber dari buku
panduan yang berkaitan dengan Antropologi, serta media massa yang berhubungan dengan masa
depan umat manusia dan isu antropologi. Penulis juga berterima kasih kepada dosen Pengantar
Ilmu Antropologi atas bimbingan dan arahan dalam menyusun makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

2
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………………………1

Kata Pengantar………………………………………………………………………………….....2

Daftar isi…………………………………………………………………………………………..3

BaB I : Pendahuluan………………………………………………………………………………4

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………4

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………..4

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………………4

BAB II : Pembahasan

II.1 Masa Depan Umat Manusia………………………………………………………………….5

II.2 Masa Depan Antropologi………………………………………………………………….....9

II.3 Antropologi Masa Kini………………………………………………………………………13

II.4 Analisa Kasus…………………………….……………………………………………….…15

BAB III : Penutup

III.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………21

3
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Ahli antropologi tidak dapat meramalkan masa depan bentuk kebudayaan dibandingkan
dengan ahli biologi yang dapat meramalkan bentuk-bentuk kehidupan masa depa. Akan tetapi,
mereka dapat mengidentifikasikan kecenderungan-kecenderungan tertentu, yang mungkin tidak
disadari dan mereka dapat memperkirakan sebelumnya beberapa akibat yang dapat diharapkan
kalau pola keadaan itu berlanjut. Mereka juga dapat menjelaskan masalah-masalah yang telah
diidentifikasikan oleh para ahli lain dengan menunjukan bagaimana masalah-masalah itu saling
berhubungan satu sama lain dan juga dengan kebiasaan dan sikap budaya, yang sering tidak
disadari oleh “para ahli” lain.

Masa depan umat manusia mulai terancam “punah” oleh perbuatan mereka sendiri,
pertumbuhan penduduk, polusi, sampah yang tidak dikelola merupakan hal-hal yang akan
menghilangkan masa depan umat manusia. Dampak dari masalah-masalah itu berakibat pada
kekurangan persediaan makanan dan tidak ada pemecahan masalah tersebut, agaknya jika semua
kesulitan-kesulitan tersebut tidak dipahami masalah tersebut tidakakan bias diselesaikan

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang terjadi pada masa depan umat manusia ?
2. Apakah yang terjadi pada ilmu antropologi di masa depan ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengethaui perkembangan umat manusia di masa depan
2. Mengetahui perkembangan yang terjadi pada ilmu antropologi di masa depam

4
BAB II

II.1 Masa Depan Umat Manusia

Masa Depan Kultural Umat Manusia

Bagaimanapun masa depan biologis spesies manusia, kebudayaan tetap merupakan


mekanisme manusia untuk memecahkan masalah-masalah kehidupannya. Meskipun demikian,
beberapa ahli antropologi mengemukakan dengan prihatin dengan prihatin dan menganggapnya
sebagai suatu tendensi bahwa masalah-masalah umat manusia kelihatannya melebihi
kemampuan kebudayaan untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri. Masalahnya yang
utama agaknya ialah bahwa dengan memecahkan masalah yang ada, kebudayaan tidak boleh
tidak juga menimbulkan masalah baru.

Satu Kebudayaan Dunia

Dalam beberapa tahun belakangan muncul satu opini atau keyakinan tentang
kebudayaan yang sama atau homogen. Hal ini didasarkan pada pesatnya perkembangan
komunikasi, transportasi, dan perdagangan yang membuat hubungan antar bangsa semakin erat.
Dengan adanya kemajuan teknologi yang pesat segala sesuatu dapat diakses dengan mudah,
dengan itu hal-hal seperti lifestyle di dunia bagian barat dapat ditiru oleh bagian timur.

Banyak orang-orang yang sudaj dewasa menganggap bahwa dengan adanya satu
kebudayaan untuk seluruh dunia akan baik sekali, karena akan mengurangi peluang terjadinya
salah paham, yang selalu terjadi dalam beberapa ratus tahun terakhir ini yang menyebabkan
timbulnya peperangan. Akan tetapi para ahli antropologi mempersalahkan hal ini, mengingat
adanya bukti-bukti bahwa cara berfikir tradisonal seseorang dan semua orang lain dapat bertahan
juga dalam menghadapi perubahan-perubahan yang besar mengenai aspek-aspek lain.

Penolakan Modernitas

5
Seiring berjalannya waktu kebudayaan tradisional mulai tergerus oleh hal-hal modern, barang-
barang bagus dan teknologi yang semakin memadai. Tetapi bukan berarti semua itu tergerus oleh
modernisasi, masih banyak perbedaan atau kebudayaan tradisional yang masih tersisa di dunia.
Memang tampaknya ada tendensi yang semakin kuat pada orang-orang diseluruh duniauntuk
melawan, dan dalam banyak hal untuk menjauhkan diri dari modernisasi. Manifestasi-
manifestasinya yang telah banyak kita sebut adalah gerakan separatisme yang terjadi di seluruh
dunia, dan keberhasilan, sampai sekarang ini, seperti suku baduy yang berada di Lebak Banten,
mereka masih menjaga kebudayaan lokal dengan membatasi pengunan teknologi di daerah
tersebut.

Pluralisme Kebudayaan

Pluralisme kebudayaan adalah interaksi social dan politik antara orang-orang yang
berbeda cara hidup dan berfikirnya dalam masyarakat yang sama. Secara ideal, pluralisme
kebudaayaan berarti penolakan kefanatikan, purbasangka, dan rasisme, dan penerimaan sikap
menghargai kebudayaan tradisional orang lain. Dalam kenyataannya, jarang keadaannya
demikian. Contohnya sebuah bentuk pluralisme kebudayaan dapat dilihat di new York city,
dimana orang-orang Puerto rico, yang memiliki tradisi kebudayaan dan nilai-nilainya sendiri,
hidup berdampingan dengan penduduk new York lain-lainya.

Etnosentrisme merupakan masalah besar yan melekat pada pluralisme kebudayaan adalah
konsep etnosentrime. Etnosentrisme adalah kepercayaan bahwa kebudayaan sendiri lebih baik
daripada semua kebudayaan lainnya. Etnosentrisme mengacupada perasaan positif seseorang
tentang kebudayaannya sendiri. Fungsi perasaaan adalah memperkuat ego seseorang dan ikatan
sosialnya kepada kelompoknya. Dalam suatu bentuk yang jahat, Etnosentrisme adalah sebuah
bentuk evangelisme (dakwah-isme) yang sering ditandai oleh tendensi militaristis dan agresif
dan terdapat pada suatu kebudayaan yang berusaha menyebar luaskan kepercayaannya pada
kebudayaan lain. Ini sering kali menyebabkan kelompok yang satu memaksakan kehendaknya
kepada yang lain, dan dapat memicu kekacauan dan menyebabkan pertikaian yang dapat
merenggut nyawa seseorang.

Apartheid Sedunia

6
Apartheid yang menjadi politik resmi pemerintah afrika selatan terdiri atas program-
program atau peraturan-peraturan yang bertujuan untuk melestarikan segregasi (pemisahan)
rasial. Secara struktual apartheid dimaksudkan untuk mempertahankan dominasi minoritas “kulit
putih” atas mayoritas bukan kulit putih melalui pengaturan masyarakat di bidang social.
Ekonomi, politik, dan kebudayaan orang bukan kulit putih dihalang-halangi untuk berpartisipasi
secara efektif  dalam kehidupan politik, mereka dibatasi dimana mereka dapat bertempat tinggal
dan apa yang dapat mereka lakukan dan mereka tidak diberi hak untuk bepergian dengan bebas.
Sebaliknya orang kulit putih mengendalikan, pemerintahan, dengan sendirinya termasuk urusan
militer dan polisi.

Peran orang-orang kulit di dunia juga berdampak di Afrika Selatan, salah satunya adalah
Inggris dimana orang Inggris menguasai bisnis dan industri di Afrika Selatan. Harapan hidup di
Afrika Selatan yang terpendek ialah diantara orang-orang non kulit putih. Senjata penghancur
massal kebanyakan dimiliki orang-orang berkulit putih seperti AS, Perancis, Rusia, dan Inggris.
Karena kutukan terhadap apartheid hampir-hampir umum dank arena apartheid dunia bahkan
lebih ganas lagi, kita seharusnya lebih prihatin lagi.

Masalah Kekerasan Struktural

Salah satu konsekuensi sistem aprtheid entah itu resmi atau tidak, nasional atau dunia
adalah banyaknya kekerasaan struktural  yaitu kekerasan yang terjadi karena adanya situasi dan
lembaga-lembaga tertentu, dan karena struktur sosial,politik, dan ekonomi. Kalau oran
gmeninggal karena kelaparan, misalnya itu disebabkan karena ia terhalang untuk memperoleh
pangan. Dampaknya adalah kekerasan, sekalipun yang harus disalahkan adalah sistem produksi
dan distribusi pangannya. Dengan demikian mereka memberikan sumbangan kunci untuk
memahami masalah-masalah modern seperti kelebihan penduduk, kekurangan pangan, polusi,
dan ketidakpuasan yang tersebar diseluruh dunia

Pertambahan Penduduk

Pertambahan penduduk merupakan salah satu masalah kritis yang dihadapi umat manusia
dimasa yang akan datangadalah “ledakan penduduk”. Masih belum dapat memastikan apakah
urbanisasi dan pemukiman yang berjubel itu sendiri merupakan masalah-masalah yang serius
tetapi tidak mungkin ada keragu-raguan bahwa hal-hal seperti kelaparan, kemiskinan, pergolakan

7
sosial dan stres mental yang menyertai pertambahan penduduk itu adalah krisis-krisis yang
mendesak.Karena faktor-faktor seperti usia yang semakin panjang, teknologi pertanian yang
semakin canggih, dan kemajuan dalam pengobatan, penduduk telah bertambah dengan laju yang
sangat pesat pada beberapa dekade terakhir. Seterusnya telah menciptakan masalah-masalah
yang sampai sekarng ini melebihi kemampuan kebudayaan untuk menemukan pemecahan-
pemecahannya.

Kekurangan Pangan

Masalah terpenting yang berasal dari pertambahan penduduk hanya sederhana


“Bagaimana caranya memberi makan kepada begitu banyak orang?”. Pada skala dunia, banyak
orang berpendapat bahwa umat manusia menghadapi hari depan yang mengandung kemungkinan
akan terkurangnya sumber pangannya yang tradisional. Sebelum PD II, di dunia orang
memprodusi cukup banyak pangan, sehingga semua daerah geografi mengekspor pangan, kecuali
Eropa Barat. Sampai tahun 1960an sedikit banyak produksi pangan di dunia sejalan dengan
pertumbuhan penduduk, meskipun menjelang pertengahan tahun 1960an pangan sudah semakin
suka diperoleh. Pada waktu itulah dilancarkan “revolusi hijau”.

Revolusi Hijau merupakan suatu usaha besar untuk meningkatkan produksi pangan di
negra-negara miskin di dunia. Variasi-variasi padi-padian baru yang unggul khususnya gandum,
padi dan jagung dikembangkan dalam kondisi yang tepat dapat melipatgandakan hasil padi-
padian pribumi. Revolusi Hijau telah membawa beberapa hasil yang dramatis.

Masalah lain yang berhubungan dengan usaha memberi makan kepada penduduk dunia
yang meledak berkaitan dengan preferensi akan makanan-makanan tertentu yang berakar dalam
kebudayaan. Kebiasaan makan suatu bangsa sering mengecualikan pangan yang persediaannya
berlimpah-limpah atau bergizi, dan menuntut yang lebih langka atau yang mutunya lebih rendah.
Meskipun ada masalah-masalah etika yang serius, para ahli antropologi di kemudain hari
mungkin akna menerima tugas untuk berusaha mengubah selera orang yang berhubungan dengan
kebudayaan dan adat kebiasaan agar mereka dapat mempertahankan hidp mereka.

Polusi

Baru belakangan ini manusia menyadri akibat yang dapat menimbulkan malapetaka dari
kelebihan penduduk dan industrialisasi yang tidak terkendali atas lingkungan sebagai tempat kita

8
bergantung ada lingkungan tersebut. Polusi merupakan ancaman langsung kesehatan manusai
seperti dalam udara hirup, air yang kita minum, makanan yang kita santap

Manusia modern mengetahui sebab-sebab polusi dan menyadari bahwa polusi merupakan
bahaya untuk masa depan manusia. Lalu, mengapa manusia tidak dapat mengendalikan sumber
kerusakan yang mencemarkan kediamannya sendiri ? Jawabannya terletak dalam tradisi teologi
dan filsafat, masyarakat industri barat memakai injil sebagai pedoman bahwa mereka adalah
yang berkuasa atas semua makhluk hidup dibumi. Dengan semakin banyaknya masalah polusi
akhir para penguasapun membuat undang-undang yang melarang perburuan ikan paus,
membuang sampah ke sungai, dan meracuni udara dengan asap karbon monoksid. Masalah
polusi sebenarnya dapat dihindari jika kita dapat lebih peduli kepada lingkungan kita dan tidak
memandang rendah kebiasaan membuang sampah yang baik, melestarikan pohon, dan
mengurangi penggunaan bahan dasar plastik yang mencemari kualitas air yang ada, dengan
begini manusia baru menyadari pentingnya lingkungan sekitar bagi masa depan umat manusia.

Keluarga Berencana

Peningkatan jumlah penduduk yang drastis dapat dihentikan. Ini khususnya yang berlau
pada pemecahan permanen krisis pangan dunia, tetapi juga berlaku terhadap masalah-masalah
lain. Contohnya , praktek-praktek yang pada dasarny tidak menimbulkan polusi untuk penduduk
yang berjumlah kecil menjadi sebab polusi yang serius apabila jumlah penduduk menjadi besar.
Masalah utama yang dihadapi masyarakat adalah menarik penduduk untuk menggunakan alat-
alat kontrasepsi saat berubungan. Banyak penduduk dunia yang memegang teguh adat kebiasaan
dan kepercayaan yang sama sekali bersebrangan dengan gagasan tentang keluarga berencana.

II.2 Masa Depan Antropologi

Masa Lalu yang Menghilang

Di bagian abad keduapuluh ini, jamann ketika para ahli antropologi dapat pergi dan
melukiskan kelompok suku bangsa kecil-kecil di daerah terasing di daerah terasing yang tidak
“tercemar” karena hubungannya dengan orang-orang Barat sudah lama berlalu. Memang, banyak
tulisan etnografi yangklasik mengenai masyarakat-masyarakat yang telah lebih banyak
terpengeruh oleh kontak dengan orang-orang Barat daripada yang diduga semula. Para ahli

9
antropologi semakin prihatin tentang kecepatan menghilangnya suku-suku bangsa yang masih
ada di dunia ini karena sejumlah alasan, dan yang terutama di antaranya adalah masalah pokok
tentang hak asasi.

Hal ini menyebabkan timbulnya penyerobotan daerah-daerah milik kelompok-kelompok


pribumi yang dengan demikian kehilangan sumber daya yang mereka perlukan untuk
kepentingan kesejahteraan mereka sendiri. Pada waktu yang sama, mereka tidak diberikan
pendidikan dan pemeliharaan kesehatan yang mereka perlukan untuk menentukan tempat mereka
sendiri yang berarti dalam masyarakt nasional, dimana mereka diharapkan akan menjadi unsur-
unsurnya. Sebaliknya, mereka dipaksa melepaskan identitas mereka dan mengikuti sebuah pola
yang tidak memeberi merkea kesempatan atau semngat untuk mengangkat diri di atas tingkat
terbawah tangga sosial.

Dua organisasi ahli antropologi di Amerika Serikat, yang secara eksplisit menaruh
perhatian pada berbagai pelanggaran yang mengancam hak asasi dan kelestarian kebudayaan-
kebudayaan pribumi di seluruh dunia adalah Cultural Survival. Yang pertama secara ekslusif
mencurahkan perhatiannya pada kelestarian kebudayaan, sedang yang kedua adalah kelompok
ahli antropologi untuk kepentingan umum, yang juga melibatkan diri dengan masalah-masalah
lain. kedua-duanya tidak bertujuan untuk melestarikan kebudayaan pribumi dalma sesuatu
kondisi yang dianggap romantis dan asli sehingga dapat dijadikan bahan studi. Yang mereka
pentingkan adalah memberikan informasi dan bantuan kepada kelompok-kelompok yang dalam
bahaya, agar memahami situasi yang mereka hadapi, memelihara atau bahkan memperkuat harga
diri mereka dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah.

Meskipun hak asasi kelompok-kelompok orang untuk tetap menjadi dirinya sendiri dan
tidak dirusak identitas kulturalnya memang dan seharusnya menajdi pertimbangan utama, ada
alasan-alasan lain untuk memperhatikan menghilangnya masyarakat-masyarakat. akan tetapi, ada
alasan lain lagi. Sekali suatu masyarakt kesukuan hilang, seluruh umat manusia kehilangan,
kecuali ada catatan-catatan yang memadai. Kalau ini terjadi, umat manusia menajdi lebih miskin
karena kehilangan itu. Oleh karena itu, ahli antropologi dalam arti tertentu menyelamatkan
masyarakat seperti itu dari pelupaan. Ini tidak hanya membantu menyelamtkan warisan umat
manusia, tetapi juga mungkin penting untuk kelompok etnis yang sesudah menyerap kebudayaan
Barat, ingin menemukan kembali dan menegakkan identitas kulturnya.

10
Lahirnya Masyarakat Modern
Meskipun pekerjaan penyelamatan peninggalan-peninggalan arkeologis dan etnologis penting,
ahli antropologi seperti seharusnya, juga melibatkan diri dengan masa depan jangka panjang dan
membuka bidang-bidang penelitian baru. Semakin banyak ahli antroplogi yang mengubah
perhatiannya tentang studi modernisasi, yaitu dimana masyarakat tradisional non Barat
mengambil alih karakteristik negara-negara industry yang maju, seperti pemerintahan,
nasionalisme, dan perekonomian industri.

Meskipun para ahli antropologi menaruh perhatian yang lebih besar pada studi tentang
modernisasi, studi seperti itu tidak selalu mudah dilaksanakan. Salah satu sebabnya ialah karean
makin lama makin banyak negara yang berkembang tidak menyukai gagasan tentang orang-
orang Barat yang datang dan mempelajari mereka, seolah-olah mereka itu merupakan suatu
bentuk makhluk ganjil.

Studi tentang Kebudayaan Amerika Utara

Dalam beberapa tahun ini semakin banyak ahli antropologi Amerika Serikat yang terlibat
dalam studi tentang kebudayaan mereka sendiri untuk menanggapi berbagai perkembangan.
Diantaranya adalah hilangnya jenis-jenis kebudayaan pribumi yang begitu sering mereka pelajari
pada masa yang lalu, maupun sulitnya untuk mengadakan penelitian antropologi di negara-
negara lain. di samping itu, gerakan-gerakan hak azasi dan lain-lain gerakan yang berkaitan
dengan itu pada tahun 1960an mengungkapkan kenyataan bahwa ada masalah-masalah
antropologi penting yang harus ditangani di dalam maupu di luar negeri.

Beberapa menilai para ahli antropologi atas kebudayaan mereka sendiri dewasa in
sebagai suatu hal yang baru. Walaupun bekerja di AS selama PD II, semus tiak mendapat
publisitas seperti di daerah terpencil tempat mereka tinggal. Dengan kedatagannya pada 1950an,
tersedianya banyak uang yang membantu para ahli antropologi melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang belum dilakukan sebelumnya. Ini menyebabkan peneliti di negara sendiri relative terlantar.

Barangkali studi antropologi yang paling sukses oleh orang-orang Amerika Utara tentang
kebudayaan mereka sendiri adalah yang dilakukan oleh mereka yang mula-mula mempelajari
budaya asing. Lloyd Warner misalnya, Ia telah mempelajari orang Murngin di Australia sebelum
ia menangani Newburyport, Massachusetts. Disamping mereka sendiri meninggalkan

11
kebudayaan mereka sebelum berusaha untuk mempelajarinya sendiri, akan merupakan gagasan
yang baiklah untuk menghimbau para ahli antropologi dari Afrika,Asia, dan Amerika Latin,
untuk mengadakan kerja lapangan di Amerika Utara.

Meskipun ahli antropologi telah mempelajari hal-hal mengenai dusun-dusun di bagian


barat tengah AS dan upaca-upaca kultus, banyak studi mereka yang menjadi klasifikasi
Antropologi perkotaan. Istilah itu tidak mengandung arti bahwa ahli antropologi pasti berusaha
menulis etnografi yang bersifat holistis tentang kota-kota. Tepatnya, mereka mepelajari
lingkungan-lingkungan perkotaan,perkampungan kumuh, dan kantong-kantong etnis, untuk
memahami kemiskinan, masalah minoritas, dan bagaimana orang-orang pindah ke kota dan
menyesuaikan diri dengan hidup di kota.

Antropologi dan Lapangan Kerja

Sebagian besar ahli antropologi menunaikan tugasnya sebagai anggota pengurus akademi
atau fakultas. Meskipun demikian, mereka tidak menganggap disiplin mereka disiplin mereka
melulu berhubungan dengan pengumpulan dan penyampaian pengetahuan saja. misalnya perintis
besar Inggris di bidang antropologi, Sir Edward B.Tylor melihat disiplinnya sebagai “ilmu
pembaharuan”, dan perintis Amerika Serikat, Lewis Henry Morgan menerapkan pengertahuan
antropologi untuk membantu orang-orang Indian Seneca dalam perjuangan mereka melawan
para penyerobot tanah yang serakah.

Selama Perang Dunia II, mereka ditugaskan untuk mempelajari kamp interniran orang Amerika-
Jepang, untuk menganalisis watak nasional orang jepang, dan untuk membantu tugas perang
dengan cara-cara lain yang akan dibahas di bagian belakang bab ini. Akan tetapi, sesudah
perang, pertumbuhan yang cepat dari perguruan tinggi dan tersedianya dana yang melimpah
untuk penelitian dasar, menyebabkan teralihnya perhatian hampir secara ekslusif pada
pengajaran dan penelitian.

Pekerjaan Non-Akademis untuk orang-orang dengan latar belakang pendidikan


antropologi terdapat di lingkungan perusahaan dan pemerintah yang terliabt dengan masalah-
masalah lintas budaya atau yang terlibat dalam kontak dengan orang-orang yang memiliki latar
belakang etnis dan lain-lainnya yang berbeda. Misalnya, perusahaan yang secara ekstensif
mengadakan usaha di berbagai negara atau stasiun radio dan TV dengan acara-acara yang

12
ditujukan kepada golongan-golongan etnis tertentu, mungkin akna menganggap keahlian
antropologi berguna sekali. Di bidang pemetinrahan, Kementerian Dalam Negri mengakui
pentingnya pendidikan antropologi untuk pemerintahannya di Pacific Trust Territories dan untuk
urusan Indian di Amerika. Sebaliknya, beberapa ahli antropologi justru bekerja untuk orang
Indian, dan tidak untuk pemerintah, khususnya yang berhubungan dengan tuntutan orang Indian
atas tanahleluhur mereka

Bidang manajemen sumber daya kebudayaan telah mengalami semacam ledakan (boom)
sebagai akibat diterimnya baru-baru ini undang-undang di tingkat negara bagian dan federal.
Akibatnya, lebih banyak ahli arkeologi dipekerjakan di National Park Service untuk membantu
memelihara, memugar dan menyelamatkan peninggalan-peninggalan arkeologi. Ahli arkeologi
juga dibutuhkan oleh perusahaankonsultan pembangunan, karena peraturan-peraturan federal dan
banyak peraturan negara-bagian minta agar proyek pembangunan sudah memperhitungkan
sebelumnya dampak yang akan ditimbulkan atas sumber-sumber arkeologi.

Masalah Etika

Jenis penelitian dan lapangan kerja seperti digambarkan di atas memancing sejumlah
pertanyaan penting mengenai etika antropologi. Ahli antropologi berbicara tentang masalah-
masalah pribadi yang peka, termasuk hal-hal tentang diri pribadi yang pada umumnya tidak
diizinkan untuk diketahui oleh orang lain. Ahli antropologi berbicara tentang masalah-masalah
pribadi yang peka, termasuk hal-hal tentang diri pribadi yang pada umumnya tidak diizinkan
untuk diketahui orang lain.

Pada tahun 1967, American Anthroplogical Association membuat suatu pernyataan


mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian dan etika antropologi.
Pernyataan itu antara lain menegemukakan rasa prihatin tetang keadaan yang dapat
membahayakan kemampuan ilmu antropologi untuk memberi sumbangan kepada kesejahteraan
umum umat manusia. Yang memprihatinkan para ahli antropologi ialah bahwa kesimpulan
penelitian mereka akan digunakan sebagai dasar penentuan kebijaksanaan yang mungkin dapat
merugikan kelompok digunakan untuk menarik kesimpulan.

II.3 Antropologi Masa Kini

Perbedaan-perbedaan di berbagai Pusat Ilmiah

13
1. Amerika Serikat

Ilmu antropologi telah memakai dan mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode
dari ilmu antropologi dalam fasenya yang pertama, kedua, dan ketiga, ditambah dengan berbagai
spesialisasi yang telah dikembangkan khusus untuk mencapai pengertian tentang dasar-dasar dari
aneka warna bentuk masyarakat dalam kebudayaan manusia yang tampak pada masa sekarang
ini. Artinya, universitas-universitas di AS adalah tempat dimana ilmu antropologi dalam fase
keempatnya itu telah berkembang seluas-luasnya.
2. Di Eropa Tengah (Austria,Swiss,Jerman)
Kira-kira lima belas tahun yang lalui ilmu antropologi disana masih bertujuan
mempelajari bangsa-bangsa diluar Eropa untuk mencapai pengertian tentang sejarah penyebaran
dari kebudayaan-kebudayaan dari seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Jadi, sifat
antropologinya masih seperti berada pada fase keduanya. Akhir-akhir ini pengaruh ilmu
antropologi dari Amerika sudah mulai nampak pada berbagai ahli antropologi generasi muda di
Jerman Barat dan Swiss.
3. Uni Soviet
Ilmu antropologi Uni Soviet berdasarkan konsep K.Marx dan F.Engels mengenai tngkat-
tingkat evolusi masyarakt. Ilmu antropologi di Uni Soviet menunjukkan bidang yang praktis,
yakni melakukan kegiatan besar dalam hal mengembangkan bahan tentang aneka warna
masyarakt dan kebudayaan suku-suku bangsa yang merupakan penduduk wilayah Uni Soviet
yang maha luas itu dan dalam memamerkan bahan itu.
4. Inggris
ilmu antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga mash dilakukan, tetapi
dengan hilangnya daerah-daerah jajahan Inggris, maka sifat dari antropologinya tentu juga
berubah. Disamping menunjukkan antropologinya untuk keperluan pemerintah-pemerintah
jajahannya, maka setelah daerah-daerah jajahan itu menjadi merdeka. Dalam hal ini metode-
metode antropologi yang telah dikembangkan di AS juga sudah mulai mempengeruhi berbagai
lapangan penelitian ara ahli antropologi di Inggris.
5. Indonesia
Baru mulai mgembangkan ilmu antropologi yang khusus. Dalam menentukan dasar dari
antropologi Indonesia. Belum terikat oleh suatu tradisi-tradisi terntentu

14
II.4 Kerajinan Tenun “Buah Tangan yang Mulai Hilang

Kerajinan Tenun

Tenun merupakan salah satu seni budaya kain tradisional lndonesia yang diproduksi di
berbagai wilayah di seluruh Nusantara (Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, lombok,
Sumbawa, dan lainya. Tenun memiliki makna, nilai sejarah, dan teknik yang tinggi dari segi
warna, motif, dan jenis bahan serta benang yang digunakan dan tiap daerah memiliki ciri khas
masing-masing. Tenun sebagai salah satu warisan budaya tinggi (heritage) merupakan
kebanggaan bangsa Indonesia, dan mencerminkan jati diri bangsa. Oleh sebab itu, tenun baik
dari segi teknik produksi, desain dan produk yang dihasilkan harus dijaga dan dilestarikan
keberadaannya, serta dimasyarakatkan kembali penggunaannya.

Mungkin selama ini kita lebih mengenal batik sebagai wakil bangsa atas keelokan
Indonesia dalam menciptakan kain. Padahal masih ada satu lagi kain hasil karya perajin
Indonesia yang tidak kalah cantik dan menawan, yaitu tenun. Terkait dengan banyaknya daerah
yang menjadi produsen tenun, keberagaman motif tidak perlu dipertanyakan. Adanya perbedaan
latar belakang budaya dan lingkungan, akan menciptakan keunikan hasil tenun pada setiap
daerah. Terkait dengan banyaknya daerah yang menjadi produsen tenun, keberagaman
motif tidak perlu dipertanyakan. Adanya perbedaan latar belakang budaya dan lingkungan, akan
menciptakan keunikan hasil tenun pada setiap daerah. Teknik pembuatan yang menggunakan
ATBM [Alat Tenun Bukan Mesin] membuat kualitas dari kain tenun Indonesia tidak perlu
dipertanyakan. Dari sana dapat dipastikan pada tahun-tahun ke depan, respon pasar untuk tenun
Indonesia akan bersaing dengan batik.

Sejarah Tenun

15
Ternyata, menenun telah dilakukan sejak zaman dahulu kala. Ada indikasi bahwa
menenun muncul sejak zaman Paleolitikum atau zaman batu tua, ketika alat-alat batu buatan
manusia untuk membantu hidupnya masih dikerjakan secara kasar. Diperkirakan, di zaman ini,
manusia purba menenun karena terinspirasi jaring laba-laba, sarang burung, atau "bendungan"
yang dibuat oleh berang-berang. Sesuai dengan kebutuhan manusia atas bahan sandang, aktivitas
menenun mulai tersebar ke berbagai tempat di dunia. Penyebarannya merata, meliputi benua
Eropa, Amerika, hingga ke Asia, dan akhirnya masuk ke wilayah Indonesia. Di Indonesia
sendiri, tenun juga mengalami penyebaran hingga ke pelosok daerah dan hampir di semua
tempat memilikiproduksi tenun yang unik dan berkualitas.

Jenis-jenis Tenun

1. Tenun Ikat

Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari
helaian benang pakanatau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat
pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit
untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior
rumah.Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan
corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali plastik
tidak akan terwarnai.

Tenun ikat ganda dibuat dari menenun benang pakan dan benang lungsin yang keduanya


sudah diberi motif melalui teknik pengikatan sebelum dicelup ke dalam pewarna.Teknik tenun
ikat terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terkenal dengan
kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores,
dan Timor. Kain gringsing dari Tenganan, Karangasem, Bali adalah satu-satunya kain di
Indonesia yang dibuat dari teknik tenun ikat ganda (dobel ikat).

2. Tenun Songket

Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu di Indonesia, Malaysia, dan Brunei.


Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan
benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam
metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang. Kata songket berasal

16
dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau
"mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil
sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Menurut tradisi Indonesia
sendiri, kain songket keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga
maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini
karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah
kota Palembang.Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk
dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik.

Sejarah Tenun Kalimantan

Di Kalimantan, tenun yang terkenal dan sudah banyak beredar di mancanegara antara lain
adalah tenun Sambas, tenun Sintang, dan tenun Dayak Iban dari Kalimantan Barat, tenun Doyo
dari Kalimatan Timur, juga tenun Pagatan dari Kalimantan Selatan. Bahkan   tenun Sambas,
dikabarkan sempat mendapat klaim dari Malaysia.

1. Tenun Doyo

Kain tenun ini terbuat dari bahan alam, yaitu daun "ulap doyo" yang bentuknya
menyerupai daun pandan yang seratnya kuat sehingga bisa dijadikan benang tenun. Tenun yang
merupakan hasil kerajinan tangan kaum perempuan suka Dayak Benuaq ini biasa digunakan
dalam upacara-upacara adat atau digunakan juga sebagai mahar pada upacara perkawinan.Tenun
Doyo memiliki warna dan motif beragam. Warna paling menonjol pada tenun ini adalah merah,
hitam, dan coklat muda. Sementara motif yang sering digunakan adalah motif flora, fauna, dan
alam mitologi. Bahan baku pewarna motifnya biasanya diambil dari batu lado, biji buah
glinggam, daun putri malu, umbi kunyit, dan getah akar kayu oter. Salah satu ciri khas tenun
doyo yang membedakannya dengan tenun ikat di daerah lain adalah adanya titik-titik hitam yang
muncul pada bidang yang berwarna terang.

Sejarah Tenun Sumatera

Menurut beberapa kolektor tenun dunia asal Amerika Serikat dan Kanada, Sumatera
memiliki potensi besar untuk dapat menjadi daerah tujuan wisata kain tenun dunia. Hal ini
didasarkan pada kekayaan motif tenun juga sentra-sentra produksi tenun yang terdapat di pulau
tersebut. Di daerah Sumatera, beberapa tenun yang terkenal antara lain adalah tenun Songket

17
Pandai Sikek dan Silungkang dari Sumatera Barat, tenun Songket Jambi, tenun Melayu, Toba,
Dairi, Simalungun, Tapsel, Pakpak dari Sumatera Utara, dan lain-lain.
1. Tenun Pandai Sikek

Tenun di daerah Minangkabau disebut tenun Pandai Sikek atau lebih familiar lagi disebut
dengan tenun songket. Orang Pandai Sikek sendiri sebenarnya tidak menyebutnya songket,
melainkan hanya tenun, sebab yang dimaksud adalah benang katun dan benang mas yang ditenun
dengan tangan, diatas alat yang bernama panta sehingga menjadi kain, kain balapak atau kain
bacatua yang dipakai pai baralek, yaitu pada pesta perkawinan.Motif-motif kain tenun Pandai
Sikek selalu diambil dari contoh kain-kain tua yang masih tersimpan dengan baik dan sering
dipakai sebagai pakaian pada upacara-upacara adat dan untuk fungsi lain dalam lingkup upacara
adat, misalnya sebagai "tando," dan dipajang juga pada waktu batagak rumah.
Sejarah Tenun Sulawesi
Sulawesi juga memiliki beragam jenis tenun yang terkenal di kalangan desainer. Sebagai contoh
adalah tenun Buton dari Sulawesi Tenggara, tenun Celebes dari Sulawesi Selatan, dan tenun
Donggala dari Sulawesi Tengah.
1. Tenun Buton
Kerajinan tenun dari Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara biasanya menggambarkan
obyek alam yang mereka temukan di sekitarnya. Tenun Buton juga kaya akan warna-warna.
Inilah yang menjadi kekhasan kerajinan tenun dari Buton. Corak dan motifnya bermacam-
macan. Sebagai contoh adalah motif betano walona koncuapa yang terinspirasi dari abu halus
yang melayang-layang hasil pembakaran semak saat membuka ladang; motif colo makbahu atau
korek basah, motif delima bongko (delima busuk), motif delima sapuua, dan lain sebagainya.
Selain sebagai perekat sosial, tenun Buton juga dianggap mampu menjadi identitas diri. Dengan
melihat pakaian yang dikenakan oleh wanita Buton misalnya, kita bisa mengetahui apakah dia
telah menikah atau belum. Selain itu, bisa juga sebagai penanda apakah wanita tersebut berasal
dari bangsawan atau tidak.
Sejarah Tenun Jawa
Walaupun pulau Jawa lebih terkenal dengan beragam batiknya, namun ada sebuah
kemungkinan bahwa dulu, jauh sebelum dikenalnya batik, teknik tenun ikat telah terkenal
terlebih dahulu. Menurut para arkeolog, relief pada candi-candi peninggalan abad ke-14
menyerupai motif-motif ragam hias batik. Namun, Matiebelle dalam bukunya yang berjudul

18
"Splendid Symbol, Textiles and Tradition in Indonesia (1977)" mengatakan bahwa kemungkinan
motif tersebut tidak hanya diterapkan pada batik saja, melainkan sudah terlebih dahulu ada pada
kain TENUN ikat. Terlepas dari sejarah tenun di pulau Jawa, ada beberapa daerah di Jawa yang
memiliki tenun dengan motif-motif indah bahkan dilirik di mancanegara, seperti tenun Baduy
dari Banten, Jawa Barat dan tenun troso dari Jepara, Jawa Tengah.
Sejarah Tenun Bali
Terlepas dari sejarah tenun di pulau Jawa, ada beberapa daerah di Jawa yang memiliki
tenun dengan motif-motif indah bahkan dilirik di mancanegara, seperti tenun Baduy dari Banten,
Jawa Barat dan tenun troso dari Jepara, Jawa Tengah.
1. Tenun Gringsing
Atau disebut juga wastra gringsing dibuat dari benang kapas dengan beragam motif yang
dibentuk dari tenun ikat ganda (mengikat benang lungsi dan benang pakan sekaligus). Konon
jenis tenunan ganda seperti ini sangat langka, hanya terdapat di Jepang juga India, selain
Indonesia. Pembuatannya memerlukan waktu cukup lama, mulai satu sampai lima tahun
lamanya, dan dilakukan dengan teknik yang sukar. Nantinya, hasil tenun gringsing ini akan
membentuk pola geomteris rapi yang serasi dan indah.
Wastra gringsing ditenun oleh masyarakat desa Tenganan Pagringsingan. Akan tetapi
proses pencelupan warna nila dan cokelat justru dilakukan di desa lain. Karena hal tersebut
dianggap tabu jika dilakukan di desa yang sama. Oleh karena itu, proses pencelupan warna nila
biasanya dilakukan di desa Bug-bug dan warna merah kecokelatan dilakukan di desa Nusa
Penida.

Kain Tenun yang Mulai Tergerus

Sejak lama Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya tradisi bertenun kain tradisional.
Dalam buku Over 1.000 Patterns of Traditional Stripes & Lattices Design Collectiondisebutkan
bahwa kain tenun bermotif garis-garis asal Indonesia sudah diimpor secara teratur ke sejumlah
negara mulai 1573. Semakin hari, jenis dan pola kain tersebut terus saja berkembang dan paling
tidak, selain memperkaya khazanah dunia kain di Tanah Air, itu juga membuktikan bahwa
bangsa Indonesia terbuka dengan budaya lain. Sayangnya, banyak di antara kain-kain tradisional
itu dalam keadaan terancam punah. Selain banyak yang tak diproduksi lagi, hal itu juga

19
disebabkan masyarakat kurang berminat melestarikan budaya menenun serta menyulam kain
tradisional

Sewaktu bangsa Indonesia masih menganut animisme, motif-motif kain saat itu
menggambarkan simbol-simbol roh atau kekuatan gaib, seperti perahu yang dipercaya sebagai
kendaraan roh manusia untuk pergi ke dunia lain dan juga sebagai payung untuk melindungi.
Sedangkan sosok nenek moyang digambarkan sebagai topeng atau figur yang bentuknya sangat
khas. Binatang juga kerap ditorehkan di kain. Biasanya berupa kura-kura, kerbau dan cecak.

Belakangan, ketika pengaruh Hindu masuk, motif kain mulai berkembang dengan adanya
gambar-gambar tokoh-tokoh dalam cerita wayang. Pola hias geometris yang berasal dari India,
yaitu patolamenjadi cikal bakal motif gringsing, umumnya ditemui pada kain tenun Jawa, Bali,
dan Lombok. Motif kala makara, perwujudan antara gajah dan buaya yang melambangkan tanah
dan air, yang kerap menghiasi pintu masuk candi juga pola bunga lotus sebagai perlambang
kemakmuran sering dipakai.

Adanya pengaruh Buddha bisa dilihat dari motif kain yang diambil dari relief di Candi
Borobudur. Sedangkan ketika Islam datang, pola hias geometris cenderung menampilkan
kaligrafi Arab. Dari Cina, pengaruh ke seni kain tradisional Indonesia terlihat dengan motif naga,
burung phoenix, awan, dan motif yang ada di guci-guci kuno. Pengaruh serupa juga dibawa dari
bangsa Barat, seperti Portugis, Belanda, dan Inggris dengan motif singa, wanita memakai gaun,
serta kupu-kupu. Khusus dari Belanda, hingga kini pengaruhnya sangat membekas pada seni hias
dari Nusatenggara Timur, terutama pada tenun ikat dari Belu, Savu dan Rote.

Sayangnya, seperti sudah diceritakan di atas, kurangnya minat masyarakat buat


melestarikan warisan budaya lokal tersebut membuat sejumlah kain tradisional terancam punah.
Selain sebagian kecil orang berduit di Indonesia, yang berminat dengan kain tradisional
Nusantara justru warga asing. Tak heran banyak motif asli Indonesia yang dibawa ke luar negeri
kemudian dipatenkan di sana dan seolah-olah motif tersebut adalah asli milik negara tersebut.
Yang paling mengejutkan, ada sejumlah kalangan di Malaysia yang memboyong sejumlah
penenun batik tradisional ke Negeri Jiran. Di sana, mereka diminta memproduksi batik dan dijual
seolah-olah batik tersebut adalah khas Malaysia. Ironis.

20
Dari sekian kain tradisional, yang masih memiliki harapan nampaknya ada di kain
songket asal Palembang, Sumatra Selatan. Pada kain ini ada sulaman dari benang emas dengan
corak khas yang hingga kini masih diminati banyak orang. Harganya pun mahal. Ada cerita
tentang kain: yang dilestarikan saja lambat laun akan rusak dimakan usia, apalagi tak
dilestarikan.

BAB III
Penutup
Kesimpulan
Antropologi merupakan suatu cabang ilmu social yang mepelajari suatu kebudayaan
tertentu dengan suku atau etnis tertentu. Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat
pergeseran budaya di suatu atnis tertentu, hal ini juga dapat menyebabkan pluralisme dimana
terdapat lebih dari satu kebudayaan dalam masyarakat. Keinginan manusia yang besar akan
terciptanya masa depan yang cerah dapat menjadi suatu masalah yang menyebabkan
kebudayaan-kebudayaan tradisional menghilang seiring berjalannya waktu. Para ahli
antropologi diberi kesempatan untuk menentukan nasib mereka sendiri di dunia modern. Di lain
pihak, mereka mempunyai tanggung jawab menggumpulkan data apa saja yang diperoleh tentang
aspek-aspek tradisional yang mulai menghilang.

Kelestarian kain tenun sebagai salah satu kain khas Indonesia lambat laun mulai hilang
dimakan zaman. Masyarakat muda menganggap bahwa pekerjaan untuk melestariakan kain
tenun merupakan hal kuno yang sudah tidak cocok dilakukan oleh kalangan muda sekarang.
Lebih ironis, beberapa karya tenun sempat di klaim oleh negara lain sebagai salah satu kain khas

21
“mereka”. Dengan adanya semua masalah ini pemerintah harus ambil bagian dalam upaya
pelestarian kain tenun yang ada di Indonesia

22

Anda mungkin juga menyukai