Anda di halaman 1dari 10

LOGO TERAPI

1. Pengertian
Logoterapi merupakan metode psikoterapi dengan inti pada kemaknaan hidup, bahwa
segala yang kita lakukan dalam hidup memiliki arti, walaupun dalam kehidupan yang
sulit. Seseorang harus menyadari potensi yang mereka miliki dan menganggap hidup
mereka bermakna.(Ulrichova, 2018).
Logoterapi diprakarsai oleh Victor Frankl yang mendorong manusia untuk menerima
fakta, kenyataan, terutama bila tidak dapat dirubah. Tiga pilar logoterapi :
1. Kebebasan berkehendak (freedom of will) : Kebebasan bukan kebebasan dari kondisi
biologis, psikologis, dan sosiokultural tapi kebebasan untuk mengambil sokap dan
harung disertai rasa tanggung jawab.
2. Hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) : Mendorong setiap orang untuk
melakukan kegiatan seperti bekerja dan berkarya.
3. Makna hidup (the meaning of life) : Makna hidup terdapat dalam tujuan hidup yaitu
hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.

2. Tujuan
Tujuan utama dari logoterapi adalah membuat atau menawarkan terapi baru untuk melihat
permasalahan hidup dari sudut pandang yang berbeda. Pada logoterapi klien dibantu
menemukan nilai-nilai baru dan mengembangkan filosofi konstruktif dalam kehidupan,
logoterapi memberikan dorongan untuk memilih, mencari, dan menemukan sendiri
makna konkrit dari eksistensi pribadinya (Rahmah & Hasanati, 2016). Logoterapi
mengajarkan individu untuk menemukan makna bahkan dalam kehidupan yang sulit,
sehingga pendekatan logoterapi dapat menurunkan tingkat depresi secara signifikan
(Mohammadi et al., 2014). Logoterapi dan analisis eksistensial membantu klien
menemukan jalan keluar, persepsi dan evaluasi klien terhadap situasi tertentu sehingga
klien lebih bahagia.(Ulrichova, 2012).
Logoterapi membantu klien menggunakan kemarahan dan penderitaannya untuk
menemukan tujuan hidup. Mengajarkan klien untuk melihat sisi positif dari penderitaan
yang dialami dan membuat klien merasa bahagia dengan kehidupannya. Menurut Frankl
makna hidup ditemukan dengan cara : (1) menciptakan karya atau menyelesaikan tugas,
(2) menjalani sesuatu dengan sepenuhnya atau mencintai seseorang, dan (3) melihat dan
mengadopsi penderitaan yang dialami orang lain.
3. Indikasi
Sedangkan indikasi dilakukannya logoterapi yaitu untuk mengatasi fobia, ansietas,
gangguan obsesif kompulsif dan pelayanan medis lainnya (Bastaman, 2007). Hadiyanti
Rahmah dan Nida Hasanati (2016), melakukan penelitian efektifitas logoterapi untuk
menurunkan gejala kecemasan pada narapidana , logo terapi berfokus pada masalah-
masalah hidup yang berkaitan dengan kebebasan, ketidakberdayaan, kehilangan,
kematian, isolasi, kesepian, dan ansietas.

4. Pelaksanaan
Logoterapi mengembangkan metode terapi dengan menangani manusia dalam dimensi
fisik, psikis, dan spiritual yaitu : medical ministry untuk gangguan perasaan terkait
dengan fisik, parodixal intention dan dereflextion untuk gangguan psikologis, serta
existensial analysis pada gangguan yang disebabkan tidak terpenuhinya hasrat hidup
bermakna atau gangguan neurosis, value awareness technique (VAT) (Bastaman, 2007).

Parodixal intention, berdasarkan pada konsep kebebasan berkeinginan (freedom of will).


Paradox artinya kebalikan dan intention artinya niat, jadi teknik ini mendorong untuk
mempunyai niat yang berkebalikan. Contoh Klien yang mengalami insomnia, jangan
dipaksakan untuk tidur tapi diniatkan akan begadang, hasilnya klien akan semakin
mengantuk dan ingin tidur. Semakin kuat melawan keadaan kita akan semakin sulit
menahan. Paradoxical Intention diindikasikan untuk mengatasi Obsesif Compulsif ,
Anxiety Disorder, dan gejala vegetative (Schimmoeller & Rothhaar, 2021)
Keterbatasan parodixal intention : pada klien yang kurang memiliki rasa humor; pada
klien skozofrenia; depresi dgn kecenderungan bunuh diri.
Sesi 1 : Mengidentifikasi Kejadian dan Masalah Klien, mengidentifikasi kejadian-
kejadian yang dialami yang menimbulkan masalah, serta akibat kejadian yang dialami.
Sesi 2 : Mengidentifikasi reaksi dan Cara Mengatasi Masalah, klien mengungkapkan
masalah yang paling mengganggu, respon fisiologis, kognitif, perilaku dan emosi
terhadap masalah yang terjadi, klien menjelaskan cara -cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah, klien mampu menyampaikan hasil dari cara mengatasi amsalah.
Sesi 3 : Teknik Paradoxical Intention. Pada sesi ini klien mencoba tehnik paradoxal
intention dalam mengatasi masalah serta mempraktekannya
Sesi 4 : Makna Hidup Setelah Menggunakan Teknik Paradoxical Intension serta
mengidentifikasi makna hidupnya
Dereflextion, didasarkan pada konsep untuk mendapatkan makna (the will to meaning)
dan kemampuan melakukan transedensi diri. Teknik ini memaparkan tentang upaya
seseorang untuk keluar dari kondisi yang kurang menguntungkan dan tidak mengacuhkan
kondisinya itu, kemudian mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang lebih positif
baginya. Teknik ini diindikasikan untuk terapi ansietas, gangguan seksual dan gangguan
tidur.

Medical ministr (bimbingan rohani), didasarkan pada berbagai pengalaman tragis yang
tidak dapat dihindarkan, sehingga mengakibatkan penderitaan. Penyakit yang tak
tersembuhkan, kelainan bawaan, kemandulan, kematian, dosa dan kesalahan, kecelakaan
yang menyebabkan kecacatan, merupakan contoh peristiwa-peristiwa tragis yang
dapat dialami oleh siapa pun. Melalui bimbingan rohani individu didorong ke arah
merealisasi nilai-nilai bersikap, menunjukkan sikap positif terhadap penderitaannya,
sehingga ia bisa menemukan makna dari penderitaannya itu
Sesi 1 : Membina Hubungan saling Percaya, terapis memperkenalkan diri, menanyakan
perasaan klien, menjelaskan tujuan serta manfaat dari terapi kelompok logoterapi
Sesi 2 : Mengidentifikasi reaksi dan respon klien terhadap masalah, klien diminta untuk
mengungkapkan respons fisiologis, kognitif, perilaku dan emosi terhadap masalah
psikososial dan cara mengatasinya. 
Sesi 3 : Teknik medical ministry, membantu merealisasikan nilai-nilai bersikap sebagai
salah satu sumber dalam menemukan makna hidupnya
Sesi 4 : Evaluasi : mengevaluasi hasil pelaksanaan logoterapi melalui teknik Medical
Ministry, menemukan makna hidup yang klien dapatkan dan mampu menerima
perpisahan. Terapis mendiskusikan bersama klien mengenai masalah yang sudah dan
belum teratasi. Pada akhir sesi ini, terapis mendiskusikan rencana tindak lanjut dari
masalah yang belum terselesaikan

Existensial analysis, didasrkan pada prinsip bagaimana individu dapat memaknai setiap
kejadian yang menyebabkan timbulnya kehampaan dalam diri dengan membangun
individu tersebut untuk menemukan tujuan hidup yang jelas. Individu akan difasilitasi
untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap setiap masalah yang dihadapinya
(Bastaman, 2007)
Value awareness technique (VAT), mengarahkan klien untuk menyadari nilai-nilai yang
dimiliki. Teknik ini dapat meningkatkan harga diri (kemampuan kognitif dan perilaku) lansia
dengan harga diri rendah secara bermakna (Wahyuni et al, 2010).
Sesi 1 : Identifikasi masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah klien mampu mengenali
masalah yang dihadapi, menyebutkan penyebab timbulnya masalah, menyebutkan
harapan saat ini.
Sesi 2: Stimulasi Imajinasi Kreatif, klien diharapkan dapat mengidentifikasi alasan-alasan
memilih harapan yang paling bermakna serta membayangkan makna yang ada pada tiap
alasan yang dikemukakan.
Sesi 3: Menghadirkan Situasi yang memberi makna, klien memilih 3 makna yang paling
penting dalam kehidupan sehari-hari, selanjutnya klien menentukan situasi yang
memunculkan makna serta mempraktekannta dalam kehidupan sehari-hari
Sesi 4 : Makna Hidup. Pada sesi ini klien mengevaluasi hasil dari praktik yang dilakukan.

Socratic dialogue : Dalam Socratic Dialogue, terapis memberikan pertanyaan-pertanyaan


dengan sedemikian rupa sehingga klien menjadi sadar akan impian-impian mereka yang
ter-represi, harapan-haarapan bawah sadar dan hasrat yang terpendam (self discovery).
paradoksikal intension dan derefleksi juga dilaksanakan dengan menggunakan
teknik interview socratic dialogue.

5. Penelitian terkait
1. Efektivitas Logoterapi Kelompok dalam Menurunkan Gejala Kecemasan pada
Narapidana (2016), Hadiyanti Rahmah dan Nida Hasanati : berdasarkan hasil
penelitian diuraikan bahwa pemberian logoterapi pada klien di LAPAS wanita
menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan ke tingkat sedang, terutama untuk
mengurangi rasa bersalah atau tekanan-tekanan dalam hidup lainnya yang dirasakan
(Rahmah & Hasanati, 2016).
2. Effectiveness of Logo Therapy in Hope of Life in The Women Depression (2014),
Fahimeh Mohammadi et al : berdasarkan hasil penelitian diuraikan bahwa depresi
mengalami penurunan pada kelompok ekspreimen setelah pemberian terapi.
Kelompok dengan pendekatan logoterapi mengalami penurunan skor secara signifikan
pada pasien depresi (Mohammadi et al., 2014)
3. Existential Analysis and Logo Therapy on a good Way to Die (2018), Monika
Ulrichova : Logoterapi mendorong manusia untuk menerima fakta, kenyataan,
terutama bila tidak dapat diubah. Bahkan dalam kehidupan yang sulit masih ada fakta-
fakta yang meringankan, kenangan yang indah, dan bahkan tidak pernah berakhir
bahkan oleh kematian (Ulrichova, 2018)
4. Logo Therapy and Existential Analysis in Counselling Psychology as Prevention and
Treatment of Burnout Syndrome (2012), Monika Ulricha : diuraikan dalam hasil
penelitian bahwa ketika orang memili terlalu sedikit nilai-nilai dalam kehidupannya,
mereka akan kehilangan persepsi tentang kemampuannya, kehilangan ruang untuk
menjadi dirinya sendiri, kehilangan dasar kepribadian mereka. Logoterapi dan analisis
eksistansial membantu klien tentang presepsinya dalam memaknai hidup dan evaluasi
terhadap situasi sehingga individu akan merasa lebih bahagia (Ulrichova, 2012)
5. Family with a Child with a Mental Disability and The Possibility of Intervention
Through The Therapy (2021), Helena Oriescikova : logoterapi pada penyandang
disabilitas mempunyai peranan untuk meningkatkan harapan, mempengaruhi
penyesuaian diri dan kepercayaan diri penyandang disabilitas. Hal ini juga akan
berdampak secara signifikan pada anggota keluarga lain yang utama adalah
kemampuan untuk mendengarkan secara aktif, memecahkan masalah, memberikan
keamanan emosional, kepercayaan diri, dan penerimaan lingkungan (Oriescikova,
2021).
6. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Khaledian & Mohammadifar, 2016)
menunjukan bahwa logoterapi memberikan hasil yang kurang efektif dibandingkan
terapi kognitif-perilaku kelompok dalam mengurangi depresi dan meningkatkan
harapan hidup pada pecandu.
7. Logoterapi menerima kritik karena konsepnya dalam membantu klien dalam
menemukan makna hidup seseorang dinilai otoriter. Individu seolah kehilangan hak
dan kemampuannya dalam menemukan makna hidupnya sendiri. Perawat sebagai
terapis memiliki peran penting dalam meminimalisir kekurangan tersebut dengan
mempertahankan prinsip-prinsip logoterapi. Prinsip tersebut diantaranya melakukan
informed consent diawal terapi dan mempertahankan autonomi klien dengan tidak
mengarahkan klien pada makna hidup yang dipilih dan dijalani. Sehingga diharapkan
klien dapat lebih bersemnagat dan memiliki komitmen yang tinggi, karena apa yang
dijalankan benar-benar berdasarkan apa makna hidup yang paling berarti (Adejumo,
2016).
8. (Khaledian & Mohammadifar, 2016). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membandingkan efektivitas terapi kognitif-perilaku kelompok dan logoterapi dalam
mengurangi depresi dan meningkatkan harapan hidup pada pecandu. Berdasarkan
temuan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara terapi
kognitif-perilaku dan logoterapi dalam mengurangi depresi, tetapi terapi kognitif
perilaku kelompok lebih efektif secara signifikan daripada logoterapi dalam
mengurangi depresi
TKT DEWASA

1. Definisi

Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) usia dewasa lebih khusus diperuntukan untuk
kelompok usia dewasa, kegiatan kelompok ini lebih berfokus pada hubungan di dalam
kelompok, interaksi antar anggota kelompok dan pertimbangan isu yang selektif
(Townsend, 2009). Sedangkan menurut Arfianto & Rudianingseh, (2018), Terapi
Kelompok Terapeutik (TKT) usia dewasa yaitu metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan mekanisme koping dengan adanya psikoterapi berbasis kelompok.
Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) usia dewasa yaitu terapi yang dilakukan oleh
perawat spesialis jiwa kepada kelompok dewasa untuk mengetahui kebutuhan ciri-ciri
perkembangan, penyimpangan, serta dapat melakukan stimulasi perkembangan dirinya.

2. Tujuan
Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) dilakukan kepada kelompok dewasa (18 – 65 tahun)
agar kelompok dewasa dapat mengetahui kebutuhan ciri-ciri perkembangan,
penyimpangan, dan dapat melakukan stimulasi perkembangan dirinya. Selain itu Terapi
kelompok terapeutik pada kelompok dewasa bertujuan untuk meningkatkan
perkembangan intimasi dan mempersiapkan kelompok dewasa untuk menyiapkan
generasi berikutnya (Keliat et.al, 2019).

3. Prinsip Pelaksanaan

Menurut Rockland (1989) dalam Syisnawati (2021) prinsip terapi kelompok terapeutik
adalah:
1. Dengan segera menolong klien
2. Berfokus pada kondisi sekarang
3. Menurunkan stress dengan cara memberikan dukungan atau menggunakan obat-
obatan bila dianggap penting
4. Menggunakan tehnik klarifikasi dan pemecahan masalah
Terapi kelompok terapeutik pada usia dewasa terdiri dari 6 sesi : sesi 1 setimulasi
perkembangan aspek biologis dan psikoseksual, sesi 2 stimulasi perkembangan aspel
kognitif, sesi 3 stimulasi perkembangan aspek emosional, sesi 4 stimulasi perkembangan
aspek sosial, sesi 5 stimulasi perkembangan aspek spiritual, sesi 6 monitoring dan
evaluasi pengalaman dan manfaat latihan, (Keliat Budi, 2019).
5. Penelitian Terkait
1. Agustine et al (2012) : TKT pada usia dewasa berpengaruh untuk meningkatkan
perkembangan intimasi pada mahasiswa keperawatan. Sesuai dengan tugas
perkembangan pada tahap dewasa muda yaitu adanya proses keintiman/keakraban
dengan orang lain.
2. Pamungkas (2017) : Psikoterapi positif meningkatkan kesejahteraan subjektif wanita
dewasa awal yang belum memiliki pasangan. Pada wanita yang belum memiliki
pasangan, sesi terapi yang dijalankan mampu mengubah cara pandang kedua
partisipan terhadap kehidupan nya secara keseluruhan, meningkatkan penilaian
kepuasan hidup, meningkatkan afek positif, dan menurunkan afek negative yang
selama ini mengganggu, sehingga dapat menjalankan kehidupannya dengan lebih
bahagia dan menjalankan peran dalam kehidupan sosial secara optimal.
3. Arfianto et al (2018) : TKT dewasa efektif meningkatkan kesejahteraan subjektif dan
psikologis ibu pekerja. Penelitian ini merekomendasikan adanya pelayanan kesehatan
jiwa dan dilaksanakannya terapi kelompok terapeutik di masyarakat maupaun
perusahaan yang mempekerjakan ibu rumah tangga untuk membantu ibu pekerja
mencapai kesejahteraan subjektif dan psikologis. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa pelayanan kesehatan jiwa juga dibutuhkan di sector industry dimana jika
pekerja sehat secara fisik dan mental makan akan produktif dalam bekerja dan
berdampak pada pendapatan serta keuntungan bagi industri tersebut.
4. Saswati dan Harkomah (2019) : Stimulasi perkembangan psokososial usia dewasa
tengah (30-60 tahun) meningkatkan pengetahuan psikososial serta mampu
melakukan kegiatan yang bermanfaat, menjalin hubungan dengan orang lain.
TKT LANSIA

1. Definisi
Terapi kelompok teraupetik (TKT) pada lansia, merupakan sebuah terapi yang diberikan
kepada lansia, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan lansia untuk beradaptasi
terhadap perubahan. Fokus TKT diberikan pada lansia dengan kondisi sehat, terapi
diberikan dengan menstimulus lansia untuk beradaptasi pada perubahan aspek biologis,
sosial, piskososial dan spiritual (Modul: Terapi Kelompok Terapeutik Lansia, 2019)

2. Tujuan
Kegiatan TKT dilakukan untuk membantu lansia beradaptasi terhadap perubahan yang
dialaminya, meliputi perubahan biologis, seksual, kognitif, emosional, kepribadian,
moral, spiritual dan sosial.(Amin et al., 2022). TKT bertujuan untuk menstabilkan
keseimbangan homeostatis yang berfokus pada ketidakberfungsian perasaan, pikiran dan
perilaku untuk membantu dalam mengatasi penyakit fisik, stress emosi, krisis tumbuh
kembang atau penyesuaian sosial (Guslinda et al., 2011).

3. Prinsip Pelaksanaan
TKT lansia ini terdiri dari 6 (enam) sesi kegiatan yaitu :
1. Stimulasi adaptasi perubahan aspek biologis dan seksual.
2. Stimulasi adaptasi perubahan aspek psikologis (kognitif)
3. Stimulasi adaptasi perubahan aspek kognitif (emosional)
4. Stimulasi adaptasi perubahan aspek sosial
5. Stimulasi adaptasi perubahan aspek spiritual
6. Sharing dan evaluasi kemampuan integritas diri

4. Penelitian Terkait
1. Guslinda et al., 2011 : Penelitian terkait TKT Lansia terhadap kemampuan adaptasi
dan perkembangan integiritas diri lansia pernah diteliti untuk lansia di Padang yang
memiliki hasil pengaruh sebesar 61,04% lansia sehat mengalami peningkatan
integritas diri.
2. Wijoyo & Daulima, 2020 : Sebuah studi kasus dilakukan untuk mendeskripsikan
integrasi diri pada lansia dalam mengikuti TKT lansia (lansia sehat yang siap untuk
adapatasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya), dengan hasil TKT lansia
berjalan dengan baik dengan 6 sesi dengan 4 kali pertemuan dan dapat dilakukan pada
lansia sehat agar sejahtera dan tenang dalam menghadapi hidup.
3. Gati et al., 2016 : Terapi Kelompok Terapeutik lansia dapat membantu lansia
beradaptasi dan mencapai integritas diri, sedangkan terapi reminiscence mampu
menurunkan tanda gejala depresi
4. Hasibuan & Daulima, 2021 : TKT yang efektif, lansia mampu beradaptasi dengan
perubahan dan mengembangkan tahapan Integritas Ego.
5. Amin et al., 2022 : (TKT) lansia dan psikoedukasi keluarga (FPE) berpengaruh
terhadap gejala depresi, tugas perkembangan dan kemampuan beradaptasi terhadap
aspek perkembangan dan akhirnya dapat mencegah terjadinya depresi pada lansia
6. Putra et al., 2012 : TKT dapat mengurangi kesepian pada lansia
7. Szczepańska-Gieracha et al., 2013 : Lansia merasa menerima perawatan dan perhatian
yang diterima dari orang lain akan lebih besar manfaatnya daripada keinginan untuk
mengubah situasi lewat TKT lansia.
8. Kowalska et al., 2013 : Ketika lansia secara lebih cepat berkontribusi pada
pengembangan rasa kelelahan.
9. Pase, 2013 : TKT lansia dan psikoedukasi keluarga (PEK) terhadap integritas diri
lansia, didapatkan hasil adanya peningkatan integritas diri lansia secara bermakna
dibanding kelompok lansia yang hanya mendapatkan TKT, sehingga TKT-PEK
direkomendasikan diterapkan sebagai terapi keperawatan lanjutan dalam merawat
lansia di komunitas.

Anda mungkin juga menyukai