Anda di halaman 1dari 60

Modul Mapaba

2022

Pengurus Komisariat
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Udayana
Ke – ASWAJA – an
Ahlussunnah Wal Jama’ah (ASWAJA)
1. History dan Epistimologi ASWAJA
Ahlusunnah Wal Jama’ah (ASWAJA) lahir dari
pergulatan intens antara doktrin dengan sejarah. Di wilayah
doktrin, debat meliputi soal kalam mengenai status Al-Quran,
apakah ia makhluk atau bukan, kemudian debat anatara sifat-
sifat allah antara ulama Salafiyyun dengan golongan
Mu’tazilah, dan seterusnya.
Di wilayah sejarah, proses pembentukan Aswaja
terentang hingga zaman Khulafa’ur Rasyidin, yakni dimulai
sejak terjadi peran Shiffin yang melibatkan Khalifah Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu anhu dengan Muawiyah. Bersama
kekalahan khalifah keempat tersebut, setelah dikelabui melalui
arbitrase (tahkim) oleh kubu Muawiyah, umat islam semakin
terpecah ke dalam berbagai golongan. Diantara mereka
terdapat Syi’ah yang secara umum dinisbatkan kepada
pengikut khalifah Ali bin Abi Thalib, golongan Khawarij yakni
pendukung Ali yang membelot karena tidak setuju dengan
tahkim, dan ada pula kelompok Jabariyah yang melegitimasi
kepemimpinan Mu’awiyah.
Selain tiga golongan tersebut, masih ada Murji’ah dan
Qodariyah, faham bahwa segala sesuatu terjadi karena
perbuatan manusia dan allah tidak turut campur (Af’al Al-ibad
min Al-ibad) berlawanan dengan faham jabariyah.
Diantara kelompo-kelompok itu adalah sebuah
komunitas yang dipelopori oleh Imam Abu Sa’id Hasan ibn
Hasan Yasar Al-Bashri (21-110 H/639-728 M), lebih dikenal
dengan nama Imam Hasan Al Bashri, yang cenderung
mengebangkan aktifitas keagamaan yang bersifat kultural
(tsaqofiyah), ilmiah, dan berusaha mencari jalan kebenaran

2
secara jernih. Komunitas ini menghindari pertikaian politik
antara berbagai fraksi politik (firqoh) yang berkembang ketika
itu. Sebaliknya, mereka mengembangkan sikap keberagaman
dan pemikiran yang sejuk, moderat, dan tidak ekstrim. Dengan
sistem keberagaman semacam itu, mereka tidak mudah untuk
mengkafirkan golongan atau kelompok lain yang terlibat dalam
pertikaian politik ketika itu.
Seirama waktu, sikap dan pandangan tersebut
diteruskan ke generasi-generasi ulama setelah beliau, di
antaranya Imam Abu Hanifah Al-Nu’man (150 H), Imam
Malik Ibn Anas (179 H), Imam Syafi’i (204 H), Ibn Kullab
(204 H), Ahmad Ibn Hanbal (241 H), hingga tiba pada generasi
Abu Hasan Al-Asy’ari (324 H) dan Abu Mansur Al-Maturidi
(333 H). Kepada dua ulama terakhir inilah permulaan faham
Aswaja sering dinisbatkan, meskipun bila ditelusuri secara
teliti, benih-benih faham Aswaja ini sebenarnya telah tumbuh
sejak dua abad sebelumnya.
Indonesia merupakan salah satu penduduk dengan
jumlah penganut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah terbesar di
dunia. Mayoritas pemeluk Islam di kepulauan ini adalah
penganut madzhab Syafi’i, dan sebagian terbesarnya
bergabung -baik tergabung secara sadar maupun tidak- dalam
jam’iyah Nahdlatul Ulama, yang sejak awal berdiri
menegaskan sebagai pengamal Islam ala Ahlussunnah Wal
Jama’ah.
Ahlussunnah wal Jama’ah’ disingkat Aswaja yang
dalam pemahaman dan praktek Islamnya menyandarkan diri
kepada 4 (empat) mazhab, yaitu : mazhab Syafi’i, Hanafi,
Maliki dan Hanbali. Mayoritas umat Islam dengan beragam
pemahaman, keyakinan dan ritual keislamannya berharap dan
mengklaim dirinya sebagai Ahlusunnah Wal Jama’ah (aswaja).
Klaim sebagai sunni (sebutan bagi pengikut aswaja) ini adalah
bagian dari ekspresi pemahamannya yang meyakini bahwa

3
umat Islam telah terpecah belah menjadi beberapa aliran,
namun diantara mereka yang selamat dan akan masuk surga
hanya satu, yaitu aliran yang bernama Ahlussunnah Wal
Jama’ah. Sehingga orang yang merasa dirinya sebagai sunni
beranggapan bahwa dirinya telah menemukan kebenaran
agama, sedangkan orang lain keliru, sehingga ia berhak
memberikan label “sesat” atau “kafir” kepada orang yang
memiliki pemahaman keislaman yang berbeda dengannya.
Mengklaim dirinya sebagai orang yang paling benar dan yang
lain sesat menurut Al-Qur'an adalah sebuah kesalahan, karena
secara tegas Allah berfirman bahwa yang akan menentukan
kebenaran manusia dalam beragama adalah Allah sendiri,
bukan makhluknya, dan akan diputuskan kelak di akhirat,
bukan di dunia (QS. Al-Haji : 17).
Sementara di sisi lain pengertian dan cakupan aswaja
sendiri tidak jelas, para ulama mendefinisikannya dengan
berbeda-beda. Hal ini lantaran istilah Ahlussunnah Wal
Jama’ah berikut definisinya tidak pernah disampaikan oleh
Allah dan rasul-Nya secara jelas baik dalam Al-Qur'an maupun
Hadits.
Apa itu ASWAJA?
Secara Etimologi, Ahlussunnah Wal Jamaah dapat
dikonsepsikan Ahlun berarti pemeluk aliran atau pengikut
mazhab. Al-Sunnah berarti thariqat (jalan), sedangkan Al-
Jamaah berarti sekumpulan orang yang memiliki tujuan. Secara
ringkas bisa disimpulkan bahwa Ahlu sunnah wal jamaah
adalah semua orang yang berjalan dan selalu menetapkan
ajaran Rasulullah SAW dan para sahabat sebagai pijakan
hukum baik dalam masalah aqidah, syari’ah dan tasawwuf.
Aswaja secara Terminologi dapat didefinisikan bahwa
Aswaja adalah orang yang memiliki metode berpikir
keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang
berlandasan atas dasar-dasar modernisasi, menjaga

4
kesinambungan dan toleran, dan shalat tarawih 23 rakaat.
Pandangan seperti itu pas betul dengan anggapan sementara
orang luar NU terhadap perilaku warga NU sendiri. Sedangkan
al Jama’ah menurut Ibn Taimiyah adalah persatuan. Ada juga
yang mengartikannya sebagai ahlul Islam yang bersepakat
dalam masalah syara’. Selain itu juga ada yang mengartikannya
al Sawadul A’zham (kelompok mayoritas).
Ada juga yang mengatakan bahwa al-Jama'ah, makna
asalnya adalah sejumlah orang yang mengelompok. Tetapi,
yang dimaksud dengan al-Jama'ah dalam pembahasan aqidah
adalah Salaf (pendahulu) dari umat ini dari kalangan shahabat
dan orang-orang yang mengikuti kebaikan mereka, sekalipun
hanya seorang yang berdiri di atas kebenaran yang telah dianut
oleh jama 'ah tersebut.
Menurut Muhammad bin Abdullah Al-Wuhaibi, istilah
Ahlus Sunnah wa al Jama'ah adalah istilah yang sama dengan
Ahlus Sunnah. Dan secara umum para ulama menggunakan
istilah ini sebagai pembanding Ahlul Ahwa' wal Bida'.
Menurutnya, kata “ahlus sunnah” mempunyai dua makna:
Pertama, mengikuti sunnah-sunnah dan atsar-atsar yang yang
datangnya dari Rasulullah SAW dan para sahabat,
menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan
melaksanakan apa yang diwajibkan dari perkataan dan
perbuatan dalam masalah aqidah dan ahkam. Kedua, lebih
khusus dari makna pertama, yaitu yang dijelaskan oleh
sebagian ulama’, dimana mereka menamakan kitab mereka
dengan nama as sunnah, seperti Abu Ashim, al Imam Ahmad
Ibn Hanbal, al Imam, al Khalal, dan lain-lain. Mereka
mengartikan as sunnah sebagai i’tiqad shahih yang ditetapkan
dengan nash dan ijma’.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa madzhab
ahlussunnah wa al jama’ah itu merupakan kelanjutan dari apa
yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para

5
sahabatnya. Adapun penamaan ahlussunnah wa al jama’ah
adalah sesudah terjadinya fitnah ketika awal munculnya firqah-
firqah.
Menarik untuk dicatat, bahwa dulu Imam Malik pernah
ditanya: “siapakah ahlussunnah itu ?” Beliau menjawab bahwa
ahlus sunnah adalah mereka yang tidak mempunyai laqab
(julukan) yang sudah terkenal, yakni bukan jahmi, qadari, dan
bukan pula Rafidli. Imam Ahmad Ibn Hanbal pun pernah
disebut-sebut sebagai Imam Ahlussunnah karena tindakan
beliau yang gigih mempertahankan keyakinannya ketika
Khalifah al Makmun dengan faham Mu’tazilahnya gencar
mengkampanyekan bahwa Qur’an adalah makhluk.
Adapun pengertian hadits secara terminologi
mempunyai beberapa pengertian antara lain: pertama, Menurut
terminologi para Muhadditsin, Sunnah adalah segala napak
tilas Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat-
sifat kejadian nya (bentuk tubuhnya), akhlaknya maupun
sejarahnya, baik sebelum kenabian maupun sesudahnya.
Kedua, Para ulama Ushul Fiqh mendefinisikan Sunnah sebagai
“segala sesuatu yang dinukil dari Rasulullah, baik perkataan,
perbuatan maupun taqrir”. Ketiga, menurut ulama Fiqh Sunnah
sebagai suatu perbuatan yang apabila dilaksanakan mendapat
pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat dosa, kebalikan
dari fardlu atau wajib menurut mereka. Keempat, Sunnah juga
diidentikkan terhadap segala yang ditunjuk oleh dalildalil
Syar’i, baik Alqur’an, Hadits ataupun Ijtihad Sahabat, seperti
pengumpulan mushaf dan pembukuan atau pengkodifikasian
Hadits, temasuk di dalamnya Ijtihad sahabat sebagai Sunnah
berdasar pada hadits Rasulullah SAW. berbunyi: “ ’Alaikum bi
assunnatî wa sunnati al khulafâi ar râsyidîna al mahdiyyîn“.
Kelima, Sunnah juga diidentikkan terhadap hal-hal yang
berlawanan dengan Bid’ah.

6
Arti Ahlussunnah wal jama’ah itu sendiri diambil dari
Hadits Rasulullah SAW yang beliau sabdakan : “Islam akan
menjadi terbagi menjadi 73 golongan, satu golongan yang
masuk surga tanpa di hisab”, sahabat berkata : siapakah
golongan tersebut ya Rasulullah ?, Nabi bersabda “
Ahlussunnah wal jama’ah“
Semua golongan mengaku dirinya Ahlussunnah tetapi
sebenarnya mereka bukan Ahlussunnah wal jama’ah karena
banyak hal-hal yang mereka langgar yang mereka jalankan di
dalam ajaran agama Islam, tetapi tetap mereka mengakui diri
mereka yang benar. Sebenarnya kita harus mengetahui apa
yang kita pelajari di dalam agama Islam atau yang kita amalkan
di dalam Islam maka kita akan mengetahui kebenarannya di
dalam ajaran Ahlussunnah wal jama’ah. Allah SWT telah
mengucapkan di dalam surat Al Fatihah pada ayat yang 5 dan
ayat yang ke 6, Allah SWT mengucapkan di dalam ayat yang
ke 5 jalan yang lurus dan pada ayat yang ke 6 jalan-jalan
mereka, yang kita tanyakan siapa mereka-mereka itu?
Ulama Ahlussunnah wal jama’ah mereka bersepakat:
a. Merekan adalah Nabi Muhammad SAW dan para
sahabat-sahabatnya
b. Penerus sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang
dianamakan Tabi’in
c. Tabi’-tabi’in adalah pengikut yang mengikuti orang
yang belajar kepada sahabat Rasulallah SAW.
d. Dan para ulama solihin.
Berbicara tentang Ahlussunnah Wal Jama’ah, kiranya
tak lengkap tanpa menyebut nama dua orang tokoh yang begitu
disegani dikalangan faham ini. Mereka adalah Abu Al Hasan
Al Asy’ari dan Abu Manshur Al Maturidi. Bahkan beberapa
ulama mengatakan bahwa Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah
pengikut Asy’ariyah dan Maturidiyah. Contoh misalnya, al

7
Zubaidi yang pernah mengatakan: “Jika dikatakan ahlus
sunnah, maka yang dimaksud dengan mereka adalah
Asy’ariyah dan Maturidiyah”. Senada dengan al Zubaidi
adalah Hasan Ayyub yang mengatakan: “Ahlus Sunnah adalah
Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansyur Al-Maturidi dan
orang-orang yang mengikuti jalan mereka berdua. Mereka
berjalan di atas petunjuk Salafus Shalih dalam memahami
aqaid”.
Tokoh yang pertama bernama lengkap Abu Hasan Ali
Ibn Ismail Ibn Bishri Ishaq Ibn Salim Ibn Ismail Ibn Abdullah
Ibn Musa Ibn Bilal Ibn Abi Bardah Ibn Abi Musa al Asy’ari
(260 H – 330 H). Dia dikenal sebagai pendiri teologi sunni,
meskipun sebelumnya dia adalah pengikut Mu’tazilah dan
pernah menjadi murid al Jubba’i. Kurang lebih sejak
1995/1997, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
meletakkan Aswaja sebagai Manhajul Fikr. PMII memandang
bahwa Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah orang-orang yang
memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua
aspek kehidupan dengan berlandaskan atas dasar moderasi,
menjaga keseimbangan, dan toleran. Aswaja bukan sebuah
madzhab, melainkan sebuah metode dan prinsip berfikir dalam
menghadapi persoalan-persoalan agama sekaligus urusan
sosial-kemasyarakatan; inilah makna Aswaja sebagai Manhaj
Al-Fikr.
Sebagai manhaj al-fikr, PMII berpegang pada prinsip-
prinsip Tawassuth (moderat), Tawazun (netral), Ta’adul
(keseimbangan), dan Tasamuh (toleran). Moderat tercermin
dalam pengambilan hukum (Istinbath) yaitu memperhatikan
posisi akal di samping memperhatikan nash. Aswaja memberi
titik porsi yang seimbang antara rujukan nash (Al-qur’an dan
Al-Hadist) dengan penggunaan akal. Prinsip ini merujuk pada

8
debat awal-awal Masehi antara golongan yang sangat
menekankan akal (Mu’tazilah) dan golongan fatalis
(Jabariyah).
Sikap netral (Tawazun) berkaitan dengan sikap dalam
politik. Aswaja memandang kehidupan sosial-politik atau
kepemerintahan dari kriteria dan prasyarat yang dapat dipenuhi
oleh sebuah rezim. Oleh sebab itu, dalam sikap tawazun, PMII
tidak membenarkan kelompok ekstrim yang hendak
merongrong kewibawaan sebuah pemerintahan yang disepakati
bersama, namun tidak juga berarti mendukung pemerintahan.
Apa yang terkandung dalam sikap tawazun tersebut adalah
memperhatikan bagaimana keterpenuhan kaidah dalam
perjalanan sistem kehidupan sosial politik.

Keseimbangan (Ta’adul) dan toleran (Tasamuh)


terefleksikan dalam kehidupan sosial di masyarakat, yaitu cara
bergaul dalam kondisi sosial budaya mereka. Keseimbangan
dan toleransi mengacu pada cara bergaul PMII sebagai muslim
dengan golongan muslim atau pemeluk agama yang lain.
Realitas masyarakat Indonesia yang plural dalam budaya, etnis,
ideologi politik, dan agama, PMII memandang bukan semata-
mata realitas sosiologis, melainkan juga realitas teologis.
Artinya bahwa Allah Subhanahu Wata’ala memang dengan
sengaja menciptakan manusia berbeda-beda dalam berbagai
sisinya. Oleh sebab itu, tidak ada pilihan sikap yang lebih tepat
kecuali ta’adul dan tasamuh.
2. Prinsip ASWAJA Sebagai Manhaj
Berikut ini adalah prinsip-prinsip Aswaja dalam
kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip tersebut meliputi aqidah,
pengambilan hukum, tasawuf/akhlak, dan bidang sosial-
politik.

9
a. Aqidah
Dalam bidang aqidah, pilar-pilar yang menjadi
penyangga aqidah Ahlussunah Wal Jama’ah di
antaranya yang pertama adalah aqidah Uluhiyyah
(ketuhanan), berkait dengan ihwal eksistensi Allah
Subhanahu Wa Ta’ala.
Pada tiga abad pertama Hijriyah, terjadi
banyak perdebatan mengenai eksistensi sifat dan
asma Allah Subhanahu Wa Ta’ala, di mana terjadi
diskursus terkait masalah apakah asma Allah
tergolong dzat atau bukan. Abu Hasan Al-Asy’ari
(324 H) secara filosofis berpendapat bahwa nama
(Ism) bukanlah yang dinamai (Musamma), sifat
bukanlah yang disifati (Mausuf), sifat bukanlah
dzat. Sifat-sifat Allah adalah nama-nama (Asma’)
Nya. Tetapi nama-nama itu bukanlah Allah dan
bukan pula selain-Nya
Aswaja menekankan bahwa pilar utama
keimanan manusia adalah Tauhid; sebuah
keyakinan yang teguh dan murni yang ada dalam
hati setiap muslim bahwa Allah-lah yang
menciptakan, memelihara, dan mematikan
kehidupan semesta alam. Allah Maha Esa, tidak
terbilang, dan tidak memiliki sekutu.
Pilar yang kedua adalah Nubuwwat, yaitu
dengan meyakini bahwa Allah telah menurunkan
wahyu kepada para Nabi dan Rasul sebagai
utusannya. Sebuah wahyu yang dijadikan sebagai
petunjuk dan juga acuan umat manusia dalam
menjalani kehidupan menuju jalan kebahagiaan
dunia dan akhirat, serta jalan yang diridhoi oleh
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam doktrin
Nubuwwat ini, umat manusia harus meyakini

10
dengan sepenuhnya bahwa Nabi Muhammad
Shllallahu Alaihi Wa Sallam adalah utusan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, yang membawa Risalah
(wahyu) untuk umat manusia. Dia adalah rasul
terakhir, yang harus diikuti oleh setiap manusia.
Pilar yang ketiga adalah Al-Ma’ad, sebuah
keyakinan bahwa nantinya manusia akan
dibangkitkan dari kubur pada hari kiamat dan
setiap manusia akan mendapatkan imbalan sesuai
amal dan perbuatannya (Yaumul Jaza’). Dan
mereka semua akan dihitung (Hisab) seluruh amal
perbuatan mereka selama hidup di dunia. Mereka
yang banyak beramal baik akan masuk surga dan
mereka yang banyak beramal buruk akan masuk
neraka.
b. Bidang Sosial Politik
Berbeda dengan golongan Syi’ah yang
memiliki sebuah konsep negara dan
mewajibkan berdirinya negara imamah,
Ahlussunnah Wal Jama’ah dan golon- gan Sunni
umumnya memandang negara sebagai kewajiban
fakultatif (Fardlu Kifayah). Pandangan Syi’ah
tersebut juga berbeda dengan golon- gan
Khawarij yang membolehkan komunitas berdiri
tanpa imamah apabila dia telah mampu mengatur
dirinya sendiri. Bagi AhlussunnahWal Jama’ah,
negara merupakan alat untuk mengayomi
kehidupan manu- sia untuk menciptakan dan
menjaga kemaslahatan bersama (Mashlahah
Musytarokah).
Ahlussunnah Wal Jama’ah tidak memiliki
konsep bentuk negara yang baku. Sebuah
negara boleh berdiri atas teokrasi, aristokrasi

11
(kerajaan), atau negara-modern/demokrasi,
asal mampu memenuhi syarat; apabila syarat-
syarat tersebut tidak terpe- nuhi, maka gugurlah
otoritas (we- wenang) pemimpin negara
tersebut. Syarat-syarat itu adalah :
1. Prinsip Syura (musyawarah) Negara
harus mengedepankan musyawarah
dalam mengambil sega- la keputusan
dan setiap keputusan, kebijakan, dan
peraturan. Salah satu ayat yang
menegaskan musyawarah adalah
sebagai berikut : “maka sesuatu
apapun yang diberikan kepadamu itu
adalah kenikmatan hidup di dunia dan
yang ada pada sisi Allah lebih baik
dan lebih kekal bagi orang-orang yang
beriman, dan hanya kepad Tuhan
mereka bertawakkal dan bagi orang-
orang yang menjauhi dosa-dosa besar
dan perbuatan keji, dan apabila
mereka marah mereka memberi maaf.
Dan bagi orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan sholat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka. Dan bagi
orang-orang yang apabila mereka
diperlakukan dengan dzalim mereka
membela diri (Q.S. Al Syura, 42: 36-
39).
2. Prinsip Al-Adl (keadilan) adalah salah
satu perintah yang paling banyak
ditemukan di Al-Quran. Prinsip ini tidak
boleh dilanggar oleh sebuah

12
pemerintahan, apapun bentuk
pemerintahan tersebut. Dibawah ini
adalah salah satu ayat yang
memerintahkan keadilan:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaikbaiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi Maha
melihat.”(Q.S. An-Nisa, 4:58)
3. Prinsip Al-Hurriyah (kebebasan) Negara
wajib menciptakan dan menjaga
kebebasan bagi warga negaranya.
Kebebasan tersebut wajib hukumnya
karena merupakan kodrat asasi setiap
manusia. Prinsip kebebasan manusia
dalam syari’ah dikenal dengan Al-
Ushulul-Khams (prinsip lima), yaitu :
a. Hifzhu al-Nafs (menjaga jiwa);
adalah kewajiban setiap
kepemimpinan (negara) untuk
menjamin kehidupan setiap warga
negara; bahwa setiap warga negara
berhak dan bebas untuk hidup dan
berkembang di wilayahnya.
b. Hifzhu al-Din (menjaga agama);
adalah kewajiban setiap
kepemimpinan untuk menjamin
kebebasan setiap orang untuk
memeluk, meyakini, dan

13
menjalankan agama dan
kepercayaannya. Negara tidak berhak
memaksakan atau melarang sebuah
agama atau kepercayaan kepada
warga negara.
c. Hifzhu al-Mal (menjaga harta
benda); kewajiban setiap
kepemimpinan untuk menjamin
keamanan harta benda yang dimiliki
oleh warga negaranya. Negara wajib
memberikan jaminan keamanan dan
menjamin rakyatnya hidup sesuai
dengan martabat rakyat sebagai
manusia.
d. Hifzhu al-Nasl; bahwa negara wajib
memberi jaminan terhadap asal-usul,
identitas, dan garis keturunan setiap
warga negara. Negara harus menjaga
kekayaan budaya (etnis), tidak boleh
mengunggulkan dan
memprioritaskan sebuah etnis
tertentu.
e. Hifzhun al-Nasl berarti negara harus
memperlakukan sama setiap etnis
yang hidup di wilayah negaranya.
f. Hifzhu al-‘Irdh; jaminan terhadap
harga diri, kehormatan, profesi,
pekerjaan, ataupun kedudukan setiap
warga negara. Negara tidak boleh
merendahkan warga negaranya
karena profesi dan pekerjaannya.
Negara justru harus menjunjung
tinggi dan memberikan tempat yang
layak bagi setiap warga negara.

14
Al-Ushul Al-Khams identik dengan
konsep hak asasi manusia yang lebih
dikenal dalam dunia modern. Lima
poko atau prinsip diatas menjadi
ukuran bagi legitimasi sebuah
keperintahan sekaligus menjadi
acuan bagi setiap orang yang
pemimpin kelak hari kemudian.
4. Prinsip Al Musawah (kesetaraan derajat)
Bahwa manusia diciptakan oleh
Allah SWT. Antara satu ialah setelah
proses Istinbath Al Hukm tidak
ditemukan dalam Al-Quran atau
digunakan sebagai komplemen dari apa
yang telah dinyatakan dalam Al-Quran.
As-Sunnah sendiri mempunyai
tingkatan kekuatan yang bervariasi. Ada
yang terus-menerus (mutawatir), terkenal
(masyhur) ataupun terisolir (ahad).
Penentuan tingkat As-Sunnah tersebut
dilakukan oleh Ijma’ Shahabah.
Menurut Abu Hasan Ali Ibn Ali Ibn
Muhammad Al-Amidi, Ijma’ adalah
kes- epakatan kelompok legislatif (Ahl
Al-Halli Wa Al-Aqdi) dan umat
Muhammad pada sesuatu masa
terhadap suatu hukum dari suatu kasus.
Atau kesepakatan orang-orang
mukallaf dari umat Muhammad pada
suatu masa terhadap suatu hukum dari
suatu kasus.
Dalam Al-Qur’an dasar Ijma’
terdapat dalam Q.S. An-Nisa’, 4: 115 :

15
“Dan barang siapa menentang
Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin,
Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu
dan kami masukkan ia ke dalam
jahannam, dan jahannam itu seburuk-
buruk tempat kembali.” Dan, “Dan
demikian pula kami telah menjadikan
kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia.” (Q.S. Al
Baqoroh, 2: 143).
Qiyas, sebagai sumber hukum
Islam, merupakan salah satu hasil
ijtihad para Ulama. Qiyas yaitu
mempertemukan sesuatu yang tak ada
nash hukumnya dengan hal lain yang
ada nash hukumnya karena ada
persamaan illat hukum. Qiyas sangat
dianjurkan untuk digunakan oleh Imam
Syafi’i.
3. Hakikat Ahlusunnah Wal Jama’ah
Dengan tidak memonopoli predikat sebagai satu-
satunya golongan Ahlus- sunnah wal Jamaah, jam'iah
Nahdlatul Ulama semenjak pertama berdirinya
menegaskan diri sebagai penganut, pengemban dan
pengembang Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah. Den-
gan sekuat tenaga, Nahdlatul Ulama berusaha
menempatkan diri sebagai pengamal setia dan mengajak
seluruh kaum muslimin, terutama para warganya untuk
menggolongkan diri pada Ahlussunnah wa Jamaah.

16
Pada hakekatnya, Ahlussunnah wal Jamaah, adalah
ajaran Islam yang murni sebagaimana diajarkan dan dia-
malkan oleh Rasulullah saw. bersama para sahabatnya.
Dengan tidak memonopoli predikat sebagai satu-satunya
golongan Ahlussunnah wal Jamaah, jam'iah Nahdlatul
Ulama semenjak pertama berdirinya menegaskan diri
sebagai penganut, pengemban dan pengembang Islam
ala Ahlussunnah wal Jamaah. Dengan sekuat tenaga,
Nahdlatul Ulama berusaha menempatkan diri sebagai
pengamal setia dan mengajak seluruh kaum muslimin,
terutama para warganya untuk menggolongkan diri pada
Ahlus- sunnah wa Jamaah.
Ketika Rasulullah saw. menerangkan bahwa
umatnya akan tergolong menjadi banyak sekali (73)
golongan, beliau menegaskan bahwa yang benar dan
selamat dari sekian banyak golongan itu hanyalah
Ahlussunnah wa Jamaah. Atas pertanyaan para sahabat
mengenai definisi as-Sunah wal Jamaah, beliau
merumuskan dengan sabdanya: "Apa yang aku berada di
atasn- ya, hari ini, bersama para sahabatku".
Ahlussunnah wal Jamaah adalah golongan
pengikut setia pada al-Sunnah wal al-Jamaah, yaitu ajaran
Islam yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah saw.
Bersama para sahabatnya pada za- man itu. Ahlussunnah
wal Jama’ah bukan- lah suatu yang baru timbul sebagai
reaksi dari timbulnya beberapa aliran yang me- nyimpang
dari ajaran yang murni seperti Syi’ah, Khawarij, Mu'tazilah
dan sebagain- ya. As-Sunnah wal Jama’ah sudah ada se-
belum semuanya itu timbul. Aliran-aliran itulah yang
merupakan gangguan terha- dap kemurnian as-Sunnah wal
Jama’ah. Setelah gangguan itu membadai dan berkecamuk,
dirasakan perlunya predikat Ahlussunnah wal Jamaah,
dipopulerkan oleh kaum muslimin yang tetap setia me-
negakkan as-Sunnah wal Jamaah, mem- pertahankannya

17
dari segala macam gan- guan yang ditimbulkan oleh aliran-
aliran yang mengganggu itu. Mengajak seluruh pemeluk
islam untuk kembali kepada as-Sunnah wal Jamaah.
Para sahabat, generasi yang hidup sezaman
dengan Rasulullah saw. ada- lah generasi yang paling
menghayati as-Sunnah wal Jamaah. Mereka dapat
menerima langsung ajaran agama dari tangan pertama.
Kalau ada yang be- lum jelas, dapat menanyakan
langsung pula kepada Rasulullah saw. terutama al-
Khulafa ar-Rosyidun:
a. Sahabar Abu Bakar as-Shiddiq ra,
b. Sahabat Umar bin Khattab ra,
c. Sahabat Utsman bin Affan ra,
d. Sahabat Ali bin Abi Thalib ra,
Nadhlatul Ulama berpendirian teguh, bahwa al-
Mahdiyyin (yang mendapat petunjuk) adalah sifat
menerangkan kenyataan bukan sifat yang merupakan
syarat yang membatasi. Artinya, memang semua
Khulafa ar- Rosyidin itu, tanpa diragukan lagi adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk, bukan orang-
orang yang sebagian mendapat petunjuk dan sebagian
tidak. Bahkan, jumhur ulama berpendapat bahwa para
sahabat Rasulullah saw. adalah para tokoh yang diyakini
kejujurannya didalam masalah penyampaian ajaran
agama. Keragu-raguan terhadap kejujuran para sa- habat
merupakan salah satu bahaya bagi kemantapan saluran
ajaran agama, apalagi terhadap Khulafa ar-Rosy idin al-
Mahdiyyin. Keraguan tersebut akan mengacaukan,
mengaburkan dan mengeruhkan jalur-jalur yang harus
ditelusuri sampai kepada as-Sunnah dan al-Qur'an.

18
Para sahabat yang mendengar ucapan, melihat
perbuatan dan menghayati sikap (taqrir) Rasulullah saw.
kemudian ucapan, perbuatan dan sikap Rasulullah saw itu
dikumpulkan, dicatat dan dikodifikasikan. Para sahabat
pula yang mendengar dan mencatat Rasulullah saw.,
membaca ayat- ayat al-Qur'an, kemudian dikumpulkan dan
disusun menjadi mushaf yang sampai sekarang kita yakini
sebagau mushaf al- Qur'an yang otentik.
Selain dalil-dalil qauli (bersifat uca- pan) yang
memberi kesaksian Rasulullah saw. atas kemampuan
penghayatan para sahabat terhadap apa yang diajarkan
oleh beliau, terdapat pula dalil-dalil yang sekaligus qauli
dan fi'li (bersifat perbuatan tindakan). Beliau merestui
beberapa sahabat melakukan ijtihad (mengerahkan daya
pikir untuk mendapat kesimpulan pendapat berdasarkan
atas pemahaman dan peghayatan terhadap nash al-Qur'an
dan al-Hadits). Yang paling terkenal ialah ketika
Rasulullah saw. mengutus sa- habat Mu'adz bin Jabal ra.
ke Yaman. Atas pertanyaan Rasulullah saw., sahabat
Mu'adz ra memberi jawaban yang da- pat dirumuskan:
Kalau sesuatu masalah ada dalilnya yang jelas
didalam al-Qur'an, maka keputusan hukum diambil
berdasarkan al-Qur'anKalau tidak terdapat dalam al-
Qur'an dan terdapat didalam as-Sunnah, maka diambil
berdasarkan as-Sunnah. Kalau tidak terdapat dalil yang
jelas didalam al-Qur'an dan juga tidak terdapat didalam
as-Sunnah, maka keputusan hukum diambil berdasarkan
ijtihad (hasil daya pikir). Pasti dapat diyakinkan oleh
setiap pemeluk Islam, bahwa para sahabat bukanlah
sekelompok orang yang dibina oleh Ra- sulullah saw.
hanya untuk diri mereka sendiri tanpa berkelanjutan
peranan- nya. Pasti para sahabat adalah generasi pertama
kaum muslimin mengemban tugas melanjutkan missi
dan perjuangan Rasulullah saw. mengembangkan ajaran

19
agama Islam ke seluruh pelosok dunia kepada segenap
umat manusia.

20
Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
Antara Dialektika dan Integrasi Gerakan
Senantiasa memohon dan menjadikan Allah SWT
sebagai sumber segala kebenaran dan tujuan hidup.
Pergerakan Mahasiswa Is- lam Indonesia berusaha
menggali nilai-nilai ideal-moral, lahir dari pengalaman
dan ke- berpihakan insan warga pergerakan dalam bentuk
rumusan-rumusan yang diberi nama Nilai dasar
Pergerakan (NDP) PMII. hal ini dibutuhkan untuk
memberi kerangka, arti motivasi pergerakan dan sekaligus
mem- berikan legitimasi dan memperjelas terha- dap apa
saja yang akan dan harus dilakukan untuk mencapai cita-
cita perjuangan sesuai dengan maksud didirikannya
organisasi ini.
NDP adalah tali pengikat (kalimatun sawa) yang
mempertemukan semua warga pergerakan dalam ranah dan
semangat per- juangan yang sama. Seluruh warga PMII
harus memahami dan menginternalisasikan nilai dasar
PMII itu, baik secara personal atau secara bersama-sama,
dalam medan perjuangan social yang lebih luas dengan
melakukan keberpihakan nyata melawan ketidakadilan,
kesewenang-wenangan, kekerasan, dan tindakan-tindakan
negative lainnya. NDP ini, dengan demikian senan- tiasa
memiliki kepedulian sosial yang tinggi (faqih fi mashalih
al-kahliq fi ad-dunya atau faham dan peka terhadap
kemaslahaatan makhluk di dunia)
A. ARTI, FUNGSI DAN KEDUDUKAN
Pengertian NDP
NDP adalah nilai-nilai yang secara mendasar
merupakan sublimasi nilai-nilai keislaman (kemerdekaan,
tawasuth, al-hurriyah, persamaan, tawazun, al-musawa,

21
keadilan, ta’adul, toleran, tasamuh) dan ke- Indonesia-an
(keberagaman suku, agama dan ras, beribu pulau,
persilangan budaya) dengan kerangka pemahaman
Ahlusunnah wal Jama’ah yang menjiwai berbagai aturan,
memberi arah, mendorong serta penggerak kegiatan-
kegiatan PMII. Sebagai pemberi keyakinan dan
pembenar mutlak, Islam mendasari, memberi spirit dan
élan vital pergerakan yang meliputi cakupan Iman,
Islam, Ihsan dalam upaya memperoleh kes ejahteraan
hidup didunia dan akhirat.
Dalam upaya memahami, menghayati dan
mengamalkan Islam tersebut, PMII menjadikan
Ahlusunnah wal Jama’ah sebagai manhaj al-fikr
sekaligus manhaj al-taghayyur al-ijtima’i (perubahan
sosial) untuk mendekontruksi sekaligus merekontruksi
bentuk-bentuk pemahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran
agama toleran, humanis, anti kekerasan dan kritis
transformatif.
Fungsi NDP
Kerangka Refleksi (landasan berpikir) Sebagai
kerangka refleksi, NDP bergerak dalam pertarungan ide-
ide, paradigma, nilai-nilai yang akan memperkuat nilai-
nilai yang akan memperkuat tingkat kebenaran- kebenaran
ideal. Ideal-ideal itu menjadi sesuatu yang mengikat,
absolut, total, universal berlaku menembus keberbagaian
ruang dan waktu (muhkamat, qoth’i). Karenanya, kerangka
refleksi ini menjadi moralitas sekaligus tujuan absolut
dalam mendulang capaian-capaian nilai seperti kebenaran,
keadilan, kemerdekaan, kemanusiaan, dll.
Kerangka Ideologis (sumber motivasi) Menjadi satu
rumusan yang mampu memberikan proses ideologisasi di
setiap kader secara bersama-sama, sekaligus memberikan
dialektika antara konsep dan realita yang mendorong proses

22
kreatif di internal kader secara menyeluruh dalam proses
perubahan sosial yang diangankan secara bersama-sama
secara terorganisir.

Menjadi pijakan atau landasan bagi pola pikir dan


tindakan kader sebagai insan per- gerakan yang aktif
terlibat menggagas dan proaktif memperjuangkan
perubahan sosial yang memberi tempat bagi demokratisasi
dan penghargaan terhadap HAM.
Kedudukan NDP
a. NDP menjadi sumber kekuatan ideal moral dari
aktivis pergerakan
b. NDP menjadi pusat argumentasi dan pengikat
kebenara dari kebebasan berfikir, berucap dan
bertindak dalam aktivitas pergerakan.
1. Hubungan Manusia dengan Allah
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta
manusia sebaik-baik kejadian dan menganugerahkan
kedudukan terhormat kepada manusia dihadapan
ciptaan-Nya yang lain. Kedudukan pemberian daya pikir,
kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah
yang memungkinkan manusia memerankan fungsinya
sebagai khalifah dan hamba Allah. Dalam kehidupan
sebagai khalifah, manusia memberanikan diri untuk
mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan
kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah, manusia
harus melaksanakan ketentuan-ketentuannya. Untuk itu
manu- sia dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu
harus dirawat, manusia tidak ingin terjatuh kedalam
kedudukan yang rendah
2. Hubungan Manusia dengan Manusia

23
Tidak ada yang lebih antara yang satu dengan
lainnya, kecuali ketaqwaannya. Setiap manusia memiliki
kekurangan dan kelebihan, ada yang menonjol pada diri
seseorang tentang potensi kebaikannya, tetapi ada pula
yang terlalu menonjol potensi kelemahannya. Karena
kesadaran ini, manusia harus saling menolong, saling
menghormati, bekerjasama, menasehati dan saling
mengajak kepada kebenaran demi kebaikan bersama.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan
antar manusia tercakup dalam persaudaraan antar insan
pergerakan, persaudaraan sesama umat Islam,
persaudaran sesama warga Negara dan persaudaraan
sesama umat manusia. Perilaku persaudaraan ini harus
menempatkan insan per- gerakan pada posisi yang dapat
memberikan manfaat maksimal untuk diri dan
lingkungannya.
3. Hubungan Manusia dengan Alam
Alam semesta adalah ciptaan Allah. Dia
menentukan ukuran dan hukum-hukumn- ya. Alam juga
menunjukkan tanda-tanda keberadaan, sifat dan
perbuatan Allah. Berarti juga nilai tauhid melingkupi
nilai hubungan manusia dengan manusia. Na- mun Allah
menundukkan alam bagi manusia dan bukan sebaliknya.
Jika sebaliknya yang terjadi, maka manusia akan terjebak
dalam penghambaan terhadap alam, bukan peng-
hambaan kepada Allah. Allah mendudukkan manusia
sebagai khalifah, sudah sepantasn- ya manusia
menjadikan bumi maupun alam sebagai wahana dalam
bertauhid dan me- negaskan keberadaan dirinya, bukan
men- jadikannya sebagai obyek eksploitasi.
Salah satu dari hasil penting dari cipta, rasa, dan
karsa manusia yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi.

24
Manusia mencipta- kan itu untuk memudahkan dalam
rangka memanfaatkan alam dan kemakmuran bumi atau
memudahkan hubungan antar manusia. Dalam
memanfaatkan alam diperlukan iptek, karena alam
memiliki ukuran, aturan dan hukum tersendiri. Alam
didaya gunakan dengan tidak mengesampingkan aspek
pelestariannya.
Penutupan
Nilai-nilai Dasar Pergera- kan (NDP) Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang dipergunakan
seba- gai landasan teologis, normative dan etis dalam pola
piker dan perilaku warga PMII, baik secara perorangan
maupun bersama- sama. Dengan ini dasar-dasar tersebut
ditujukan untuk mewujudkan pribadi mus- lim Indonesia
yang bertaqwa kepada Allah, berbudi luhur, berilmu cakap
dan bertang- gungjawab dalam mengamalkan ilmu peng-
etahuannya serta komitmen atas cita-cita kemerdekaan
rakyat Indonesia, Sosok yang dituju adalah adalah sosok
insane kamil In- donesia yang kritis, inovatif dan
transform- ativ yang sadar akan posisi dan perannya sebagai
khalifah dimuka bumi.
Abstrak Radikal: Artikel ini menganalisis
kemunculan radikalisme Islam di Indonesia pasca-Orde
Baru dalam kaitannya dengan politik demokrasi serta
implikasinya terhadap kebijakan negara atas
radikalisme. Dengan menggunakan pendekatan politik
hukum, artikel ini berargumen bahwa kelompok radikal
harus diperlakukan secara hati-hati dalam kerangka
prinsip-prinsip demokrasi karena demokrasi harus
menggaransi kebebasan berpendapat untuk semua.
Dalam konteks ini, keberadaan radikalisme Islam tidak
bisa dikekang atas alasan ideologis yang diwujudkan
dalam bentuk kebijakan negara yang represif antagonistik

25
atas kelompok radikal. Kebijakan semacam ini dapat
membawa pendulum ke arah kontra produktif bagi
demokrasi itu sendiri karena kelompok radikal justru
dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk
mengonsolidasikan dan mendiseminasikan ideologi
radikalisme di kalangan masyarakat luas. Artikel ini
mereko- mendasikan Undang-undang(UU) baru
dan/atau addendum baru dalam rangka mengisi ruang
kosong yang tidak disen- tuh oleh kedua UU tentang
pemberantasan Tindak Pidana Terorisme sebelumnya.
Kata kunci: bhineka tunngal ika, pan- casila, NKRI

Pancasila dan bhineka tunggal ika sangat penting


bagi bangsa Indonesia. Bukan hanya sebagai semboyan
melainkan lebih seba- gai alat pemersatu bangsa. Pada era
politik ini, bhineka tunggal ika sedang diuji oleh
kelompok-kelompok yang menggunakan politik
identitas untuk meraih kekuasaan bahkan dengan cara
mengubah pancasila dan bhineka tunggal ika menjadi
khalifah dan syariat islam. Kelompok-kelompok
beraliran ekstrim ini sangat berbahaya bagi keutuhan
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) karena
Indonesia terdari dari berbagai suku bangasa, agama, ras
yang berbeda yang disatukan dengan pancasila dan
bhineka tunggal ika sehingga apabila bhineka tunggal
ika dan pancasila diubah maka dikhawatirkan Indonesia
akan pacah atau bubar.

26
Analisis Sosial (ANSOS)
Mengenal Analisis Sosial Pengertian Ansos
Analisis sosial merupakan usaha un- tuk
menganalisis sesuatu keadaan atau masalah sosial secara
objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh
gambaran lengkap mengenai situasi sosial dengan
menelaah kaitan-kaitan histories, structural dan
konsekuensi masalah. Analisis sosial akan mempelajari
struktur sosial, mendalami fenomena-fenomena sosial,
kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya dan agama.
Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan
sosial, bagaimana institusi sosial yang menyebabkan
masalah-masalah sosial, dan juga dampak sosial yang
muncul akibat masalah sosial.
Juga sebagai suatu upaya untuk memperoleh
gambaran secara lengkap mengenai suatu situasi sosial
yang ada di dalam masyarakat pada wilayah tertentu,
dengan cara menelaah kaitan-kaitan fenomena historis,
sosial, politik dan struktural yang ada di dalam masyarakat
tersebut. Dengan pemahaman seperti ini, maka pelaksanaan
ansos otomatis harus difokuskan pada uraian fakta yang
terjadi di masyarakat, yang meliputi suatu peristiwa,
subyek (pelaku- pelaku), obyek (keadaan lapangan), inter-
aksi-konflik sosial (analisis kawan-lawan), analisis konflik
horisontal, analisis resiko, dan membongkar dokumen
(study dokumen).
Tujuan pelaksanaan ansos pada dasarnya untuk
membangun kesadaran kritis masyarakat berkaitan
dengan masalah-masalah dasar atau pokok yang terjadi
di wilayah/lingkungannya, maupun potensi masalah
yang mungkin akan terjadi di wilayah/lingkungannya,
sekaligus dengan cara pemecahannya. Itu berarti,

27
manfaat yang bisa diperoleh masyarakat dari pelaksanaan
ansos adalah Pertama, masyarakat dapat memahami
secara mendalam berbagai persoalan yang terjadi di
wilayahnya. Kedua, Masyarakat dapat mengetahui dan
memahami posisi maupun peran dari masing-masing
kelompok yang ada di komunitas atau lingkungan
sekitarnya. Ketiga, Masyarakat dapat mengetahui dan
memahami secara kritis Sistem yang ada di komunitas
atau lingkungan sekitarnya. Keempat, Masyarakat dapat
Merumuskan startegi pemecahan masalah.
Ruang Lingkup ANSOS
Pada dasarnya semua realitas sosial da- pat
dianalisis, namun dalam konteks transformasi sosial, maka
paling tidak objek analisa sosial harus relevan dengan
target perubahan sosial yang direncanakan yang sesuai
dengan visi atau misi organisasi. Secara umum objek
sosial yang dapat di ana- lisis antara lain:
1. Masalah-masalah sosial, seperti :
kemiskinan, pelacuran, pengangguran,
kriminalitas
2. Sistemsosial seperti: tradisi, usha kecil atau
menengah, sitem pemerintahan, sitem
pertanian
3. Lembaga-lembaga sosial seperti: sekolah,
layanan rumah sakit, lembaga perdesaan.
4. Kebijakan public seperti: dampak kebijakan
BBM, dampak perlakuan sebuah UU
Pentinya Teori Sosial
Teori dan fakta berjalan secara simul- tan, teori
sosial merupakan refleksi dari fakta sosial, sementara

28
fakta sosial akan mudah di analisis melalui teori-teori so-
sial. Teori sosial melibatkan isu-isu mencakup filsafat,
untuk memberikan konsepsi-konsepsi hakekat aktifitas
sosial dan prilaku manusia yang ditempatkan dalam
realitas empiris. Charles lemert (1993) dalam Social
Theory; The Multicultural And Classic Readings
menyatakan bahwa teori sosial memang merupakan basis
dan pijakan teknis untuk bisa sur- vive. Teori sosial
merupakan refleksi dari sebuah pandangan dunia tertentu
yang berakar pada positivisme. Menurut Anthony
Giddens secara filosofis terdapat dua macam analisis
sosial,pertama, analisis intitusional, yaitu ansos yang
menekan pada keterampilan dan kesetaraan ac tor yang
memperlakukan institusi sebagai sumber daya dan aturan
yang di produksi terus-menerus. Kedua, analisis
perilaku strategis, adalah ansos yang memberikan
penekanan institusi sebagai sesuatu yang diproduksi
secara sosial.
Langkah-langkah ANSOS
Proses anlisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain:
a. Memilih dan menentukan objek analisis
Pemilihan sasaran masalah harus
berdasarkan pada pertimbangan rasional dalam
arti realitas yang dianalsis merupakan masalah yang
memiliki signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau
misi organisasi.

b. Pengumpulan data atau informasi penunjang


Untuk dapat menganalisis masalah secara
utuh, maka perlu didukung dengan data dan
informasi penunjang yang leng kap dan relevan,
baik melalui dokumen media massa, kegiatan

29
observasi maupun investigasi langsung dilapangan.
Recek data atau informasi mutlak dilakukan untuk
menguji validitas data.
c. Identifikasi dan analisis masalah
Merupakan tahap menganalisis objek
berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pemetaan
beberapa variable, seperti keterkaitan aspek politik,
ekonomi, budaya dan agama dilakukan pada tahap ini.
Melalui analisis secara komphrehensif diharapkan
dapat memahami subtansi masalah dan menemukan
saling keterkaitan antara aspek.

d. Mengembangkan persepsi
Setelah di identifikasi berbagai aspek yang
mempengaruhi atau terlibat dalam masalah,
selanjutnya dikembangkan pre- sepsi atas masalah
sesuai cara pandang yang objektif. pada tahap ini akan
muncul beberapa kemungkinan implikasi konsekuensi
dari objek masalah, serta pengembangan beberapa
alternative sebagai kerangka tindak lanjut.
Isu-isu Kontemporer dalam Masyarakat Kita
Berikut ini disajidakn beberapa isu-isu
kemasyarakatan yang dipotret dari kacamata STEEPV (Social,
Technology, Econ- omy, Environment, Politics and Value) yang
membantu memposisikan diri dalam konteks persoalan dunia
secara umum, dan Indonesia secara khusus. Pemahaman akan
isu-isu ini mengindikasikan bahwa ada banyak persoalan
mendesak yang perlu diselesaikan:

1. Persoalan Sosial
Beberapa tema persoalan sosial yang dapat
disebut dalam kategori ini adalah mengenai
perubahan corak demografi (pengangguran, mobilitas
sosial), pendidi- kan gender, persoalan anak muda,

30
indi- vidualisme, inklusi sosial, dan sebagainya.
Menyangkut perubahan corak demo- grafi,
misalnya, barubaru ini Departemen Tenaga Kerja A.S
mengeluarkan data mengenai pertumbuhan jumlah
pengangguran di negara itu. Pada awal September
tahun ini, tercatat ada 428.000 orang yang mengajukan
bantuan dana penganggur. Di Indonesia sendiri, jumlah
pengangguran terbuka juga meningkat menjadi 9,25 juta
orang pada 2011 ini (data Kemenakertrans). Jumlah
pengangguran penuh berkisar pada angka 12,8 juta
(BPS, 2010). Sementara jumlah setengah pengangguran
(kerja kurang dari 35 jam/minggu) terus menin- gkat dari
tahun ke tahun: 29,64 juta pada 2005; naik menjadi 32,8
juta pada 2010; dan diperkirakan 34,32 juta pada 2011
(data LIPI).
Fenomena pengangguran di Indonesia boleh
jadi terkait erat dengan tema persoalan sosial yang
lain, yakni migrasi dan atau urbanisasi. Dalam hal ini,
bisa dicatat bahwa Jawa (terutama DKI Jakarta dan
kota-kota satelitnya) menjadi daerah rujukan migrasi di
Indonesia. Yang mencengangkan, lonjakan arus
urbanisasi ke Jakarta rata-rata berkisar pada angka
200.000-250.000 per tahunnya (setidaknya sampai
Oktober 2007). Lonjakan ini berimplikasi besar, salah
satunya anggaran yang dise- diakan untuk penduduk
Jakarta meningkat secara signifikan setiap tahunnya.
2. Persoalan Teknologi

Persoalan lain akibat timpangnya tingkat


kesejahteraan penduduk dunia dan konsentrasi
ekonomi pada titik-titik tertentu juga menyebabkan
kesenjangan teknologi pada warga dunia. Ada
kelompok-kelompok tertentu yang begitu
bergelimang dengan kemudahan teknologi,
sementara ada kelompok tertentu yang begitu
tertinggal dalam hal teknologi. Kepentingan politis

31
tertentu terkadang juga menjadi hambatan dalam
pemerataan teknologi. Oleh karena itulah, setiap
daerah memiliki isu yang berbeda terkait dengan
teknologi. Area yang memiliki masalah dengan
keamanan dan kecepatan transfer file hampir bisa
dipastikan bukan area yang tertinggal secara
teknologi. Sebaliknya, daerah yang kesulitan dalam
mengakses internet, bisa dibilang merupakan
daerah yang infrastrukturnya tertinggal.
Dalam kasus Indonesia: kendati pertumbuhan
jumlah pengguna internet terbilang tinggi, mencapai
31 juta pengguna pada 2010, namun akses
infrastruktur masih terbatas pada Jawa-Bali dan
Sumatera. Daerah lain di luar ketiganya masih
tertinggal dalam infrastruktur. Cable broadband hanya
tersedia di kota-kota besar Jawa, Bali, Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi. Bahkan, lebih dari 50%
kapasitas cable broadband tersebut terpasang di
Jakarta dan kota-kota satelitnya (Manggalanny,
2010).
3. Persoalan Ekonomi
Persoalan ekonomi sepertinya menjadi
persoalan yang begitu populer dewasa ini.
Persoalan sistem pasar, distribusi pertumbuhan
ekonomi, kompetisi ekonomi, hingga imbas
langsung kepada meningkatnya angka
kemiskinan di penjuru dunia. Dahsyatnya
gelombang kemiskinan ini bisa dilihat dari jumlah
anak yang meninggal setiap harinya. Hari ini,
tercatat 21.000 anak meninggal setiap harinya di
seluruh dunia. Angka tersebut sama artinya
dengan 14 anak mati setiap menit dan seorang anak
mati setiap 4 detik. Rata-rata, penyebab utama
kematian mereka adalah kelaparan dan penyakit

32
yang sebenarnya dapat dicegah, dan sebab-sebab
lain yang terkait dengan kemiskinan. Persoalan
ekonomi telah sedemikian akut dan men- dera
seluruh bumi. Hampir setengah penduduk bumi
lebih dari 3 milyar orang hidup dari uang $2.50
setiap harinya (World Bank, 2008). Dari angka
tersebut, 1 milyar anak hidup dalam kemiskinan,
640 juta hidup tanpa tempat perlindungan yang
layak, 400 juta tidak memiliki akses air bersih, 270
juta tidak memiliki akses pelayanan kesehatan.
Pada 2003, 10,6 juta anak mati sebelum mencapai
usia 5 tahun (data UNICEF, 2005).
4. Persoalan Lingkungan
Persoalan lingkungan menjadi salah satu
tema yang cukup menarik perhatian banyak
orang. Kepekaan terhadap lingkungan
tampaknya tumbuh seiring dampak global warming
yang dirasakan oleh warga dunia. Aneka seruan untuk
lebih memperhatikan lingkungan dan hewan terus
tumbuh. Gerakan ‘hijau’ (green movement) menjadi
lazim dijumpai, tak terkecuali di Indonesia. Hal ini tidak
aneh mengingat terdapat keprihatinan besar menyangkut
lingkungan hidup.

Dalam laporan Departemen Kehutanan,


laju deforestasi periode 2003-2006 men- capai 1,17
juta hektar/tahun. Jumlah ini tidak jauh berbeda
dengan laporan State of the World’s Forests 2007
yang dikeluarkan oleh The UN Food & Agriculture
Organi- zation (FAO) yang menyebut bahwa angka
deforestasi pada periode 2000-2005 men- capai 1,8
juta hektar/tahun. Demikian, dari total luas hutan
Indonesia (sekitar 180 juta hektar), 21% (26 juta)
telah musnah. Laporan FAO itu sekaligus
menempatkan Indo- nesia pada peringkat ke 2 dari

33
10 negara dengan laju kerusakan tertinggi di dunia.
Salah satu sebab deforestasi di Indonesia adalah
adanya latah perkebunan sawit ta- hun-tahun
belakangan ini.
5. Persoalan Politik
Dalam arus perubahan sebagai dampak globalisasi,
di dalam politik mulai berkembang gerakan-
gerakan demokrasi dan hak asasi manusia. Ketika
terjadi aneka praktik lobbying dalam politik yang
dilakukan oleh aktor-aktor non-negara dan terjadi
perkawinan antara politik dan pasar; di dalam
masyarakat tumbuh kesadaran untuk
mewujudkan ideal demokrasi: kembali ke rakyat.
Oleh karena itu, isu yang muncul juga
menyangkut mengenai partisipasi warga di dalam
politik. Di dalam pandangan Giddens, inilah letak
imperatif civil society; karena politik dalam
kondisi modernitas tidak bisa lagi hanya berada di
tangan pemerintah dan parlemen. 9 Beberapa
elemen persoalan politik yang lain adalah sebagai
berikut: mengenai sudut pandang politis yang
dominan, ketakstabilan politis, peranan regulator
dan pemerintah, mengenai parpol, dan sebagainya.
6. Persoalan Nilai
Globalisasi melalui perkembangan pesat
teknologi (terutama teknologi in- formasi komunikasi)
telah memampatkan bumi ini menjadi seolah seluas
desa kecil. Dalam suasana itu, terjadi pertukaran aneka
nilai, adat, kebiasaan lintas negara dan bangsa. Budaya
suatu daerah dapat dikenal di penjuru Bumi lain dan
sebaliknya. Namun, kerapkali orang menjadi lupa
bahwa aktor dominan dalam globalisasi juga turut
menyebarkan norma dan gagasan mereka ke seluruh

34
penjuru dunia. Beberapa pengamat yang kritis melihat
bahwa Barat (lebih spesifik adalah Amerika Serikat)
cenderung untuk memaksakan ekspansi gagasan dan
norma-norma mereka ke dalam norma lokal. Salah
satu yang terlihat misalnya dalam hal preferensi
hiburan. Karena itulah, bisa dijelaskan pula menga- pa
kebanyakan generasi muda Jawa cenderung
mengambil opsi menonton film di bioskop (dan
produksi Hollywood) dibanding menonton wayang
semalam suntuk.

Giddens pernah mengingatkan agar


mewaspadai revolusi global yang tengah
berlangsung, sebuah revolusi yang bahkan turut
mempengaruhi kehidupan manusia yang paling
pribadi: seksualitas, hubungan pribadi,
perkawinan, dan keluarga. Hal ini terkait erat
dengan perubahan paradigma menyangkut
kesetaraan gender, mulai terbukanya pandangan
akan kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bisexu- al,
dan Transgender), maupun perubahan makna
mengenai perkawinan yang kerapkali dipandang
sebagai salah satu sebab tumbuh pesatnya angka
perceraian.

35
Ke – Kopri – an
PENDAHULUAN
Annisa Syaqa-iq ar-Rijal (perempuan adalah
belahan laki-laki) begitulah hadist Nabi tentang
perempuan. Ini menandakan bahwa Islam menempatkan
perempuan secara berdampingan dengan laki-laki,dalam
ekisistensi, dalam menunaikan peran kehidupannya dan
dalam hak serta kewajiban. Perjuangan meningkatkan
kualitas hidup perempuan adalah perjuangan memperbaiki
kualitas hidup separuh masyarakat. Dengan kata lain,
perbaikan hidup perempuan tidak otomatis terwujud
melalui perjuangan hidup laki-laki. Ia memilki dunianya
sendiri, yang juga harus diperjuangkan olehnya sendiri.
Gagasan apapun yang tidak didukung oleh
sekelompok manusia yang siap untuk melaksanakan,
memperjuangkan, dan menyebarkannya, pasti akan mati
sejak usia dini, atau minimal akan sakit dalam waktu lama,
tergeletak di atas dipannya hingga datang seseorang yang
mengobatinya, menghindarkannya dari debu-debu masa,
dan membebaskannya dari berbagai beban penyakit, lalu
menyerahkan kepada sekelompok orang yang akan
membentuk tunas gerakan yang akarnya adalah gagasan
baru tersebut. Gagasan yang tidak diwujudkan dalam
sebuah pergerakan, tidak dibela, dan tidak diperjuangkan
oleh pendukungnya pasti akan segera lenyap dan dilupakan
betapapun hebat dan mengagumkan. Sejauh aktivitas,
ketangguhan, dan kemampuan para pen- dukungnya
dalam merekrut masa, akan menentukan keberhasilan
gagasan tersebut. Selanjutnya akan terbentuklah suatu
pergerakan yang terdiri dari sekelompok manusia yang
dikendalikan oleh suatu kepemimpinan berikut struktur
organisasinya. Setiap pergerakan apapun memilki

36
gagasan tertentu yang hendak direalisasi- kan ditengah-
tengah manusia, betapapun sederhananya, bahkan
terkadang remeh, atau sulit untuk diwujudkan di alam
nyata, namun ia tetap berupaya untuk memban- gun
pendukung bagi dirinya.
Dari itu jelaslah urgensi struktur organisasi
pergerakan. Istilah gerakan (movement) menurut kamus
Webster berarti “organized action by people working
towards a goal”. Kemudian Steaven Buchler menyatakan
bahwa gerakan sosial itu sering digambarkan sebagi
reaksi kolektif dari suatu kelompok masyarakat yang
tersubordinasi (kolektive respons to groups experience of
subordinat).
a. PMII menyadari bahwa anggotanya perlu
diberdayakan semaksimal mungkin.

Selama ini kader PMII dirasa belum banyak yang diberi


kesempatan untuk memaksimalkan potensinya. Padahal
jumlah anggota putri PMII terbilang banyak. Untuk itu,
konstitusi PMII mensyaratkan keberadaan kader putri
dalam setiap ting- katan kepengurusan PMII diberi kuota
minimal 1/3 ( dari PB sampai rayon).
b. Landasan Normatif

Dalam Bab VII Anggaran Rumah Tangga (ART) PMII


tentang Kuota Kepengurusan, Pasal 20 dinyatakan, ayat (1)
Kepengurusan di setiap tingkat harus menempatkan
anggota perempuan minimal 1/3 keseluruhan anggota
pengurus; dan ayat (2) Setiap keg- iatan PMII harus
menempatkan anggota perempuan minimal 1/3 dari
keseluruhan anggota. Penjelasan soal pemberdayaan
anggota perempuan PMII ada dalam bab VIII Pasal 21 ayat
(1) Pemberdayaan Perempuan PMII diwujudkan dengan
pembentukan wadah perempuan yai- tu KOPRI (Korp

37
PMII Putri), dan ayat (2) Wadah Perempuan tersebut diatas
selanjutnya diataur dalam Peraturan Organisasi (PO).
Adapun wadah pemberdayaan anggota putri PMII
ditegaskan dengan pembentukan lembaga khusus bernama
Korp PMII Putri (KOPRI) sebagaimana dalam Bab IX
tentang Wadah Perempuan. Dalam Pasal 22, ayat (1):
Wadah perempuan bernama KOPRI; ayat (2) KOPRI
adalah wadah perempuan yang didirikan oleh kader-kader
Putri PMII melalui Kelompok Kerja sebagai keputusan
Kongres PMII XIV; ayat (3) KOPRI didirikan pada 29
September 2003 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta dan
merupakan kelanjutan sejarah dari KOPRI yang didirikan
pada 26 November 1967; dan ayat (4) KOPRI bersifat semi
otonom dalam hubungannya Dengan PMII. Struktur
KOPRI sebagaimana struktur PMII, terdiri dari : PB
KOPRI, PKC KOPRI dan PC KOPRI
c. Visi dan Misi Kopri
Visi KOPRI adalah Terciptanya masyarakat yang
berkeadilan berlandaskan kesetaraan dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Sedangkan Misi KOPRI adalah Mengideologisasikan
nilai keadilan gender dan mengkonsolidasikangerakan
perempuan di PMII untuk membangun masyarakat
berkeadilan gender.
d. Sejarah KOPRI

Perjalanan sejarah organisasi yang bernama Korps


PMII Putri yang disingkat KOPRI mengalami proses yang
panjang dan dinamis. KOPRI berdiri pada kongres III
PMII pada tanggal 7-11 Februari 1967 di Malang Jawa
Timur dalam bentuk Departemen Keputrian dengan
berkedudukan di Surabaya Jawa Timur dan lahir
bersamaan Mukernas II PMII di Semarang Jawa Tengah

38
pada tanggal 25 September 1976. Musyawarah Nasional
pertama Korp PMII Putri diselenggarakan pada kongres IV
PMII 1970. KOPRI dari masa ke masa mengalami
ketidakharmonisan karena minimnya koodinasi. Hanya
pada saat Ali Masykur Musa (1991-1994) yang memiliki
keharmonisan dengan Ketua KOPRI-nya dari Lampung
(Jauharoh Haddad). KOPRI pada awalnya diposisikan
menjadi badan otonom dari PMII namun sekarang menjadi
semi otonom yang mana pimpinan KO- PRI dipilih atau
ditunjuk oleh Ketua Umum PB PMII. Konsekuensinya
KOPRI harus berada di cabang-cabang di setiap daerah.
KOPRI mengalami keputusan yang pahit ketika status
KOPRI dibubarkan melalui voting beda suara pada
Kongres KOPRI VII atau PMII XIII di Medan pada tahun
2000. Merasa pengalaman pahit itu terasa, bahwa kader-
kader perempuan PMII pasca konres di Medan mengalami
stagnasi yang berkepanjangan dan tidak menentu, oleh
sebab itu kader-kader perempuan PMII mengganggap perlu
dibentuknya wadah kembali, kongres XIII di Kutai
Kertanegara Kalimantan Timur pada tanggal 16-21 April
2003 sebagai momentum yang tepat untuk memprakarsai
adanya wadah. Maka, terbentuklah POKJA perempuan dan
kemudian lahirlah kembali KOPRI di Jakarta pada tanggal
29 September 2003 karena semakin tajam semangat kader
perempuan PMII maka pada kongres di Bogor tanggal 26-
31 Mei tahun 2005 terjadi perbedaan kebutuhan maka
terjadi voting atas status KOPRI denga suara terbanyak
menyatakan KOPRI adalah Otonom sekaligus memilih
ketua umum PB KOPRI secara langsung sehingga terpilih
dalam kongres sahabati Ai’ maryati Shalihah. Dalam
Kongres PMII ke-16 di Batam, Maret 2008, setelah melalui
sidang dan voting yang menegangkan dan melelahkan
hingga subuh, memutuskan status KOPRI Semi Otonom.

39
e. Ketua Umum KOPRI dari Masa ke Masa
Berikut ini daftar nama-nama Ketua Umum PB
KOPRI sepanjang masa (1960-sekarang).
1. Mahmudah Nahrowi 1960-1961
2. Enny Suhaeni 1961-1963
3. Enny Suhaeni 1963-1967
4. Tien Hartini 1967-1970
5. Adibah Hamid 1970-1973
6. Wus'ah Suralaga 1973-1977
7. Ida Farida 1977-1981
8. Lilis Nurul Husna putri 1981-1984
9. Iis Kholila 1985-1988
10. Dra. Khofifah Indar parawansa 1988-1991
11. Jauharoh Haddad 1991-1994
12. Diana Mutiah 1994-1997
13. Luluk Nur Hamidah 1997-2000
14. Umi Wahyuni 2000-2003
15. Wiwin Winarti 2003-2005
16. Ai’ Maryati Shalihah 2005-2007
17. Eem Marhamah 2007-2010
18. Irma Muthaharah 2010-2013
19. Ai Rahmayanti 2013-2016

40
20. Septi Rahmawati 2016-2019
21. Maya Muizatil Lutfillah 2021-sekarang
f. Strategi Pengembangan KOPRI
Korp PMII Putri, sebagai wadah kader
perempuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
meyakini perannya sebagai khalifatullah fil ardl dan
keberadaannya akan menjadi rahmat bagi segenap alam.
Karenanya keberadaan KOPRI harus bisa menjadi
sesuatu yang bisa dirasakan ke manfaatannya tidak
hanya oleh kader- kader PMII baik laki-laki maupun
perem- puan tetapi juga bagi seluruh Umat yang ada di
bumi ini, baik secara langsung mau- pun tidak langsung.
Relasi PMII dan KOPRI sebenarnya tidak berbenturan,
hanya secara gerakan, perempuan mempunyai wilayah
sendiri. Hanya koordinasi yang sifatnya tidak begi- tu
prinsip. Yang penting selama tidak ber- tentang ini harus
tetap didukung. KOPRI menempatkan teori gender
hanya seba- gai analisa saja agar kita tidak terbeleng- gu
dengan budaya patriarkal sehingga perempuan bisa
menentukan gerakan- nya sesuai dengan kebutuhan
perempuan tersebut. Wacana gender sebagai alat saja
bukan sebagai tujuan. Dan wacana gender disesuaikan
dengan wacana keislaman dan kearifan lokal.
Prosentase perempuan di setiap Mapaba PMII
ada 60%. Cukup banyak namun dalam pengkaderan kita
belum mumpuni mengggarapnya. Paling banter hanya
bisa survive 5 kader di setiap cabang. Karena kita akhir-
akhir ini kehilangan sosok-sosok kepemipinan
perempuan di tingkat cabang, kota, dan kabupaten se-Jawa
Ten- gah yang bisa berkomunikasi dengan PB dan basis. Tugas
utama KOPRI PMII ada lah bagaimana mensinergikan kader
perempuan PMII yang cukup banyak dengan wadah yang
berbedabeda. Yakni, sesuai dengan local genius yang berbeda di

41
masing-masing cabang. Juga mensinergikan antara PB dan
pengurus di bawahnya (PKC, PC, PK dan PR).

42
Ke – PMII – an
“Ilmu bukan untuk ilmu, tapi ilmu untuk diamalkan”
(Gelora Megamendung PMII, 1965)
A. Pendahuluan
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),
menjadi salah satu organisasi besar yang ikut berkontribusi
dalam setiap lipatan peristiwa bangsa Indonesia. Diusianya
yang ke 61. PMII belum berani menyatakan diri sebagai
organisasi yang telah berhasil. Sebab tugas sebagai agen of
social change and social control juga menuai banyak ujian.
PMII berdiri (17 April 1960), pada saat bangsa
Indonesia sedang dihadapkan dengan kondisi Intensitas
aktifitas politik yang sedang berusaha mencari
relevansinya. Tentunya sebab Ir. Sukarno, sebagai presiden
sekaligus panglima besar revolusi Indonesia tengah
mencoba mengejawantakan sistem demokrasi liberal.
Sukarno sangat percaya, bahwa demokrasi liberal adalah
satu-satunya sistem demokrasi yang ideal diterapkan
di Indonesia.
Tak ayal, pelbagai dinamika nega- ra Indonesia
patut diakui ikut membidani proses kelahiran organisasi
PMII. kemelud itupun ikut membantu PMII dalam
menemukan identitas dan jawaban dari setiap persoalan
dari dalam maupun diluar. meski terkadang dihadapkan
pada kenyataan problematis, eksistensi PMII hingga kini
cukup menjadi bukti moral force dan solidaritas kultural
pemuda nahdliyin.
Berikut sebuah tulisan historis yang disajikan
secara metodologis napak tilas PMII dari masa-kemasa.
Tulisan ini, memuat pelbagai peristiwa secara terstruktur

43
dalam periode awal kelahiran PMII. termasuk uraian
terkait upaya-upaya elit gerakan pemuda NU pada proses
realisasi ide dalam pertarungan gagasan ditubuh IPNU.
Tak lupa putusan-putusan fundamental tentang
Independensi PMII dari tubuh NU menjadi momentum
yang sangat menarik untuk didiskusikan. Pertama kare- na
keputusan tersebut dinilai mencederai memorandum
(Perjanjian seni sono 1949) yang telah disusun bersama-
sama oleh organisasi islam lainnya. Derasnya kritikan
yang ditujukan kepada PMII sempat membuat
kegaduhan disatu sisi, sedang disisi yang lain
memperjelas keberpihakan dari entitas keberadaan PMII.
kedua memperjelas posisioning PMII dalam bingkai
perjuangannya, memikul amanat penderitaan rakyat yang
tidak terikat secara struktur terhadap organisasi lain,
termasuk NU.
B. Cikal-bakal PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indoneisa (PMII)
adalah matarantai dari departemen Perguruan Tinggi (PT)
IPNU, yang dibentuk dalam Muktamar ke III IPNU,
cirebon, Jawa barat pada 27-31 Desember 1958.
Sebenarnya ide untuk membentuk organisasi mahasiswa
nahdliyin telah mengemuka pada muktamar ke II IPNU di
pekalongan, jawa tengah pada 1-5 Januari 1957. Namun
kalangan elit IPNU dan PBNU tidak merestui iktikad baik
itu, lantaran IPNU belum lama terbentuk. Ketakutan akan
polarasisasi internal IPNU dan diskonsentrasi pemuda
pelajar di- kalangan NU menjadi alasan yang cukup kuat
pada periode awal berdirinya IPNU.
Sebanarnya upaya mengkonsolidasikan kekuatan
mahasiswa nahdliyin sudah lama ada. Dapat kita lihat dari
beberapa aktifitas sekelompok mahasiswa NU. Seperti
Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) surakarta

44
dan Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) Jakarta,
yang sama berdiri pada tahun 1955. Usaha serupa juga
diperlihatkan oleh mahasiswa nahdliyin Bandung dengan
mendirikan Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama
(PMNU). Tak panjang perjalanan kedua or- ganisasi
tersebut, sebab ketua PBNU, KH. Idham Chalidm, tidak
merespon positif karena IPNU baru saja lahir pada 24 Feb-
ruari 1954. Hal ini logis sekali, sebab, IPNU yang baru
saja lahir juga belum terurus.
Kenyataan objektif yang didaras oleh mahasiswa
nahdliyin, bertransformasi menjadi keinginan kuat
membentuk organisasi yang terpisah dari tubuh IPNU,
terus diupayakan. Hingga pada muktamar ke III IPNU di
cirebon, Jawab barat, Elit mahasiswa yang kontra terhadap
kegelisahan mahasiswa nahdliyin merespon dengan
kelonggaran membentuk Departemen Perguruan Tinggi
IPNU. Baru pada Konferensi Besar IPNU pada 14-16
maret 1960 dikaliurang, Yogyakarta, setelah sahabat
Isma’il Makki dan Moh. Hartono BA berbicara didepan
forum Konferensi tentang perlunya mendirikan
organisasi khusus mahasiswa nahdliyin yang lepas baik
secara administrasi dan stuktural organisatoris dari
tubuh IPNU.
Beberapa pertimbangan yang diperdebatkan
pada forum pimpinan pusat IPNU, diantaranya:
1. Wadah mahasiswa nahdliyin yang dibentuk oleh
IPNU, belum mampu wewadahi gerakan
kemahasiswaan.
2. Perkembangan politik indonesia yang menuntut
mahasiswa islam untuk berhati-hati sekaligus
memperjelas keberpihakan mahasiswa.
3. Belum adanya organisasi mahasiswa yang secara
preventif melestarikan paham ahlussunah

45
waljamaah. Kelak organisasi tersebut akan
menjadi “power blok” mahasiswa nahdliyin,
terhadap paham-paham intoleran dan kontra
moderasi sosial kemasyarakatan.
4. HMI sebagai satu-satunya wadah mahasiswa
islam kala itu, dinilai terlalu dekat dengan partai
Masyumi. Sedang mahasiswa nahdliyin tidak
mendapat ruang dominan dalam perjuangan
HMI. Hal ini juga pernah diungkap oleh Deliar
Nur (1987), bahwa PMII merupakan cermin
ketidakpuasan sebagai mahasiswa muslim
terhadap HMI. Sebab ditataran ormas, HMI lebih
dekat dengan golongan modernis, yang di
interpretasikan kepada organisasi
muhammadiyah. Dalam urusan politik, HMI
memiliki kedekatan dengan partai Masyumi.
Atas beberapa pokok persoalan yang tengah dihadapi
oleh mahasiswa nah- dliyin itu, pasca Konferensi Besar
IPNU, musyawarah pembentukan organisasi mahasiswa
nahdliyin, direncanakan terlak- sana ditaman Pendidikan
Putri Khadijah (sekarang UNSURI) Surabaya, dalam
limit waktu 1 bulan. Selanjutnya, ditunjuklah 13 orang
panitia, sebagai sponsor pendiri organisasi mahasiswa
nahdliyin. Diantaranya :
1. Sahabat Cholid Mawardi (Jakarta)
2. Sahabat Said Budairy (Jakarta)
3. Sahabat M. Sobich Ubaid (Jakarta)
4. Sahabat M. Mak- mun Syukri BA (Bandung)
5. Sahabat Hilman (Bandung)
6. Sahabat Ismail Makki (Yogyakarta)
7. Sahabat Munsif Nahrawi (Yogyakarta)
8. Sahabat Nuril Hudasuaidy HA (Surakarta)
9. Sahabat Laily Mansur (Surakarta)
10. Sahabat Abd. Wahab Jailani (Semarang)

46
11. Sahabat Hisbullah Huda (Surabaya)
12. Sahabat M.Cholid Narbuko (Malang)
13. Sahabat Ahmad Husain (Makassar)
Sebelum melangsungkan musyawarah
pembentukan organisasi mahasiswa nahdliyin, terlebih
dahulu tiga delegasi diutus untuk menemui ketua umum
partai NU, KH. Idham Kholid untuk memohon nasihat.
Diantaranya:
1. Sahabat Hizbullah Huda (Surabaya)
2. Sahabat M. Said Budairy (Jakarta)
3. Sahabat Makmun Syukri BA (Bandung)
Tanggal 19 maret

47
Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia
Mendaku Indonesia
“Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” kata
pribahasa Indonesia
Kata pribahasa diatas dapat menjadi gambaran untuk
mengenal lebih jauh sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Menurut Pramoedya Ananta Toer, dalam buku Jejak
Langka, “barang siapa tidak membuka lembaran-lembaran
tentang Indonesia, maka ia tidak akan tahun masa lalunya.”
Karena suatu bangsa yang besar, yakni bangsa yang tau
akan sejarahnya sendiri. Dengan mengenal sejarahnya
sendiri, maka rasa cinta akan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) menjadi semakin kokoh.
Genelogi penamaan Indonesia pertama kali dipakai
oleh ahli ilmu bangsa-bangsa James Richard Logan dalma
sebuah karangannya yang berjudul “The Ethnology Of The
India Archipelago” tahun 1850. Logan memakai istilah
indonesia murni untuk menunjukkan letak geografi dari
persatuan bangsa di kepulauan selatan. Kata Indonesia yang
tak lain di maksudkan untuk kepulauan nusantara dipakai
pula oleh seorang pengarang lerman bernama Bastian tahun
1884. Sejak itu, kata indonesia lazim digunakan dalam ilmu
pengetahuan, terutama dalam ilmu bangsa-bangsa dan ilmu
bahasa.
Dalam arti politik nama indonesia sejak tahun 1922,
lazim dipakai oleh perhimpunan indonesia untuk mengganti

48
nama Hindia Belanda. Nama ini menurut Muhannad Hatta,
mengandung arti tuntutan kemerdekaan.
Embrio Nasionalisme para sejarawan mengklaim
embrio nasionalisme –nation state- bermula ketika Mahapati
Gadja Mada mempromirkan sumpa palapa pada (1334 M).
Sumpah ini rupanya membawa pengaruh dominan terhadap
pemahaman sejarah tentang lahirnya ngara bangsa dengan
merujuk pada kerajaan majapahit sebagai bentuk idel.
Sumpah itu berbunyi “Jika telah berhasil
menundukkab Nusantara, saya baru akan beristirahat. Jika
gurun Seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompu, Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik telag tunduk, saya baru akan
beristirahat.”
Upaya penyatuan yang dilakukan dan pembenaran
atas lahirnya semangat nasionalisme melalui penaklukan-
penaklukan oleh kerajaan majapahit ini, merupakan
kesalahan kaprah yang sangat fatal. Karena semangat
nasionalisme didapat tidak melalui perang penaklukan seperti
upaya yang dilakukan majapahit maupun belanda melainkan
melalui organisasi modern dan dialog.
Oleh karena itu, esensi persatuan yang dialkukan oleh
Gadjah Mada berbeda dengan yang dilakukan para pemimpin
pergerakan nasional. Pada 1908-1945. Seperti langkah-
langkah strategi yang dilalui oleh Dr. Soetomo,
Cokroaminoto, Agus Salim, Tan Malaka, Soekarno, Syahrir
dll.
Mereka para pemimpin gerakan anak-anak ibu
pertiwiyang terdidik dan tercerahkan. Mereka mengayunkan
organisasi dan dialog untuk melakukan penyadaran diri
agar anak-anak negeri terjajah menjadi bangsa yang satu

49
bersatu. Menyebarkan ide persatuan di bawah satu bangsa
baru yang dirumuskan bersama walau mereka berdeda
secara etnik dan idiologi.
Periode pergerakan Nasional 1908-1945, ini
bermula dan berlangsung selama kurang lebih 37 tahun.
Bangsa dan negara Indonesia dirumus-tegakkan dengan
strategi penyadaran dialogis dan bukan penaklukkan
yang bersifat kolonial internal. Upaya-upaya yang
mereka lakukan salah satunya seperti, mendirikan
organisasi Boedi Oetomo (BO), mengambil alih peran
media cetak dll.
Tetapi lagi-lagi kesalah kaprahan ini terus berlanjut,
sebagian besar sarjana tentang sejarah Indonesia
bependangan bahwa timbulnya kesadaran nasional ditandai
dengan lahiranya gerakan BO pada 20 Mei 1908, yang
kemudian sering diperingat sebagai Hari Kebangkitan
Nasioanal. Namun demikian, Menurut Ricklesh, BO tidak
pernah memperoleh basis rakyat yang nyata di kalangan
kelompok kelas bawah, selain ia tampaknya kurang
memainkan peran politik yang aktif, karena organisasi ini
pada dasarnya lebih bersifat kebudayaan dan pendidikan.
Bahkan anggota BO didominasi oleh kalangan priyayi Jawa
(Jawasentris).
Berbeda watak nasionalisme antara BO dan
Sarekat Islam (SI) misalnya,dalam sikap tokoh-tokonya
terhadap kemungkinan adanya serangan luar negeri pada
wilayah Hindia Belanda. BO lebih akomodatif terhadap
pemerintahan kolonial yang siap membantu bila terjadi
perang dunia. Sementara SI lebih menekankan
pentingnya komitmen Belanda untuk memberikan hak-
hak politik secara lebih luas kepada rakyat Indonesia.

50
Sejak semula kesadaran nasioanalisme telah tumbuh
dikalangan kaum Muslim sebelum munculnya pelbagai
gerakan na- sional pada awal abad 20. Lebi-lebih ke- tika SI
terlibat aktif dalam pelbagai bentuk pergerakan yang
mengarah pada pembebasan dari penjajah dan
keterbelakangan social ekonomi dan pendidikan. Kesadaran
ini pada prakteknya mengambil bentukyang amat beragam,
mulai perlawanan fisik terhadap koloniaslisme (sejak abad
19), sikap antikapitalisme maupun memisahkan diri sebagai
bentuk pembeda, baik etnis maupun social budaya
masyarakat.
Denys Lombar melukisakan bahwa pelbagai bentuk
perlawanan Islam terhadap Verenigde Oostindische
Comipagnie (VOC) (1602-1942) yang dilakukan Sultan
Hasanuddin dari Kerajaan Goa, Sultan Agung harus
dikalahkan, pangeran diponegoro harus ditaklukan. Se-
dangkan, Imam Bonjol baru ditaklukan pada 1905
merefleksikan kuatnya pengaruh Islam, khususnya ide
‘Perang Sabil’ melawan kekuatan Belanda yang kafir.
Memang harus diakui bahwa gerakan nasionalisme
ketika itu, hanya bersifat sporadis, berbeda dengan
nasionalisme awal abad ke 20 yang diejawantahkan melalui
organisasi terstuktur. Dalam pandangan, Takashi
Shiraishi, dalam buku Zaman Bergerak, tahun 1912-1926
merupakan gerakan radikalisme rakyat Jawa, dimana
organisasi-organisasi terus bermunculan.
Gerakan kesadaran nasionalisme yang semakin
tumbuh subur untuk menca- pai kemerdekaan dengan
bentuk negara sendiri. Tan Malaka, kemudian, membuat
brosur yang berjudul “Naar de Repub-lik Indonesia” tahun
1924. Kemudian Mu- hammad Hatta, membuat buku bertajuk

51
“Indonesia Vrije” tahun 1928, dan Soekarno, membuat
buku berjudul “Mencapai Indonesia Merdeka” tahun 1933.
Ketiga buku itu, memuat gagasan strategi, tentang system
pengelolaan bangsa yang akan menuju kemerdekaan dengan
lang- ka- langka organisasi berskala nasional.
Tibalah peristiwa yang dinanti-nantikan, ketika
Jepang dilanda bom atom oleh Amerika pada 6 Agustus
1945, membuat Soekarno melakukan tindakan politik
diplomatik untuk mencapai kemerdekanan. Namun, gerakan
yang dilakukan, Soekarno terkesan lambat dan
pemberian dari jepang, untuk menyatakan kemerdekaan
dengan pembacaan proklamasi, ia kemudian diculik oleh
kelompok pemuda. Mereka diantaranya, Chaerul Saleh,
Sukani, dan Wikana, terbakar gelora kepahlawanannya
setelah berdiskusi dengan Tan Malaka yang tergabung
dalan gerakan bawah batanah. Peristiwa itu kemudian
terkenal dengan sebutan Rengasdengklok. Pembacaan
proklamasi kemerdekaan jatuh pada hari jum’at pagi, 17
Agustus 1945, yang dilakukan oleh Soekarno dan
Muhammad Hatta ditandatangani atas desakan kaum
pemuda. Pembacaan prklamasi itu, sebagai bukti tertulis
kemerdekaan Indonesia. Sehingga dari tahun 1945-1949,
indonesia masih terus berjuang untuk mempertahanka
kemerdekaannya yang ingin dikuasai tentara sekutu.

52
Lagu-lagu dan Mars PMII
MARS PMII
Inilah kami wahai indonesia
Satu barisan dan satu jiwa
Pembela bangsa penegak agam
Tangan terkepal dan maju kemuka
Habislah sudah masa yang suram
Selesai sudah derita yang lama
Bangsa yang jaya islam yang benar
Bangun tersentak dari bumiku subur
Denganmu PMII
Pergerakanku
Ilmu dan bakti kuberikan
Adil dan makmur kuperjuankan
Untukmu satu tanak airku
Untukmu satu keyakinanku
Inilah kami wahai indonesia
Satu angkatan dan satu cita
Putra bangsa bebas merdeka
Tangan terkepal dan maju kemuka
53
HYMNE PMII
Bersemilah bersemilah tunas PMII
Tumbuh subur tumbuh subur kader PMII
Bersemilah bersemilah tunas PMII
Tumbuh subur tumbur subur kader PMII
Masa depan ditanganmu
Untuk meneruskan perjuangan
Bersemilah bersemilah kau harapan bangsa

54
DARAH JUANG
Disini negri kami
Tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya
Negri kami subur tuhan
Dinegri permai ini
Berjuta rakyat bersimbah luka
Anak buruh tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Untuk membebaskan rakyat
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berjanji, padamu kami berbakti

55
TOTALITAS PERJUANGAN
Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Dipersimpangan jalan
Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembah sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta

56
BURUH TANI
Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
Bersatu padu rebut demokrasi
Gegap gempita dalam satu suara
Demi tugas suci yang mulia
Hari hari esok adalah milik kita
Terciptanya masyarakat sejahtera
Terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba
Marilah kawan mari kita kabarkan
Ditangan kita tergenggam arah bangsa
Marilah kawan mari kita nyanikan
Sebuah lagu tentang pembebasan
Dibawah kuasa tirani
Kususuri garis jalan ini
Berjuta kali turun aksi
Bagiku satu langkah pasti

57
HUBBUL WATHAN
Yalal wathon yalal wathon yalal wathon
Hubbul wathon minal iman
Wala takun minal iman
Inhaddu ‘alal wathon
Indonesia biladi
Anta unwanul fakhoma
Kullu mayya’tika yauma
Tomihay yalqo himama
Pusaka hati wahai tanah airku
Cintamu dalam imanku
Jangan halangkan nasibmu
Bangkitlah hai bangsa ku
Indonesia negeriku
Engkau panji martabatku
Siapa datang mengancammu
Kan binasa dibawah dirimu

58
PMII PERJUANGAN
Berjuanglah PMII berjuang
Marilah kita bina persatuan
Berjuang PMII berjuang
Mari kita bina persatuan
Hancur leburkan angkara murka
Perkokohlah barisan
Siii....ap
Sinar api islam kini menyala
Tekad bulat jihat kita membara
Berjuang PMII berjuang
Menegakkan kalimat tuhan

59
PMII KOMISARIAT
UDAYANA

60

Anda mungkin juga menyukai