Oleh:
Amna Dali
Pendahuluan
Ulama merupakan pengusung Islam tradisional di Indonesia. Istilah
tradisionalis memiliki dua makna satu bersifat merendahkan sementara yang lain
netral. Pertama, istilah tradisionalis berarti merendahkan jika digunakan dengan
merujuk pada model kuno muslim dari desa tradisional dalam agama, intelektual
konservatif, oportunistik politik dan budaya sinkretik. Kedua, pemahaman yang
lebih umum tentang muslim tradisional menunjukkan bahwa mereka adalah
sekelompok orang yang percaya bahwa muslim yang tidak memiliki keahlian
yang cukup untuk melakukan ijtihad harus mengambil salah satu dari empat
mazhab hukum dan mengadopsi pendekatan yang bertahap dan toleran untuk
berdakwah ketika berurusan dengan lokal tradisi.
2
Ahmad Adaby Darban “Ulama Jawa Dalam Perspektif Sejarah” Dalam Jurnal
Humaniora Vol. 16, No. 1, Februari 2004, hlm 27-34.
Nahdlatul Ulama merupakan suatu organisasi keislaman yang memberikan
dampak besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia.
Lahir pada era perjuangan kemerdekaan sebagai basis perkembangan keagamaan
umat Ulama juga mampu menjelma menjadi sebuah basis kekuatan untuk
melawan penjajahan bangsa asing yang tengah mengintervensi bangsa Indonesia
kala itu dengan pola penjajahan yang menyakitkan jiwa dan raga masyarakat.
“Nahdlatul Ulama sejak kelahirannya merupakan wadah perjuangan untuk
menentang segala bentuk penjajahan dan merebut kemerdekaan Negara Republik
Indonesia dari penjajah Belanda dan Jepang, sekaligus aktif melakukan dakwah-
dakwah untuk senantiasa menjaga kesatuan negara Republik Indonesia dalam
wadah NKRI.
3
Nursanda Rizki Adhari “Meningkatkan Kesadaran Bela Negara Melalui Peran
Nahdlatul Ulama Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia” Dalam Jurnal Jipis Vol. 29, No. 2,
Oktober 2020, hlm 58-68.
Peranan Ulama Dalam Dakwah Semasa Penjajahan
Dakwah yang dilakukan oleh ulama untuk melawan penjajah ada yang
dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Dakwah secara langsung
bererti ulama menentang dengan keras terhadap kelicikan tindakan penjajah yang
dapat merugikan masyarakat. Kemudian ulama menghimpun masyarakat untuk
melakukan penentangan terhadap penjajah secara bersama-sama. Cara yang
pertama ini lebih dikenali sebagai cara politik. Langkah kedua iaitu dakwah secara
tidak langsung yaitu Ulama-Ulama akan berdakwah dengan cara mendidik dan
mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Cara
dakwah yang kedua ini memiliki kesan yang besar bagi perjuangan walaupun cara
ini memerlukan masa yang panjang.
Cara ini banyak dilakukan oleh para ulama dengan mendirikan tempat-
tempat untuk pengajian dan pengajaran yang berbentuk pondok-pondok. Dari
tempat inilah para ulama mempersiapkan kader-kader untuk menjalankan misi
perjuangan mereka di masa hadapan. Penjajah bagi seorang ulama adalah
sekumpulan orang yang merampas hak-hak kehidupan orang lain dengan
menguasai wilayah itu kemudian mengendalikan semua kepentingan hidup
masyarakat yang ada menjadi miliknya dan memaksakan kehendaknya untuk
boleh diikuti oleh masyarakat yang dijajahnya. Keadaan yang sedemikian
dianggap oleh ulama sebagai suatu kebatilan. Justeru itu, ulama akan segera
melawannya. Kedatangan penjajah dengan membawa agama yang berbeda dengan
agama yang dianut oleh majoriti masyarakat menambahkan kebencian para ulama
kepada penjajah. Ulama dalam sejarah Melayu selalunya menentang penjajah
yang datang ke Tanah Melayu ini samada penjajah Portugis, Belanda mahupun
British.Tidak sedikit ulama yang syahid dalam perang melawan penjajah kerana
mempertahankan kemurnian agama Islam.4
4
Sholeh Fikri Nasiruddin “Peranan Ulama Dalam Dakwah Semasa Penjajahan Tanah
Melayu” Dalam Jurnal Al-Hikmah Vol. 5, No. 1, Januari 2013, hlm 60-69.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
A. Jauhar Fuad “Akar Sejarah Moderasi Islam Pada Nahdlatul Ulama” Dalam
Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 31, No. 1, Januari 2020, hlm 157-169.
Ahmad Adaby Darban “Ulama Jawa Dalam Perspektif Sejarah” Dalam Jurnal
Humaniora Vol. 16, No. 1, Februari 2004, hlm 27-34.