Anda di halaman 1dari 4

At-Taubah Wa al-Inabah

Ibnu Qayyim Al-Jauzziyah

ENSIKLOPEDIA TAUBAT
“Dari Dosa Menuju Surga”

Ustadzah Nabilah Abdul Rahim  Taubat dulu baru melakukan amal shaleh.

Penyebab lemahnya iman manusia sehingga berpaling dari tuhannya adalah:


1. Manusia sudah terlalu jauh dari lingkup keimanan dalam rentang waktu yang begitu
lama.
2. Jarak yang terlalu jauh dengan guru dan pembimbing mereka, menyebabkan mereka
kehilangan teladan dan sosok saleh yang menjadi panutan dan mampu menuntun
mereka mencapai penyucian jiwa.
3. Jarak mereka yang terlalu jauh dengan ilmu syariat dan peradaban islami telah
mengubah cita rasa keimanan dalam hati mereka.

IMAN LEMAH  KEHANCURAN DAN PERILAKU TERCELA  KESYIRIKAN DAN KESESATAN

Untuk mencegah hal ini sehingga manusia tidak terus menerus menjadi tawanan dan
jajahan nafsunya, islam telah memberikan jalan petunjuk, yaitu dengan TAUBAT.

Taubat yaitu :
a. Jalan yang harus ditempuh dengan penuh kesungguhan, keteguhan dan keikhlasan.
b. Kembalinya seorang hamba kepada Allah Swt.
c. Mengganti aksi tercela dengan aksi terpuji.
d. Kembali kepada dzat yang Maha menutupi aib dan Mengetahui perkara gaib.
e. Stasiun pertama para salik (orang yang menuju kepada Allah Swt.).
f. Modal bagi orang-orang yang ingin mendapatkan kemenangan.
Bagi murid taubat adalah Langkah awal. Bagi para pecinta, taubat adalah kunci istiqamah.
Dan bagi mereka yang telah mencapai derajat muqarrabin, taubat adalah tempat
munculnya orang-orang terpilih dan terkasih.

Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Taubat


1. QS. Thaha [20]: 82
2. QS. Al-Baqarah [2]: 222
3. QS. At-Tahrim [66]: 8
4. QS. Al-Baqarah [2]: 160
5. QS. Al-Ma’idah [5]: 39
6. QS. At-Taubah [9]: 118
7. QS. An-Nisa [4]: 18

Hadits tentang Taubat


Rasulullah Saw. Bersabda, “Hai manusia, bertaubatlah kepada Allah. Sesungguhnya saya
bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.”
Rasulullah Saw. Membaca “Rabbighfirli Watub ‘Allayya, Innaka Antat Tawwabur Rahim (Ya
Rabb, ampuni aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat
lagi maha penyayang)” sebanyak 100 kali.
Rasulullah Saw. Juga pernah bersabda, “Barangsiapa yang meminta ampun kepada Allah
niscaya Dia akan mengampuni-Nya.”

Syarat Taubat
1. Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan.
2. Berhenti total dari pelanggaran serupa.
3. Bertekad tidak mengulanginya lagi di masa mendatang.

Tanda Orang Taubat Nashuh


1. Bergaul dengan orang-orang saleh, dan menghindar dari teman-teman yang buruk.
2. Perilakunya lebih baik daripada sebelumnya.
3. Berhenti dari perbuatan dosa dan menerima dengan tangan terbuka terhadap segala
kebajikan.
4. Selalu cemas terhadap azab dan murka Allah Swt.
5. Hatinya berpaling dari hal-hal keduniaan, sebaliknya hatinya haus akan hal-hal
ukhrawi.
6. Hati selalu aktif dan tersadar karena penyesalan dan rasa cemas yang terus
membayangi.
7. Hancurnya hati yang tidak dapat diserupakan dengan apapun, dimana hati ini benar-
benar hancur di hadapan Rabb-nya.

Menunda taubat = dosa


Taubat yang terakhir adalah taubat dari menunda taubat.

Hakikat Taubat
Taubat tidak dapat terealisasi kecuali dengan petunjuk Allah Swt. yaitu dengan menempuh
jalan yang lurus. Sementara itu, hidayah tidak akan didapat kecuali dengan meminta
pertolongan-Nya dengan terlebih dahulu mengesakan-Nya.

Membacanya (QS. Al-Fatihah) dengan maksud beribadah belumlah mencukupi kecuali ia


melakukan taubat nashuha. Ini disebabkan petunjuk jalan yang lurus (hidayah) tidak akan
diraih secara maksimal sementara dirinya buta dengan dosa atau justru ia terus menerus
melakukan dosa.
a. Kebutaannya akan dosa sangat bertentangan dengan pengetahuannya akan hidayah.
b. Terus menerus melakukan dosa keterlaluan namanya, dan hal ini sangat
bertentangan sekali dengan maksud dan tekadnya untuk menggapai hidayah.

Dinamakan TAUBAT  telah tahu akan dosanya, mau mengakuinya, serta memohon agar
dihindarkan dari akibat buruk perbuatan dosanya.

Syaikh al-Anshari dalam Manazil as-Sa’irin:


“Maksiat itu dapat diketahui dengan tiga parameter. Pertama, engkau terlepas dari
penjagaan ketika melakukannya. Kedua, engkau merasa senang saat melakukannya. Ketiga,
engkau terus menerus melakukannya tanpa ada usaha untuk memperbaikinya. Namun pada
saat yang sama, engkau juga yakin bahwa al-Haqq Swt. selalu mengawasimu.”

Lepas dari penjagaan ada dua makna:


1. Melepaskan diri dari berpegang teguh terhadap agama Allah.
Berpegang teguh pada agama Allah maka ia tidak akan sampai keluar dari hidayah, ada
pada QS Ali-Imran [3]: 101 dan QS. Al-Hajj [22]: 78, maksudnya jika engkau berpegang teguh
kepada agama Allah niscaya Dia akan melindungimu dan akan memenangkanmu atas
hawa nafsumu dan rayuan setan.

Kita harus menang dalam memerangi hawa nafsu dan rayuan setan, kemenangan ini
tergantung seberapa kuat hamba berpegang teguh pada agama Allah.

2. Allah Swt. melepaskan penjagaan-Nya dari dirimu.


Maksudnya adalah kita melepaskan diri dari taubat yang menjaga kita dari perbuatan
dosa. Nah sebenarnya kita tahu dampak ketika kita melepaskan diri dari taubat dan
besarnya bahaya yang ditimbulkan, namun disaat yang sama ia juga semakin jauh, dan ia
sadar bahwa jika dilanjutkan akan semakin mendekatkan kita pada kebinasaan tapi kita
masih tetap lakukan, maka pada saat ini kita disebut sebagai pecundang besar.
Ingat!!! Allah Swt. tidak akan membiarkan antara dirimu dan dosamu kecuali dosa
itu telah mengalahkanmu. Andai Allah Swt. menjagamu dan memberimu taufik, mestinya
dosa tidak akan menemukan jalan untuk masuk pada dirimu. Jadi intinya kembali lagi pada
diri kita masing-masing karna bagaimana pun Allah menjaga kita kalau dari diri kita sendiri
tidak maksimal dalam berpegang teguh pada agama Allah Swt. maka hawa nafsu dan rayuan
syaitan akan mengambil ahli diri kita dan saat Allah sudah membiarkan kita larut dalam
nafsunya maka kita adalah Seorang Pecundang.

PENYESALAN = TAUBAT
Adalah hal yang mustahil jika suatu pertaubatan sedang berlangsung sementara ia terus
melakukan dosa serupa.

Realisasi Taubat
Syaikhul Islam al-Anshari al-Harawi, berkata:
“Realisasi taubat ada 3 perkara: (1) memandang berat suatu dosa, (2) merasa belum
sempurna pertaubatannya, dan (3) mencari-cari alasan atas dosa yang dilakukan.

Menganggap remeh suatu dosa maka tidak akan membuat dirinya menyesal.
Adapun cara agar kita dapat memandang berat suatu dosa, yaitu:
1. Mengagungkan Dzat yang memerintah
2. Menganggap besar (tidak menyepelekan) suatu perintah
3. Yakin akan adanya balasan

Merasa belum sempurna taubatnya. Karena bisa jadi ia taubat untuk mencapai hal atau
sesuatu dan bukan karena Allah yang Maha Agung.

Ciri taubat yang belum sempurna: lemahnya tekad, hati yang tertarik perbuatan dosa pada
sesekali waktu, terkenang betapa manisnya melakukan dosa hingga pada tahap setiap kali ia
berdesah saat itu juga hatinya bergetar, adanya rasa ketentraman hati dan percaya diri
bahwa dirinya benar-benar bertaubat hingga pada taraf seolah-olah dirinya mendapatkan
piagam jaminan keamanan, hati yang membatu, lengah, dan tidak ada peningkatan amal
saleh setelah bertaubat.

Adapun ciri-ciri taubat yang benar dan sah adalah:


1. Menjadi lebih baik daripada sebelum bertaubat.
2. Rasa cemas terhadap azab dan murka Allah Swt. yang selalu menyertainya
3. Hati tidak lagi menginginkan perbuatan dosa serupa dan jasad (diri) berhenti total
dari dosa tersebut akibat rasa sesal dan cemas.
4. Hancurnya hati yang tidak dapat diserupakan dengan apapun.

Mengkambinghitamkan Takdir sebagai alasan berbuat dosa


Ada satu kalimat dalam buku ini yang membuat saya merasa malu.
“Ia menampilkan dirinya sebagai setan di hadapan Tuhannya. Ia melawan Tuhannya. Ia
hanya diam tidak memperbaiki diri, tetapi kecewa dengan takdir Tuhannya. Ia berdalig
kepada Tuhannya dengan alasan yang tidak bisa diterima. Apabila ia diperintahkan, ia lalai
mengerjakannya. Tetapi, apabila ia dilarang, justru ia melanggarnya. Ia berkata Takdir
telah menuntunkun terhadap perbuatan maksiat itu.

Meskipun demikian, tak henti-hentinya Allah memberikan kebaikan kepadamu selama nafas
masih berhembus. Dia-lah yang menyembuhkan sakitmu dan memberimu peluang untuk
mencari bekal menuju surga-Nya. Dia-lah yang menurunkan petunjuk dan memberimu bekal
serta apa saja yang engkau butuhkan. Engkau juga dipeesenjatai untuk memerangi para
pembegal yang menghadang jalanmu. Engkau diberi pendengaran, penglihatan, dan hati.
Engkau juga diberi kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, yang
merugikan dan memberi keuntungan. Dia juga yang mengutus rasul-Nya, menurunkan
kitab-Nya, memudahkankanmu untuk membacanya, memahaminya dan mengamalkannya.
Dia juga yang memberimu bala bantuan para malaikat yang mulia, yang mengukuhkan
hatimu dan menjagamu. Malaikat-malaikat itulah yang akan mengusir musuh-musuhmu.
Mereka berkeinginan agar engkau tidak cenderung kepada musuhmu, tidak berdamai
dengan mereka. Mereka semua telah mencukupkan bekalmu. Akan tetapi, mengapa engkau
enggan, bahkan menentang mereka, dan balik menentang mereka semua. Bahkan engkau
menentang pelindungmu, Allah Swt., yang lebih berhak atas dirimu.

Allah yang membela kamu manusia dari iblis karena enggan sujud kepadamu, tapi mengapa
engkau malah menjadikan iblis sebagai pemimpin mu dan durhaka terhadap Allah Swt.?
Engkau berbelas kasih kepada musuhu dan berdamai dengannya. Namun demikian, engkau
masih mengadu dan mengeluh atas pengusiranmu dan atas dijauhkannya dirimu daripada-
Nya. Hal [27].

Batas hal 51

Anda mungkin juga menyukai