Di dalam Alinea ke empat Pembukaan UUD NRI 1945 disebutkan salah satu Tujuan Negara adalah
memajukan kesejahteraan Umum. Negara dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut tentunya perlu
di lakukan dengan berbagi macam upaya yang secara komperhensif dan juga di lakukan di semua
sektor yang sekiranya dapat mendorong terwujudnya Kesajahteraan bagi masyarakat. Salah satu
upaya yang baru saja di canangkan oleh Pemerintah yaitu akan mengesahkan Rancangan Undang-
Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (“RUU HPP”). Mengutip pendapat akhir pemerintah
terhadap RUU HPP, pemerintah berpandangan dalam kondisi Pandemi Covid-19 mengesahkan RUU
HPP ini menjadi suatu momentum yang tepat untuk melakukan reformasi struktural di bidang
perpajakan. Hal ini tidak lain karena Reformasi perpajakan sendiri merupakan satu dimensi tak
terpisahkan dari berbagai agenda reformasi yang sedang dijalankan, yaitu: Reformasi struktural
(sektor riil), Reformasi fiskal, Reformasi sistem keuangan, dan Reformasi tata kelola negara. Bentuk
RUU HPP sendiri menggunakan metodologi omnibus dalam bentuk Undang-Undangnya dimana
didalamnya memuat 6 (enam) kelompok materi utama yang terdiri dari 9 BAB dan 19 Pasal, yaitu
mengubah beberapa ketentuan yang diatur dalam beberapa UU perpajakan, baik UU Ketentuan
Umum Perpajakan (“UU KUP”), UU Pajak Penghasilan (“UU PPh”), UU Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (“UU PPN”), UU Cukai, Program Pengungkapan Sukarela
(“PPS”) dan memperkenalkan Pajak Karbon. Adapun secara garis besar muatan atas perubahan diatas
ialah:
Keberlakuan dari RUU HPP ini diharapkan dapat memberi dampak, setidaknya pada 2 sektor: