Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

NILAI DAN ETIKA KEPERAWATAN

Dosen Pengampu: Ns.RONI SAPUTRA.M.Kes

DISUSUN OLEH:

Yona Dwi Alfina

2214401048

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah “Etika Keperawatan”.Kemudian shalawat beserta
salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah meninggalkan
pedoman hidup bagi kita yakni Al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat
di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu makalah yang digunakan bagi


mahasiswa keperawatan dalam mengikuti pembelajaran di Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Abdurrab. Selanjutnya penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penyusunan buku panduan ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-


kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan buku panduan ini.
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika Keperawatan ........................................................................................ 6
2.2 Tujuan Etika Keperawatan .......................................................................................... 8
2.3 Pendekatan dalam Etika Keperawatan ........................................................................10
2.4 Tipe-tipe Etika Keperawatan .......................................................................................11
2.5 Teori-teori dalam Etika Keperawatan .........................................................................12
2.6 Prinsip-prinsip Etika Keperawatan ..............................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................20

3.2 Saran ......................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul
darikebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek keperawatan sebagai
suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan, menggunakan
 metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik keperawatan.
Mengatur hubungan antara perawat dan pasien, perawat terhadap petugas, perawat
terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat terhadap
pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa
mangabdi kepada kemanusiaan, mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan
pribadi,bentuk pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, 
dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan
kode etik sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan.
Dengan memahami konsep etik, setiap perawat akan memperoleh arahan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan
membuat keputusan secara sembarangan.

1.2 Rumusan Masalah
1.Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?
2.Apakah tujuan dari etika keperawatan?
3.Bagaimana pendekatan dalam etika keperawatan?
4. Apasajakah tipe-tipe etika keperawatan?
5.Apasajakah prinsip-prinsip etika keperawatan?

1.3 Tujuan
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan
2.Untuk laporan diskusi kasus
3.Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan
4.Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam melakukan tindakan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Keperawatan


Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos,
yang berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu
perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus
dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat
dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi
menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu
baik secara nasional maupun internasional.
Kode etik menerapkan konsep etis Karena profesi bertanggung jawab pada manusia
dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata seperti etika, hak asasi, tanggung
jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan
dalam suatu situasi. Contoh : benarkah dipandang dari segi etis, hak asasi, dan tanggung
jawab bila profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamatan hidup pada pasien yang
mengidap penyakit yang pastimembawa kematian? Faktor teknologi yang meningkat, ilmu
pengetahuan yang berkembang (pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi
abortus,organisasi profesi diharapkan mampu memelihara dan menghargai, mengamalkan,
mengembangkan nilai tersebut melalui kode etik yang disusunnya. Kadang-kadang perawat
diharapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan.

Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan masyarakat, menerima tanggung
jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial, dan spiritual yang memungkinkan
untuk penyembuhan, dan menekankan pencegahan penyakit, serta meningkatkan kesehatan
dengan penyuluhan kesehatan. Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama
perawat dan dasar adanya profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah
universal. Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia karena itu tidak
membedakan kebangsaan, warna kulit ,politik, satatus sosial, dan lain-lain.
Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan
manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini berdasarkan kepercayaan bahwa perawat
berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal yang menguntungkan pasien dan keseha
tannya. Oleh karena itu manusia dalam interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka
diperlukan pedoman untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak, bagaimana perilaku
manusia, dan apakah hal dan tanggung jawabnya. Etika memberi keputusan tentang tindakan
yang diharapkan benar tepat atau bermoral.

Banyak profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan, menyusun pernyataan tentang
keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika profesi sebagai pedoman
menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi angngota profesi tentang hak-hak yang
diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus
yang dipergunakan untuk membuat keputusan yang memengaruhi orang lain.
Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum untuk
melindungi anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan menjamin pelayanan yang
diberikan berdasarkan standar dan pelaksana pelayanan merupakan tenaga profesional
yang berkompeten. Perawat harus membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang
memberikan gambaran tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan.
Perawat juga harus mengerti undang-undang dan hukum yang berhubungan dengan
kesehatan kepada umum, terutama undang-undang yang mengatur praktik keperawatan.
Perawat harus juga memperhatikan fungsi dan tanggung jawabnya, seperti yang dijelaskan
oleh hukum dan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi keperawatan.
Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice discipline, yang perwujudannya
dikenal melalui asuhan atau praktik keperawatan. Perawat adalah profesi yang sifat
pekerjaanya selalu berada dalam situasi yang menyangkut hubungan antar manusia, terjadi
proses interaksi serta saling memengaruhi dandapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap
individu yang bersangkutan.
Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya
kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak sosial dengan
masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat untuk terus menerus
memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Untuk menjamin
kepercayaan ini, pelayanan keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan, metodologi, dan
dilandasi pula dengan etika profesi aya,dan adat istiadat klien.
2.2 Tujuan Etika Keperawatan
Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk
mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini,
keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi
perilaku moral perawat.
Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat
meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab
kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada profesi (ANA, 1976dalam
buku Suhaemi, 2010).

Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan


mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat,
dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan. Sesuai dengan tujuan di atas,
perawat ditantanng untuk mengembangkan etika profesi secara terus-menerus agar dapat
menampung keinginan dan masalah baru; dan mampu menurunkan etika profesi keperawatan
kepada perawat generasi muda, secara terus
menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap menyenangi 
profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit untuk anggota profesi yang
bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan “di bawah” standar profesional atau

merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan. Menurut American Ethics

Commission Bureau on Teaching dalam buku Suhaemi2010, tujuan etika profesi


keperawatan adalah mampu :

1.Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan.

2.Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan.

3.Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat


di pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan, sesuai
dengan kepercayaannya.
Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan mempertimbangkan
peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan yang dihubungkan dengan 
ajaran agama dan perintah Tuhan dalam:

1.Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat sendiri, maupun
masyarakat

2.Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan (halyang
dianggap benar).

Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan


adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya, dan etika yang berhubunngan dengan 
pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang menggunakan ukuran dan nilai
umum sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan keperawatan


milik perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi, 2010, pendidikan etika
keperawatan bertujuan :
1.Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan lain
dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.
2.Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas, keputusan
tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan
kepercayaannya.
3.Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik.
4.Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini melalui dilemma
etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan keputusan yang baik dan
benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan
keperawatan.
5.Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika keperawatan
dalam praktik dan dalam situasi nyata. Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan
keparawatan yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang
perbedaan nilai, norma yang timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika
keperawatan tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan diyakini oleh peserta
didik melalui pembinaan, tidak saja di pendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan
lingkungan profesi.
2.3 Pendekatan dalam Etika Keperawatan
Sebelum membahas tentang masalah etika, perawat penting memahami
metode pendekatan yang digunakan dalam diskusi permasalahan etika. Ladd.J (1978 dikutip 
olehFrell; lih. McCloskey, 1990 dalam buku Suhaemi, 2010) menyatakan ada empat
metodeutama; otoritas, consensus hominum, pendekatan intuisi atau self-evidence, dan
metode argumentasi. Metode otoritas menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau
keputusan
berdasarkan pada otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan supernatural 
kelompok  manusia, atau institusi seperti majelis ulama, dewan gereja, atau pemerintah.
Penggunaan metode ini terbatas hanya pada penganut yang percaya. Metode consensum
hominum menggunakan pendekatan berdasarkan pada persetujuan masyarakat luas atau peda
sekelompok manusia yang terlibat dalam pengkajian suatu masalah. Segala sesuatu yang
diyakini bijak, dan secara etika dapat diterima, dimasukkan dalam keyakinan. Metode
pendekatan intuisi atau self-evidence dinyatakan oleh para ahli
filsafat berdasarkan pada apa yang mereka kenal sebagai konsep teknik intuisi. Metode ini
terbatas hanya pada orang-orang yang mempunyai intuisi tajam. Metode argumentasi atau
metide sokratik menggunakan pendekatan dengan mengajukan pertanyaan atau mencari
jawaban yang mempunyai alasan tepat. Metode analitik ini digunakan untuk memahami
fenomena etika.

2.4 Tipe-tipe Etika Keperawatan

Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1.Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalametik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan
pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, 
pengobatan, politik, hukum, dan theologi.
Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik pada
moralitastreatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.
Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang
mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap
pengobatan
dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain: peningkatan mutu genetik, etika lingkungan,
pemberian pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan, kesehatan modern, aplikasi teori etik,
dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan.

2.Clinical Ethics/Etik Klinik


Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah
etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics: adanya persetujuan atau
penolakan,dan bagaimana seseorang sebaiknya merespons permintaan medis yang kurang
bermanfaat (sia-sia).

3. Nursing Ethics/Etik Keperawatan


Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan
dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

2.5 Teori-teori dalam Etika Keperawatan

Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis


praktik professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik digunakan
dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral
telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan
menjadi teori teleologi dan deontology.

1.Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir). Istilah teleologi
dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin
yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat
terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau
makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini
menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil akhir dengan
kebaikan yang maksimal dan ketidak baikan sekecil mungkin bagi manusia (Kellly, 1987
dalam buku Suhaemi, 2010).Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule
utilitarienisme dan actutilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau
nilai suatu
tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau
kebahagiaan kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas, tidak melibatkan
aturan umum, tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan
terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau
ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini; bayi yang lahir
cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.

2.Deontologi

Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau
tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi
dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian
difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu
apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip
moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan
imperative.
Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi 
tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan.
Contoh lain: seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan
agamanya yang melarang tindakan membunuh. Dalam menggunakan pendekatan teori ini,
perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini
calon bayi) merupakan tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori deontologi
dikembangkan menjadi lima prinsip penting, yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi,
kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991 dalam buku Suhaemi, 2010).

2.6 Prinsip- prinsip Etika Keperawatan


Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak
akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan
maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan (Suhami,2010).
Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat etis dan
moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:
1.Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?
2.Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang bekerja sama
dengan saya?
3.Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri

4.Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi? Bila jawaban atas pertanyaan diatas
positif berdasarkan ukuran yang seharusnya, perilaku yang ditampilkan akan berkenan dan
sesuai dengan hak-hak pasien, dan haknya sendiri untuk mempertahankan kewibawaan.

Fungsi kode etik menurut Hipocrates :

1.Menghindari ketegangan antar-manusia.

2.Memperbaiki status kepribadian.

3.Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan.

Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik keperawatan menurut
Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):

1.Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini akan
melindungi perawat dan pasien

2.Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional, memperbaiki, dan
memelihara standar tersebut

3.Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti orang-orang
dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota profesional

4.Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat keputusan dalam
situasi keperawatan

Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan. Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada perawat sendiri.
Perawat bebas mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai yang baik, kata hati akan
menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral. Prinsip moral mempunyai peran yang penting
dalam menentukan perilaku yang etis dan dalam pemecahan masalah etik.

Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk
suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu
tindakan dilarang, diperlukan, atau diizinkan dalam suatu keadaan. Terdapat tiga prinsip
moral yang sering digunakan dalam diskusi moral, yaitu autonomy, non-maleficience, dan
justice (Johnstone, 1989 dalam buku Suhaemi, 2010)

1.Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan nomos, artinya
aturan. Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri.
Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai sebagai seseorang yang
mempunyai harga diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Prinsip
otonomi sangat penting dalam keperawatan. Perawat harus menghargai harkat dan martabat
manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat
harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan klien tersebut.

Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah:


1.Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya
2.Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui klien dalam
membuat suatu pilihan
3.Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan
atau penyimpangan
4.Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki informasi tersebut
5.Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka sudah tidak bersedia
menjelaskannya. Perawat yang menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk
juga menghargai profesi lain dalam lingkup tugas perawat, misalnya dokter, ahli farmasi, dan
sebagainya.

2.Non-maleficience 
Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi orang
lain. Johnson (1989) dalam buku Suhaemi (2010) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak
melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.
Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan oranglailn.
Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfusi
darah bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati 
yang kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan
tertulis kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat, ketika
kondisi klien bertambah buruk dan terjadi pendarahan hebat, dokter seharusnya
mengintruksikan untuk memberikan transfusi darah. Dalam hal ini, akhirnya transfusi darah
tidak diberikan karena prinsip beneficience, walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan
terjadi penyalahgunaan prinsip maleficienc.

3.Keadilan

Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Tindakan
yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identic, tetapi
dalam hal ini persamaan mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan
seseorang. Dalam aplikasinya, prinsip moral ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat
komplementer sehingga kadang-kadang menimbulkan masalah dalam berbagai situasi.
Hubungan perawat-klien, Kontak yang terus-menerus antara perawat dengan klien
membutuhkan suatu hubungan perawat-klien yang spesifik, yang dibina atas dasar
saling percaya.

Hubungan yang spesifik ini merupakan dasar dalam etika keperawatan. Hubungan perawat
klien didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabak manusia, penumbuhan rasa
saling percaya, cara pemecahan masalah, dan kolaborasi. Dalam hubungan perawat-klien,
perawat dapat berfungsi sebagai narasumber dalam memberi informasi yang relevan dengan
masalah klien. Perawat juga dapat berfungsi sebagai konselor, yaitu ketika klien menjelaskan
perasaannya dan hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sakitnya.

Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua, saudara kandung,
atau orang yang paling dekat dengan klien sehingga memungkinkan klien
mengeksplorasi perasaanya sesuai dengan sifat hubungan tersebut. Fungsi lain yang
dilaksanakan perawat adalah sebagai seorang ahli yang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dalam mengatasi masalah dalam kebutuhan kllien. Pada proses
hubungan perawat klien, klien mengutarakan masalahnya dalam rangka mendapatkan
pertolongan, artinya klien mempercayakan dirinya terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan, untuk ini perawat mempunyai kewajiban menghargai kepercayaan klien dengan
memberikan asuhan secara kompeten, melindungi harkat dan martabat klien, dan menjaga
kerahasian klien. Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil dan penghargaan atas hak
dan kewajiban kedua belah pihak.

Dalam hubungan saling percaya terdapat kewajiban untuk mengatakan kebenaran dan
kewajiban untuk tidak menipu. Perawat diharapkan berinteraksi dengan klien dengan cara
selalu mengatakan yang sebenarya. Kepercayaan ini dibutuhkan klien dalam menghadapi
keadaan sakitnya dan hal ini sangat penting dalam menjamin kolaborasi perawat-klien yang
optimal.

Hubungan perawat-klien ini menjadi dasar dalam peran perawat sebagai pembela klien.
Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai berikut:

a.Otonomy (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b.Berbuat Baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi pelayanan
kesehatan,terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c.Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d.Tidak Merugikan (Non Maleficienci)  

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama perawat
memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.

e.Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh


pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,
dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian,
terdapat beberapa argumen mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistik bahwa “doctors know best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki
hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar
dalam membangun hubungan saling percaya.

f.Menepati Janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmennya yang
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kodeetik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.

g.Kerahasian (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau
keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

h.Akuntabilitas (Accountability)
 
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Secara umum tujuan
etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien
kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada
profesi keperawatan.

3.2 Saran

Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika keperawatan
agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik
keperawatan nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip


Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia CerdasSuhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi
pada Praktik. Jakarta: EGCWulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT
Prestasi Pustaka RayaHendrik. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai