Anda di halaman 1dari 9

TREN & ISSUE KEPERAWATAN

ANALISA JURNAL
PEMENUHAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Ns. Sarwan, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu faktor utama bagi setiap manusia untuk
melakukan segala aktivitas sehari-hari, selain kesehatan rohani dan juga kesehatan
jasmani sangat dibutuhkan oleh manusia dalam mendukung pelaksanaan segala
kegiatan dan aktivitas. Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan
nasional. Dengan begitu derajat kesejahteraan tiap manusia Indonesia dapat
terangakat dan dapat dijadikan modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk
membantu pelaksanaan peningkatan kesehatan maka pihak pemerintah maupun pihak
swasta membangun sarana-sarana kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas yang
didalamnya terdapat tenaga kesehatan, yang akan melayani masyarakat untuk
melakukan upaya pemenuhan kesehatan. Upaya kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta bertujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkan jasa kesehatan.
Pada hakekatnya pemenuhan kebutuhan kesehatan dapat diperoleh dari pihak
lain secara timbal balik sehingga dalam pelayanan kesehatan, pasien sebagai penerima
pertolongan medis dan dokter sebagai pemberi pertolongan medis dan tenaga
kesehatan untuk mengoperasikan alat-alat kedokteran. Secara operasional peraturan
kesehatan diatur dalam Undang-Undang Replublik Indonesia Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan. Dalam Undang-Undang tersebut hubungan bagi setiap masyarakat
pada umumnya dan pasien pada khususnya untuk memperoleh derajat kesehatan yang
sama. Ketentuan tersebut terdapat dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1992 tentang kesehatan. Selain itu di dalam pasal 54 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 menyatakan bahwa “Setiap tenaga kesehatan harus memberikan jasa dan
pelaksanaan secara baik dan professional”. Sesuai dengan pasal tersebut maka setiap
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien harus
menjalankan tugas sesuai dengan standar profesi medik. Tenaga kesehatan diberikan
kepercayaan penuh oleh pasien, haruslah memperhatikan baik buruknya tindakan dan
selalu berhati-hati didalam melaksanakan tindakan medis. Untuk pemenuhan
profesionalisme tenaga kesehatan, pada tahun 2014 pemerintah mengeluarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonsia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, peraturan menteri ini menyatakan bahwa tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Kesehatan
Masyarakat Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
2. Menjelaskan tentang Factor Factor Yang Mempengaruhi keterjangkauan
pelayanan Kesehatan Di Puskemas daerah terpencil perbatasan Di Kabupaten
Sambas.
3. Menjelaskan tentang Review Sistematis Peningkatan Retensi Tenaga Kesehatan
Di Daerah Tertinggal
4. Menjelaskan tentang Rekrutmen ASN Tenaga Kesehatan untuk Merespon Covid-
19
5. Menjelaskan tentang

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Kesehatan
Masyarakat Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
2. Untuk mengetahui Factor Factor Yang Mempengaruhiketerjangkauanpelayanan
Kesehatan Di Puskemasdaerahterpencilperbatasan Di Kabupaten Sambas.
3. Untuk mengetahui Review Sistematis Peningkatan Retensi Tenaga Kesehatan Di
Daerah Tertinggal
4. Untuk mengetahui Rekrutmen ASN Tenaga Kesehatan untuk Merespon Covid-19
5. Untuk mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jurnal I
Judul : Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Kesehatan
Masyarakat Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945
Nama Penulis : Fheriyal Sri Isriawaty / D 101 10 576
Tahun Terbit : 2015
Lokasi terbit : -
Menurut pendapat saya pemenuhan tenaga kesehatan di Indonesia saat ini
belum terpenuhi karena masih terdapat kekurangan pemenuhan kebutuhan tenaga
kesehatan kuhususnya di Daerah terpencil perbatasan dan kepulauan, hal ini
dikarenakan tidak pemerataannya pembagian fasilitas kesehatan yang ada di wilayah
kota dengan di daerah pelosok.
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
sebagaimana diamanatkan oleh pembukaan UndangUndang Dasar Republik Indonesia
1945. Kesehatan sebagai hak asasi manusia (HAM) harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh
masyarakat.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, mengatur
tanggung jawab negara baik Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota yang harus dijalankan, meliputi:
a) Merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat;
b) Ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial
bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya;
c) Ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya;
d) Ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan
kesehatan;
e) Memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan;
f) Ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan
terjangkau;
g) Pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial
nasional bagi upaya kesehatan perorangan.
Kesehatan adalah hak fundamental setiap manusia, karena itu setiap individu,
keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya.
Pemerintah bertanggung jawab mengatur dan melindungi hak atas kesehatan
masyarakat secara optimal. Tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan hak atas
kesehatan diwujudkan dalam bentuk penyediaan sarana dan fasilitas kesehatan yang
layak, serta mudah diakses oleh masyarakat.

B. Jurnal II
Judul : Factor Factor Yang Mempengaruhiketerjangkauanpelayanan
Kesehatan Di Puskemasdaerahterpencilperbatasan Di Kabupaten
Sambas.
Nama Penulis : Suharmiati, Lestari Handayani, Lusi Kristiana
Tahun terbit : 2020
Lokasi terbit : Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan,
Kementrian Kesehatan Ri, Jl Indrapura 17 Surabaya.
Menurut pendapat saya Belum semua masyarakat Indonesia menikmati
pelayanan kesehatan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah tertinggal,
perbatasan, dan kepulauan. Pemenuhan tenaga Kesehatan (Nakes). Kondisi
masyarakat di seberang perbatasan memiliki kondisi social ekonomi yang tidak
berbeda dengan
Masyarakat Indonesia, keadaan yang menjadi prioritas adalah munculnya masalah
Kesehatan yang di berikan oleh provider Kesehatan di sepanjang daerah perbatasan.
puskesmas yang menjadi ujung tombak dari akses pelayanan Kesehatan menjadi
sangat berperan dalam pelayanan Kesehatan di daerah tapai batas ini.

Puskesmas sebagai pemberi pelayanan primer yang menjadi andalan utama


pelayanan bagi masyarakat, belum mampu memberikan pelayanan bagi daerah
terpencil perbatasan dan kepulauan. Wilayah kerja puskesmas cukup luas, secara
geografi Sebagian sulit di jangkau, jumlah penduduk sedikit tersebar dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling berjauhan. Sarana transportasi sangat terbatas
dengan biaya mahal baik darat, sungai, laut maupun udara.

Dari jurnal yang saya baca permasalahan yang di alami puskesmas sajingan
besar dalam melayani Kesehatan masyarakat dalam Gedung atau luar Gedung adalah
kurangnya tenaga. Hal ini akan sangat terasa pada saat petugas harus terjuan ke
lapangan, namun di waktu bersamaan harus memberikan pelayanan di puskesmas
yang bersifat darurat atau tidak bisa di tunda, misalnya ada pasien yang sudah
waktunya melahirkan di samping itu, kurangnya jumlah transportasi juga menjadi
permasalahan tersendiri. Puskesmas tidak mempunyai sarana puskesmas keliling
(pusling), dan peralatan puskesmas yang sangat minim sekali, hal ini sangat
mempengaruh pada pemberian pelayanan yang diberikan.

Dan ketersediaan obat di puskesmas sajingan besar juga sangat minim sekali.
Permintaan obat kedinas Kesehatan tidak semua bisa terpenuhi, melainkan tergantung
stok yang ada.
Jumlah tenaga dokter di puskemas sajingan besar yang ada sekarang masih
kurang untuk melakukan kegiatan pelayanan pengobatan di dalam Gedung dan di luar
Gedung, serta kegiatan manajemen. Sementara ini kegiatan pelayanan di luar Gedung
masih belum bisa di lakukan oleh dokter karena keterbatasan jumlah tenaga medis.
Maka dari itu perlu dilakukan peninjauan Kembali tentang masa kerja, beban
kerja dan reward bagi tenaga Kesehatan PNS dan PTT di daerah terpencil, perbatasan
dan kepulauan, kemudian perlutambahan alat Kesehatan untuk Tindakan darurat serta
alat Kesehatan untuk bidan desa, alat komunikasi berupa telepon atau radio
komunikasi, alat transportasi dengan mempertimbangkan jumlah, jenis serta biaya
operasional dan perlu penambahan jumlah pustu untuk lebih mendekatkan pelayanan
Kesehatan pada masyarakat terutama untuk daerah-daerah yang tidak memiliki poli
klinik swasta mengigat tingkat Pendidikan masyarakat umumnya masih rendah, serta
kendala terbatasnya sarana informasi, maka frekuensi promosi Kesehatan harus lebih
sering dilaksanakan oleh tenaga Kesehatan yang kompeten di bidangnya. Untuk
anggaran yang di berikan kepada puskesmas didaerah terpencil perbatasan harus
mempunyai standar yang berbeda di bandingkan dengan daerah lain.

C. Jurnal III
Judul : Review Sistematis Peningkatan Retensi Tenaga Kesehatan Di
Daerah Tertinggal
Nama Penulis : Ferry Efendi
Tahun terbit : Juli, 2013
Lokasi terbit : -
Retensi tenaga kerja merupakan rentang waktu antara mulai kerja dan berhenti
kerja. Tidak ada penjelasan yang lebih dalam mengenai istilah layanan. Retensi
merujuk pada retensi tenaga kerja berbeda dengan turnover atau pergantian. Retensi
merujuk pada waktu antara awal kerja dan berakhirnya atau meninggalkan. Retensi
mengukur siapa yang tinggal dan rentang berapa lama, sedangkan turnover. Retensi
bisa berakar dari faktor personal ataupun lingkungan kerja itu sendiri. kebijakan SDM
kesehatan, wajib kerja, pendidikan dan latihan serta kesepakatan yang mengikat
dengan memperbaiki kondisi kerja, memberikan insentif dan pengembangan karier.
Langkah dalam upaya pemenuhan tenaga Kesehatan yang bisa di lakukan
adalah menganalisis factor penentu dari minat dan retensi tenaga Kesehatan untuk
bekerja di daerah tertinggal, melakukan identifikasi strategi sumber daya manusia
Kesehatan di daerah tertinggal disini pemerintah harus melibatkan dokter, bidan,
perawat, farmasi, dan tenaga Kesehatan lainnya baik PNS maumpun non PNS agara
pemenuhan tenaga Kesehatan terpenuhi meskipun di desa yang tertinggal.
Pemerintah harus bertanggung jawab ddalam pembuat kebijakan untuk
mempertahankan tenaga Kesehatan yang bekerja di daerah tertentu.

D. Jurnal IV
Judul : Rekrutmen ASN Tenaga Kesehatan untuk Merespon Covid-19
Nama Penulis : Irfan, Januarita Dyah Pitaloka, Adif Rachmat Nugraha
Tahun terbit : Juni, 2020
Lokasi terbit : The Indonesian Journal of Development Planning Volume IV No. 2
Menurut pendapat saya, pemenuhan tenaga kesehatan di Indonesia
berdasarkan jurnal yang saya analisa belum dapat terdepenuhi, ternyata masih
terdapat kekurangan pegawai pada jabatan-jabatan tertentu yang antara lain
disebabkan oleh besarnya jumlah pegawai yang memasuki batas usia pensiun dan
pembentukan organisasi baru. Selain itu, sebaran ASN-PNS selama ini tidak sesuai
dengan kebutuhan kualifikasi dan kompetensi jabatan, dimana lebih banyak ASN-
PNS pada jabatan administrasi umum, bukan tenaga teknis profesional. Oleh karena
itu, diperlukan penataan ASN-PNS pada instansi pemerintah dengan melakukan
assessment kompetensi, redistribusi ASN-PNS, dan penambahan pegawai baru guna
menjaga kualitas pelayanan publik terutama di sektor pelayanan dasar dengan tetap
memperhatikan kemampuan keuangan negara.
Berangkat dari arahan Presiden Joko Widodo untuk memperkuat dan
menghargai Jabatan Fungsional (JF) yang berbasis pada keahlian dan kompetensi5,
keberadaan JF Teknis di daerah menjadi penting guna mengakselerasi upaya
pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan, serta
mendorong pengelolaan potensi unggulan daerah yang khas. Namun, tidak meratanya
persebaran JF Teknis, utamanya Tenaga Kesehatan menjadi satu masalah yang
mengganjal saat ini.
Salah satu contohnya adalah rasio dokter terhadap jumlah penduduk Indonesia
sebesar 0,4, yang berarti Indonesia hanya memiliki 4 dokter yang melayani 10.000
penduduk. Jika diturunkan sampai ke level Provinsi, rasio tersebut akan lebih
menunjukkan ketimpangannya lagi, dengan mengambil contoh Provinsi DKI Jakarta
dengan Provinsi Banten. Rasio dokter dan penduduk di DKI Jakarta yakni sebesar
1:65, yang berarti terdapat 65 dokter untuk melayani 100.000 penduduk, sedangkan
Banten sebesar 1:11, yang berarti 11 dokter harus melayani 100.000 penduduk6.
Padahal DKI Jakarta dan Banten berlokasi bersebelahan, sehingga persoalan
persebaran dan pemerataan Tenaga Kesehatan menjadi penting, utamanya dalam
kondisi pandemi COVID-19 yang mensyaratkan kesiapan seluruh sektor dalam
menghadapinya.
Kondisi tersebut di atas, menjadi sangat kritis ketika saat ini dunia
internasional termasuk Indonesia menghadapi kondisi darurat/bencana pandemi
covid-19. Berbagai kebijakan diambil oleh pemerintah pusat dan daerah, baik berupa
pembentukan tim gabungan (satgas penanggulangan covid-19), penambahan
dukungan tenaga kesehatan dari instansi pemerintah (TNI/POLRI dan KL/Daerah),
maupun perekrutan relawan tenaga kesehatan dari mahasiswa Kedokteran dan
Akademi/Sekolah Perawat.

E. Jurnal V
Judul :
Nama Penulis :
Tahun terbit :
Lokasi terbit :
BAB III
KESIMPULAN

Pemenuhan kebutuhan kesehatan dapat diperoleh dari pihak lain secara timbal
balik sehingga dalam pelayanan kesehatan, pasien sebagai penerima pertolongan
medis dan dokter sebagai pemberi pertolongan medis dan tenaga kesehatan untuk
mengoperasikan alat-alat kedokteran. Secara operasional peraturan kesehatan diatur
dalam Undang-Undang Replublik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Dalam Undang-Undang tersebut hubungan bagi setiap masyarakat pada umumnya
dan pasien pada khususnya untuk memperoleh derajat kesehatan yang sama.
Ketentuan tersebut terdapat dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang kesehatan. Selain itu di dalam pasal 54 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1992 menyatakan bahwa “Setiap tenaga kesehatan harus memberikan jasa dan
pelaksanaan secara baik dan professional”. Sesuai dengan pasal tersebut maka setiap
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien harus
menjalankan tugas sesuai dengan standar profesi medik. Tenaga kesehatan diberikan
kepercayaan penuh oleh pasien, haruslah memperhatikan baik buruknya tindakan dan
selalu berhati-hati didalam melaksanakan tindakan medis.

Anda mungkin juga menyukai