Makalah Kelompok 6 (Terjemahan Arab-Indonesia)
Makalah Kelompok 6 (Terjemahan Arab-Indonesia)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Terjemahan Bahasa
Arab-Indonesia yang diampu oleh:
Setiawan, M.Pd.
Disusun oleh :
Kelompok 6
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Swt,shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah Saw. Berkat limpah dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini tepat pada waktunya, guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Terjemahan Bahasa Arab-Indonesia.
Penyusun juga berterima kasih kepada dosen Pengampu Bapak Drs. Musaddad
Abdul Aziz, M.Pd.I. dan juga kepada Bapak Setiawan, M.Pd. yang mana, telah
memberikan arahan serta bimbingannya.
Semoga makalah ini, dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Pasundan. Penyusun menyadari, bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya
dan jauh dari kata sempurna, untuk itu, kepada dosen pengampu penyusun
meminta masukannya demi perbaikan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
3.1 Simpulan..................................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Terjemah sebagai proses dapat diurai menjadi dua tipe proses, yaitu proses
memahami “teks sumber” dan proses memformulasikan “teks target”. Dua
proses tersebut tidak terjadi secara bergantian dan beturut-turut, akan tetapi
terjadi secara serentak dan serempak. Sekalipun demikian proses
memahami dan memformulasikan “teks sumber” secara substansial adalah
proses yang terpisah dan berbeda. Komponen dari proses terjemah tidak
jauh berbeda dengan proses yang dialami oleh seseorang yang sedang
berbicara dan mendengarkan pembicaraan. Pemahaman dan penafsiran
adalah proses yang terjadi ketika kita mendengar atau membaca sebuah
informasi.Di dalam komunikasi sehari-hari, sebuah pesan dipahami
dengan memberikan respon yang sesuai dengan isi pesan tersebut, baik
respon berupa perbuatan ataupun perkataan, seperti ketika seseorang
meminta tolong kita untuk mengambilkan sesuatu, maka kita merespon
dengan perbuatan mengambilkan barang tersebut, dan ketika seseorang
menyapa kita maka kita merespon dengan perkataan yang sesuai dengan
sapaannya.
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keta kerja bermakna
dan juga ciri-cirinya
2. Untuk mengetahui kata kerja bermakna atau fiil mudhri
3. Untuk mengetahui kata kerja bermakna perintah atau permohonan
2
4. Untuk mengetahui pembentukan kata kerja pasif
5. Untuk mengetahui pembentukn kata benda pasif
1.4 Manfaat
Makalah ini memiliki manfaat, yaitu:
1. Dapat mengetahui kata kerja bermakna telah atau menunjukan
yang telah terjadi.
2. Dapat mengetahui kata kerja bermakna akan atau dengan fi’il
mudhori.
3. Dapat mengetahui kata kerja bermakna perintah atau permohonan.
4. Dapat mengtahui pembentukan kata kerja pasif.
5. Dapat mengetahui pembentukan kata benda pasif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Fi’il madhi adalah kalimah yang menunjukkan makna pada dirinya sendiri
dan berkaitan dengan masa lampau.
Biasa diartikan: telah.
4
ُ يَ ْكتُبyang artinya dia laki-laki sedang/akan menulis.
ُ تَ ْكتُبyang artinya kamu laki-laki sedang/akan menulis.
1. Ciri (tanda) fi’il Amar dapat dilihat pada huruf terakhir. Sukun
(disukun) bagi huruf shahih selain fi’il Mudha’af.
5
6. Dapat dimasuki atau menerima ya’ Mukhotobah.
7. Mengikuti wazan yang digunakan.
Kasrah
َ َ ْالب. Kata فَت ََحmerupakan kata kerja transitif. Di samping itu jenis kata
اب
kerja lainnya adalah intrasitif, lazim, yaitu kata kerja yang tidak
membutuhkan objek, seperti kata, بَ َك ْىmenangis.
6
Pada saat kalimat aktif ( َص ُد ْالفَالَّ ُح ال ُّذ َرة
ُ ْ) يَح, petani (sedang, akan) memanen
jagung, akan diubah menjadi kalimat pasif, maka secara otomatis kata
I’rob dari kata yang pada awalnya nashob ( َ )ةberubah menjadi rofa’
sesuai dengan I’rob fa’il yang dibuang ُ ال ُّذ َرة. Kata ُ ال ُّذ َرة, mu’annats,
maka kata ص^^ ُد
ُ ْ يَحdiubah menjadi mu’annats menyesuaikan dengan
na’ibul fail yang merupakan jenis kata mu’annts dengan ditandai
adanya ta’ mudhara’ah pada awal kata kerja, menjadi ص ُد
ُ ْ تَح. Huruf
yang pertama diberi syakal dhummah dan huruf sebelum akhir
َ ْتُح
diharakat dengan harakat fathah. Kalimat aktif di atas menjadi ص ُد
ُ ال ُّذ َرة, jagung (sedang, akan) dipanen.
Artinya isim maf’ul adalah isim yang dibentuk untuk menerangkan objek
dari terjadinya suatu pekerjaan.
semua kata yang berada di bawah wazan maf’ulun adalah isim maf’ul,
isim maf’ul tidak hanya berada pada bentuk tsulasi mujarrod, tetapi juga
dalam bentuk ruba’i mujaarod dan tsulatsi maziid sebagaimana contoh di
bawah ini
7
( ) َم ْغ ُز ٌّوmaghzuwun artinya yang diperangi,
Fiil madhi yang di awali dengan huruf ta’ ketika di mabnikan maf’ul maka
huruf yang jatuh setelah ta’ itu harus di beri harokat yang sama dengan
harokat huruf ta’ yaitu dhommah seperti contoh :
* QO’IDAH *
8
Contoh :
* QO’IDAH *
Fiil madhi binak ajwaf baik ajwaf wawi maupun ya i bila di mabnikan
maf’ul maka dari para ulama dalam memberi harokat pada fa’ fiil didengar
terdapat 3 wajah yang dapat digunakan .
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Secara Bahasa fi’il adalah kata kerja, sedangkan menurut istilah kalimat
yang bisa menunjukkan arti dengan sendirinya dan terkait dengan 3
zaman, yaitu zaman lampau, sekarang, dan akan datang. Fi’il madhi adalah
kalimah yang menunjukkan makna pada dirinya sendiri dan berkaitan
dengan masa lampau. Fi’il mudhari’ adalah kalimat yang menunjukkan
makna pada dirinya sendiri dan terkait dengan waktu sekarang dan akan
datang. Fi’il amar adalah kata kerja bermakna perintah atau permohonan.
Proses pembuatan kalimat pasif menggunakan kata kerja transitif, fa’il,
subjek dibuang. Lalu, i’rob pengganti posisi fa’il, yaitu maf’ul, objek
diganti, disesuaikan dengan fa’il (rafa’). Sedangkan, isim maf’ul adalah
isim musytaq yang dibuat dari fi’il yang tidak disebutkan fa’ilnya untuk
menerangkan objek dari terjadinya suatu pekerjaan.
3.2 Saran
Semoga makalah ini, dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari kata
sempurna. Sehingga,kritik dan saran yang ingin disampaikan akan diterima
dengan baik dan kami akan melakukan perbaikan.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35339129/Makalah_Bahasa_Arab
11
SOAL & JAWABAN
1. Apa tanda khusus bagi fi'il mudhari?
Jawaban:
a. Di awali oleh huruf mudhara’ah yang empat, yaitu hamzah, nun, ya’,
dan ta’ ()أنيت.
b. Layak bila kemasukan amil nawashib dan amil jawazim.
c. Di awali huruf sin “ ”سatau saufa “( ”سوفakan).
2. Apa tanda khusus bagi fi'il madhi?
Jawaban:
1.Menunjukkan atas kejadian lampau.
2.Bisa dimasuki ( قَ ْدbermakna sungguh).
3.Bisa dimasuki ( ت^اء التئنيثyaitu ta' yang menunjukkan atas muannats)
ْ ََكتَب
contoh: ت
3. Mengapa fi’il madhi itu dimabnikan fathah atau harokat padahal mabni
yang asal adalah sukun?
Jawaban: Fi'il madhi itu dimabnikan sebab mabni itu asal dan dimabnikan
fathah sebab keserupaannya dengan fi'il mudhori' yang mu'rob.
4. Berikan contoh fi'il madhi selain yg telah di sebutkan!
َ َ( َجلZaid sudah duduk)
س زَ ْي ٌد
5. Apa yang dimaksud fi’il amar dan bagaimana fungsinya?
Jawaban: Fi’il amar adalah kata kerja bermakna perintah atau
permohonan. Fi’il amar ini berisi pekerjaan yang dikehendaki mutakallim
(pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh
mukhatab (lawan bicara) atau orang yang diperintah.
6. Sebutkan tiga ciri-ciri fi’il amar!
Jawaban:
1) Hendaklah menunjukkan permintaan.
2) Ciri (tanda) fi’il Amar dapat dilihat pada huruf terakhir. Sukun
(disukun) bagi huruf shahih selain fi’il Mudha’af.
3) Membuang huruf akhirnya, bagi huruf ‘illat (alif, wawu, dan ya’)
12
7. Bagaimana proses pembentukan kata kerja pasif?
Jawaban: Fa’il, subjek dibuang, i’rob pengganti posisi fa’il, yaitu maf’ul,
objek diganti, disesuaikan dengan fa’il (rafa’), harakat fi’il transitif yang
digunakan di dalam kalimat tersebut disesuaikan dengan kaidahnya
masing-masing antara fi’il madhi dan mudhari’. Antara fi’il dan na’ibul
fa’il harus sesuai dalam hal jenis kata (mudzakkar dan mu’annats)
selayaknya harus disesuikan pula pada fi’il dan fa’il.
8. Jelaskan dua bentuk isim maf’ul dalam sebuah kalimat!
Jawaban:
Isim maf’ul yang tidak menunjukkan sesuatu yang dikenai oleh perbuatan.
Contoh:
Kata َم ْش ُغوْ ٌل adalah isim maf’ul dari fi’il َش َغ َل . Arti kalimat tersebut adalah
ustazd itu sibuk. Pada contoh tersebut tidak ada sesuatu yang dikenai
perbuatan. Dalam keadaan ini isim maf’ulnya tidak beramal.
Kata ُم ْعطَى pada contoh tersebut adalah isim maf’ul dari fi’il ُأ ْع ِط – يُ ْعطَى
َي Ia beramal sebagaimana amal fi’ilnya; kata ً َجاِئ َزة merupakan maf’ul bih
dari isim maf’ul ُم ْعطَى .
10. Jika Fiil madhi yang di awali dengan hamzah washol ketika di mabnikan
maf’ul maka.....
Jawaban: Huruf ketiga harus di beri harokat yang sama dengan harokat
hamzah washol yaitu dhommah. Contoh:
13