Anda di halaman 1dari 158
KEMENTRIAN PEKERIAAN UMUM PROGRAM | KOTA PAKYAT TANPA KOTAKU ruwun DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN (RPL) Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN RENCANA PENYEDIAAN LAHAN (RPL) KAWASAN KOTA LAMA ~ KOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU Pada hari ini Jum‘at tanggal delapan bulan Mei tahun dua ribu dua puluh, atas nama Pemerintsh Kota Pekanbaru mengesahkan Dokumen Rencana Penyediaan Lahan (RPL) Penanganan Kawasan Kota Lama Kota Pekanbaru. Ookumen ini disusun secera Partisipatif dengan melibatkan unsur Pemerintah Kota dan Tim Pendamping Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Dokumen ini selanjutnya menjadi Dokumen yang sah dan resmi yang berfungsi ‘sebagai dokumen legal serta menjadi pedoman dalam melaksanakan Penataan Kawasan Kota Lama, Ditandatangani di Pekanbaru Tanggal 8/5/2020 KATA PENGANTAR Program KOTAKU bertujuan untuk membentuk sebuah sistem yang terintegrasi untuk intervensi Penanganan kewasan kumuh (termasuk peningkatan dan pelayanan infrestruktur primer den sekunder serta konstruksi dari infrastruktur tersier), dimana Pemerintah Kota Pekanbaru diperbolehkan untuk mengarahkan rancangan dan pelaksanaan kegiatan. Sebuah landasan koordinasi disiapkan untuk memanfaatkan semua sumber daya (organisasi dan keuangan) yang tersedia dari program. Semua kegiatan dalam Program KOTAKU perlu memenuhi persyaratan pengelolzan lingkungan dan sosial, maka disusuniah dokumen RPL atau Rencana Pengadeaan Lahan sebelum pelaksanaan kegiaten dimulai, Dokumen Rencana Pengadaan Lahan disusun untuk merekam Warga Terdampak Pembangunan (WTP) serta akses apa saja yang terdampak dalam pembangunan maka disusuniah dokumen ini, berupa hasil survei lapang, identifikasi dan inventarisasi permasalahan beserta program- program penanganannya. Laporan ini diharapken akan menjadi bahan pertimbangan pihak proyek dan Pemerintah Kota Pekanbaru setempat dalam menindakianjuti langkah-langkan yang harus ditempuh untuk kelancaran peleksanaan pekerjaan penyusunan RPL! Rencana Pengadaan Lahan Kota Pekanbaru. Demikian Laporan ini disusun, atas perhatiannya diucapkan terima kasih Pekanbaru, 2020 TIM PENYUSUN RPL DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR . DAFTAR TABEL BAB |. PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang 1.2.Tujuan 1.3. Ruang Lingkup BAB II. GAMBARAN KEGIATAN 2.4. Gambaran Umum Kabupaten/Kota 2.2. Permasalahan Kekumuhan Kota Pekanbaru. 2.3, Profil Kawasan Kota Lama 2.4. Konsep Penanganan Kumuh Kawasan Kota Lama BAB Ill. RENCANA PENYEDIAAN TANAH DAN PENANGANAN WARGA TERDAMPAK PROYEK (wr 3.1. Komponen Kegiatan yang Membutuhkan Penyediaan Tanah 3.2, Peraturan Terkait Penyediaan Tanah 3.8. Sosialisasi 3.4 Identifikasi dan Rencana Penanganan Warga Terdampak Proyek (WTP) 3.5. Kesepakatan dengan Warga Terdampak Proyek (WTP)... 3.6. Penetapan Skema Penangan WTP 3.7. Rencana Kerja Penyediaan Tanah 22 22 22 30 30 32 33 33 BAB IV. PENANGANAN INFORMAS! DAN PENGADUAN MASYARAKAT 35 4.1, Pengelolaan Informasi Masyarakat 35 4.2. Penanganan Pengaduan Masyarakat asa . 36 BAB V. PELAKSANAAN PENYEDIAAN TANAH .. 7 5.1. Pengurusan Rekomtek dan Izin Penggunaan SDA Pemanfaatan Sempadan Sungai Siek a7 5.2, Pemanfaatan Penanganan Drainase dan Pedestrian Eksisiting 7 6.3. Pemasangan Pengumuman Rencana Pembongkaran Kegiatan 38 5.4. Pembongkaran Bangunan/Pembersihan Lahan (Land Clearing) ..... 38 5.5. Penanganan informasi dan Pengaduan Masyaraket..... a 39 LAMPIRAN ‘A. Gambar Pete Orientasi Gambar Rencana Kegiatan Before-After Peta Lokasi Kegiatan Berita Acara Sosialisasi moog Matriks Hasil Pendataan Warga Terdampak Proysk (WTP) Berita Acara Kesepakatn/Ketidaksepakatan WTP Surat Pernyataan WTP ro Dokumentasi/Foto |. Berkas Pengurusan dan Hasil Pengurusan Rekomtek J. Berkas Pemgurusan dan Hasil Pengurusan Izin Sumber Daya Air K. Surat Keterangan Status Tanah L. Surat Edaran Welikota Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 2.2. Gambar 2.3, Gambar 2.4 Gambar 2.6. Gambar 2.6. Gambar 2.7, Gambar 2.8. Gamber 2.9. DAFTAR GAMBAR Gerakan 100-0-100 Peta Administrasi Kota Pekenbaru Peta Sebaran Lokasi Lokasi Kumuh Kota Pekanbaru Peta Kawasen Prioritas Kota Lama Konsep dan Strategi Penanganan Kawasan Kota Lama Peta Keterpaduan Program Penanganan Siteplan Rencana Kawasan Kota Lama llustrasi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Section 1 llustrasi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Section 2 ustrasi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Section 3 40 13 15 16 19 20 20 2 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 24. 22 23, 24, 25. 26. 34 32 DAFTAR TABEL ‘Sebaran Permukiman Kumuh Kota Pekanbaru Permasalahan Kekumuhan Kota Pekanbaru Profil Kawasan Kota Lama... Permasalahan Kekumuhan Kawasan Kota Lama Matrik Kolaborasi Kawasan Kota Lama Daftar Usulan Kegiatan Skela Kewesen dentifikesi Bangunan Terdampak Identifikasi Utilitas Terdampak 10 12 13 14 7 24 31 32 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota-kota besar di Indonesia. Permukiman kumuh (slum) pada umumnya mencakup dua segi. Pertama, kondisi fisiknya, antara lain tampak dari kondisi bangunan yang rapat dengan kualitas konstruksi tidak cukup baik, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta sampah yang belum terkelola dengan baik. Kedua, kondisi sosial ekonomi dari masyraakat yang bermukim di permukiman tersebut. Rata:rata masyarakat yang bermukim memiliki tingkat pendapatan yang rendah dan hal ini dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial. Gambar : 1.1. Gerakan 100-0-100 % twas kawasan oui ui et Penanganan permukiman kumuh ini tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman diharapkan mampu meningkatkan standar hidup penduduk 40% terbawah. Sasaran RPJMIN 2015-2019 yang dikenal dengan Gerakan 100-0- 100 adalah: 1. Tercapainya 100 persen penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat melalui tiga pendekatan yaitu optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), peningkatan efisiensi layanan air minum (demand side}, dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment) 2. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen méialui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 Ha 3. Tercapainya 100% akses sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) Untuk mempercepat penanganan permukiman kumuh dan mendukung Gerakan 100-0- 100 dibentuklah Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sebagai salah satu upaya strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Program KOTAKU akan menangani kumuh dengan membangun platform kolaborasi melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat. Sebagai implementasi percepatan penanganan kumuh, Program KOTAKU akan melakukan peningkatan kualitas, pengelolaan serta pencegahan timbulnya permukiman kumuh baru, dengan kegiatan- kegiatan pada entitas desa/kelurahan, serta kawasan dan kabupaten/kota. Kegiatan penanganan kumuh ini meliputi pembangunan infrastruktur serta pendampingan sosial dan ekonomi untuk keberlanjutan penghidupan masyarakat yang lebih balk di lokasi permukiman kumuh, Penanganan permukiman kumuh memubutuhkan kolaborasi dari berbagal pihak tidak hanya Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat namun juga dari sektor lainnya. Tujuan kolaborasi sendiri adalah memaksimalkan penangan kumuh yang mana tidak semua dapat diselesaikan hanya dengan dana yang ada dari pemerintah daerah maupun pusat. Pemerintah Daerah sebagai Nahkoda bertanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan program penanganan permukiman kumuh. Pemerintah Daerah menjadi leading dan merangkul pihak lain untuk terlibat dalam penanganan kawasan kumuh. Pemerintah Pusat dalam hal ini berperan sebagai pendamping daerah dan menciptakan kondisi yang kondusif, misalnya menyusun regulasi yang memadai. Sedangkan partisipasi masyarakat sebagai kunci keberhasilan program. Pelibatan masyarakat melalui proses partisipatif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses pengawasan, mutlak dilakukan karena persoalan kekumuhun pada akhirnya juga sangat bergantung kepada kepedulian masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Menyelesaikan berbagai persoalan kumuh dari berbagai sektor, baik fisik maupun non- fisik melalui kolaborasi antar para pemangku kepentingan dalam perencanaan yang terpadu adalah kunci. Kolaborasi adalah level tertinggi sebuah kerjasama, menuntut kesadaran semua pihak untuk terlibat penuh di dalamnya, tanpa kolaborasi, penanganan kumuh hanya akan menjadi wacana dan tidak akan pernah efektif. Kota Pekanbaru adalah salah satu kota di Provinsi Riau yang memiliki lokasi kawasan permukiman kumuh melalui penetapan Surat keputusan Walikota Nomor : 189 Tahun 2014 Tentang Penetapan Lokasi Perumahan Dan Permukiman Kumuh di Kota Pekanbaru dengan delineasi 124,81 Ha. Kemudian dilakukan verifikasi pada tahun 2016 dan dilakukan perubahan Surat Keputusan Walikota Nomor : 151 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 189 Tahun 2014 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Pekanbaru dengan deliniasi 113,56 Ha. Pada tahun 2017 dilakukan lagi perubahan SK Kumuh dengan Surat keputusan Walikota Nomor : 878 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 151 Tahun 2016 Tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Pekanbaru dengan delineasi 113,56 Ha. Perubahan ini memiliki luas yang sama pada SK sebelumnya, hanya saja terdapat perubahan atau pemecahan kawasan permukiman. kumuh. Luasan ini tersebar di 8 kawasan, yaitu: Kawasan Sago dengan luasan kumuh 24,06 Ha Kawasan Kota Lama dengan luasan kumuh 15,5 Ha kawasan Pesisir dengan luasan kumuh 23 Ha Kawasan Meranti dengan luasan kumuh 15 Ha Kawasan Rumbal Pesisir dengan luasan kumuh 14,6 Ha Kawasan Lembah Damai dengan luasan kumuh 13 Ha Kawasan Padang Terubuk dengan luasan kumuh 5,3 Ha Kawasan Sumahilang dengan luasan kumuh 3,10 Ha Paar Rene Berdasarkan arahan dari Walikota Pekanbaru dalam Rapat POKJA bersama Satker PKP Provinsi Riau, Pemko Pekanbaru, BAPPEDA Kota Pekanbaru, dan KOTAKU Provinsi Riau memutuskan penyepakatan kawasan prioritas sebagai berikut: 1. Kawasan Kota Lama 2. Kawasan Sago 3. Kawasan Pesisir 4. Kawasan Meranti Permasalahan utama kawasan kumuh perkotaan sebagian besar adalah persoalan ketidakberarturan penggunaan lahan, yang kurang optimal dimanfaatkan secara layak dan adanya kawasan permukiman yang ilegal, karena tingkat pertumbuhan penduduk serta terjadinya urbanisasi yang cukup tinggi. Dimana salah satu faktornya, sektor-sektor ekonomi tumbuh pesat khususnya di perkotaan menjadi wilayah-wilayah yang penuh dengan harapan perbaikan kehidupan yang lebih layak yang membuat setiap orang ingin mencari peruntungan dalam rangka menyambung kehidupan lebih batk. Sekalipun untuk menggapai harapan tersebut berada dalam posisi yang kurang menguntungkan juga. Akhirnya kebutuhan akan tempat tinggal semakin meningkat. Sementara ketersediaan perumahan terbatas dan tidak sebanding dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan urbanisasi Ditambah, pengawasan dari para pihak yang berkompeten terkait dengan tata ruang wilayah dan tata guna lahan masih kurang. Akhirnya bermunculan permukiman- permukiman baru yang kurang layak dan melanggar aturan, seperti menempati lahan secara ilegal dan tidak sesuai dengan peruntukannya. Persoalan perkembangan kota yang seperti itu dihadapi oleh negara-negare berkembang termasuk di Indonesia. Urbanisasi bagaikan dua sisi mata uang, jika dilihat dari kacamata positif maka itu dapat berarti modal bagi perekonomian dan juga perkerbangan kota ke arah yang lebih baik, tapi jika tidak dikelola dengan baik maka akan banyak persoalan muncul, mulai dari meningkatnya angka pengangguran, kriminalitas, kemacetan, banjir dan juga kekumuhan baru. Permukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota-kota besar di Indonesia, bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Telaah tentang permukiman kumuh (slum), pada umumnya mencakup tiga segi, yaltu, pertama, kondisi fisiknya. Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik. Kedua, kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim di permukiman tersebut. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di kawasan permukiman kumuh, antara lain, mencakup tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar, budaya kemiskinan yang mewarnai kehidupannya yang antara lain tampak dari sikap dan perilaku yang apatis. Ketiga, dampak oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi tersebut sering juga mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk, sumber pencemaran, sumber penyebaran penyakit dan peritaku menyimpang, yang berdampak pada kehidupan keseluruhannya. Kawasan permukiman kumuh dianggap sebagai penyakit kota yang harus diatasi. Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang mendorong pertumbuhan permukiman. Sedangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan pengelola kota akan menentukan kualitas permukiman yang terwujud. Permukiman kumuh adalah produk pertumbuhan penduduk kemiskinan dan kurangnya pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan dan menyediakan pelayanan kota yang memadai, Penyusunan Rencana Pengadaaan Lahan (RPL) dilakukan sebagai dokumen yang berisi proses pengadaan tanah yang akan digunakan sebagai lahan kegiatan skala kawasan ini. Yang mana di dalam RPL menjelaskan apakah tanah yang digunakan berstatus legal atau tidak legal, setelah diketahui status legalitas lhan, selanjutnya adalah mengetahui hak pengusaaan tanah tersebut oleh siapa, apakah milik pribadi, instansi negeri atau swasta atau badan hukum lainnya. Dari Hak penguasaan lahan inilah selanjutnya akan dilakukan proses pembuatan izin ataupun proses-proses lain yang dilakukan untuk penerbitan izin yang mana menyatakan bahwa tanah tersebut dibolehkan untuk digunakan sebegai lahan dalam kegiatan skala kawasan. Urgensi dari penyusunan dokumen RPL adalah untuk mencegah ketidaksiapan lahan untuk kegiatan yang akan dilakukan, disamping juga untuk mengantisipasi protes atau ketidaksediaan warga yang tanahnya terdampak maupun warga sekitar yag terdampak sebelum, selama dan setelah kegiatan selesai dikerjakan. 1.2. Tujuan Salah satu tujuan dibuatnya dokumen RPL adalah memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam mengelola dampak sosial dan lingkungan sesuai dengan prinsip-prinsip, prosedur, peraturan perundangan, kebijakan program dan Enviromental and Social Managament Framework (ESMF) NSUP KOTAKU. Dokumen Rencana Pengadaan Lahan (RPL) ini dibuat sebagai bentuk pencatatan kesiapan Lahan suatu kegiatan yang membutuhkan lahan. Di dalam dokumen RP memberikan penjelasan apa dan bagaimana kesiapan suatu lahan yang akan dikerjakan, mulai dari Hak atas tanah hingga dokumen yang akan digunakan. Dengan adanya dokumen langkah-langkah persiapan lahan tergambar dengan jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dan tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan sosial. akan Pengadaan Lahan untuk kegiatan KOTAKU sudah diatur sesuai dengan peraturan perundangan, kebijakan program dan kerangka kerja manajemen sosial lingkungan KOTAKU. Hal-hal yang menjadi aturan akan dilaksanakan tanpa pengecualian, karena dampak yang timbul dalam proses pangadaan lahan tidak hanya secara materi namun juga dampak sosialnya. Adapun tujuan lain dari dibuatnya dokumen RPL ini adalah memberikan acuan pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan infrastruktur KOTAKU. Tahapan yang dilalui dalam rencana pengadaan lahan untuk pembangunan Infrastruktur KOTAKU tentu saja dimulai dari jenis kegiatan apa yang akan membutuhkan tanah sebagai lahan pengerjaan kegiatan tersebut. Selanjutnya dilakukan indentifikasi awal terkait legalitas Jahan tanah tersebut, lalu dilanjutkan dengan identifikasi hak atas tanah dan pemegang hak atas tanah tersebut. Setelah melakukan identifikasi akan didapat metode apa yang akan digunakan dalam penyiapan tanah tersebut untuk dijadikan lahan kegiatan. Pengadaan tanah untuk kegiatan dapat diperoleh melalui skema penggantian (kompensasi), melalui hibah tanah, melalui izin pinjam/pakai selama jangka waktu tertentu, dan iin dilewati. Dalam Rencana Pengadaan Lahan ini pengadzan tanah dilakukan tanpa adanya pembayaran kompensasi secara materi dan tidak adanya pemindshan warga terdampak secara permanen. Tujuan Terkahir dari dokumen RPL sendiri adalah mendokumentasikan rencana dan pelaksanaan pengadaan tanah secara sukarela (voluntary land acquisition) melalui hibah, izin pakai, izin dilalui, atau bentuk lainnya. Maksud dari tujuan ini adalah dengan adanya dokumen RPL, maka akan tercatat secara sistematis suatu proses pengadaaan suatu lahan yang akan digunakan sebagai lahan kegiatan infrastruktur. Dari proses ini akan tergambarkan dari awal hingga akhir bagaimana proses pengadaan lahan berlangsung. Dalam dokumen RPL akan dipaparkan lahan yang ‘akan dijadikan lokasi kegiatan mulai dari status legalitas tanahnya, hak kepemilikan tanah, hak pengelolaan tanah, dan metode penyiapan tanah apa yang akan digunakan dalam pengadaan lahan tersebut. 1.3, Ruang Lingkup Kegiatan yang dilakukan dalam pembuatan dokumen RPL ini diawali dengan penyusunan rencana penataan kawasan. Penyusunan rencana penataan kawasan ini didasari oleh SK \Walikota perihal Kawasan Kumuh Kota Pekanbaru No. 878 Tahun 2017 tanggal 29 Desember 2019. Dari SK Walikota ini kemudian diputuskan Kawasan Prioritas Penanganan Kumuh. Kawasan prioritas kumuh rangking 1 kemudian ditetapkan adalah Kawasan Kota Lama. Hal ini didasarkan oleh penyepakatan Kawasan Prioritas oleh SATKER PKP Provinsi Riau, Pemerintah Kota Pekanbaru, BAPPEDA Kota Pekanbaru dan KOTAKU Provinsi Riau, Berdasarkan Hasil Overview Kebijakan Pola Ruang, Kawasan Kumuh Kota Lama termasuk pada rencana pengembangan Kawasan Lindung meliputi Sempadan Sungei, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Cagar Budaya dan Kawasan Budidaya meliputi Permukiman serta Perdagangan dan Jasa. Sedangkan berdasarkan Hasil Overview Kebijakan kawasan strategis yang tertuang di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru, Kawasan Kumuh Kota Lama merupakan kawasan strategis rencana pengembangan Water Front City. Lingkup kegiatan dalam proses penyusunan dokumen RPL ini juga tidak terlepas d Identikasi warga, aset dan utilitas terdampak. Identifikasi_ warga dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak warga yang menjadi warga terdampak proyek secara langsung maupun tidak langsung. Identifikasi ini yang nantinya akan menjadi dasar dibuatnya kesepakatan dengan warga terkait kesediaan warga terkait pelaksanaan proyek, kesediaan terkait lahan yang terdampak, maupun kompensasi Dalam penyusunan dokumen RPL segala rencana konsultasi dan dokumen-dokumen hasil Kesepakatan Wargat Terdampak Proyek dan Pemerintah Daerah juga masuk dalam Lingkup kegiatan, termasuk juga kajian sosial ekonomi. Kajian sosial ekonomi dalam penyusunan dokumen RPL adalah untuk mengidentifikasi dampak secara sosial maupun ekonomi selama pengerjaan kegiatan, dampak yang dimaksud adalah apakah akan ada kegiatan ekonomi yang terganggu ketika pekerjaan dilaksanakan dan setelah kegiatan selesai apak memberikan dampak positif atau atau malah berdampak negatif kepada perekonomian warga sekitar. Adapun ruang lingkup penyusunan RPL meliputi 1. Sosialisasi rencana kegiatan, dalam sosialisasi ini rencana penataan kawasan disampaikan kepada warga agar maksud dan tujuan penataan kawasan ini dapat dipahami oleh warga. 2. Identifikasi warga, aset dan uitilitas terdampak. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah warga, aset dan utilitas yang akan terkena dampak dari dilaksanakannya kegiatan penataan kawasan ini 3. Rembug Kesepakatan dengan Warga Terdampak Proyek, hasil dari indentifikasi kemudian dirembugkan dengan warga terutama dengan warga terdampak proyek. 4, Penyusunan Kebijakan Kompensasi dan Relokasi WTP, Dari hasil rembug ini akan dibuat kebijakan apakah akan ada kompensasi terkait lahan warga terdampak, aset dan utilitas atau akankah ada relokasi yang dilakukan terhadap werga terdampak proyek. 5. Dokumentasi Proses dan Legalisasi Penyediaan Lahan, mendokumetasikan proses dan legalisasi penyediaan lahan, Dokumentasi dilakukan sebagai bukti pelaksanaan penyusunan RPL sudah sesual dengan mekanisme yang ada. GAMBARAN KEGIATAN 2.1, Gambaran Umum Kabupaten/Kota Kota Pekanbaru adalah Ibu Kota dari Provinsi Riau. Pekanbaru merupakan salah satu wilayah strategis di Indonesia, posisinya yang berada di bagian tengah Pulau Sumatera dan dilalui oleh perairan selat malaka serta berdekatan dengan negara tetangga menjadi salah satu faktor utama potensi strategisnya. Secara geografis, Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101014’ - 101034’ BT dan 0025" — 0045" LU. Gambar : 2.1. Peta Administrasi Kota Pekanbaru Batas administrasi Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar Sebelah Selatan _: Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan Sebelah Timur : Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan Sebelah Barat : Kabupaten Kampar Kondisi Demografi Kota Pekanbaru yaitu dengan Jumiah penduduk pada tahun 2018 sebesar 1.091.088 Jiwa, dengan Sex Ratio sebesar 105,41 dan Kepadatan penduduk sebesar 1.726 Jiwa/Km?. Untuk Kondisi Ekonomi Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Konstan 2010 terbesar berada pada iapangan usaha Industri Pengolahan (7,73) dan Jasa Perusahaan (7,77). Lapangan Usaha dengan daya serap Tenaga Kerja terbesar adalah pada sektor Perdagangan dan Jasa (185.809 Jiwa. Kondisi Sosial Kota Pekanbaru sendiri Pada tahun 2018 Penduduk Miskin di Kota Pekanbaru adalah sebesar 33,090 Jiwa. Indeks Pembangunan Manusia adalah sebesar 79,97. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 7 ~ 24 Tahun adalah ; (1) 0,7% Tidak/Belum Pernah Sekolah, (2) 75,5% Masih Sekolah, dan (3) 23,8% Tidak Sekolah Lagi. Sedangkan secara Topografi Kota Pekanbaru terletak pada bagian ketinggian 10 — 50 meter di atas permukaan laut. Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar dengan ketinggian rata-rata antara 10-20 meter di atas permukaan laut. Sedangkan kawasan Tenayan dan sekitarnya umumnya mempunyai ketinggian antara 25-50 meter di atas permukaan laut. Kawasan yang relatif tinggi dan berbukit terutama dibagian utara kota, khususnya di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan ketinggian rata-rata sekitar 50 meter di atas permukean laut. Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (44%) mempunyai tingkat kemiringan antara 0-2% atau relatif datar. Sedangkan wilayah kota yang agak landai hanya sekitar 17%, landai (21%), dan sangat landai (139%). Sedangkan yang relatif curam hanya sekitar 4-59% yang terdapat di Kecamatan Rumbai Pesisir. Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pekanbaru 2005-2025, Visi Kota Pekanbaru adalah “Terwujudnya Kota Pekanbaru sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, serta Pusat Kebudayaan Melayu, Menuju Masyarakat Sejahtera yang Berlandaskan Iman dan Taqwa. Visi Kota Pekanbaru diatas merupakan salah satu bentuk azam dan cita- cita masyarakat Kota Pekanbaru yang harus diwujudkan oleh setiap Kepala Daerah yang terpilih untuk memimpin Kota Pekanbaru. Visi dan misi Kepala Daerah terpilih merupakan visi antara yang harus memenuhi keriteria untuk mewujudkan visi kota tersebut. Berdasarkan Visi dan Misi Daerah Kota Pekanbaru dalam RPJPD Kota Pekanbaru 2005- 2025, maka telah ditetapkan visi pembangunan Kota Pekanbaru untuk periode 2012 - 2017 adalah : “Terwujudnya Pekanbaru Sebagai Kota Metropolitan Yang Madani’ Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, sesuai dengan harapan terwujudnya Pekanbaru sebagai Kota Metropolitan yang madani, maka telah disusun Misi Pembangunan Kota Pekanbaru 2012-2017 sebagai berikut 1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi tinggi, bermoral, beriman dan bertaqwa serta mampu bersaing ditingkat lokal, nasional dan internasional. 2. Mewujudkan masyarakat berbudaya melayu, bermartabat dan bermarwah yang menjalankan kehidupan beragama, memiliki iman dan taqwa, berkeadilan tanpa perbedaan satu dengan yang lainnya serta hidup rukun dan damai 3. Meningkatkan infrastruktur daerah baik prasarana jalan, air bersih, energi listrik, penanganan limbah, yang sesuai dengan kebutuhan daerah terutama infrastruktur pada kawasan industri, pariwisata serta daerah pinggiran kota, 4, Mewujudkan penataan ruang dan pemenfaaten lahan yang efektif, dan pelestarian lingkungan hidup dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan 5. Meningkatkan perekonomian daerah dan masyarakat dengan meningkatkan investasi bidang industri, perdagangan, jasa, dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan dengan dukungan fasilitas yang memadai dan iklim usaha yang kondusif. 2.2. Permasalahan Kekumuhan Kota Pekanbaru Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor 878 Tahun 2017 tentang Perubahan atas keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 151 Tahun 2016 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Pekanbaru, Kawasan Kota Pekanbaru terbagi menjadi 8 kawasan, yaitu Kawasan Sago, Kota Lama, Pesisir, Meranti, Rumbai Pesisir, Lembah Damai, Padang Terubuk, dan Sumahilang. Gambar : 2.2. Peta Sebaran Lokasi Kumuh Kota Pekanbaru Kawasan Kote Lama (15,5 Ha) Kauasan Meranti (15 Ha) Kawasan Pesisir (23 Ha) Kawasan Padang Terubuk (513 Ha? ‘Adapun sebaran permukiman kumuh Kota Pekanbaru dapat dilihat dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1. Tabel Sebaran Permukiman Kumuh Kota Pekanbaru 1 |Kawasan Kumuh Sungai Sago [Kampung Dalam | Senapelan 5,00 Sago ‘Senapelan 1,86, Kota Baru Pekanbaru Kota 4,30 Sukaramal Pekanbaru Kota 660 Tanah datar Pekanbaru Kota 630 | Kawasan Kumuh Kota Lama [Kampung Bandar |Senapelan ‘Kampung Baru | Senapelan 2,70 Tirta Siak Payung Sekaki 3,30 3. |Kawasan Kumuh Pesisir Pesisir Limapuluh 6,40 Rintis Limapuluh 9,50 Tanjung Rhu Lima Puluh 7,10 4 | Kawasan Kumuh Meranti Meranti Pandak ‘Rumbai Pesisir 4,60 Sri Meranti Rumbai_ 10,40 5 |Kawasan Kumuh Rumbai Pesisir_|Lembah Sari Rumbai Pesisir 3,90 Limbungan Rumbai Pesisir 2,40 Limbungan Baru | Rumbai Pesisir 8,30 6 |Kawasan Kumuh Lembah Damai |Lembah Damai Rumbai Pesisir 13,00 Kawasan Kumuh Padang Terubuk| Padang Terubuk [Sumahilang | Pekanbaru Kota ‘Sumber: Surat Keputusan Walikota Pekanberu Nomor 878 Tahun 2017 tentang Perubahan atas keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 151 Tahun 2016 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Pekanbaru. a Berdasarkan data Baseline Program KOTAKU tahun 2017 di wilayah Permul an, kondisi kekumuhan Kota Pekanbaru termasuk dalam kategori “Kumuh Ringan”(35.52%), Permasalahan kumuh Kota Pekanbaru sebagaimana pada Tabel 2.2. berikut: Tabel 2.2. Permasalahan Kekumuhan Kota Pekanbaru 1. Keteraturan Bangunan a. Ketidakteraturan Bangunan 38,85% b. Kepadatan Bangunan [Sass c, Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis | 14 519 Bangunan | 2. Jalan Lingkungan ‘a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 1,00% b._Kualitas Permukean Jalan lingkungan 53,80% 3. Penyediaan Air Minum ‘a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 34,79% . Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 26,60% 4, Drainase Lingkungan ‘a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air | 36,01% b. Ketidaktersediaan Drainase 32,16% ©. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase 2.94% Kota | a. jak terpeliharanya Drainase 37,07% le. Kualitas Konstruksi Drainase 43,13% 5. Pengelolaan Air Limbah ‘a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis 10,69% b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah 23,45% Tidak Sesuai dengan Persyaratan Tekni | 7 | 6. Pengelolaan Persampahan | a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak | | Sesuai dengan persyaratan Teknis | 86.01% | b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak 35,56% sesuai Standar Teknis : ¢. Tidak terpeliharanya Sarana dan Prasarana 85,29% Pengelolaan Persampahan 7. Proteksi Kebakaran a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 60,74% b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 98,13% 12 2.3. Profil Kawasan Kota Lama Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Nomor 878 tahun 2017 disepakati kawasan prioritas yaitu Kawasan Kota Lama. Kawasan Permukiman Kumuh Kota Lama adalah merupakan gabungan dari beberapa kawasan permukiman kumuh yaitu, Kelurahan Kampung Bandar, Kampung Baru, dan Tirta Siak. Secara administratif kawasan permukiman kumuh ini berada di Kecamatan Senapelan dan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru. Gambar : 2.3. Peta Kawasan Kota Lama Adapun Profil Kawasan Kota Lama dapat dilihat dalam Tabel 2.3 berikut i Tabel 2.3. Profil Kawasan Kota Lama (Dataran Renan ‘dan Tepi Air Kota Lama. Luas Kelurahan (Ha) Kampung Bandar 4327 Ma Kampung Baru 87.33 Ho Tirta Siak 999.76 Ha tues Kawasan Kumun (Ha) Kampung Bandar se Kampung Baru Str Tirta Siak/Tampan 330 Wa Total luas Ks ‘awasan Permukir Yan Kumuh Kota Lama adalah sebesar 15,50 Ha. Masing- masing deliniasi kumuh berada pada posisi geografis ; (1) Kampung Bandar, 101° 26' 22,292" £ - 0° 32' 22,152" N, (2) Kampung Baru, 101° 25' 58,428" E - 0° 32' 29,618" N, (3) Tirta Siak, 101° 25' 38,698" E = 0° 32' 32,441". Berdasarkan data Baseline program KOTAKU, permasalahan utama kekumuhan Kawasan Kota Lam ‘a dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut ‘Tabel 2.4, Permasalahan Kekumuhan Kawasan Kota Lama Ja eaerotran Bangunen 16200) unt | 9675 1. KonDs #aNGUNAN DIL BANGUNAN | eoadtnboguron nn ooo Fe Reietssnlon denen Poy Teta tanga sm[ vm | ioral SORA [capes Pannen an Ungnean weer | __otox] 0 2.endl on Unga 1 uaa Parton nr ghrgen [i sesras| weer | san TOTS _Uunglamgen al Ponyedoan av [pS aeann Ass Aman Mu a tinum —_[eaanpenviryo tebasan Mina pao] i ren] taaraa Kot emcian Nan Se a a fs reudoenecinn Dae rane] weer | __sassnf 4. onl rasa [cReskeabonga stan Die Kia Meer con] 0 raat eicuehobngan de Sem 2 ea epetarana Dae osr0o| weer | m0] 0 enone Kons Oana 33:74] Meer | ever a a Kan re ui Saha Pega AFT Ta i andr : ae oe co] we | susin Tian I asa do ra Preston ra TO [Sesuai dengan Persyaratan Teknis — sete serait 7 ah Fess dn Sra Pasonaon TEES mc : [dengan persyaratan Teknis = — Stent rongdctenn SER E Soe tecamaonraneUaaTIET | — ool om | aan Temamgetan (sandr Teta x ° caterer Srna dn amare erga errata waco] xx | 00008 aaa — esas Ponds [Heldcedaan PowraPrtsatebaan | ieaoo]_une | «35 Haostane |p cewsaeaedoanSurvaProtcitebalaen | 20000] _uat_| _sonaun] aaa econ STS RENN GT TORO eae a “vceat cexumunan | KUMUH van 2.4. Konsep Penanganan Kumuh Kawasan Kota Lama Rencana pembangunan Skala Kawasan Kota Lama ini dalam aspek lingkungan mendukung kebijakan pemerintah terhadap rencana Water Front City dengan mencipatakan lingkungan yang bersih, asri dan nyaman. Untuk bidang ekonomi kawasan kota lama merupakan kawasan perdagangan yang mana ada Pasar Bawah yang sudah dikenal pasar wisata ikonik kota Pekanbaru, adapun untuk menambah perkembangan ekonominya akan akan dikembangkan sebagai Pusat Jajanan Kuliner dan Pusat Penjualan Barang Bekas dan Besi Tua. ‘Sebagai kawasan yang selanjutnya akan dikembang sebagai Water Front City tentu saja berdampak bagi Masyarkat yang tinggal dan berada disekitar kawasan Kota Lama ini. Dengan akan menjadi Pusat Wisata tentu saja akan membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk meningkatkan penghasilannya. ‘Adapun Isu, permasalahan, konsep penanganan serta Strategi Penanganan untuk Kawasan Kota Lama adalah sebagaimana berikut ; Gambar 2.4. Konsep dan Strategi Penanganan Kawasan Kota Lama LOKASI comes Kawasan Kumuh @ Ferreanenn tte en ite 6 KoNsEP + Mewnujudkan Kampung Bandar Sebagai Kawasan Desa Wisata Waterfront bemuansa tepi sungai oe TEMARUANG ~~~" Pekanbaru City Waterfront Tours Village RENCANA eee > Linglangan PENGEMBANGAN Mendukung Kebjaken Pemerntahterhadep Rencana Wat erFront Cy 7 Ekonomi: Jajanan. Kuliner, Pusat Penjuslan Barang Bekas dan Besi Tua, Pasar Wieata (Pacer Bawah > Sosial Meneiptakan wisata Religl dan wisata Belanja yang mendu kung masyarakat MBR. serte Menjadikan Kempung Bande r sebagai Destinasi Wisate Baru Keterpaduan program penanganan Kawasan Kota Lama dapat dilihat dalam Peta Kolaborasi sebagaimana dalam Gambar 2.5. or ueuesueuag wesBoig uenpediaiay ered “s'z eqUeD, a ‘aN DTaP [= wewia anna als ‘evar Sal WONT Narra! — wv SALON eve noaw| Nwcyarv wana oven Tenants = aT WS "evnvig|y NE ewie] e10y Uesemey ISEIOGEION HIE “SZ PGEL ‘WAN ONneAvH| —_AVONMONTL WWE Tava NTN ‘van vaNWaDNAaava| —ONnaRD NANO! fanylu9q°S°7 [9qeL Wiejep euEWieBagas Yelepe ewe} E}Oy VeseMey UEUEDUEUaY WelBOId ISeIOqeIOy MIU Penataan yang akan dilakukan dalam kegiatan Skala Kawasan ini adalah sebagal berikut : 1. Drainase 2. Pedestrian Jalan 3. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Adapaun kegiatan yang diusulkan akan dilaksanakan hat dalam Tabel 2.6 berikut ini: kala Kawasan Kota Lama dapat Tabel : 9.6. Daftar Usulan Kegiatan Skala Kawasan Sa -| aoe — ray | PeKAMGARY | KotaLons | Kampung Sender |“ TurapdanPadestian st | 1916 | Meter | Fasitas Umom |°S5" etranan RAL PEKANBARU ‘Kota Lama, Kampung Bandsr | Box Cubert dan Pedestrian J. Kota] 222 | tater | Fasiitas Umum eee = nav | pexangary | Ketatema | Kampung Bandar Pigg Surge Sak st + | US Kata Pekan | Sate Patat Eemgegee, Untuk melaksanakan perencanaan tersebut, rencana kegiatan dilakukan dalam tiga section sebagai berikut : 1. Section 1, pada section ini kegiatan yang akan dilakukan adalah Drainase, Pedestrian, dan Turap yang berada di jalan Perdagangan. 2. Section 2, kegiatan yang akan dilakukan pada section i dan Pedestrian di jalan Kota Baru. 3. Section 3, di section ini kegiatan yang akan dilakukan adalah Ruang Terbuka Hijau dipinggir sungai siak yang berada di jalan Perdagangan. adalah Drainase, Box Culvert or ZNOILDaS HOILOaS ewe] e70y Uesemey eueray UR|days “9°Z 4equeD Pembangunan di Section 1 ini berada Jalan Perdagangan sepanjang 1316 meter, ngkapi dengan Drainase, Pedestrian dan Turap. Pembangunan ini meliputi 3 RW di Kelurahan Kampung Bandar. Ilustrasi dari rencana pembangunan adalah seperti pada Gambar berikut : Gambar 2.7. llustrasi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Section 1 SEBELUM Pembangunan di Section 2 ini berada Jalan Kota Baru sepanjang 222 meter, Pembangunan meliputi Drainase (Sekunder), Box Culvert dan Pedestrian. llustrasi dari rencana pembangunan adalehs eperti pada gambar berikut : Gambar 2.8. llustrasi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Section 2 Pembangunan di Section 3 ini berada Jalan Perdagangan, Pembangunan pada section ini berupa Ruang Terbuka Hijau di pinggir Sungai Siak. Ilustrasi dari rencana pembangunan Ruang Terbuka Hijau di pinggir Sungai Siak sebagaimana pada Gambar berikut : Gambar 2.9. Illustrasi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Section 3 BAB III RENCANA PENYEDIAAN TANAH DAN PENANGANAN WARGA TERDAMPAK PROYEK (WTP) 3.1, Komponen Kegiatan yang Membutuhkan Penyediaan Tanah Kegiatan Skala Kawasan Kota Lama ini terdiri dari beberapa item kegiatan. Keseluruhan kegiatan tentunya mendukung kebijakan pemerintah yang akan menjadikan kawasan Kota Lama menjadi kawasan Pekanbaru City Waterfront Tourist Village. Kegiatan yang membutuhkan pengadaan lahan dalam skala kawasan Kota Lama ini adalah : 1. Pekerjaan Drainase (Sekunder), Turap dan Pedestrian di Jalan Perdagangan. Pekerjaan Drainase ini merupakan kegiatan peningkatan serta menormalkan kembali fungsi drainase. Drainase merupakan drainase eksisting berdasarkan surat keterangan dari Kelurahan. 2. Pekerjaan Drainase (Sekunder), Box Culvert dan Pedestrian di Jalan Kota Baru Pekerjaan Drainase dan pedestrian ini juga mnggunakan drainase eksisting berdasarkan surat Keterangan Kelurahan. 3. Ruang Terbuka Hijau di Pinggir Sungai Siak JI. Perdagangan Untuk kegiatan Ruang Terbuka Hijau ini, lahan yang digunaakan merupakan lahan milik Pemerintah Kota Pekanbaru. Akan tetapi karena terletak di sempadan sungai maka kewenangannya berada dibawah Badan Wilayah Sungai Sumatera Il 3.2. Peraturan Terkait Penyediaan Tanah Peraturan-peraturan sebagai acuan dalam penyediaan tanah untuk kegiatan ini adalah sebagaimana berikut: a, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara: Pasal 1: Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam ‘APBN dan APBD; 2. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah; 3. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 2 b. Pasal 42: (1) Menteri Keuangan mengatur pengelolaan barang milik negara. (2) Menteri/pimpinan 23 lembaga adalah Pengguna Barang bagi kementerian negara/23 lembaga yang dipimpinnya. Pasal 49: Tanah dan bangunan milik negara/daerah yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan, wajib diserahkan pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/Gubernur/Bupati/Walikota untuk kepentingan penyelenggeraan tugas pemerintahan negara/daerah. UU No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Kepentingan Umum Pasal 4: (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk Kepentingan Umum. (2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menjamin tersedianya pendanaan untuk Kepentingan Umum. Pasal 7: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dengan: a) RTRW; b) Rencana Pembangunan Nasional/Daerah; c) Rencana Strategis; dan d) Rencana Kerja setiap instansi yang memerlukan tanah. Pasal 1 Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) digunakan untuk pembangunan: a. Pertahanan dan keamanan nasional b. Jalan Umum, Jalan Tol, Terowongan, Jalur Kereta Api, Stasiun Kereta Api, dan Fasilitas Operasi kereta Api; c. Waduk, Bendungan, Bendung, Irigasi, Saluran Air Minum, Saluran Pembuangan Air dan Sanitasi, dan Bangunan Pengairan lainnya; Pelabuhan, Bandar Udara, dan Terminal; Infrastruktur Minyak, Gas, dan Panas Bumi Pembangkit, Transmisi, Gardu, Jaringan, dan Distribusi Tenaga Listrik; Jaringan Telekomunikasi dan Informatika Pemerintah; ‘Tempat Pembuangan dan Pengolahan Sampah; Rumah Sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah; Fasilitas Keselamatan Umum Sree mee B k. Tempat Pemakaman Umum Pemerintah/Pemerintah Daerah; |. Fasilitas Sosial, Fasilitas Umum, dan Ruang Terbuka Hijau Publik m. Cagar Alam dan Cagar Budaya; n. Kantor-Kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/Desa; ©. Penataan Permukiman Kumuh Perkotaan dan/atau Konsolidasi Tanah, serta Perumahan Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah dengan Status Sewa; p. Prasarana Pendidikan atau Sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah; q. Prasarana Olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan r. Pasar Umum dan Lapangan Parkir Umum. Pasal 13 Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan melalui tahapan: perencanaan; b) persiapan: c) pelaksanaan; dan d) penyerahan hasil. a) UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman Pasal 105 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas ketersediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, (2) Ketersediaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk penetapannya di dalam rencana tata ruang wilayah merupakan tanggung jawab pemerintahan daerah. Pasal 106 Penyediaan tanah untuk pembangunan rumah, perumahan, dan kawasan permukiman dapat dilakukan melalui: Pemberian hak atas tanah terhadap tanah yang langsung dikuasai negara; Konsolidasi tanah oleh pemilik tanah; Peralihan atau pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah; Pemanfaatan dan pemindahtanganan tanah barang milik negara atau milik daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar; dan/atau; f. Pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. po oe 24 d. Perpres No. 62 Tahun 2018 Tentang Penanganan Dampak Sosial Masyarakat Dalam Rangka Penyediaan Tanah untuk Pembangunan Nasional Pasal 1 (1) Penanganan dampak sosial kemasyarakatan adalah penanganan masalah sosial berupa pemberian santunan; untuk pemindahan masyarakat yang menguasai tanah yang akan digunakan untuk pembangunan nasional. Pasal 2: (1) Lingkup Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan yang diatur dalam Peraturan Presiden ini, diselenggarakan untuk pelaksanaan pembangunan: a. Proyek strategis nasional; dan b. Non proyek strategis nasional. (2) Proyek strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah proyek yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden mengenai percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional. (3) Non proyek strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diputuskan dalam rapat yeng dikoordinasikan oleh kementerian koordinator yang membidangi penyelenggaraan koordinasi bidang perekonomian dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait dan/atau Pemerintah Daerah. Pasal 3 (1) Pemerintah melakukan Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan kepada Masyarakat yang menguasai tanah yang digunakan untuk pembangunan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanah negara atau tanah yang dimiliki oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, atau badan usaha milk daerah. Pasal 4 Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), memenuhi kriteria: a. Memiliki identitas atau keterangan kependudukan yang disahkan oleh kecamatan setempat; dan b. Tidak memiliki hak atas tanah yang dikuasainya. Pasal 5 Penguasaan tanah oleh Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Telah menguasai dan memanfaatkan tanah secara fisik paling singkat 10 (sepuluh) tahun secara terus menerus; dan 25 b. Menguasai dan memanfaatkan tanah dengan itikad baik secara terbuka, serta tidak diganggu gugat, diakui dan dibenarkan oleh pemilik hak atas tanah dan/atau lurah/kepala desa setempat. e. Permen PUPR Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria Dan Penetapan Wilayah Sungai: Pasal 5 (1) Pelaksanaan pengelolaan sumber daya air untuk air permukaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota, (2) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Wilayah sungai lintas Negara; b. Wilayah sungai lintas Provinsi; c. Wilayah sungai strategis Nasional; d. Wilayah sungai lintas Kabupaten/Kota; dan e. Wilayah sungai dalam satu Kabupaten/Kota, (3) Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas Negara, wilayah sungei lintas Provinsi, dan wilayah sungal strategis Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c menjadi wewenang dan tanggung jawab Menteri (4) Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d menjadi wewenang dan tanggung jawab Gubernur. (5) Pengelolaan sumber daya air dalam satu wilayah sungai Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e menjadi wewenang dan tanggung Jawab Bupati/Walikota. (6) Pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh pengelola sumber daya air berdasarkan penugasan dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya dalam pengelolaan sumber daya air. f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan Danau Pasal 1 Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. 26 Pasal 3 Penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau bertujuan agar: b) fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di sekitarny Pasal 7 Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c, ditentukan paling sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai. Pasal 22 i. Sempadan sungai hanya dapat dimanfaatkan secara terbatas untu! a) Bangunan prasarana sumber daya air; b) Fasilitas Jembatan dan Dermaga; ©) Jalur Pipa Gas dan Air Minum; d)_Rentangan kabel listrik dan Telekomunikasi; ) Kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai, antara lain kegiatan menanam tanaman sayur-mayur; f) Bangunan ketenagalistrikan. ii, Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk kepentingan pengendali banjir, perlindungan badan tanggu! dilakukan dengan larangan: a) Menanam tanaman selain rumput; b) Mendirikan bangunan; dan c) Mengurangi dimensi tanggul. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 01/PRT/M/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air Dan Penggunaan Sumber Daya Air; Pasal 1. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: ‘a. Pengusahaan Sumber Daya Air adalah upaya pemanfaatan Sumber Daya Air untuk memenuhi kebutuhan usaha; b. Penggunaan Sumber Daya Air adalah upaya pemanfaatan Sumber Daya Air untuk memenuhi kebutuhan bukan usaha; c. Izin Penggunaan Sumber Daya Air adalah izin untuk memperoleh dan/atau mengambil Sumber Daya Air Permukaan untuk melakukan kegiatan bukan usaha. d. Rekomendasi Teknis adalah persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam pemberian izin fe. Pemberi izin adalah Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya dalam pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai. U7 Pasal 7 Penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), diberikan untuk jenis kegiatan berupa: a. Pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari bagi kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar; b. Pemenuhan air irigasi untuk petani atau kelompok petani bagi pertanian rakyat di dalam sistem irigasi yang sudah ada yang dilakuken dengan cara mengubah kondisi alami sumber air; . Pemenuhan air irigasi untuk petani atau perkumpulan petani pemakai air bagi pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada; dan d._Kegiatan bukan usaha untuk kepentingan publik. Pasal 8 (4) Kegiatan bukan usaha untuk kepentingan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d, dapat berupa: c. Pemanfaatan bantaran dan/atau sempadan sungai untuk kegiatan konstruksi bagi perorangan atau kepentingan umum baik yang dibangun oleh perorangan, kelompok masyarakat maupun pemerintah antara lain jembatan, tanggul, dermaga, jaringan perpipaan, jaringan kabel listrik/telepon, dan prasarana sumber daya air; Pasal 11, (2) Izin penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, harus oleh: a. _Instansi Pemerintah; b. Badan Hukum; c. Badan Sosial; atau d. Perseorangan yang menggunakan air, sumber air, dan daya air untuk kegiatan bukan usaha. Pasal 12 lzin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air diberikan oleh Menteri untuk kegiatan pengusahaan sumber daya air atau penggunaan sumber daya air yang menggunakan sumber daya air pada wilayah sungai lintas Provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional. Pasal 20, Pengajuan permohonan Pasal 7, memuat data: penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam a. Nama, pekerjaan, dan alamat pemohon; 28 b. Maksud dan tujuan penggunaan Air; Rencana tempat atau lokasi penggunaan; d. Jumlah air dan/atau dimensi ruang pada sumber air yang diperlukan untuk digunakan; fe. Jangka waktu yang diperlukan untuk penggunaan sui f.Jenis prasarana dan teknologi yang akan digunakan; &. Gambar tipe prasarana yang telah disetujui oleh BBWS/BWS; dan h. Rekomendasi teknis dari Kepala BBWS/BWS. nber daya air; Pasal 24 (2) Pengajuan rekomendasi teknis untuk penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, memuat: Nama, pekerjaan, dan alamat pemohon; Maksud dan tujuan penggunaan air; Rencana tempat atau lokasi penggunaan; Cara pengambilan; Gambar detail desain jenis atau tipe prasarana yang akan dibangun, spesifikasi teknis, serta jadwal dan metode pelaksanaan; Kuota air dan/atau dimensi ruang pada sumber air; Gambar lokasi atau peta situasi disertai dengan titik koordinat; Fotokopi kartu tanda penduduk, kepala keluarga atau ketua kelompok; Fotokopi Kartu keluarga atau akta/bukti pendirian kelompok atau surat keterangan keberadaan kelompok dari kepala desa atau lurah; dan j._Izin lingkungan dan persetujuan analisis mengenai dampak lingkungan atau izin lingkungan dan rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan hidup-upaya pemantauan lingkungan hidup atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dari instansi yang berwenang. h. Untuk penanganan aspek yang belum sepenuhnya diatur dalam peraturan perundangan di Indonesia akan memperhatikan Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial atau ESMF (Environmental and Social Safeguard Management Framework) yang mengacu kepada Performance Standards on Environmental and Social Sustainability dari Bank Dunia, khususnya Performance Standard 1 (PS-1): Assessment and Management of Environmental and Social Risks and Impacts, dan Performance Standard 5 (PS-5): Land Acquisition and Involuntary Resettlement). PS-1 dan PS-5 diimplementasikan dalam Pemukiman Kembali (OP 4.12). Berdasarkan OP 4.12 melalui studi kebijakan strategis untuk memfasilitasi pengembangan kerangka kebljakan untuk mendukung perbaikan dan upaya pencegahan permukiman kumuh, termasuk reformasi_kebijakan administrasi tanah, pendekatan untuk mengatasi permukiman informal, dan keamanan penguasaan lahan. 29 3.3. Sosialisasi Sosialisasi kegiatan skala kawasan ini telah dilaksanakan di kelurahan Kampung Bandar sebagai lokasi yang ditetapkan untuk kegiatan penanganan kumuh skala kawasan. Sosialisasi dilaksanakan pada tanggal 5 November 2019, sosialisasi ini menyampaikan kepada warga akan ada Rencanan Penanganan Kawasan Kumuh yang mana Kampung Bandar adalah Lokasi yang diajukan sebagai Lokasi Kegiatan,adapun sosialisasi juga ini untuk menyampaikan tujuan, rencana pelaksanaan, output, dampak dari kegiatan penataan dan penyepakatan kegiatan. Sosialiasi dilakukan oleh POKJA PKP, Satker PKP, Kelurahan, Tim KMW, Tim Korkot dan Tim Faskel KOTAKU dan dihadiri oleh Warga Terdampak Proyek serta tokoh masyarakat yaitu LPM, RT dan RW. Secara umum hasil dari sosialiasi adalah sebagai berikut: a. Masyarakat mendukung rencana kegiatan, bersedia dilaksanakannya kegiatan dan mengerti rencana tindaklanjut dari kegiatan; b. Masyarakat bersedia tidak ada ganti rugi untuk bangunan yang terdampak yang dibangun oleh WTP. c. Kelurahan akan memberi tahu waktu pembongkaran kepada WTP sebelum kegiatan pembongkaran dilakukan; 3.4. _ Identifikasi dan Rencana Penanganan Warga Terdampak (WTP) Identifikasi Warga Terdampak Proyek (WTP) dilakukan untuk mendata Jumieh WTP dan aset terdampak lainnya. Pendataan meliputi data kepemilikan tanab/bangunan dan inventarisasi aset terdampak lainnya di luar tanah/bangunan, seperti tanaman produktif dan bangunan utilitas yang ada di lokasi perencanaan, seperti fasilitas PLN, fasilitas telekomunikasi, fasilitas air minum, dan lain-lain. Identifikasi WTP dan aset terdampak dilakukan melalui survei langsung ke kelurahan Kampung Bandar oleh POKIA PKP dengan didukung pihak kecamatan dan kelurahan, tokoh masyarakat/tokoh agama, dan difasilitasi Tim Korkot KOTAKU. Identifikasi dilakukan pada tanggal 29 April s.d 4 Mei 2019. Dari hasil identifikasi Warge Terdampak Proyek (WTP) diperoleh informasi bahwa jumlah Bangunan yang terdampak 40 Unit Bangunan, aset terdampak berupa bangunan hunian, bangunan rumah sebagai tempat usaha, bangunan usaha (warung). Untuk Lokasi di Jalan Kota Baru, yang terdampak pembongkaran adalah akses jalan masuk ke dalam bangunan usaha yang mana akses jalan masuk tersebuat adalah drainase eksisting yang sudah tertutup, karena sepanjang jalan Kota Baru ini merupakan kawasan niaga yaitu penjualan velg mobil dan barang-barang bekas layak pakai. Seluruh bangunan usaha ini berada dibelakang drainase yang akan dilaksanakan pekerjaan. Jadi tidak ada lahan warga yang ‘terdampak atau terpakai untuk pekerjaan drainase tersebut. ‘Adapun untuk di Jalan Perdagangan bagian dari bangunan yang terdampak adalah Atap Warung, Atap Kanopi dan Akses jalan masuk ini berada diatas drainase yang akan dilaksanakan pekerjaan. Seluruh hunian warga berada di belakang drainase, sehingga tidak ada lahan warga yang terdampak atau terpakai untuk pengerjaan drainase tersebut. Untuk Warga Terdampak Proyek di Jalan Kota Baru, sebagai bentuk komitmen kesediaan, karena yang terdampak adalah akses jalan masuk yang mana bukan merupakan fahan hak milik, maka dibuatkan surat kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh WTP yang di dalam surat kesepakatan tersebut dinyatakan bersedia dilaksanakan kegiatan, bersedia tidak ada ganti rugi, bersedia barang dagangan tidak diletakkan kembali di atas drainase ketika pekerjaan selesai dan bersedia dibongkar aset yang berada di atas drainase. Untuk WTP Jalan Perdagangan akses jalan masuk yang dibongkar, Atap bangunan yang terpotong dan teras yang terpotong untuk pembongkaran dilakukan oleh masing-masing pemilik, untuk hal tersebut dibuat surat kesediaan warga untuk masing-masing WTP. Utilitas terdampak selama pekerjaan kegiatan ini ada berupa Tiang Listrik, Tiang Reklame, Tower Masjid, Pagar Masjid dan Pagar Pembatas Jembatan yang harus dibongkar dan dipindahkan posisinya karena berdekatan dengan lokasi kegiatan akan berlangsung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel rekapitulasi berikut Tabel. 3.1. Identifikasi Bangunan Terdampak Terdampak Total ‘Terdampak Sebagian Pere er ey Ceres eo 20 Secu 2 Re eg 8 erty eras Cee perc eee aad eee Etalase Tabel. 3.2. Identifi i Utilitas Terdampak Alamat erected coo 4, Meranti PBN 16M? seen ‘apeD 9 Batang, Tees Milk Pribadi 8 Batang suse APBD 7 Batang cemceer Fasum 16x09 JL Perdagangan resis a Tang sm eenieganeen) Fasum 1 Batang 41. Perdagangan eae ee 41. Perdagangan as Tn 4, Perdagangan aes Soe 3.5. Kesepakatan dengan Warga Terdampak Proyek (WTP) Kepakatan dengan Warga Terdampak Proyek. Sesuai hasil sosialisasi dengan warga terdampak proyek dan menghasilkan kesepakatan bahwa warga bersedia bangunan yang berada diatas drainase eksiting untuk dibongkar, dengan catatan warga terlebih dahulu diberitahu atau warga diberi surat pemberitahuan terlebih dahulu, sehingga tidak tergesa- gesa dalam pembongkarannya. Sedangkan terkait penertiban pembongkaran ini sudah terbit surat edaran dari Walikota tertanggal 28 November 2019. Kesepakatan dengan BWS Sumatera Ill. Berdasarkan hasil konsultasi antara Pokja PKP Kota Pekanbaru dengan BWS Sumatera Ill maka pada tanggal 25 Februari 2019 Pokja PKP mengajukan Surat Permohonan Izin sebagalamana dilampiran, bahwa Pokja PKP akan menyampaikan permohonan Rekomtek kepada BWS Sumatera Ill dan Izin Penggunaan SDA kepada Kementeraian PUPR. Kesepakatan dengan SDA. Berdasarkan hasil Tinjauan lapangan Tim BWS Sumatera II dalam bentuk Berita Acara Nomor 05/TIM-EKT/BA-LAP/BWSS III/2019 dan berdasarkan Penyusunan Rekomendasi Teknis Usulan lzin Penguasaan Sumber Daya Air sebagai Media Pada Sungai Siak dalam bentuk Berita Acara0S/TIM-EKT/BA-P/BWSS III/2019, maka POKIA PKP menyampaikan Permohonan Izin Penggunaan Sumber Daya Air Sungai Siak sebagai Media untuk pembangunan Taman kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam hal ini ditujukan kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air. 3.6, _ Penetapan Skema Penanganan WTP Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru No. 5 Tahun 2002 tentang Ketertiban Umum, pada Bab V Pasal 19 dinyatakan bahwa : 1. Dilarang menempatkan benda/barang dalam bentuk apapun di tepi jalan, jalur hijau, ‘taman dan tempat-tempat umum dengan tujuan untuk menjalankan suatu usaha atau pun tidak, kecuali di tempat-tempat yang diizinkan oleh Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. 2. Setiap bangunan yang tidak mempuny: Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. 3, Segala biaya yang ditimbulkan akibat pembongkaran dimaksud ayat (2) Pasal ini dibebankan kepada pemilik bangunan. izin sewaktu-waktu dapat dibongkar oleh Maka, skema penanganan WTP yang akan diterapkan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut 1. Menerbitkan Surat Edaran yang mengacu pada Perda Kota Pekanbaru No. 5 Tahun 2002 untuk menertibkan Lokasi kegiatan dengan Nomor 600/PERKIM- PERUMAHAN/3053/2019 bertanggal 28 November 2019. 2. Tidak ada ganti rugi untuk bangunan yang terdampak yang dibangun oleh WTP di tanah yang ilegal (di atas drainase), 3. Warga akan membongkar sendiri bangunan ilegal. Kelurahan akan member tahu waktu pembongkaran kepada WTP sebulan sebelum jadwal pembongkaran. 3.7, Rencana Kerja Penyediaan Tanah (1) Penanganan pemanfaatan Semmpadan Sungai Siak a. Pengurusan Rekomtek Pengurusan Rekomtek diawali dengan penyampaian surat permohonan Rekomtek kepada Balai Wilayah Sungai Sumatera Il! oelh Satker PIP Kota Pekanbaru yang kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oelh Satker PIP kepada BBWS Il. Setelah pemaparan Tim Rekomtek melakukan Kunjungan ke lapangan. Setelah rangakaian proses selesai dijalani maka kemudian terbit Surat Rekomendasi Teknis. b. Pengurusan izin Penggunaan SDA untuk sempadan sunga Satuan Kerja Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Pekanbaru menyampaikan surat permohonan izin penggunaan SDA ke Kementerian PUPR c.g. Direktur Jenderal Sumber Daya Air. Kemudian selanjutnya memasukann Berkas pengurusan lzin Penggunaan SDA. Setelah berkas diterima maka selanjutnya adalah menunggu Surat izin keluar. 33 (2) Penanganan Pemanfaatan tanah jalan dan drainase eksisting: Terkait Surat legalitas untuk lahan eksisting yang pertama kali dilakukan adalah meminta surat dari Kelurahan. Kemudian Kelurahan memfasilitasi penerbitan surat keterangan lahan yang ditandatangani Lurah yang menerangkan terkait lahan eksisting. Selanjutnya setelah surat selesaidibuat proses berikutnya adalah Pemberitahuan rencana pelaksanaan kegiatan pembangunan. 34 BABIV PENANGANAN INFORMAS! DAN PENGADUAN MASYARAKAT 4,1. PENGELOLAAN INFORMAS! MASYARAKAT Monitoring dilakukan POKJA PKP di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pekanbaru, Balai Prasarana Permukiman Wilayah/Satker PKP Provinsi Riau, dan Tim Pendamping KOTAKU, baik dari Tim KMW maupun Tim Kordinator Kota. Monitoring dilakukan secara berkala dan disampaikan dalam bentuk laporan pemantauan untuk dievaluasi yang disampaikan dalam bentuk laporan mingguan, laporan bulanan, dan laporan akhir. Pemerintah Kota melalui POKJA Kota Pekanbaru didukung Tim Kordinator Kota dan Tim Fasilitator akan melakukan monitoring sebagai berikut: (1) Penyebaran informasi tentang potensi dampak Kegiatan Proyek untuk WTP; (2) Konsultasi selama persiapan dan pelaksanaan; (3) Konsultasi selama persiapan dan pelaksanaan pengadaan tanah dan skema untuk mendapatkan tanah (hibah, izin pakal, dan lain-lain), serta langkah-langkah pelaksanaan; dan (4) Pelaporan hasil pemantauan kepada Walikota. Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi Riau didukung Tim KMW akan melakukan monitoring kegiatan di skala kawasan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Pekanbaru, dan menyampaikan laporan berkala kepada Satker PKPBM Ditjen Cipta Karya dengan tembusan ke, Monitoring pelaksanaan kegiatan rencana kerja penataan Kawasan dilaporkan kepada Walikota Pekanbaru dan dibuka kepada para pihak terkait. Substansi laporan mencakup komponen pengelolaan lingkungan dan sosial sebagai berikut: (1) Format Data Umum untuk menilai kondisi WTP; (2) Peta, yang berisi informasi tentang lokasi, jumlah, dan identifikasi WTP yang berpotensi terkena dampak; (3) Formulir Rencana Kegiatan, yang akan ditambahkan dengan instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial; (4) Formulir Pemantauan Kesesuaian Program dan Formulir Pelaksanaan Proyek, yang akan ditambahkan dengan laporan pemantauan dan pelaksanaan RPL sesuai dengan format yang ada atau dengan diubah seperlunya; dan (5) Formulir Laporan akhir, mencakup kegiatan-kegiatan seperti yang direkomendasikan oleh RPL dengan kerangka waktu untuk penyelesaian dan anggaran. 35, 4.2, PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT Setiap pembangunan selalu berdampak baik positif maupun negatif, begitu pula pendapat warga terdampak mereka selalu punya saran, ide, gagasan, tanggapan, masukan dan lain-lain, sehingga masyarakat butuh wadah untuk menyalurkan aspirasi mereka Penataan Kawasan membuka saluran informasi untuk untuk dapat diakses publik dan memberikan mekanisme penanganan keluhan untuk WTP dan masyarakat luas. Penanganan keluhan akan dikoordinasikan dengan BAPPEDA Kota melalui Unit Pengelolaan Informasi Masyarakat (PIM) yang telah ada di Program KOTAKU. Jenis pengaduan atau keluhan yang dikelola oleh unit di program KOTAKU tidak terbatas hanya pada hal-hal yang terkait pade penanganan masalah lingkungan dan sosial, namun dapat juga untuk isu-isu lain yang terkait dengan kegiatan penataan kawasan. Pengelolzan keluhan atau pengaduan dari masyarakat dan lainnya diatur tersendiri dalam mekanisme dan prosedur PIM Progam KOTAKU. Media penyampaian dan proses penanganan pengaduan masyarakat melalui berbagai cara, antara lain dapat melalui kotak pengaduan, saluran telepon, sms, dan termasuk cara yang biasa dipakai di lingkungan masyarakat di Kawasan Kota Lama. Keluhan atau pengaduan yang masuk disampaikan kepada ketua BAPPEDA untuk ditindaklanjuti oleh Dinas/OPD terkait atau para pihak terkait. Penyelesaian keluhan atau pengaduan akan dipublikasikan kepada masyarakat melalui papan informasi yang di kantor kelurahan atau papan informasi yang ditempatkan di lokasi strategis. Dalam hal Provinsi dan Kota telah memiliki sistern pengaduan atau penanganan keluhan yang ditangani oleh instansi selain BAPPEDA, maka instansi inilah yang bertanggungjawab untuk menampung, mengkoordinasikan tindak lanjutnya dan mendokumentasikan serta mengumumkan pengaduan atau keluhan serta tindaklanjutnya kepada masyarakat luas. Dalam situasi ini BAPPEDA memastikan bahwa dokumentasi pengaduan atau keluhan serta tindak lanjutnya menjadi bagian dari Laporan Triwulan dan Laporan Akhir Monitoring dan Evaluasi RPL/Rencana Penataan Kawasan Kota Lama ini. 36 BABV PELAKSANAAN PENYEDIAAN TANAH 5.1. _ Pengurusan Rekomtek dan Izin Penggunaan SDA Pemanfaatan Sempadan Sungai jak Rangkaian pengurusan Rekomtek ke Balai Wilayah Sungai Sumatera III adalah sebagai berikut 1. Satuan Kerja Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Pekanbaru menyampaikan surat Konsultasi awal kepada BWS Sumatera Ill tertanggal 22 Januari 2019, Perihal Izin pembangunan Taman di Kelurahan Kampung Bandar; 2. Satuan Kerja Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Pekanbaru menyampaikan surat kepada BWS Sumatera ll tertanggal 25 Februari 2019, Perihal Permohonan Rekomendasi Teknis Penggunaan Lahan Pinggit Sungai Siak Untuk Kegiatan Taman di Kelurahan Kampung Bandar 3. SATKER PIP melakukan paparan ke BWS Sumatera Ill pada tanggal 15 April 2019; 4, Tim Rekomtek BWS Sumatera Ill melakukan kunjungan lapangan pada tanggal 5 Mei 2019; 5. Rekomtek dari BWS Sumatera Ill sudah terbit bertanggal 24 Mei 2019 sebagaimana dalam Lampiran. Copy Berkas pengurusan dan hasil pengurusan Rekomtek adalah sebagaimana pada Lampiran. Rangkaian Pengurusan Izin Penggunaan Sumber Daya Air (SDA) adalah sebagai berikut : 1. Satuan Kerja Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Pekanbaru menyampaikan surat permohonan izin penggunaan SDA ke Kementerian PUPR c.q. Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Nomor 150/600/PERKIM/VI/2019 tertanggal 12 Juni 2019. 2. Berkas pengurusan Izin Penggunaan SDA terdiri dari: (1) Surat Permohonan untuk Kementrian PUPR, sesuai format lampiran 4 Permen 01 Tahun 2016; (2) Rekomendasi Teknis dari Balai Wilayah Sungai Sumatera Ill; (3) SK SATKER PIP dan (4) Gambar teknis yang sudah di legalisir Cap Rekomtek, dan sebagaimana dalam Lampiran. 3. Hasil pengurusan berupa Izin Penggunaan SDA dari Kementerian PUPR terbit tanggal 18 Oktober 2019 sebagaimana terlampir. 5.2. Pemanfaatan Penanganan Drainse dan Pedestrian Eksisting Rangkaian Pengurusan izin pemanfaatan lahan eksisting untuk pekerjaan Drainase dan pedestrian adalah sebagai berikut : 7 1. Satuan Kerja Pembangunan Infrastruktur dan permukiman mengajukan surat permohonan Kelurahan untuk menerbitkan Surat Keterangan Kelurahan terkait status Lahan dainase 2. Hasil Pengurusan berupa Surat Keterangan Status Lahan yang dikeluarkan dan ditanda tangani oleh Kelurahan. 5.3. Pemasangan Pengumuman Rencana Pembongkaran Kegiatan Terkait pemasangan pengumuman rencana pembongkaran kegiatan akan dilakukan ketika kegiatan akan berlangsung. Papan pengumuman akan dipasang setelah ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada masyarakat terutama Warga Terdampak Proyek. Pemberitahuan disampatkan oleh Pihak Kelurahan selaku perwakilan Pemerintah Daerah. 5.4. Pembongkaran Bangunan/Pembersihan Lahan (Land Clearing) Kegiatan Pembersihan Lahan ini akan dilaksanakan setelah ada Rekomendasi Teknis dari Badan Wilayah Sungai Sumatera Ill dan Izin penggunaan SDA Kementrian PUPR. Kegiatan meliputi pembongkaran/pemotongan bangunan hunian dan utilitas yang terkena dampak, dan pembersihan lahan. Keglatan Ini akan dilaksanakan pada akhir tahun 2019 atau awal tahun 2020. Pemotongan bangunan yang terkena dampak meliputi bangunan hunian milik warga yang terdampak, fasilitas uum, dan fasilitas sosial yang terdampak. Pemotongan bangunan hunian akan dilaksanakan setelah WTP menandatangani surat kesediaan dan ditindaklanjuti sebagaimana kebijakan dari Pemerintah Kota. Pembongkaran akan dilaksanakan sendiri oleh warga dengan bantuan dari pemerintah kota untuk bangunan permanen. Pembersihan Lahan adalah kegiatan pembersihan lahan yang _dilakukan yang mana lahan tersebut yang digunakan untuk pembangunan Jalan, Drainase, Pedestrian dan Ruang Terbuka Hijau Pembersihan Lahan dilaksanakan oleh kontraktor yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota. Pelaksanaan Pembersihan Lahan akan mengacu pada gambar teknis perencanaan dan elevasi lahan yang ada. Proses sosialisasi pembersihan lahan merupakan bentuk pelaksanaan proses partisipatif dimana WTP dilibatkan dalam proses penataan kawasan. Proses kegiatan dimulai sejak inisias! program dan pengusulan kegiatan berjenjang, yang melibatkan unsur aparatur pemerintah kota, pokja PKP, kecamatan, Kelurahan, dan kelembagaan masyarakat yang ada di lokasi kegiatan (BKM). Konsultan pendamping seper Koordinator Kota dan Fasilitator ikut berperan dalam memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan. Secara umum warga setuju dengan rencana penataan kawasan, namun meminta kejelasan mengenai hak dan kewajiban warga apabila terkena dampak proyek. 38 Sostalisasi pembersihan lahan akan disampaikan kepada warga sebelum kegiatan akan dilakukan. Pelaksanaan kegiatan pembersihan lahan dilakukan sebelum kegiatan proyek dilaksanakan, untuk estimasi waktu diperkirakan satu sampai dua minggu sebelum pelaksaan kegiatan. 5.5, _ Penangan Informasi dan Pengaduan Masyarakat Proses sosialisasi pembersihan lahan merupakan bentuk pelaksanaan proses partisipatif dimana WTP dilibatkan dalam proses penataan kawasan. Proses kegiatan dimulai sejak inisiasi program dan pengusulan kegiatan berjenjang, yang melibatkan unsur aparatur pemerintah kota, pokja PKP, kecamatan, Kelurahan, dan kelembagaan masyarakat yang ada di lokasi kegiatan (BKM). Konsultan pendamping seperti Koordinator Kota dan Fasilitator ikut berperan dalam memfasilita: pelaksanaan. perencanaan dan Publikasi dilaksanakan terkait proses konsultasi dan rembug dilaksanakan dalam proses penataan kawasan Kelurahan Kampung Bandar, penyampaian Daftar warga terdampak langsung, dan Warga Terdampak Proyek. Data dan Informasi yang disepakati disampaikan kepublik dengan menempelkannya di lokasi-lokasi strategis di Kawasan Kelurahan Kampung Bandar. Pelaksanaan penataan Kawasan Kelurahan Kampung Bandar akan dipublikasikan kepada umum baik melalui media warga juga dengan media sosial yang ada pada program KOTAKU melalui website: kotaku_pu.go.id. 39 LAMPIRAN ASU A. GAMBAR PETA ORIENTASI KOTA 00 Now VLO> WAVE SYNIC MIVENYYAd VON HVLNIEINIS NaVENVMad VLOW —_ semen Sy ee aa) nwonwnveronead Hvar wesTME (Gutew ony viv 7Ivi3a WHvON NVYNYONS Id HYAMTINA ISWINGINO W13d Puree, Halaman 1-8 B. GAMBAR RENCANA KEGIATAN BEFORE-AFTER uedueSepiad weer YeIs feSuns 41S3Uld Ip Nef eyNquaL Bueny Ueefioyad YW 0}oa “E nueg e}0y uejes UeLASapad Up LEAN) Xog ‘aseUjes URefrayeq YW — a10}9g 7 C. PETA LOKASI KEGIATAN D. BERITA ACARA SOSIALISASI BERITA ACARA SOSIALISAS! Provinsi Biaw kota PeKANGARY Kecamatan SeWAp ELAN Kelurahan KAMpune GANDAR Pada hari ini HASA.Tanggal INA. Bulan MMRMBEL Tahun 2019, telah dilaksanakan Sosialisasi SISAL. RAWASAM gi MUA KANTOR Lug AH dengan keterlibatan peserts .27. orang (daftar hadir teriampir 1. Pelaksana Total jumlah Peserta 7 Orang a. Peserta Laki- Laki 18 Orang b. Peserta Perempuan g Orang Dalam Pelaksana Kegiatan ini juga menghasiikan beberapa kesepakatan/keputusan untuk ditindak Keowasan UME pepe sraIAN Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya dan disyahkan sebagai dokumen. Dibuat Oleh : _ Abb (HILDA MONICA ST) DAFTAR HADIR Hari/Tanggal Agenda Tempat No Nama | Instansi ‘Tanda Tangan 1 a rr | | des Lv! 7 WON! Whe) | 7 Seaumiedt | ee = eige om | : Sam 3iope a — ot sai Ambo ela ® Ii a lei Ff i iz oO Fens Qurita Jaton a 13 THecorn Supwat | = wala Re THe. 8 gob Doha ee Lol kugnia A leas Oca/rnpep LE Boy tyed | | 7 Zien et ale Heit : Mae a SHIA Mowica WAS Peeniy ms ee cee Por ca ia [sy beet Soma cso WE etyen Ha alleen [hen » Re OL | HE RAusmn a yueamir 8 ] 38 2 38. | oo | 40. | pay a | | i i j vat | j a 38 | ae | +t “a « L es 6 Laat areas - | far 47. | 8 ] 6. 1 | 4 e 1 | | Pet 80. | a | a 7 82 T 2 LS ie | {= E. MATRIKS HASIL PENDATAAN WARGA TERDAMPAK PROYEK (WTP) ASVNIVYG ueq jodway uedeg sesay re x I 4 wosvs ee suruem dew Wexe iaiey wppuas ym | nueey ir] yenewer € ASVNIVYG wnsvd eR ‘dunuem idouey W9OXST idouey dey pues OTANI | RUEJeW ‘IT YH “W4seH t ae EPL Soma WSXT idouey dey Wy JURE ‘| wnsv4 M Sunuem dew \ 2 Geay ‘MIPURS HIN, mw I URLUSHEUINA T EN

Anda mungkin juga menyukai