Anda di halaman 1dari 10

NASKAH TUGAS MATA

KULIAH UNIVERSITAS
TERBUKA SEMESTER:
2022/23.1 (2022.2)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan


Ilmu Politik
Kode/Nama MK : SOSI4311/Metode Penelitian Kuantitatif
Tugas :3

BONUS DEMOGRAFI DI INDONESIA, JENDELA PELUANG ATAU BENCANA?

Abstrak. Transisi demografi di Indonesia pada beberapa dekade terakhir


membuka peluang bagi kita untuk menikmati bonus demografi. Bonus
demografi merupakan fenomena langka dalam suatu peradaban kependudukan
suatu negara di mana, secara kasar, terjadi ledakan jumlah penduduk usia
produktif yang dapat menjadi modal dasar dalam pembangunan. Bonus
demografi ini tentunya harus mendapat penanganan yang baik dan komprehensif
agar tidak menimbulkan bencana di kemudian hari. Karena seperti kita ketahui,
ledakan jumlah penduduk akan berimbas pada segala aspek lain dalam berbagai
bidang (kependudukan, kesehatan, kesejahteraan, perekonomian, dan lain-lain).
Oleh karenanya, penting bagi kita untuk mempersiapkan agar dapat menangkap
peluang yang dihantarkan oleh fenomena bonus demografi di kemudian hari, di
antaranya melalui sektor pendidikan dan lapangan pekerjaan. Sektor prndidikan
berguna untuk menambah kualitas dan keterampilan penduduk agar mereka
dapat berkarya dan membantu perekonomian negara serta mampu bersaing
secara sehat dengan masyarakat lain, bukan malah menambah beban negara.
Sedangkan lapangan pekerjaan menjadi wadah bagi mereka untuk berkarya dan
menggerakkan roda perekonomian negara.

Kata Kunci: bonus demografi, kependudukan, peluang, dan bencana

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Bonus demografi yang terjadi di negara berkembang menjadi salah satu isu yang
sedang hangat diperbincangkan, tak terkecuali di Indonesia. Bonus demografi
merupakan fenomena unik yang akan terjadi hanya sekali dalam setiap peradaban
bangsa dan merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi (Razali, 2014).
Berdasarkan proyeksi para ahli demografi, Indonesia akan mengalami puncak bonus
demografi pada tahun 2020-2030 (BPS, 2014). Besarnya proporsi jumlah penduduk

1
usia kerja dibandingkan penduduk usia non produktif yang tercermin dalam rasio
ketergantungan (dependency ratio) di bawah angka 0,5 menjadi salah satu indikasi
terjadinya bonus demografi.
Di Indonesia sendiri, angka ketergantungan menurun dari kisaran 0.86 pada
tahun 1971 ke angka 0.54 pada tahun 2000 dan kembali menurun ke angka 0.51 pada
tahun 2010, dan pada puncak bonus demografi (window of opportunity), diperkirakan
angka ketergantungan minimum adalah kisaran 0.45. Berdasarkan proyeksi Sensus
Penduduk, window of opportunity menyempit dan angka ketergantungan tidak lagi
serendah yang diharapkan. Pada periode waktu 2028 hingga 2031, dependency ratio
diperkirakan akan naik menjadi 47 untuk setiap 100 penduduk usia produktif, dan
pada tahun 2045 serta seterusnya angka ketergantungan menjadi di atas 50 untuk
setiap 100 penduduk (Prof. Sri Moertiningsih A, SE, M.A, PhD; 2011).
Dibutuhkan kebijakan yang terintegrasi dengan baik dan mengakomodir
lonjakan penduduk angkatan kerja agar fenomena ini tidak menjadi pedang bermata
dua yang justru dapat membawa masalah baru bagi kehidupan Indonesia (window of
disaster). Oleh sebab itu, agar bonus demografi ini menjadi suatu kesempatan yang
berguna dalam peranannya untuk memajukan bangsa Indonesia, perlu adanya
pemanfaatan secara optimal dengan perencanaan pembangunan yang berwawasan
kependudukan karena penduduk sebagai aspek utama dalam proses pembangunan
suatu bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana fenomena bonus demografi di Indonesia sejauh ini ?


2. Faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan bonus demografi agar menjadi
jendela peluang (windows of opportunity) bagi pembangunan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana fenomena bonus demografi di Indonesia sejauh ini.


2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang berkaitan dengan bonus demografi agar
menjadi jendela peluang (windows of opportunity) bagi pembangunan di
Indonesia.

2. Metodologi

2.1 Konsep dan Definisi

Bonus demografi adalah keadaan di mana penduduk usia produktif memiliki


jumlah yang jauh lebih banyak daripada penduduk usia non produktif akibat terjadinya
transisi demografi di masa yang lalu. Bonus Demografi pada mulanya ditandai dengan
keadaan tingginya tingkat fertilitas atau laju pertumbuhan penduduk sehingga
menyebabkan jumlah penduduk yang sangat banyak. Tahap selanjutnya, dilakukan
upaya-upaya untuk menurunkan jumlah kelahiran dalam jangka panjang. Dengan
ditekannya jumlah kelahiran, otomatis jumlah penduduk usia muda dari angkatan-
angkatan sebelumnya akan melonjak drastis ketimbang angkatan berikutnya. Jumlah

2
penduduk usia muda yang banyak inilah yang kelak akan menjadi angkatan kerja,
disebut dengan istilah bonus demografi.
Bonus demografi tidak mutlak suatu keuntungan (window of opportunity) bagi
suatu negara. Tergantung dari manajemen kebijakan pemerintah, bonus demografi
dapat menjadi berkah atau bencana. Dengan kata lain jumlah penduduk memiliki
pengaruh yang begitu signifikan terhadap suatu negara. Jumlah penduduk usia
produktif yang banyak dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih
tinggi sehingga menguntungkan dari segi pembangunan. Meningkatnya pertumbuhan
penduduk usia produktif berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat serta
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi ikut meningkat akibat tingginya
partisipasi tenaga kerja.
Lain hal bila kebijakan pemerintah salah sasaran. Apabila pelonjakan angkatan
kerja ini dihadapi dengan persiapan yang kurang, bonus demografi tersebut malah
akan menjadi bencana (window of disaster). Contohnya lewat lapangan kerja.
Ketersediaan lapangan kerja menjadi masalah vital saat melonjaknya angkatan kerja.
Angkatan kerja yang banyak perlu diimbangi dengan lapangan kerja yang banyak pula
karena bila tidak angkatan kerja tersebut hanya akan menjadi pengangguran yang akan
berdampak bagi kesejahteraan masyarakat.

2.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga bersifat deskriptif karena


dalam pelaksanaanya meliputi pengumpulan data, analisis, dan interpretasi tentang arti
dari data yang diperoleh. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan
dalam penelitian ini. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat
untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian.

2.3 Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data sekunder, yakni data
yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Data diambil dari publikasi Badan Pusat
Statistik serta artikel dan jurnal lainnya.

2.4 Kekuatan dan Kelemahan

Kelemahan dari penelitian ini yaitu hasil yang lebih bersifat subjektif
dikarenakan lebih kepada deskripsi dan analisis dari data-data sekunder. Sedangkan,
kekuatan dari penelitian ini terletak pada deskripsi secara sewajarnya terhadap data
yang dihasilkan dalam penelitian sehingga memberikan kesan tidak adanya
manipulasi.

3. Pembahasan

3.1 Bonus Demografi di Indonesia

3
Sebagaimana telah disebutkan pada konsep dan definisi, awal mula terjadinya
bonus demografi adalah berkat adanya keberhasilan dalam menekan angka fertilitas.
Dalam kasus Indonesia penurunan angka fertilitas terjadi karena keberhasilan program
KB yang bermula pada awal tahun 1970an dan hingga sekarang masih berlangsung.
KB dinilai berhasil dalam menekan angka fertilitas. Secara grafis, keberhasilan KB
telah menggeser piramida penduduk Indonesia yang awalnya besar dan gemuk pada
usia 15 tahun ke bawah namun jauh lebih kurus pada jenjang umur berikutnya di tahun
1970an, menjadi lebih merata di bagian usia yang lebih tinggi pada tahun 2010.
Pergeseran bagian dasar piramida itu masih diikuti dengan berjalannya program KB
sehingga kelahiran masih dapat ditekan. Akibatnya persentase angkatan kerja pun
meningkat.

Gambar 1. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1961, 1980, 2000, dan 2010

Sumber Gambar : UzairSuhaimi.wordpress.com

4
Terlihat jelas pada piramida penduduk Indonesia, dari tahun ke tahun terus
berubah bentuk, yang awalnya ekspansif perlahan-lahan berubah menuju stationer
menandakan penduduk usia produktif (15-64 tahun). Hal ini mengakibatkan
dependency ratio atau rasio ketergantungan berkisar pada angka yang rendah.
Dependency ratio menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif
dan usia non produktif yang artinya menggambarkan berapa banyak orang usia non
produktif yang hidupnya harus ditanggung oleh usia produktif. Indonesia diprediksi
akan mendapatkan bonus demografi selama 10 tahun antara 2020-2035 dengan angka
dependency ratio berkisar antara 0,4-0,5 menandakan dari 100 orang usia produktif,
mereka hanya menanggung 40-50 orang usia non produktif. Estimasi level terendah
dependency ratio adalah 0,469 yang terjadi antara 2028-2031. Inilah waktu yang
disebut dengan window of opportunity, yaitu jika jumlah penduduk yang lebih besar
dapat dioptimalkan untuk mengakumulasi pertumbuhan dan kesejahteraan secara
ekonomi, maka hasil yang diperoleh juga akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa
di masa depan. Hal sebaliknya, window of disaster, terjadi karena kegagalan
pemanfaatan kelebihan jumlah penduduk usia produktif (lapangan kerja yang sempit)
yang kemudian dapat menimbulkan efek sosial yang buruk bagi kesejahteraan
masyarakat.

Grafik 1. Perkembangan dan Proyeksi Dependency Ratio Indonesia Tahun 1950-


2050

90
Angka Ketergantungan 0-14, 65+, total
80
Total
Bonus Demografi
70
60 Muda window of opportunity
Persen

50
40
30
20
10 Lansia
0
5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 0 0 1 0 2 0 3 0 4 0 50 Tahun
19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20
Sumber Grafik : Slide Kuliah Ekonomi Kependudukan Prof. Sri
Moertiningsih Adioetomo, SE, MA, Ph.D, Program S1 Ilmu ekonomi FEUI,
Semester Genap 2011

Nilai dependency ratio akan meningkat setelah terjadinya bonus demografi


seiring dengan bertambah tuanya angkatan kerja yang jumlahnya sangat banyak.
Tanpa kesiapan pembangunan dan kesejahteraan manusia, Indonesia kemungkinan
akan semakin terpuruk pada saat itu. Untuk itu bonus demografi harus dapat
dimanfaatkan untuk kemaksimalan kesejahteraan ekonomi dan kemantapan SDM.

3.2 Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Pemanfaatan Peluang Bonus Demografi


di Indonesia

5
Bonus Demografi yang terjadi pada Indonesia tidak terlepas dari beberapa faktor
yang mengarakteristikkannya menjadi beberapa hal, yaitu :
1. Sex Ratio
Sex ratio mengandung pengertian angka yang menunjukkan jumlah
penduduk laki-laki dibandingkan 100 penduduk perempuan pada suatu
wilayah dan waktu tertentu. Jika angkanya dibawah 100 menunjukkan bahwa
lebih banyak penduduk wanita pada wilayah tersebut, dan begitu sebaliknya.
Berkaitan dengan bonus demografi, sex ratio memiliki arti khusus.
Adalah hal yang sudah umum jika dilihat bahwa kekuatan kerja dari pria dan
wanita berbeda. Begitupun dengan produktivitasnya. Penduduk pria
cenderung bisa bekerja dan bertahan melakukan hal-hal yang berat dalam
rentang waktu yang lama. Berbeda dengan wanita, yang meski fisiknya tidak
sekuat penduduk pria, namun memiliki tingkat ketelitian dan kesabaran yang
tinggi dalam melakukan pekerjaan pekerjaan tertentu.
Dengan melihat sex ratio pada penduduk usia produktif Indonesia, bisa
dilihat bagaimana produktivitas dan jendela peluang bonus demografinya.
Bila sex ratio berada di angka lebih dari 100, maka itu bisa menjadi salah
satu indikator besarnya potensi produktivitas yang dimiliki oleh penduduk
golongan muda. Namun, angka sex ratio yang lebih dari 100 sangat jarang
didapatkan, mengingat memang kecenderungan untuk melahirkan anak
perempuan lebih besar bila dibandingkan dengan anak laki-laki.
Di Indonesia, berdasarkan data BPS, sex ratio sendiri sejak tahun 1971
hingga tahun 2010 cenderung meningkat. Tahun 1971 angka sex ratio berada
pada angka 98.82, meningkat menjadi 100.6 di tahun 2000, dan berdasar
sensus penduduk di tahun 2010 mencapai nilai tertinggi yaitu di angka
101.40. Sex ratio yang ada pada data tersebut merupakan sex ratio penduduk
secara keseluruhan, tanpa membedakan usia produktif maupun non
produktif.
2. Tingkat Pendidikan
Bonus demografi bisa dimanfaatkan dengan baik jika sumber daya
manusianya juga memiliki kualitas yang tinggi dan berketerampilan.
Penduduk dalam jumlah besar namun daya saing dan daya dukung dalam
produktivitas serta keahlian rendah justru bukan menjadi modal
pembangunan namun malah menjadi beban pemerintah dan negara. Ukuran
kuantitatif yang sering digunakan dalam melihat seberapa tinggi kualitas
yang dimiliki oleh penduduk suatu negara adalah pendidikan tertinggi yang
ditamatkan oleh penduduk, dan rata-rata lamanya sekolah sebagai ukuran
kasar.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada tahun 2010, penduduk
berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang
ditamatkan dan lapangan usaha utamanya paling tinggi berada pada kategori
SD/M, yaitu 35.59%. Ini menunjukkan masih rendahnya tingkat kualitas
penduduk usia produktif di Indonesia. Selain itu, rata-rata lama bersekolah
penduduk Indonesia hanya berkisar pada angka 8,3 tahun (belum lulus
SMP). Padahal, sudah sejak lama pemerintah Indonesia mencanangkan

6
program wajib belajar 9 tahun. Pendidikan tinggi adalah hal yang mutlak ada
jika ingin memiliki potensi penduduk produktif yang berkualitas.
Agar bonus demografi dapat menjadi window of opportunity, maka
pemerintah harus berupaya keras meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan serta menyediakan sarana dan prasarana bagi penduduk-
penduduk usia muda sekarang ini (0 – 15 tahun) yang akan menjadi
penduduk produktif pada puncak bonus demografi nanti.
3. Proyeksi Penduduk Usia Produktif pada Puncak Bonus Demografi
BPS telah memerkirakan bahwa angka dependency ratio Indonesia akan
berada di titik terendah yaitu pada rentang waktu di tahun 2020 hingga tahun
2030. Artinya, masa puncak bonus demografi akan dirasakan paling cepat
pada rentang waktu 5 hingga 15 tahun lagi.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik, pada tahun 2025 sebagai pertengahan periode puncak bonus
demografi di Indonesia, jumlah penduduk Indonesia akan berada pada angka
284,315 juta jiwa dengan sex ratio sebesar 100,6811 dan angka dependency
ratio sebesar 45,7 yang merupakan angka dependency ratio minimum dalam
rentang waktu tahun 2020 hingg 2030.

Grafik 2. Dependency Ratio Hasil Proyeksi Badan Pusat Statistik

Grafik Proyeksi Dependency Ratio Indonesia


Periode 2010 - 2035
52
50
48
46
44
42
10 11 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Tahun

Sumber Grafik : Katalog BPS No. 210108 Indonesia Population Projection 2010 –
2035

4. Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan menjadi faktor yang tidak kalah penting dalam
kaitannya dengan usaha pemanfaatan fenomena bonus demografi.
Lonjakan jumlah penduduk usia produktif ini tentunya memerlukan suatu
wadah untuk menyalurkan bakat dan keahlian yang dimilikinya.
Bakat dan keahlian yang mereka miliki ini tentulah ada harganya,
dan lapangan pekerjaan adalah wadah yang dapat membayar keahlian
mereka tersebut. Dengan bekerja, masalah kesejahteraan penduduk pun
kelak akan teratasi karena perekonomian akan berjalan stabil. Apabila
lapangan pekerjaan yang tersedia tidak dapat menampung lonjakan
penduduk usia produktif tersebut, dapat dibayangkan bencana apa yang
akan terjadi. Tentunya keahlian yang mereka miliki akan terbuang sia-sia,

7
pengangguran di mana-mana, kriminalitas meningkat demi memenuhi
kebutuhan hidup, roda perekonomian terganggu, dan puncaknya,
kesejahteraan masyarakat tidak dapat dipertahankan.
Hal inilah yang sangat ingin kita hindari, oleh karenanya
penyediaan lapangan pekerjaan yangmencukupi dan merata di seluruh
wilayah sangat diperlukan. Penyediaan lapangan kerja yang merata
dibutuhkan guna mencegah terjadinya over population yang
terkonsentrasi di suatu wilayah saja sehingga pembangunan maju di
wilayah tersebut dan tertinggal di wilayah lainnya.
Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi faktor
yang berkaitan dengan pemanfaatan peluang bonus demografi agar tidak menjadi
bencana. Namun begitu, penddikan dan lapangan pekerjaan menjadi faktor terpenting
agar para penduduk usia produktif dapat menjalankan perannya dengan baik sebagai
modal dasar pembangunan. Jika pengelolaannya baik, boleh jadi bonus demografi
merupakan momentum penggerak roda perekonomian negara di mana setiap mereka
yang berusia produktif mulai berkarya dan menunjukkan taringnya.
Puncak bonus demografi di Indonesia memang belum terjadi. Namun hal itu
akan terjadi dalam kurun waktu 5-25 tahun ke depan. Itu bukanlah waktu yang lama,
sehingga diharapkan kita mulai mempersiapkan diri sejak dini untuk menyambut
datangnya fenomena tersebut. Sambut bonus demografi dengan tangan terbuka dan
bersiaplah sekarang atau tidak sama sekali.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan singkat mengenai bonus demografi Indonesia pada


makalah ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bonus demografi adalah keadaan di mana penduduk usia produktif memiliki
jumlah yang jauh lebih banyak daripada penduduk usia non produktif. Bonus
demografi tidak mutlak suatu keuntungan (window of opportunity) bagi suatu
negara. Apabila dengan persiapan yang kurang, bonus demografi tersebut malah
akan menjadi bencana (window of disaster).
2. Bonus demografi yang terjadi di Indonesia adalah berkat adanya keberhasilan
dalam menekan angka fertilitas. Penurunan angka fertilitas terjadi salah satunya
karena keberhasilan program KB.
3. Estimasi level terendah dependency ratio Indonesia adalah kisaran 0,45 yang
terjadi antara tahun 2028-2031. Periode waktu ini adalah yang disebut dengan
(window of opportunity), namun bila tidak dimanfaatkan secara maksimal maka
dalam periode waktu tersebut akan terjadi kegagalan pemanfaatan (window of
disaster) yang dapat menimbulkan efek sosial yang buruk bagi Indonesia.
4. Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan Bonus Demografi yang dapat
menjadi jendela peluang (window of opportunity) bagi pembangunan di
Indonesia, yaitu sex ratio, tingkat pendidikan, dan proyeksi penduduk usia
produktif pada puncak bonus demografi.

8
5. Sex ratio yang berada di angka lebih dari 100 (laki-laki lebih banyak dari
perempuan), dapat menjadi salah satu indikator yang memicu besarnya
produktivitas.
6. Tingkat pendidikan yang baik adalah faktor yang diperlukan untuk membangun
penduduk usia produktif agar berkualitas dan berketerampilan, sehingga
mendukung produktivitas ketika terjadi bonus demografi.
7. Hasil proyeksi penduduk yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, dapat
menjadi acuan yang baik bagi pemerintah untuk mempersiapkan penduduk usia
prodiktif dalam menghadapi bonus demografi.

5.2 Saran

1. Bagi Pemerintah
 Pemerintah perlu meyadari bahwa bonus demografi yang terjadi bagi
Indonesia merupakan momen penting yang harus dimanfaatkan secara
maksimal sehingga menjadi keuntungan bagi Indonesia (window of
opportunity).
 Pemerintah perlu mempersiapkan bonus demografi ini dengan menyediakan
sarana pendidikan yang berkualitas agar dapat menciptakan penduduk usia
kerja yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi sehingga dapat
meningkatkan produktivitas.
 Selain pendidikan, pemerintah perlu mempersiapkan lapangan pekerjaan yang
cukup untuk menampung penduduk angkatan kerja yang “membanjir”
sehingga dapat mendukung perekonomian Indonesia.
 Pemerintah perlu mempertimbangkan data-data yang dikeluarkan BPS dalam
mengambil keputusan terutama yang berkaitan dengan bonus demografi
sehingga keputusan yang diambil dapat tepat sasaran.
2. Bagi Penduduk Usia Muda
 Penduduk usia muda harus mulai sadar dengan status sebagai penduduk yang
memiliki peran penting dalam menggerakan perekonomia dengan sumber
daya dan kreativitas yang dimiliki khusnya ketika periode bonus demografi.
Penduduk usia muda juga harus mempersiapkan diri sebaik mungkin agar
dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas.

6. Daftar Pustaka

BPS.2014.Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035.Jakarta:BPS.

chnrl.org/pelatihan-demografi/Profil-Kependudukan-dan-Pembangunan-di-Indonesia-
Tahun-2013.pdf

file.persagi.org/share/3%20Fasli%20Jalal%20-%20Gizi%20&%20Bonus
%20Demografi.pdf

indexmundi.com/facts/indonesia/age-dependency-ratio

9
sangihekab.bps.go.id/?hal=kegiatan_detil&id=3

wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/
2012/05/02/000020953_20120502161116/Rendered/PDF/
684550ESW0P11900Urbanization0shifts.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai