OLEH :
KELOMPOK II
STIFA D III 2020
4.3 Pembahasan
Tabir surya merupakan suatu bahan yang dapat melindungi kulit
terhadap sinar ultraviolet (UV). Tingkat kemampuan suatu sediaan tabir
surya didasarkan pada penentuan SPF (Sun Protection Factor) yang
menggambarkan efektifitas produk tabir surya dalam melindungi kulit.
Tabir surya digunakan pada bagian kulit yansg telah rusak karena sinar
matahari. Tabir surya banyak digunakan sebagai kosmetik dan juga
digunakan pada semua kelompok umur dan kondisi kesehetan yang
bervariasi (Niekha, 2015).
Bedak padat adalah bedak kering yang telah dikompres menjadi
padatan dan biasanya digunakan dengan spons bedak. Komposisinya
mirip dengan bedak tabur, tapi efeknya pada kulit berbeda pada beberapa
tingkat. Pengikat yang terkandung dalam bedak padat memberikan adhesi
yang besar (Retno dan Fatma, 2007).
Alasan penambahan Zink Oksida karena memiliki kemampuan untuk
menghalangi sinar UV atau mampu memberi nilai SPF yang tinggi, ZnO
mampu mampu menghalangi secara spektrum dan kuantum sinar UV
lebih baik dibanding TiO2. Konsentrasi maksimum ZnO pada produk
kosmetik adalah 10% (Mulyani, 2014). Penggunaan DMDM Hydantoin
karena merupakan salah satu pengawet yang paling banyak digunakan.
Pemilihan ini dikarenakan karena pengawet mempunyai spektrum anti
mikroba yang luas sangat larut dalam air dan cukup stabil pada Rentang
PH dan suhu yang luas (Selvi, 2017). Dalam kegunaan dan khasiatnya,
talk biasanya digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kosmetik
dan zat tambahan di dalamnya. Adapun fungsi dari penambahan tersebut
adalah sebagai penyerap hidrasi, menyerap minyak, mengurangi gesekan
pada lipatan dan lain sebagainya (Retno, 2007). Magnesium stearate
digunakan sebagai pelekat agar bedak mudah melekat pada kulit dan
tidak mudah lepas. Daya lekat juga membantu melembabkan (Rosita,
2010). Kegunaan dari rose oil adalah sebagai zat tambahan yang
berfungsi sebagai penambah aroma dan pewarna pada suatu bahan atau
suatu zat (Dirjen POM, 1979). Rose oil juga digunakan sebagai parfum
untuk menutupi bau tanah dari beberapa bahan seperti kaolin (Agoes,
2015). Pengunaan sunset yellow digunakan dalam kosmetik sebagai
pewarna (Rowe, 2009).
Pada pratikum kali ini dibuat sediaan kosmetik yaitu bedak padat
dengan zat aktif Zinc oxide. Ada beberapa zat tambahan yang digunakan
untuk diformulasikan dengan Zink oksida diantaranya magnesium stearate
sebagai pelekat, paraffin liquid sebagai pengikat, dmdm hydantoin
sebagai pengawet, rose oil sebagai pengaroma, sunset yellow sebagai
pewarna, talk digunakan sebagai pengisi. Sediaan bedak padat yang
dibuat diindikasikan sebagai tabir surya. Untuk menjamin mutu dari suatu
sediaan maka dilakukan beberapa evaluasi diantaarnya yaitu uji
organoleptik, uji pH, uji homogenitas, uji keretakan dan uji daya lekat.
Uji organoleptik dilakukan dengan cara pengamatan langsung
meliputi bentuk, warna dan bau (Ardana et al, 2015). Hasil uji organoleptik
yang didapatkan dengan mengamati bentuk warna dan bau pada sediaan
didapatkan hasil berwarna cream, dan bau khas. Hal tersebut telah sesuai
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Uji pH dalam sediaan bedak padat dilakukan dengan menggunakan
kertas indicator pH. Tujuan dilakukan uji pH adalah untuk mengetaui nilai
pH pada sediaan bedak padat yang telah dibuat. Hasil yang didapatkan
yaitu pada pH 5. Hal tersebut telah memenuhi spesifikasi range pH normal
kulit yang telah ditetapkan yaitu 4,6 – 7 (Nurhabibah et al, 2018).
Uji homogenitas dilakukan dengan menyebarkan bedak padat pada
kertas putih dan dilihat homogenitasnya. Hasil yang didapatkan dari
semua kelompok rata-rata memiliki bentuk dan warna yang seragam
sehingga bedak dinilai homogen. Hal tersebut sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan dimana jika warna dasar menyebar secara merata,
maka bedak padat dinyatakan homogen (Justita, 2014)
Uji daya lekat dilakukan dengan cara bedak padat diaplikasikan pad
punggung tangan. Penilaian daya lekat bedak padat pada kuliy
menggunakan skala penilaian 1-4, yaitu skor 1 yaitu mudah menepel, skor
2 yaitu cukup lekat dan mudah menempel, skor 3 yaitu lekat dan mudah
menempel, skor 4 yaitu sangat lekat dan mudah menempel (Agustiina,
2015). Hasil uji daya lekat yang didapatkan yaitu berada pada skor 3, lekat
dan mudah menempel.
Uji kerapuhan bertujuan untuk mengetahui kepadatan sediaan akhir
sesuai dengan persyaratan sediaan compact powder. Uji kerapuhan
dengan mengamati kerapuhan sediaan yang telah dijatuhkan dari
ketinggian 8-10 inch (20-25 cm) pada permukaan rata. Syarat uji
kerapuhan yang baik adalah sedan tidak boleh pecah atau retak (Latelay
et al., 2017). Hasil uji kerapuhan yang didapatkan tidak sesuai spesifikasi
dikarenakan bedak pecah atau retak. Hal ini dikarenakan kurangnya
penambahan bahan pengikat pada sediaan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari percobaan ini adalah
pembuatan bedak padat dengan formulasi Zink Oxide, Magnesium
Stearat, Parafin Liquid, Dmdm Hydantoin, sunset Yellow, rose oil, dan
Talkum. Proses pembuatan menggunakan metode kempa kering.
Evaluasi yang dilakukan dalam percobaan ini meliputi uji organoleptik, uji
pH, uji daya lekat, dan uji kerapuhan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Dosen
Diharapkan untuk tetap hadir pada saat praktikum berlangsung untuk
membimbing praktikan dalam melakukan percobaan dan mengawasi
asisten.
5.2.2 Saran untuk Asisten
Diharapkan kepada seluruh asisten agar dapat membimbing saat
praktikum dengan maksimal dan komunikasi dengan praktikan tetap
terjaga.
5.2.3 Saran untuk Laboratorium
Diharapkan sarana dan psarana dalam laboratorium dilengkapi, diperbaiki
dan dirawat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, F. 2015. Pengaruh Perbandingan Jumlah Perona Mata Sisa
danZinc Stearate Terhadap Sifat Fisik Kosmetik Perona
Mata. E.Journal. Volume 04. No.03 tahun 2015., Edisi
Yudisium Periode Oktober, hal 57-62.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta :
DepartemanKesehatan Republik Indonesia.
Hexsel D, Dal’Forno TDO, Cignachi S. 2008. Definition, clinical aspects,
associated conditions, and differential diagnosis. In:
Goldman MP, Bacci PA, Leibaschoff G, Hexsel D, Angelini F, eds. Cellulite
pathophysiology and treatment. New York: Taylor & Francis;
2006:7-24
Justita. M. 2014. Formulasi Sediaan Bedak Kompak Menggunakan Sari
Wortel (Daunus Corata L) Sebagai Pengwarna. Sumatra
Utara:Universitas Sumatra Utara.
Justita. M. 2014. Formulasi Sediaan Bedak Kompak Menggunakan Sari
Wortel (Daunus Corata L) Sebagai Pengwarna. Sumatra
Utara:Universitas Sumatra Utara.
Mulyani., Pramita Putri., Nurul Wahidatul. 2014. Penentuan Nilai SPF (Sun
Protection Factor) Ekstrak N-Heksan Etanol (1:1) Dari Rice
Bran (Oryza sativa) Secara In Vitro Dengan Metode Spektrofotometri Uv
Vis. Fakultas MIPA. Universitas Tadulako
Nur Habibah., Aji Najihuddin, Dawai Suci Inrawati. 2018. Formulation Andi
Evaluation Of Blushon Preparation Ethanol Of Cinnamomic.
Jurnal Ilmiah Farmaka Bahanari: Issn 2087-0337.
Niekha, Z. I. 2015. Uji Stabilitas Fisik dan Penentuan Nilai Sun
ProtectionFactor (SPF) Krim Rice Bran Oil. Skripsi. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Retno Iswari Tranggona & Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Penerbit
Rosita, N. dan Purwanti, T. 2010. Sediaan Tabir Surya Kombinasi
Oksibenson dan Oktil Metoksisinamat Dengan Penambahan
Asam Glikolat. Majalah Ilmu Kefarmasian, 7(2):16-26.
Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th edition. Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association, USA