Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI DI SEKOLAH DASAR

MELALUI PROGRAM MEMBACA MENYENANGKAN

Afrida Emelia Hanum


Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
e-mail: afridahanum@mhs.unesa.ac.id

Abstrak : Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui, menjelaskan, dan menganalisis
pengimplementasian gerakan literasi di sekolah dasar dengan program membaca menyenangkan.
Metode penelitian yang digunakan merupakan pendekatan kualitatif . Desain penelitian ini
menggunakan studi kepustakaan /studi literatur. Data penelitian dikumpulkan melalui kajian
teks, kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis isi. Berdasarkan studi literatur
menunjukkan bahwa implementasi gerakan literasi di sekolah masih pada tahap pembiasaan .
Tahap ini merupakan tahap awal dari tahapan pelaksanaan program literasi. Pada tahap ini proses
pembiasaan pada siswa masih perlu ditingkatkan . Faktor penunjang fasilitas yang memadai
antara lain buku yang relevan dan menarik minat, perpustakaan, informasi dan teknologi.
Adapun faktor penghambat yang dihapi antara lain cara membaca yang monoton, kurangnya
kesadaran membaca sejak dini,tidak adanya kerjasama antara warga sekolah dan masyarakat.

Kata kunci : implementasi gerakan literasi, membaca menyenangkan.

Abstract: The purpose of this article is to determine, explain, and analyze the implementation of
literacy movement in elementary school through fun reading programs. This research design
uses literature study. Data of this research is collected through text studies and the analyzed with
content analysis techniques. Based on literature study show that implementation of literacy
movement in school is still at the stage of habituation. This stage is the initial stage of the
implementation stage of the literacy program. At this stage the habituation process for students
still needs to be improved. Supporting adequate facilities factors include: relevant and interesting
books, libraries, information and technology. The inhibiting factors include: the monotonous
way of reading, lack of awareness of reading from an early age, lack of cooperation between
school members and the community.

Keyword : implementation of literacy movement, fun reading.

dengan membaca, oleh karena itu budaya membaca


PENDAHULUAN perlu diterapkan dan dikembangkan sejak dini.
Membaca merupakan salah satu upaya Keterampilan membaca berperan penting dalam
yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. kehidupan karena pengetahuan diperoleh melalui
Membaca merupakan salah satu tolok ukur untuk membaca. Oleh sebab itu, keterampilan ini harus
menentukan keberhasilan pada suatu proses belajar dikuasai peserta didik dengan baik sejak dini untuk
dan mengajar sesuai yang diharapkan. Dengan membiasakan budaya membaca.
membaca dapat diartikan kita dapat Berdasarkan data USAID prioritas hasil
menerjemahkan, mengintrepetasikan tanda–tanda penelitian international programme for
atau lambang–lambang dalam bahasa yang mudah international student assessment (PISA) tahun 2005
dipahami oleh pembaca. Konsep pendidikan yang tentang kemampuan membaca siswa menyebutkan
dianut pada di negara kita adalah konsep bahwa kemampuan membaca siswa di Indonesia
pendidikan sepanjang hayat (life long education). menduduki urutan ke-69 dari 76 Negara yang
Hal ini sejalan dengan kewajiban setiap manusia diobservasi. Hasil itu lebih rendah dari Vietnam
untuk selalu belajar sejak dilahirkan sampai akhir yang menduduki urutan ke-12 dari total negara
hayatnya. yang disurvei. Dalam mengatasi hal ini,
Suatu masyarakat yang maju dapat perpustakaan merupakan penunjang
ditunjang dengan budaya membaca. Segala berlangsungnya gerakan literasi di sekolah. Tradisi
pengetahuan yang diperoleh tidak hanya didapat yang telah berkembang semenjak masa sekolah

1104
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 09 Nomor 05 Tahun 2021, 1104-1111

diharapkan dapat menjadi pondasi bagi budaya Dalam rangka mengatasi persoalan
membaca pada tahap selanjutnya. tersebut, Pemerintah Republik Indonesia melalui
Daoed (2014) bahwa jenjang dasar dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menengah pendidikan anak didik mulai dituntun meluncurkan program Gerakan Literasi Sekolah
untuk dapat mengubah informasi menjadi (GLS) yang bertujuan untuk: 1)
pengetahuan melalui pengenalan sistem, tatanan menumbuhkembangkan budaya literasi membaca
(order) hubungan logis antar fakta-fakta dan dan menulis siswa di sekolah, 2) meningkatkan
persepsi tentang kausalitas atau sebabakibat. Hal ini kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar sadar
hanya bisa dilakukan dalam perpaduan antara akan pentingnya budaya literasi, 3) menjadikan
pengenalan sumber belajar, bahan pustaka, dan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan
proses pembimbingan yang intensif. Kunci dari dan ramah anak, dan 4) menghadirkan beragam
pokok pikiran tersebut meliputi dua hal, yaitu : (1) buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi
menyediakan bahan–bahan bacaan yang mudah membaca untuk mendukung keberlanjutan
dijangkau dan sesuai dengan minat anak-anak. (2) pembelajaran (Suragangga, 2017).
pengelolaan perpustakaan yang membuat anak-anak Pelaksanaan program gerakan literasi
merasa nyaman, dan mudah dalam mengakses sekolah mengacu pada prinsip: 1) Sesuai dengan
bahan pustaka. Konsepnya adalah mendorong anak tahapan perkembangan peserta didik, 2)
didik mengembangkan minat dan kebiasaan dilaksanakan menggunakan berbagai ragam teks, 3)
membaca. Salah satu program guna mencapai dilaksanakan secara terintegrasi dan holistik di
implementasi gerakan literasi di sekolah dasar semua area kurikulum, 4) dilakukan secara
adalah dengan membaca menyenangkan. berkelanjutan, 5) melibatkan kecakapan
Dalam konteks dunia yang kian kompetitif berkomunikasi lisan, dan 6) mempertimbangkan
dan pesatnya teknologi informasi telah menjadikan keberagaman (Suragangga, 2017).
kemampuan literasi menjadi hal yang sangat Adapun tahapan pelaksanaan gerakan
penting bagi setiap individu (Kartika, 2004). literasi sekolah dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu
Kemampuan seseorang dalam mempelajari, sebagai berikut.
memahami dan mengelola informasi menjadi modal 1. Tahap pembiasaan
penting bagi seseorang dalam meningkatkan Pada tahapan ini, sekolah menyediakan berbagai
pengetahuan, mental, cara berpikir dan budi buku dan bahan bacaan yang dapat menarik
pekertinya (Rahma, Pratiwi & Lastiti, 2015) minat peserta didik dan melaksanakan kegiatan
Menurut beberapa penelitian hasil dalam yang meningkatkan minat baca peserta didik.
Billi Antoro menyebutkan bahwa kegiatan Misalnya, menata sarana dan area baca,
membaca dapat meningkatkan kesehatan otak, menciptakan lingkungan yang kaya teks,
kecerdasan logika dan linguistik sehingga anak mendisiplinkan kegiatan membaca 15 menit
yang rajin membaca akan cenderung lebih baik sebelum pelajaran dimulai, melibatkan publik
dalam memahami berbagai persoalan, baik yang dalam gerakan literasi sekolah (Antasari, 2017)
berkaitan dengan mata pelajaran di sekolah maupun 2. Tahap pengembangan
dengan kehidupannya sehari-hari (Antoro, 2017) Setelah kebiasaan membaca terbentuk pada
Data statistik UNESCO 2012 dalam warga sekolah, maka sekolah dapat masuk ke
kutipan Nafisah menyebutkan bahwa indeks minat tahap pengembangan yang bertujuan untuk
baca di Indonesia baru mencapai 0,001. mengembangkan kecakapan literasi peserta
Artinyahanya satu orang saja yang memiliki minat didik melalui berbagai kegiatan literasi.
baca dari setiap 1000 orang di Indonesia (Nafisah, Misalnya, kegiatan membaca cerita dengan
2014). intonasi, mendiskusikan suatu bahan bacaan,
Adapun faktor-faktor rendahnya minat menulis cerita, dan melaksanakan kegiatan
baca masyarakat Indonesia adalah: Kurikulum festival literasi (Wandasari, 2017).
pendidikan dan metode pembelajaran yang 3. Tahap pembelajaran
diterapkan belum mendukung perkembangan Pada tahapan ini, sekolah menyelenggarakan
kompetensi literasi siswa (Pradana, Fatimah, & berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
Rochana, 2017), program televisi yang tidak mempertahankan minat baca dan meningkatkan
mendidik dan kecanduan teknologi (Nurdiyanti & kecakapan literasi peserta didik melalui buku-
Suryanto, 2010), dan terdapat suatu kebiasaan buku pengayaan dan buku teks pelajaran.
masyarakat yang lebih suka berbicara dan Misalnya, kegiatan pembinaan kemampuan
mendengar dibandingkan dengan membaca dan membaca, menulis cerita, dan mengintegrasikan
menulis (Nurdiyanti & Suryanto, 2010).
1105
Afrida Emelia Hanum. Implementasi Gerakan Literasi di Sekolah Dasar Melalui Program Membaca
Menyenangkan
kegiatan literasi dalam tahapan pembelajaran Bacaan, tayangan gambar, dan musik di
(Faizah et al., 2016). perpustakaan mampu menumbuhkan bakat dan
Gerakan literasi di sekolah dapat berjalan minat seseorang. Fakta dan sejarah
dengan selaras melalui cara membaca membuktikan bahwa keberhasilan seseorang
menyenangkan. Membaca menyenangkan tidak ditentukan oleh NEM yang tinggi
merupakan salah satu program LPMP Jawa Timur. melainkan melalui pengembangan minat dan
Dimana siswa dapat membaca menggunakan media bakat.
elektronik secara daring. Cerita yang ditampilkan Adapun dalam menjalankan program GLS
pada program ini ada dua buku meliputi cerita perlu tersedianya sarana dan prasarana yang dapat
narasi buku fiksi yang akan membangun latar belakang menunjang setiap kegiatan belajar mengajar, salah
pengetahuan pembaca tentang suatu tema. Buku kedua satunya yaitu perpustakaan sekolah.
yang nonfiksi, pembaca akan belajar cara Penyelenggaraan perpustakaan sekolah sendiri
menghubungkan kesamaan dari segi informasi yang mengacu pada Undang-Undang nomor 2 tahun
bersifat faktual dengan narasi fiksi di buku pertama. 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana
Selain membaca buku fiksi siswa juga dalam pasal 35, dikemukakan bahwa setiap satuan
ditunjukkan berbagai macam media yang dapat pendidikan jalur pendidikan sekolah, baik yang
digunakan sebagai sumber untuk sarana membaca, diselenggarakan oleh pemerintah maupun
sehingga mengurangi kejenuhan pada anak saat masyarakat harus menyediakan sumber-sumber
membaca. Pada saat membaca melalui daring anak belajar (Yusuf, 2007: 2).
akan diberi kesempatan untuk memberikan umpan Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan
balik atau bertanya kepada narator sehingga anak bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti peserta
dapat lebih aktif dan berani untuk bertanya dengan didik melalui pembudayaan ekosistem literasi
percaya diri. sekolah guna menjadikan peserta didik menjadi
Darmono (2007: 1) berpendapat bahwa memiliki budaya membaca yang tinggi serta
Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana kemampuan menulis (Kemendikbud, 2016: 2).
pendidikan penunjang kegiatan belajar siswa Tujuan umum gerakan literasi sekolah yaitu
memegang peranan yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik
memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah
Perpustakaan sekolah memiliki tujuan dan manfaat yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah
untuk dicapai dengan melaksanakan tugasnya di (GLS) agar mereka menjadi pembelajar sepanjang
bidang perpustakaan, kemudian meningkatkan hayat. Adapun tujuan khusus gerakan literasi
mutu pendidikan untuk generasi penerus bangsa di sekolah yaitu:
dalam menjalani kehidupannya. Menurut Lasa 1. Menumbuhkembangkan budaya literasi
(2007: 14), terdapat empat tujuan perpustakaan sekolah.
sekolah, yaitu: 2. Meningkatkan kapasitas warga dan
1. Menumbuhkembangkan minat baca dan tulis. lingkungan sekolah agar literat.
Para peserta didik dan guru dapat 3. Menjadikan sekolah sebagai taman
memanfaatkan waktu untuk mendapatkan belajar yang menyenangkan dan ramah
informasi di perpustakaan. Kebiasaan ini anak agar warga sekolah mampu
mampu menumbuhkan minat baca mereka yang mengelola pengetahuan.
pada akhirnya dapat menumbuhkan minat tulis. 4. Menjaga keberlanjutan pembelajaran
2. Mengenalkan teknologi informasi. dengan menghadirkan beragam buku
Perkembangan teknologi informasi harus diikuti bacaan dan mewadahi berbagai strategi
pelajar dan pengajar. Adapun dalam membaca (Kemendikbud, 2016: 5).
penerapannya, perlu proses pengenalan dan Terdapat 3 ruang lingkup dalam Gerakan
penerapan teknologi informasi dari Literasi Sekolah yang diterapkan di sekolah dasar,
perpustakaan. yaitu:
3. Membiasakan akses informasi secara mandiri. 1. Lingkungan fisik sekolah (fasilitas sarana
Pelajar perlu didorong dan diarahkan untuk dan prasarana literasi).
memiliki rasa percaya diri dan mandiri untuk 2. Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan
mengakses informasi. Orang yang percaya diri partisipasi aktif seluruh warga sekolah).
dan mandiri mampu mencapai kemajuan dalam 3. Lingkungan akademik (program literasi yang
memenuhi kebutuhannya. menumbuhkan minat baca dan menunjang
4. Memupuk bakat dan minat. kegiatan pembelajaran di SD)

1106
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 09 Nomor 05 Tahun 2021, 1104-1111

(Kemendikbud, penelitian tersebut mengidentifikasi tentang


2016: 3). “implementasi gerakan literasi melalui program
Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan membaca menyenangkan”.
dengan program yang diterapkan melalui 3 tahapan
dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah. Tabel 1 Analisis Implementasi Gerakan Literasi di
Kesiapan ini mencakup kesiapan fasilitas sekolah Sekolah Dasar Melalui Program Membaca
Menyenangkan
(ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana literasi),
No Nama dan Metode
kesiapan warga sekolah (peserta didik, tenaga guru,
Judul Peneliti isi
orang tua, dan komponen masyarakat lain), dan an
kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi 1 Muhamma Kualitat Hasil dari penelitian
publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat d Hilal if ini adalah peneliti
kebijakan yang relevan). Hidayat, dengan melakukan observasi
Berdasarkan kajian pustaka yang dikaji Imam Agus instrum pada dua sekolah
bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk Basuki, en yaitu SDN 2 Sitirejo
Sa‟adun Wawan dan SDN 4
mendalami mengimplementasian gerakan literasi di
Akbar cara dan Panggungrejo.
sekolah dasar melalui program membaca (2018) observa Pembiasaan
menyenangkan. “Gerakan si membaca di sekolah
Literasi agar minat baca
METODE Sekolah di tinggi melalui
Penelitian ini menggunakan metode Sekolah gerakan literasi
pendekatan kualitatif dengan desain penelitian studi Dasar” sekolah. Penelitian
ini meneliti 2
kepustakaan (library reasearch). Studi kepustakaan
sekolah yang
atau studi literatur merupakan penelitian yang mengimplementasik
merujuk pada sejumlah buku, jurnal, artikel an Gerakan Literasi
konferensi ilmiah yang berkaitan dengan masalah Sekolah (GLS) yang
dan tujuan penelitian. Menurut J. Supranto seperti memiliki kesamaan
yang dikutip Ruslan dalam bukunya metode yaitu kegiatan
Penelitian Public Relations dan Komunikasi, membaca dan
memajang karya.
bahwa studi kepustakaan adalah dilakukan
Adapun perbedaan
mencari data atau informasi riset melalui antara dua sekolah
membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan tersebut dalam
bahan bahan publikasi yang tersedia di pemahamannya
perpustakaan (Ruslan, 2008:31) adalah memberikan
Pada penelitian ini, data yang dibutuhkan nama yang khas
berupa sebuah informasi yang bersifat relevan pada kegiatannya,
tempat kegiatan
dengan pokok kajian. Sumber data penelitian
dilakukan, target,
didapat melalui literatur-literatur yang relevan dan kualitas. Hasil
dengan topik penelitian seperti artikel ilmiah, buku, penelitian
jurnal, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data menunjukkan bahwa
dalam penelitian kepustakaan menggunakan metode pelaksanaan GLS di
dokumentasi. Dan teknik analisis data dua sekolah tersebut
menggunakan metode analisis isi. Dalam belum terlaksana
secara optimal
memperhatikan efisiensi pengkajian dan karena masih
menghindari kesalahan pada informasi saat memiliki beberapa
menganalisis data, yang dibutuhkan yakni faktor penghambat
dilakukannya pengecekan antar pustaka serta yang masih kurang
membaca kembali pustaka dengan menanggapi teratasi sehingga
komentar atau masukan yang diberikan oleh belum memiliki
dampak yang positif
pembimbing.
terhadap gairah
membaca siswa, hal
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut terindikasi
A. Hasil dari kurang
Berdasarkan hasil pencarian studi terlihatnya aktivitas
literatur didapatkan 5 Artikel Nasional dan 2 membaca buku
Artikel Internasional. Artikel atau jurnal bacaan oleh siswa
1107
Afrida Emelia Hanum. Implementasi Gerakan Literasi di Sekolah Dasar Melalui Program Membaca
Menyenangkan
selama berada di Sekolah (GLS),
lingkungan sekolah. sekolah kekurangan
2 Arum Kualitat Hasil penelitian ini dana.
Nisma if menunjukkan bahwa 4 Satrio Kualitat Hasil dari penelitian
Wulanjani dengan peneliti melakukan Imanugro if adalah
dan instrum observasi pada dua dan Roro diskripti menumbuhkan
Candradew en studi sekolah yaitu SDN Isyawati f minat baca peserta
i Wahyu kasus Rejowinangun P.G (2019) dengan didik melalui
Anggraini dan Selatan 3 dan SDN “Program instrum Program Gerakan
(2019)“me observa Rejowinangun Gerakan en Literasi Sekolah
ningkatkan si Selatan 4. Pada Literasi pendeka yang dilaksanakan
minat observasi awal Sekolah tan studi di SDN Kuripan Lor
membaca menunjukkan bahwa Dalam kasus 01 Kota Pekalongan.
melalui guru-guru di kedua Menumbuh dan Penumbuhan minat
gerakan sekolah tersebut kan Minat observa baca tersebut
literasi masih pasif dalam Baca si dilakukan dalam 3
membaca melaksanakan Peserta tahapan yaitu Tahap
bagi siswa kegiatan gerakan Didik SDN Pembiasaan, Tahap
sekolah literasi membaca. Kuripan Pengembangan, dan
dasar” Peneliti berusaha Lor 01 Tahap
menumbuhkan Kota Pembelajaran.
minat baca siswa Pekalongan
yang tidak hanya 5 Ika Tri Kualitat Hasil dari penelitian
tentang membaca Yuniani if ini ditemukan bahwa
monoton. ka dan dengan banyak faktor
Pegetahuan- Suratina instrum penghambat yang
pengetahuan baru h (2019) en ada dalam proses
terkait tentang Implem Wawan implementasi GLS
kegiatan menarik entasi cara, beberapa faktor
dalam membaca Gerakan Observa diantaranya
yang dapat Literasi si, dan terbatasnya jumlah
diterapkan dalam dokume buku yang tersedia,
Sekolah
sekolah khususnya ntasi buku yang tersedia
di
pada gerakan literasi kurang bervariatif
membaca. Sekolah
dan tidak sesuai
3 Hamdan Kualitat Penelitian ini Dasar dengan minat siswa.
Husein if dilakukan di tiga Dharma Kurangnya
Batubara dengan sekolah. Lokasi Karya membaca sejak dini
dan Dessy instrum penelitian bertempat Universi oleh siswa juga
Noor en di SDN Sungai Miai tas menjadi faktor
Ariani Wawan 5, SDN Sungai Miai Terbuka penghambat
(2018) cara dan 7, dan SDN Surgi implementasi GLS.
“Implemen observa Mufti 4 6 Ahmad Kuantit Hasil dari penelitian
tasi si Banjarmasin. Hasil Syawaluddi atif (one ini adalah peneliti
Program penelitian n dan group mencoba
Gerakan menunjukkan bahwa Nurhaedah pretest- menggunkan cara
Literasi dalam penerapannya (2017) posttest pembiasaan belajar
Sekolah di masih berada pada “The design) membaca selama 15
Sekolah tahap pembiasaan Impact Of menit sebelum
Dasar sebab adanya School pelajaran dimulai.
Negeri beberapa kendala Literacy Hasil sebelum
Gugus yang dihadapi Movement dilakukan uji coba
Sungai memuat beberapa (Gsl) On menunjukkan
Miai komponen yang The kemampuan siswa
Banjarmasi berhubungan dengan Literacy 83,99% sedangkan
n” tingkat kesadaran Ability Of setelah dilakukan
guru, terbatasnya The Fifth kegiatan membaca
jumlah buku, Graders At selama 15 menit
kurangnya Sd Negeri sebelum pelajaran
pemahaman guru Gunung diperoleh hasil dari
mengenai program Sari, kemampuan siswa
Gerakan Literasi Rappocini meningkat hingga

1108
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 09 Nomor 05 Tahun 2021, 1104-1111

District, 90,23%. Program Sekolah diterapkan melalui 3 tahapan yaitu tahap


Makassar membaca selama 15 pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap
City” menit sebelum pembelajaran. Beberapa penelitian menunjukkan
pembelajaran bahwa GLS di Indonesia baru mencapai pada tahap
dikelas dimulai
sangat membantu pembiasaan. Dimana yang dimaksud adalah sekolah
dalam peningkatan baru membiasakan siswa untuk membaca 15 menit
gerakan literasi sebelum dilakukan proses belajar mengajar (PBM)
membaca di sekolah. di kelas. Pada kegiatan ini kerjasama antara guru
7 Istikomah, Kualitat Hasil penelitian ini dan murid sangat dibutuhkan. Pernyataan ini
Muhamma if menunjukan bahwa relevan dengan penilitian yang dilakukan oleh
d Deskrip program literasi di Ahmad Syawaluddin, dkk (2017) yang menjelaskan
Kristiawan tif SD Negeri 6 Pulau
dan Desi dengan Rimau relevan dengan diberlakukannya program membaca selama
Wardiah instrum dengan buku 15 menit sebelum PBM maka dapat meningkatkan
(2020) “An en pegangan yang kemampuan siswa dalam membaca, memahami dan
Evaluation wawanc digunakan sebagai menganalisis suatu bacaan yang telah di baca oleh
of Literacy ara pendukung program siswa. Tingkat persentase perubahan dari hasil
Program pengem gerakan literasi. pembiasaan tersebut meningkat 7%.
For bangan Beberapa faktor
Guna mencapai tujuan dari GLS fasilitas
Improving penunjang lainnya
Students‟ dari GLS ini adalah penunjang dalam pengimplementasian GLS antara
Achieveme fasilitas yang lain sumber bacaan atau buku-buku yang relevan
nt” memadai serta dengan minat baca siswa, perpustakaan yang
insfrastruktur dan memadai merupakan sarana untuk tercapainya
kerjasama antara tujuan pendidikan di sekolah (Darmono, 2007:1).
guru dan siswa guna Berdasarkan enelitian Istikomah, dkk (2020) yang
mensukseskan
menjadi faktor pendukung keberhasilan GLS adalah
program Gerakan
Literasi yang ada di relevan dengan buku pegangan yang digunakan
sekolah sebagai pendukung program gerakan literasi.
Beberapa faktor penunjang lainnya dari GLS ini
B. PEMBAHASAN adalah fasilitas yang memadai serta insfrastruktur
Membaca adalah jendela ilmu. Dengan dan kerjasama antara guru dan siswa guna
membaca akan memperoleh wawasan dan mensukseskan program Gerakan Literasi yang ada
pengetahuan yang luas. Beragam cara dapat di sekolah. Perpustakaan juga berperan penting
dilakukan guna menumbuhkan minat membaca karena memiliki tujuan menumbuhkembangkan
pada setiap individu. Salah satu program minat baca dan tulis, mengenalkan teknologi
pemerintah yang mendukung kegiatan membaca informasi, membiasakan akses informasi secara
adalah gerakan literasi sekolah. Gerakan literasi mandiri, memupuk bakat dan minat (Lasa,
sekolah bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti 2007:14).
peserta didik melalui pembudayaan ekosistem Penemuan-penemuan baru untuk
literasi sekolah guna menjadikan peserta didik menghindari membaca secara monoton salah
menjadi memiliki budaya membaca yang tinggi satunya dengan menggunakan program membaca
serta kemampuan menulis (Kemendikbud, 2006:2). menyenangkan. LPPM Jawa Timur membuat
Berdasarkan artikel-artikel diatas dapat ditemukan program membaca menyenangkan sebagai inovasi
hasil penelitian yang mirip satu dengan yang dari cara membaca monoton yang selama ini
lainnya seperti hasil penelitian dari Muhammad digunakan. Membaca menyenangkan dilakukan
Hilal Hidayat dkk., (2018), Hamdan Husein secara daring atau online. Siswa berkumpul pada
Batubara dkk., (2018) dan Satrio Imanugro dkk suatu tempat guna menyanksikan narrator ketika
(2019) bahwa GLS merupakan Program dari membacakan cerita, cerita yang ditampilkan disertai
Kemendikbud yang dibentuk pada awal tahun 2016. dengan gambar dan animasi gerak sehingga sangat
Sebagaimana tujuan umum Gerakan Literasi menarik minat siswa untuk menyaksikan,
Sekolah yaitu menumbuhkembangkan budi pekerti menyimak dan memperhatikan. Adapun umpan
peserta didik melalui pembudayaan ekosistem balik yang diberikan oleh narrator kepada audience
literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan dengan cara memberikan pertanyaan kepada
Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar seseorang yang ditunjuk, pada pelaksanaannya
sepanjang hayat. Adapun program Gerakan Literasi kegiatan membaca menyenangkan ini di ikuti oleh
banyak peserta dari berbagai sekolah sehingga
1109
Afrida Emelia Hanum. Implementasi Gerakan Literasi di Sekolah Dasar Melalui Program Membaca
Menyenangkan
program ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri Berdasarkan hasil simpulan dapat
siswa di depan publik. Relevan dengan hasil disarankan sebagai berikut :
penelitian dari Arum Nisma Wulansari 1. Gerakan literasi akan bisa dikatakan
berhasil apabila semua elemen yang ada di
Keberhasilan sebuah program selalu
sekolah dapat bekerjasama dengan baik,
berdampingan dengan kegagalan atau kurang kerjasama antara guru, siswa dan
maksimalnya program terbebut berjalan. Penyebab masyarakat.
adanya kendala yang terjadi disebabkan oleh 2. Fasilitas penunjang merupakan faktor
beberapa faktor. Menurut penelitian Yunianika pendukung. Jadi disarankan untuk
(2019) beberapa faktor prnghambat GLS adalah menambah buku-buku yang relevan
terbatasnya jumlah buku yang tersedia, buku yang dengan minat baca siswa, kemampuan
guru dalam berinovasi dalam pelaksanaan
tersedia kurang bervariatif dan tidak sesuai dengan
GLS.
minat siswa. Kurangnya membaca sejak dini oleh 3. Bagi penelitian lain yang melakukan
siswa juga menjadi faktor penghambat penelitian dengan variabel sama untuk
implementasi GLS. Kendala tersebut dapat diatasi memperbaiki dan melengkapi isi penelitian
dengan adanya dukungan dari lingkungan fisik dengan konteks dan kondisi yang ada.
sekolah yang meliputi sarana dan prasarana GLS,
lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan DAFTAR PUSTAKA
partisipasi akif seluruh warga sekolah).
Ahmad Syawalludin dan Nurhaeda. (2017) „The
Berdasarkan pemaparan data dari Impact Of School Literacy Movement (Gsl)
penelitian terdahulu penelitian yang paling relevan On The Literacy Ability Of The Fifth Graders
dengan judul yang diangkat oleh peneliti adalah At Sd Negeri Gunung Sari, Rappocini District,
penelitian Muhammad Hilal Hidayat dkk., (2018) Makassar City‟ International Journal of
dan hasil penelitian Arum Nisma Wulanjani (2019). Elementary Education, 1(4) pp 238-243.
Dalam kedua penelitian tersebut menjelaskan doi: http://dx.doi.org/10.23887/ijee.v1i4.1296
4
kondisi yang terjadi pada pelaksanaan GLS masih
berada pada tahap awal yang merupakan tahap Antasari, I. W. (2017). Implementasi Gerakan
pembiasaan. Minat baca masih rendah dan Literasi Sekolah Tahap Pembiasaan di MI
kesadaran dari guru mengenai gerakan literasi Muhammadiyah Gandatapa Sumbang
masih kurang sehingga tidak menimbulkan gairah Banyumas. Libria, 9 (1), 13–26
minat membaca pada siswa. Guna mengatasi
masalah tersebut perlu adanya inovasi dan Antoro, B. (2017). Gerakan Literasi Sekolah dari
Pucuk Hingga Akar (Sebuah Refleksi) .
pengetahuan-pengetahuan baru mengenai cara
Banjarmasin: Direktorat Jenderal Pendidikan
menarik minat siswa untuk membaca. Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan data diatas dapat Arum Nisma Wulanjani dan Candradewi Wahyu.
disimpulkan bahwa: (2019) „Meningkatkan Minat Membaca
1. Pelaksanaan program gerakan literasi Melalui Gerakan Literasi Membaca Bagi
sekolah di sekolah dasar berada pada Siswa Sekolah Dasar‟ Proceeding of Biology
Education, 3(1), 26-31
tahap pembiasaan Available at:
2. Upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/pbe
pelaksanaan program gerakan literasi sekolah
adalah: (1) menambah buku pengayaan di Daoed J. (2014). Logika Ketahanan dan
sekolah melalui pembelian dan permohonan Pembangunan Nasional. Jakarta: Penerbit
hibah, (2) mendekatkan buku ke warga Buku Kompas.
sekolah dengan cara membuat beberapa area
Darmono. (2007). Perpustakaan sekolah sebagai
baca dan membuat lingkungan yang kaya akan aspek manajemen dan tata kerja. Jakarta:
teks, (3) melaksanakan berbagai bentuk Grasindo.
kegiatan literasi, dan (4) melibatkan publik
dalam pelaksanaan gerakan literasi (5) HH Batubara dan Dessy Noor Ariani. (2018)
menunjang fasilitas yang memadai. „Implementasi Program Gerakan Literasi
3. Kendala yang dihadapi merupakan faktor Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Gugus
Sungai Miai Banjarmasin‟ Jurnal Pendidikan
penghambat pengimplementasian GLS.
Sekolah Dasar (JPsD), 4(1)
SARAN

1110
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan Volume 09 Nomor 05 Tahun 2021, 1104-1111

Available at : Suragangga, I. M. N. (2017). Mendidik Lewat


https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jpsd/articl Literasi Untuk Pendidikan Berkualitas. Jurnal
e/view/2965/2354 Penjaminan Mutu, 3 (2), 154– 163.

Istikomah, Muhammad Kristiawan, dan Desi USAID Prioritas. (2016). Dari 76 Negara, Minat
Wardiah. (2020) „An Evaluation of Literacy Baca Indonesia Peringkat ke-69. USAID.
Program For Improving Students‟
Achievement‟ Journal International. doi: Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
10.52155 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Kartika, E. (2004). Memacu Minat Membaca Siswa Wandasari, Y. (2017). Implementasi Gerakan
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Penabur, 3 Literasi Sekolah (GLS) Sebagai Pembentuk
(8), 113–128 Pendidikan Berkarakter. JMKSP (Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi
Kemendikbud. (2016). “Desain Induk Gerakan Pendidikan), 2 (2), 12–22.
Literasi Sekolah”
Available at: Yuanika dan Suratina. (2019). „Implementasi
http://dikdas.kemdikbud.go.id/index.php/des Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar
ain-induk-gls-kemendikbud/ Dharma Karya Universitas Terbuka‟Jurnal
Ilmiah Sekolah Dasar, 3(4)
Lasa. (2007). Manajemen Perpustakaan Sekolah. Available at :
Yogyakarta: Pinus Book Publisher. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD
/article/view/17331/13543
LPPMP Jawa Timur. Tips Membaca Yang
Menyenangkan. Available at :
https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailp
ost/tips-membaca-yang-menyenangkan.

MH Hidayat, Imam Agus Basuki, dan Sa‟adun


Akbar. (2018) „Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Dasar‟ Jurnal pendidikan: teori,
penelitian dan pengembangan, 810-817. doi:
http://dx.doi.org/10.17977/jptpp.v3i6.11213

Nafisah, A. (2014). Arti Penting Perpustakaan bagi


Upaya Peningkatan Minat Caca Masyarakat.
Jurnal Perpustakaan Libraria, 2 (2), 69-81.

Nurdiyanti, E., & Suryanto, E. (2010).


Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar.
Paedagogia, 13 (2), 115–128

Pradana, B. H., Fatimah, N., & Rochana, T. (2017)


„Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
Sebagai Upaya Membentuk Habitus Literasi
Siswa Di Sma Negeri 4 Magelang‟.
SOLIDARITY, 6 (2), 167–179

Rahma, N. M., Pratiwi, R. N., & Lastiti, N. V.


(2015). (Studi pada Ruang Baca Anak
Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota
Malang). Administrasi Publik (JAP), 3 (5),
763–769.

Satrio Imanugro dan Roro Isyawati P.G. (2019)


„Program Gerakan Literasi Sekolah Dalam
Menumbuhkan Minat Baca Peserta Didik di
SDN Kuripan Lor 01 Kota Pekalongan‟. doi:
cc8c-3c13-8dfc-4a82

1111

Anda mungkin juga menyukai