Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“TEORI BELAJAR BEVIORISTIK DAN PENERAPANNYA


DALAM PEMBELAJARAN”

Oleh:

Windi Junianda (21031104)

Dosen Pengampu:

Drs.Taufik,M.Pd,Kons

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemrosesan
Informasi Dalam Belajar” ini tepat pada waktunya. Shalawat beriringan salam tak
lupa pula kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW. yang telah
membawa kita dari alam kebodohan hingga kepada alam yang berilmu pengetahuan
seperti saat sekarang ini.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Psikologi Pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs.Taufik,M.Pd,Kons, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
spenulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Selain itu, penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kedepannya bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 17 0ktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Pengertian belajar menurut teori behavioristik... Error! Bookmark not defined.


B. Prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar behavioristikError! Bookmark not
defined.
C. Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaranError! Bookmark not
defined.

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 8

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang mendasari perlunya perubahan praktek pembelajaran di
kelas yang masih sangat tradisional adalah faktor psikologis yang di tandai dengan
munculnya teori belajar yang dikenal dengan behavioristik. Teori belajar
behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan
(stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan
hukum-hukum mekanistik.
Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun
eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau
dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan,
asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori Behavioristik mementingkan faktor lingkungan, menekankan pada faktor
bagian, menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan
metode obyektif, sifatnya mekanis dan mementingkan masa lalu. “Gage dan
Berliner menyatakan bahwa menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman” (Maziatul, 2009).
Pada intinya, teori behavioristik menekankan pada pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Seorang siswa dianggap
telah belajar sesuatu jika siswa yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan
pada tingkah lakunya. Menurut teori ini kegiatan belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus atau apa saja yang diberikan guru kepada siswa dan output
yang berupa respon atau reaksi/tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dari belajar menurut teori behavioristik?
2. Apa saja prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar behavioristik?
3. Bagaimana penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian dari belajar menurut teori behavioristik.
2. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar behavioristik.

1
3. Untuk menjelaskan bagaimana penerapan teori belajar behavioristik dalam
pembelajaran

BAB II PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus danoutput yang berupa respon
Teori belajar Behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan
perubahan perilaku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan
tingkah laku siswa ini diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, teori belajar behavioristik atau teori behaviorisme ini berorientasi
pada perilaku yang lebih baik. Jika siswa tidak menunjukkan perubahan setelah
diberikan pelajaran, maka menurut teori ini siswa tersebut tidak dapat dikatakan
telah belajar dengan baik.
Teori belajar Behavioristik yang dikemukakan oleh para tokoh psikologi
Behavioristik, sering disebut dengan “Contemporary behaviorists” atau biasa juga
disebut “S-R psychologists”. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh ganjaran (reward) dan penguatan (reinforcement) dari
lingkungan. Dengan demikian, dalamtingkah laku belajar, terdapat jalinan yang erat
antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
teori behavioristik menekankan pada terbentuknya tingkah laku yang nampak
sebagai hasil dari proses belajar.
Dalam penerapannya terbukti bahwa teori belajar Behavioristik memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan teori Behavioristik: (1)
Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
(2) Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru yang
bersangkutan. (3) Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan
pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative
yang didasari pada prilaku yang tampak. (4) Dengan melalui pengulangan dan

3
pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan
siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudha mahir dalam satu bidang
tertentu, akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan
yang berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
Serta Adapun kekurangan dari teori belajar Behavioristik yaitu ; 1) Sebuah
konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap. (2)
Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini. (3) Murid berperan sebagai
pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa di dengar dan di
pandang sebagai cara belajar yang efektif. (4) Penggunaan hukuman yang sangat
dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling
efektif untuk menertibkan siswa. (5) Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar,
dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru

B. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Teori Belajar Behavioristik


Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S)
dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi
siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan
stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons
secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai
reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena
teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang,
maka dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang harus
diperhatikan (Mukinan 1997: 23), beberapa prinsip tersebut adalah:
a Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah
laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.
b Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya
stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang
terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.

4
c Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons,
merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila
reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.

C. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Pembelajaran


Penerapan teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk
memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah
laku / kompetensi sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu menyiapkan dua hal,
sebagai berikut:
1) Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa Siswa sebagai subjek
yang akan diharapkan mampu memiliki sejumlah kompetensi sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, perlu
kiranya dianalisis kemampuan awal dan karakteristiknya. Hal ini dilakukan
mengingat siswa yang belajar di sekolah tidak datang tanpa berbekal apapun
sama sekali (mereka sangat mungkin telah memiliki sejumlah pengetahuan
dan keterampilan yang di dapat di luar proses pembelajaran). Selain itu, setiap
siswa juga memiliki karakteristik sendirisendiri dalam hal mengakses dan atau
merespons sejumlah materi dalam pembelajaran. Ada beberapa manfaat yang
dapat diperoleh guru jika melakasanakan analisis terhadap kemampuan dan
karakteristik siswa, yaitu:
• Akan memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang
kemampuan awal para siswa, yang berfungsi sebagai prasyarat
(prerequisite) bagi bahan baru yang akan disampaikan.
• Akan memperoleh gambaran tentang luas dan jenis pengalaman yang telah
dimiliki oleh siswa. Dengan berdasar pengalaman tersebut, guru dapat
memberikan bahan yang lebih relevan dan memberi contoh serta ilustrasi
yang tidak asing bagi siswa.

5
• Akan dapat mengetahui latar belakang sosio-kultural para siswa, termasuk
latar belakang keluarga, latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, dan
lain-lain.
• Akan dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa,
baik jasmaniah maupun rohaniah.
• Akan dapat mengetahui aspirasi dan kebutuhan para siswa.
• Dapat mengetahui tingkat penguasaan bahasa siswa.
• Dapat mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang telah diperoleh
siswa sebelumnya.
• Dapat mengetahui sikap dan nilai yang menjiwai pribadi para siswa (Oemar
Hamalik, 2002:38 - 40).
2) Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan Idealnya proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh siswa dan juga sesuai dengan kondisi siswa, sehingga
di sini guru tidak akan over-estimate dan atau under-estimate terhadap siswa.
Namun kenyataan tidak demikian adanya. Sebagian siswa ada yang sudah
tahu dan sebagian yang lain belum tahu sama sekali tentang materi yang akan
dibelajarkan di dalam kelas. Untuk dapat memberi layanan pembelajaran
kepada semua kelompok siswa yang mendekati idealnya (sesuai dengan
kemampuan awal dan karakteristik masing-masing kelompok) kita dapat
menggunakan dua pendekatan yaitu siswa, (a) menyesuaikan diri dengan
materi yang akan dibelajarkan, yaitu dengan cara guru melakukan tes dan
pengelompokkan (dalam hal ini tes dilakukan sebelum siswa mengikuti
pelajaran), atau (b) materi pembelajaran disesuaikan dengan keadaan siswa
(Atwi Suparman, 1997:108).

6
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar Behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan
perubahan perilaku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya
perubahan tingkah laku siswa ini diakibatkan oleh adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Dengan kata lain, teori belajar behavioristik atau teori
behaviorisme ini berorientasi pada perilaku yang lebih baik. Jika siswa tidak
menunjukkan perubahan setelah diberikan pelajaran, maka menurut teori ini
siswa tersebut tidak dapat dikatakan telah belajar dengan baik.
Teori pembelajaran Behavioristik ini menekankan adanya hubungan
antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan

7
memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar.
Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran,
dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti
dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan
terhadap respons yang telah ditunjukkan).
Penerapan teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk
memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan
tingkah laku / kompetensi sebagaimana telah dirumuskan), guru perlu
menyiapkan dua hal, yaitu;
• Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa
• Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan

B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka CiptaIslamuddin.


Haryu. 2011.Psikologi Pendidikan. Jember : STAIN Jember Press.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sanyata, sigit (2012). Teori dan aplikasi pendekatan Behavioristik dalam
konseling. Jurnal paradigma, 7 (14), hlm. 1-11
Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai