Anda di halaman 1dari 13

HIPOSALIVASI DAN XEROSTOMIA PADA POPULASI DEWASA TUA DAN MASIH MEMILIKI GIGI

R. Constance Wiener, DMD; Bei Wu, PhD; Richard Crout, DMD, PhD, MS; Michael Wiener, DMD; Brenda Plassman, PhD; Elizabeth Kao, DMD; Daniel McNeil, PhD

Abstrak Latar Belakang. Orang dewasa tua rentan mengalami penurunan produksi saliva terkait dengan pengobatan obatobatan tertentu, radiasi, dan kondisi kronik. Banyak orang dewasa tua yang memiliki masalah kesehatan fisik dan rongga mulut namun, memiliki kesempatan yang terbatas untuk melakukan perawatan gigi. Penggunaan peralatan screening yang efektif untuk xerostomia dan hiposalivasi dapat membantu dalam mengidentifikasi mereka yang berisiko. Peneliti melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara ketiga parameter dari mulut kering yaitu hiposalivasi (aliran saliva tidak distimulasi sedikit), pengakuan xerostomia oleh pasien sendiri, dan penilaian mulut kering secara klinis. Metode. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 252 orang yang tidak demensia, berasal dari Virginia Barat, masih memiliki gigi, berumur 70 tahun atau lebih, yang merupakan bagian dari penelitian terbesar pada kesehatan rongga mulut dan kelompok orang-orang dewasa tua. Sampel mengisi sendiri indeks xerostomia dengan lengkap, memberikan sampel saliva yang tidak distimulasi, dan melakukan penilaian rongga mulut untuk penelitian. Hasil. Dua puluh delapan orang (11,1%) mengalami hiposalivasi, delapan diantaranya dilaporkan mengalami xerostomia (nilai sensitivitas = 28,6%). Dari 43 sampel yang melaporkan mengalami xerostomia, hanya delapan yang mengalami hiposalivasi (nilai prediksi positif = 18,6%). Hiposalivasi dan pengakuan sendiri xerostomia tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Penilaian klinis mulut kering mempunyai hubungan yang sederhana, tetapi signifikan dengan hiposalivasi dan pengakuan sendiri xerostomia. Kesimpulan. Mengamati laju aliran saliva yang tidak distimulasi secara rutin, disamping informasi pengakuan oleh pasien sendiri dan melakukan evaluasi rongga mulut dapat meningkatkan deteksi dini mulut kering, yang akan membantu dalam mengimplementasikan intervensi dini untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Implikasi Klinis. Pemeriksaan jaringan rongga mulut secara visual untuk menentukan apakah rongga mulut kering dan bertanya kepada pasien apakah mulutnya kering tidak, cukup bagi dokter untuk menentukan apakah pasien mengalami hiposalivasi. Peneliti menyarankan agar dokter mengidentifikasi laju aliran saliva pasien yang tidak distimulasi. Kata Kunci. Xerostomia; aliran saliva; geriatrik. JADA 2010:141(3):279-284.

Saliva berperan penting dalam kesehatan rongga mulut. Saliva bisa menetralkan asam, memiliki antibodi, mencegah erosi dan ulserasi pada mukosa gingiva, dan berperan dalam remineralisasi gigi. Ketika fungsi saliva berkurang, pasien memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami karies gigi, ketidaknyamanan pemakaian gigitiruan, dan dapat mengalami penyakit seperti kandidiasis, bila dibandingkan dengan orang yang memiliki laju aliran saliva yang normal.

Xerostomia berarti mulut kering. Pemakaian obat-obatan dengan efek antisialogogik paling sering sebagai penyebab xerostomia. Obat-obatan ini terdiri dari obat antikolinergik, antidepresan, antipsikotik, diuretik, antihipertensi, sedatif dan anxiolitik, antihistamin, agen analgesik opioid, dan obat anti inflamasi nonsteroid. Beberapa penyebab biologis dari xerostomia yaitu memiliki riwayat radiasi di daerah kepala dan leher, penyakit kelenjar saliva, diabetes, sirosis alkoholik, cystic fibrosis, gangguan hormonal, penyakit autoimun (seperti syndrom Sjogren, rheumatoid arthritis, sistemic lupus eritematosus), dan beberapa penyakit lainnya. Faktor sosial dan psikologis seperti depresi, kecemasan, dan stres juga merupakan penyebab xerostomia. Xerostomia merupakan keadaan yang sering terjadi. Dalam suatu studi penelitian, peneliti menemukan bahwa 46% dari sampel mengalami xerostomia. Penulis artikel juga menemukan bahwa 17 sampai 29% dari pasien dewasa tua mengalami xerostomia, dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita. Xerostomia sering terjadi bersamaan dengan kondisi rongga mulut lainnya seperti idiopathic dysesthesia (stomatalgia atau burning mouth syndrom), parageusia, disphagia, halitosis, karies gigi, dan penyakit periodontal. Xerostomia dapat menganggu berbicara, pemakaian gigitiruan, dan dapat menjadi faktor malnutrisi. Aspek psikososial dari xerostomia berawal dari efek ringan menurut pengakuan atas kesehatan rongga mulut, sampai dengan pengakuan frustasi, malu, tidak bahagia, dan gangguan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Hipofungsi kelenjar saliva atau hiposalivasi merupakan kondisi berkurangnya produksi saliva, yang berbeda dengan xerostomia. Cara terbaik untuk mendiagnosa hiposalivasi adalah mengukur aliran saliva. Laju aliran saliva dapat digunakan sebagai dasar untuk mendiagnosa hiposalivasi dalam studi skala besar. Rata-rata laju aliran saliva yang tidak distimulasi secara keseluruhan berkisar 0,3-0,4 mL/menit pada saat tidak tidur. Jika aliran saliva yang tidak

distimulasi berkisar 0,1 mL/menit atau dibawah 0,1 mL/menit, maka menunjukkan hiposalivasi. Pada orang yang mengalami hiposalivasi, maka proses penetralan bikarbonat dan urea, proses remineralisasi, dan proses penetralan gula dan asam menjadi tidak adekuat, sehingga dapat menyebabkan risiko karies meningkat. Orang-orang dengan usia 65 tahun dan yang lebih tua adalah orang yang paling rentan terkena xerostomia dan hiposalivasi. Dalam studi selama tiga tahun, peneliti menemukan bahwa orang dewasa tua dengan laju aliran saliva yang rendah lebih mungkin kehilangan setidaknya satu gigi daripada orang dewasa tua dengan laju aliran saliva normal. Banyak orang dewasa tua memiliki kondisi kesehatan yang buruk dan kondisi kesehatan kronis, dan mereka mengabaikan perawatan terhadap gigi mereka. Selalu menjalani perawatan untuk kesehatan didasari oleh kesadaran terhadap status kesehatan. Jika seseorang mengaku tidak memiliki gejala fisik, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dan screening untuk membantu mengidentifikasi masalah kesehatan medis dan rongga mulut. Kekeringan jaringan rongga mulut merupakan hal yang kompleks. Seseorang mungkin dapat mengalami xerostomia, dengan atau tanpa hiposalivasi; ataupun mengalami hiposalivasi dengan atau tanpa xerostomia, atau memiliki aliran saliva dan sensasi yang normal. Penilaian klinis dari mulut kering merupakan komponen penting dari suatu perawatan. Seseorang mungkin secara klinis dapat diidentifikasi mulut kering dengan atau tanpa xerostomia dan dengan atau tanpa hiposalivasi. Hipotesis kami menyatakan bahwa laju aliran saliva yang tidak distimulasi pada orang dewasa tua adalah berbeda dari pengakuan sendiri dari orang-orang yang mengalami xerostomia dan penilaian visual dari mulut kering, dan hasil dari pengakuan orang-orang yang mengalami xerostomia, maka penilaian visual, dan laju aliran saliva yang tidak distimulasi, diperlukan untuk mengidentifikasi mulut kering. Kami melakukan studi untuk melihat hubungan

antara ketiga penilaian untuk mulut kering yaitu hiposalivasi, pengakuan sendiri mengalami xerostomia, dan mulut kering yang diidentifikasi melalui penilaian klinis. SAMPEL DAN METODE PENELITIAN Seluruh sampel merupakan bagian dari penelitian terbesar pada kesehatan rongga mulut dan kesadaran orang dewasa tua yang berada di Virginia Barat. West Virginia University International Review Board telah menyetujui semua prosedur dan kami telah mendapat informed consent dari semua sampel. Kami memberikan seluruh sampel gift cards dari pedagang eceran lokal sebagai kompensasi atas partisipasi mereka dalam penelitian ini. Kami mengumpulkan data dari 1 Agustus 2007 sampai 30 April 2009. Sampel terdiri atas 269 warga Virginia Barat dengan usia 70 tahun ke atas dan masih mempunyai empat atau lebih gigi asli. Tujuh belas sampel yang telah terdiagnosa dimensia dieksklusi karena dikhawatirkan tidak mampu menerima informasi yang diberikan tentang kesehatan rongga mulut untuk setiap protokol pada penelitian kami. Akhirnya, sampel yang masuk dalam kriteria inklusi terdiri atas 252 orang yang direkrut dari beberapa lokasi di Virginia Barat dengan beberapa cara strategi yang dijelaskan sebelumnya. Kami melakukan penilaian lisan kepada semua sampel. Penilaian ini mencakup tiga parameter mulut kering yaitu respon yang dilaporkan oleh pasien sendiri mengenai xerostomia inventory (XI), penilaian mulut kering secara klinis, dan pengukuran seluruh aliran saliva yang tidak distimulasi. Asisten peneliti terlatih diberikan 11 item Likert style XI. Setiap item dalam penemuan tersebut memiliki kisaran skor 1-5, terdiri dari tidak pernah, hampir tidak pernah, kadang-kadang, cukup sering, dan sangat sering secara berturut-turut. Kami memberikan kesimpulan pada respon tiap sampel untuk semua item dalam menentukan skor XI. Kami mengkategorikan jawaban mereka atas cukup sering dan sering sebagai respon positif. XI mencakup item mulut saya terasa kering, selanjutnya kami mendefinisikan sampel yang

memberikan respon secara positif atas laporan mulut saya terasa kering tersebut mengalami xerostomia. Seorang dokter gigi (R.C.W., R.C., M.W., atau E.K.) atau seorang dental hygienist, secara klinis menilai hiposalivasi dan mengukur seluruh aliran saliva yang tidak distimulasi. Kami hanya menggunakan laju aliran saliva yang tidak distimulasi, yang bertolak belakang dengan aliran saliva yang terstimulasi, karena penting dalam melindungi gigi. Sampel tidak boleh makan atau minum selama satu jam sebelum kami mengumpulkan salivanya. Selama proses pengumpulan saliva, sampel duduk dengan nyaman di tempat yang tenang dengan mata terbuka dan kepala sedikit ke depan. Kami mengumpulkan sampel saliva selama empat menit tanpa memperhatikan waktu sehari, kelembaban ruangan, dan suhu. Kami menginstruksikan sampel agar membiarkan aliran saliva mengalir sendiri, bukan meludah. Kami menimbang sampel saliva dengan seimbang, kami memutuskan untuk menimbang berat sampel saliva bukan volumenya, karena gelembung saliva bisa mempengaruhi pengukuran volume. Berdasarkan metode dan protokol yang digunakan dalam studi sebelumnya, kami memberi berat jenis 1,0 untuk saliva, mengkonversikan berat berbanding volume dan mendefinisikan hiposalivasi yang tidak distimulasi sebesar 0,1 mL/menit atau di bawah 0,1 mL/menit. Dental evaluator menggunakan pedoman dari National Health and Nutrition Examination Survey IV untuk menilai mukosa rongga mulut, lidah, restorasi yang ada, derajat atrisi, skor plak, derajat resesi gingiva, dan level perlekatan periodontal dari setiap sampel. Kami mengevaluasi mulut setiap sampel untuk mengetahui apakah ada jaringan rongga mulut yang kering atau tidak dengan menentukan apakah mukosa mulut kelihatan kering, bibir kelihatan kering, apakah palpasi kelenjar saliva menghasilkan saliva atau tidak, dan apakah lidah kelihatan kering, eritema, dan kasar.

Kami menggunakan perangkat lunak statistik yang tersedia secara komersial untuk menganalisis semua data. Kami menyajikan distribusi rata-rata dan persentase dalam penelitian ini. Kami menggunakan t-test dan model linear umum untuk menguji perbedaan rata-rata antara laki-laki dan perempuan pada seluruh kelompok umur secara berurutan. Kami menggunakan koefisien korelasi Pearson untuk menguji hubungan antara parameter mulut kering. Kami menentukan positive predictive values (PPVs), nilai sensitivitas, nilai spesifisitas dengan cara analisis tabulasi silang. Standard yang digunakan didasarkan pada penilaian hiposalivasi, yang didefinisikan sebagai aliran saliva yang tidak distimulasi kurang dari 0,1 mL/menit. Tabel 1 Rata-rata laju aliran saliva yang tidak distimulasi dan rata-rata skor xerostomia inventory, menurut kelompok jenis kelamin dan usia Karakteristik demografi Keseluruhan Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Umur < 75 75-84 > 85 * SD : Standard Deviasi 0,3 (0,3) 0,5 (0,4) 0,4 (0,3) 0,4 (0,4) 0,3 (0,2) 22,1 (7,4) 20,9 (7,5) 21,0 (7,5) 21,8 (7,0) 22,9 (8,5) Rata-rata laju aliran saliva yang tidak distimulasi dalam satuan mL/menit (SD*) 0,4 (0,3) Rata-rata skor xerostomia inventory (SD) 21,7 (7,4)

HASIL Penelitian ini terdiri dari 252 orang sampel. Sebanyak 164 wanita dan 88 pria (masingmasing 65,1% dan 34,9%). Usia rata-rata sampel adalah 78 tahun (rentang usia 70-94 tahun;

Standard Deviasi (SD) = 5,8 tahun). Sembilan puluh enam sampel (38,1%) memiliki pendapatan rumah tangga pertahun dibawah 20.000$, dan 111 sampel (44%) duduk di bangku sekolah menengah atas atau dibawahnya. Tabel 1 menunjukkan rata-rata laju aliran saliva yang distimulasi dan rata-rata nilai XI seluruh kelompok umur dan jenis kelamin. Rata-rata pengukuran aliran saliva yang distimulasi adalah 0,4 mL/menit (SD = 0,3). Terdapat perbedaan yang signifikan antara laju aliran saliva yang distimulasi pada kelompok pria dengan wanita (t = 4,1, P<.001), tetapi tidak ditemukan perbedaan antara kelompok umur (F = 2,9, P = .06). Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk umur dan jenis kelamin dengan XI. Kami mengeksklusi 28 sampel yang tidak melengkapi XI. Dua puluh tujuh dari 224 sampel yang tersisa (12,1%) memiliki laju aliran saliva yang distimulasi sebesar 0,1 mL/menit atau kurang (Tabel 2). Delapan dari seluruh sampel melaporkan mengalami xerostomia. Dari 197 sampel yang tidak mengalami hiposalivasi, 35 orang melaporkan mengalami xerostomia. Diantara 43 sampel yang mengaku xerostomia, hanya delapan yang mengalami hiposalivasi (PPV = 18,6%). Pada sampel yang terdiri dari wanita, nilai sensitivitas antara xerostomia dan hiposalivasi adalah 33,3 % dan nilai PPV adalah 25,8%. Nilai ini lebih tinggi daripada sampel pria, yang memiliki nilai 0% baik untuk nilai sensitivitas maupun PPV.

Tabel 2 Hubungan dari hiposalivasi* dan xerostomia. Xerostomia Hiposalivasi (N[%]) Total

Yes Semua Sampel Yes No Total Perempuan Yes No Total Laki-Laki Yes No Total
*

No 35 (15,6) 162 (72,3) 197 (87,9) 23 (15,8) 99 (67,8) 122 (83,6) 12 (15,4) 63 (80,8) 75 (96,2) 43 (19,2) 181 (80,8) 224 (100,0) 31 (21,2) 115 (78,8) 146 (100,0) 12 (15,4) 66 (84,6) 78 (100,0)

8 (3,6) 19 (8,5) 27 (12,1) 8 (5,5) 16 (11,0) 24 (16,4) 0 (0,0) 3 (3,8) 3 (3,8)

Hiposalivasi didefinisikan sebagai laju aliran saliva yang tidak distimulasi kurang dari 0,1 mL/menit. Sampel bisa merespon tidak pernah, hampir tidak pernah, kadang-kadang, cukup sering, atau sangat sering. Range nilai masing-masing adalah 1-5. Peneliti mengkategorikan cukup sering atau sangat sering sebagai respon positif. Satu sampel yang mengalami hiposalivasi tidak menyelesaikan pertanyaan tentang xerostomia. Sebanyak 224 dari 252 sampel yang menyelesaikan pertanyaan atas laporan sendiri mengalami xerostomia dan proses pengumpulan saliva. Tabel 3 menunjukkan respon terhadap XI oleh sampel yang mengalami hiposalivasi dan yang mengalami xerostomia. Bibir kering memiliki hubungan yang paling bermakna dengan xerostomia. Seluruh item yang lainnya pada XI dilaporkan kurang dari 60% sampel yang mengaku xerostomia. Hanya kira-kira seperempat sampel dengan hiposalivasi (29,6%) mengaku mengalami mulut kering. Tabel 3

Diantara 234 sampel, kami menilai mulut kering secara klinis pada 32 sampel (13,7%) (Tabel 4). Dari 32 sampel ini, 13 sampel (5,6%) melaporkan mengalami xerostomia (sensitivitas = 40,6%). Dari 202 sampel yang kami nilai secara klinis tidak mengalami mulut kering, 167 Persetujuan respon terhadap xerostomia inventory oleh para sampel hiposalivasi dan sampel yang melapor xerostomia Item xerostomia inventory Sampel dengan hiposalivasi* (N=28) (N[%]) Sampel yang melapor xerostomia (N=23) (N[%])

Sulit menelan-makanan 1 (3,6) 2 (4,7) tertentu Sulit makan-makanan kering 3 (11,1) 7 (16,7) Makan-berhubungan dengan 2 (7,1) 5 (11,6) mulut kering Hidung kering 4 (14,3) 17 (39,5) Wajah kering 4 (14,3) 11 (25,6) Makan permen atau batuk 4 (14,3) 9 (20,9) tetes untuk meredakan mulut kering Gangguan tidur untuk 3 (10,7) 14 (32,6) minum Mata kering 11 (39,3) 19 (44,2) Bibir kering 8 (29,6) 26 (60,5) Mulut kering 8 (29,6) 43 (100,0) Menelan dengan bantuan 4 (14,3) 14 (32,6) cairan * Hiposalivasi didefinisikan sebagai laju aliran saliva yang tidak distimulasi kurang dari 0,1 mL/menit. Sampel bisa merespon tidak pernah, hampir tidak pernah, kadang-kadang, cukup sering, atau sangat sering. Range nilai masing-masing adalah 1-5. Peneliti mengkategorikan cukup sering atau sangat sering sebagai respon positif. Satu sampel tidak merespon item ini. (71,4%) tidak melaporkan mengalami xerostomia (spesifitas = 82,7%). Empat puluh delapan sampel (20,5%) melaporkan mengalami xerostomia, dimana 13 sampel (5,6%) mengalami mulut kering pada penilaian secara klinis (PPV = 27,1%). Pada sampel yang telah kami ukur laju aliran salivanya, 27 sampel mengalami mulut kering pada penilaian secara klinis, dan hanya delapan sampel yang mengalami hiposalivasi (sensitivitas = 29,6%); nilai spesifitas adalah 90,2% dan

nilai sensitivitas adalah 28,6%. (Tabel 5). Kami menemukan bahwa hiposalivasi dan xerostomia tidak mempunyai hubungan yang signifikan (Koefisien Korelasi Pearson = 0,1, P = .13). Secara klinis bahwa penilaian mulut kering mempunyai hubungan yang sederhana, namun signifikan dengan hiposalivasi (Koefisien Korelasi Pearson = 0,2, P = .003) dan pengakuan sampel sendiri mengalami xerostomia (Koefisien Korelasi Pearson = 0,2, P = .010). Tabel 4 Hubungan antara penilaian mulut kering secara klinis dengan laporan sendiri mengalami xerostomia Penilaian klinis mulut kering (N[%]) Laporan sendiri mengalami xerostomia Yes No Total Yes 13 (5,6) 35 (15,0) 48 (20,5) No 19 (8,1) 167 (71,4) 186 (79,5) Total* 32 (13,7) 202 (86,3) 234 (100,0) * Beberapa sampel tidak menyelesaikan inventaris xerostomia, oleh karena itu ukuran sampel bervariasi.

Tabel 5 Hubungan antara penilaian klinis mulut kering dan hiposalivasi Penilaian klinis mulut kering (N[%]) Hiposalivasi Yes No Total Yes 8 (3,5) 20 (8,7) 28 (12,1) No 19 (8,2) 184 (79,7) 203 (87,9) Total* 27 (11,7) 204 (88,3) 231 (100,0) * Beberapa sampel tidak menyelesaikan proses pengumpulan saliva, oleh karena itu ukuran sampel bervariasi. PEMBAHASAN Dalam penelitian kami, kami melakukan penilaian klinis mulut kering pada orang dewasa tua berusia 70 tahun atau lebih di Virginia Barat dan menentukan frekuensi hiposalivasi dan xerostomia pada populasi ini. Sebanyak 20,5% sampel melaporkan mengalami xerostomia,

sedangkan 12,1% mengalami hiposalivasi, dan 13,7% secara klinis diidentifikasi mengalami mulut kering. Terdapat hubungan yang sederhana antara ketiga parameter mulut kering ini. Sampel pada penelitian ini merupakan convenience sampel dari orang dewasa tua yang dengan sukarela turut berpartisipasi, lebih representatif, dengan teknik probability-based sample. Oleh karena itu, peneliti harus berhati-hati ketika menggunakan hasil penemuan ini secara general pada orang dewasa tua di masyarakat umum. Pertimbangan lain yang perlu diketahui adalah bahwa penilaian secara klinis pada kasus hiposalivasi ini sering tidak dilakukan sehingga menjadi tidak dapat dibuktikan kebenarannya pada waktu melakukan penilaian klinis dari mulut kering. Pemakaian obat-obatan dan siklus harian diketahui dapat mempengaruhi sekresi kelenjar. Idealnya, desain penelitian sebaiknya mencakup pengumpulan sampel saliva yang diambil secara konsisten antara pukul 9 sampai 11 pagi atau memperoleh sampel yang banyak dari masingmasing sampel dan diambil pengukuran rata-ratanya. Hasil penemuan kami secara umum adalah konsisten dengan penelitian lain mengenai tingkat hipofungsi kelenjar saliva pada usia pertengahan sampai dewasa tua, begitu juga dengan penelitian pada tingkat hipofungsi kelenjar saliva pada populasi yang besar. Kami menemukan bahwa sekitar seperlima (20,5%) sampel melaporkan mengalami xerostomia, dimana hasil ini sama dengan perkiraan dari sebuah artikel yang mengindikasikan bahwa tingkat xerostomia pada dewasa tua berkisar antara 17 dan 29%. Seperti pada penelitian orang dewasa tua lainnya, sampel pada penelitian kami terdiri dari jumlah wanita yang lebih banyak daripada pria, masing-masing 65,1% dan 34,9%. Dalam ulasan artikel, penulis menemukan bahwa tingkat xerostomia pada wanita adalah lebih tinggi daripada pria, dimana pada penelitian kami menemukan bahwa 22,1% sampel wanita dan 20,9% sampel pria melaporkan mengalami xerostomia (tidak berbeda secara

signifikan). Jumlah sampel sebanyak 70,4% sampel pada penelitian kami yang mengalami hiposalivasi tidak melaporkan mengalami xerostomia. Kami menemukan bahwa penilaian mulut kering bergantung pada tiga kriteria, yaitu penilaian secara klinis yang dibuat oleh pemeriksa, penilaian dari pasien sendiri, dan laju aliran saliva yang tidak distimulasi. Hasil dari penelitian lain menunjukkan bahwa sensasi xerostomia dapat terjadi atau tidak terjadi pada orang yang memiliki laju aliran saliva yang normal karena daerah mukosa yang dehidrasi dan terlokalisir memiliki hubungan dengan laju aliran saliva normal. Laju aliran saliva yang normal tidak mengindikasikan bahwa daerah mukosa yang terlokalisir tersebut kering. Dengan melakukan penilaian secara visual dapat menjadi satusatunya cara untuk mengidentifikasi daerah yang terlokalisir tersebut. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan aliran saliva tidak distimulasi yang rendah, untuk mengidentifikasi seseorang yang respon kelenjar salivanya cepat terhadap manipulasi yang terjadi saat evaluasi rongga mulut dan hal tersebut menjadi tidak kelihatan mulut kering. Hal ini penting untuk merespon keluhan seseorang terhadap mulut kering. Secara keseluruhan, masing-masing dari kriteria ini dapat berperan untuk mengidentifikasi mulut kering. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan di daerah diagnostik dari saliva untuk melakukan dan mempermudah mengidentifikasi hiposalivasi terutama pada orang dewasa tua. Penurunan substansial laju aliran saliva dan penelanan pada orang dewasa tua yang mungkin adalah kejadian pertama yang mendukung pertumbuhan bakteri, masuknya sel-sel inflamasi, mediator injuri epitel, dan pneumonia. Program pencegahan dan perawatan untuk hiposalivasi dan xerostomia dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan kesehatan jaringan mulut, selain itu juga dapat mengurangi karies. Perawatan yang dapat dilakukan terdiri dari sering minum dan berkumur dengan air, menghindari kafein, gula atau minuman asam, menstimulasi kelenjar saliva

dengan permen rendah gula, dan menggunakan sialogogik agent sistemik seperti pilocarpine dan cevimeline. Sebagai tambahan, program pencegahan untuk setiap individu berupa janji kunjungan ke dokter gigi yang lebih sering, aplikasi fluoride dalam bentuk gel atau varnish secara topikal, dan edukasi kebersihan mulut agar mau melakukan kebersihan mulut yang teliti, mungkin diperlukan. KESIMPULAN Peralatan screening yang sederhana dan efektif untuk mengidentifikasi xerostomia dan hiposalivasi akan bermanfaat. Kami melakukan penelitian kami untuk menentukan sejauh mana ketiga pengukuran parameter dari mulut kering terkait dengan xerostomia dan hiposalivasi dan agar informasi ini dapat digunakan untuk melakukan identifikasi yang efektif dalam mendiagnosa xerostomia dan hiposalivasi. Penilaian terhadap saliva merupakan komponen penting pada evaluasi dental. Sebagai tambahan untuk pemeriksaan pada rongga mulut dan penilaian mengenai xerostomia menurut pengakuan pasien sendiri, maka dokter gigi sebaiknya perlu menentukan laju aliran saliva yang tidak distimulasi secara periodik. Pada penelitian kami, pada semua sampel dilakukan penilaian pada laju aliran saliva dalam waktu hanya empat menit. Mengukur laju aliran saliva yang tidak distimulasi dapat dilakukan bersamaan dengan janji pertemuan untuk higiene oral yang biasanya dilakukan sebagai perawatan rutin bagi orang tua. Dengan memperoleh laju aliran saliva yang tidak distimulasi secara rutin, selain telah mendapatkan data dari pasien dan melakukan evaluasi oral, dapat meningkatkan deteksi dini mulut kering, sehingga dapat membantu dalam melaksanakan intervensi dini untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Relationship of hyposalivation*

Anda mungkin juga menyukai