Anda di halaman 1dari 23

TEKNIK TEGANGAN TINGGI

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUH. FEBRIANTO PUALAM PUTRA


KELAS : 6L-C ELEKTRO
NIM : 105821112419

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR

T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini

dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih

terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 29 Juni 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teknik tegangan tinggi adalah cabang teknik listrik yang khusus


membahas tentang tegangan tinggi. Lingkup kajiannya meliputi seluruh
permasalahan yang dihasilkan oleh tegangan tinggi pada transmisi tenaga listrik.
Teknik tegangan tinggi terbagi menjadi beberapa cabang keilmuan, antara lain
studi tentang lucutan korona, teknik isolasi, serta tegangan lebih dan proteksinya.
Kajian teknik tegangan tinggi berkaitan dengan keberadaan tegangan tinggi,
perubahan dari tegangan menengah ke tegangan tinggi, atau persoalan teknis
akibat keberadaannya. Batas keilmuan teknik tegangan tinggi cukup rumit
dibedakan dengan teknik transmisi tenaga listrik.

Hal ini dikarenakan perkembangan keilmuannya cukup pesat. Pembahasan


mengenai tegangan tinggi selalu menggunakan rujukan dengan teori-teori terbaru.
Persoalan pertama dalam teknik tegangan tinggi berkaitan dengan teknik
pembangkit dan pengujian tegangan tinggi yang melibatkan koordinasi isolasi.
Persoalan ini berlanjut kepada hal teknis berupa gejala-gejala tegangan tinggi.
Persoalan ketiga berkaitan dengan cara mengatasi gejala-gejala tegangan tinggi
yang meliputi peralatan dan instrumentasi tegangan tinggi. Sedangkan persoalan
terakhir, berkaitan dengan fenomena alam di sekitar lokasi tegangan tinggi.
Persoalan ini umumnya membahas tentang surja hubung.[2]

B. Tujuan Pembelajaran

1. Memahami tentang tegangan listrik


2. Memahami apa itu lucutan korona (Corona Discharge)
3. Memahami tentang teknik isolasi
4. Memahami apa itu Partial Discharge
BAB II
TEORI

Tegangan Listrik

Tegangan listrik merupakan beda potensial antara dua titik. Tegangan tinggi

dalam dunia teknik tenaga listrik(electric power engineering) adalah semua

tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh para teknisi listrik sehingga diperlukan

pengujian dan pengukuran dengan tegangan tinggi yang semuannya bersifat

khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu (subyektif), atau dimana gejala-

gejala tegangan tinggi mulai terjadi (obyektif). Tegangan listrik dibangkitkan dari

pembangkit listrik. Tegangan tersebut perlu dikenali karena dalam kabel listrik

tertuliskan tegangan yang mampu digunakan oleh kabel listrik. Klasifikasi

tegangan Listrik meliputi:


1. Tegangan Sangat Rendah, tegangan sampai 50 V. Tegangan Rendah (Low

Voltage =  LV), tegangan rendah antara 50 volt – 1000 volt (1 KV). Jenis

kabel yang digunakan juga harus mampu digunakan pada tegangan 50 volt

– 1000 volt (1 KV).

2. Tegangan Menengah (Medium Voltage= MV), tegangan menengah/MV

=1000 Volt (1 KV) – 36.000 Volt (36 KV). Jenis kabel yang digunakan

juga harus mampu digunakan pada tegangan 1 KV – 36 KV.

3. Tegangan Tinggi (High Voltage =HV), Tegangan Tinggi (High Voltage) =

36 KV – 150.000 Volt (150 KV). Jenis kabel yang digunakan juga harus

mampu digunakan pada tegangan diatas 36 KV – 150 KV.

4. Tegangan Ekstra Tinggi (High Extra Voltage =HEV), tegangan berkisar

antara diatas 150 KV – 750 KV. Jenis kabel yang digunakan juga harus

mampu digunakan pada tegangan diatas 150 KV – 750 KV.

5. Tegangan Ultra Tinggi (High Ultra  Voltage  =HUV), Tegangan Ultra

Tinggi (High Voltage) berkisar diatas 750 KV. Jenis kabel yang digunakan

juga harus mampu digunakan pada tegangan diatas 750 KV.


Corona Discharge (Lucutan korona)

Korona merupakan proses dimana arus, mungkin diteruskan, muncul dari sebuah

elektrode berpotensial tinggi di dalam sebuah fluida yang netral, biasanya udara,

dengan mengionisasi fluida hingga menciptakan plasma di sekitar elektrode. Ion-

ion yang dihasilkan akhirnya akan melampaui muatan listrik menuju area-area

berpotensi rendah terdekat, atau bergabung kembali untuk membentuk molekul-

molekul gas netral.

Saat gradien potensialnya fluida cukup besar pada sebuah titik, maka fluida itu

akan mengalami ionisasi dan menjadi bersifat konduktif. Udara di dekat elektrode

bisa terionisasi (sebagian bersifat konduktif). Saat udara di dekat titik menjadi

bersifat konduktif, ia memiliki efek meningkatkan ukuran konduktor. Di luar

wilayah ionisasi dan konduktivitas ini, partikel-partikel bermuatan perlahan-lahan

mencapai benda yang muatannya berlawanan dan dinetralkan.

Jika wilayah terionisasi terus bertambah luas dan tidak berhenti pada radius

tertentu, terbentuklah jalur yang betul-betul bersifat konduktif yang berakibat

pada terciptanya latu elektrik yang muncul sekejap atau busur elektrik yang

berkesinambungan.

Lucutan korona biasanya melibatkan dua elektrode asimetris; elektrode yang satu

memiliki permukaan yang sangat melengkung (seperti ujung sebuah jarum atau
kawat berdiameter kecil) dan elektrode satunya lagi memiliki kelekukan yang

rendah (seperti piring atau permukaan tanah). Kelengkungan yang tinggi

memastikan potensial gradien yang tinggi di sekitar sebuah elektrode, untuk

menciptakan sebuah plasma.

Korona bisa bermuatan positif atau negatif. Hal ini ditentukan oleh polaritas

tegangan di elektrode yang kelengkungannya tinggi. Jika elektrode melengkung

bemuatan positif berkenaan dengan elektoda rata terciptalah korona positif, tetapi

jika negatif yang tercipta adalah korona negatif. Ketidaksamaan sifat korona

positif dengan korona negatif yang amat berbeda disebabkan oleh jauh

berbedanya massa elektron dengan ion bermuatan positif, dengan hanya elektron

memiliki kemampuan mengalami tingkat benturan taklenting pengion yang

signifikan pada temperatur dan tekanan bersama.

Fungsi lucutan korona yang utama adalah terciptanya ozon di sekitar konduktor

yang mengalami proses korona. Korona negatif menghasilkan ozon jauh lebih

banyak daripada korona positif.

Penerapan lucutan korona

Berikut ini adalah penerapan lucutan korona di bidang komersial dan industri.
Menghilangkan muatan listrik yang tidak diinginkan dari permukaan pesawat

yang sedang terbang dan dengan begitu menghilangkan efek yang merugikan dari

pulsa lucutan elektris tidak terkontrol pada kinerja sistem avionik

Pembuatan ozon

Sterilisasi air kolam

Pembersih dengan mengosokan partikel-partikel dari udara dalam HVAC (lihat

pengendap elektrostatik)

Menghilangkan berbagai organik teruap yang tidak diinginkan, seperti pestisida

kimia, pelarut, atau bahan senjata kimia, dari atmosfer

Meningkatkan kelembapan atau ‘energi tegangan permukaan’ dari film polimer

untuk meningkatkan kesesuaian dengan tinta cetak atau perekat.

Membuat fotokopi

Pengion udara yang baik buat kesehatan

Fotografi Kirlian menggunakan foton yang dihasilkan oleh lucutan untuk

mengekspos film fotografik.

EHD thruster, lifter, dan peranti angin ion (ion wind) yang lain

Laser nitrogen

Perlakuan Permukaan untuk Kultur Jaringan (Polistirena)

Ionisasinya cuplikan gas untuk analisis subsekuen dalam sebuah spektrometer

massa maupun spektrometer mobilitas ion.

Korona bisa digunakan untuk menghasilkan permukaan bermutan, yang

merupakan sebuah efek yang digunakan dalam pengopian elektrostatik (membuat

fotokopi). Korona juga dapat digunakan untuk menghilangkan materi kepartikelan


dari aliran udara dengan terlebih dahulu mengisi udara dengan muatan listrik, lalu

melewatkan aliran udara bermuatan melalui sisir polaritas bolak-balik, untuk

mengendapkan partikel-partikel bermuatan ke lempengan dengan muatan yang

berlawanan.

Ion serta radikal bebas yang dihasilkan dalam reaksi korona bisa dipakai untuk

membersihkan udaranya produk-produk merugikan tertentu, melalui reaksi kimia,

dan bisa digunakan untuk memproduksi ozon.

Berbagai permasalahan yang disebabkan lucutan korona

Korona bisa menghasilkan derau/bising terdengarkan dan frekwensi radio,

khususnya di dekat jaringan transmisi tenaga listrik. Selai merepresentasikan rugi

daya, aksi lucutan korona di partikel-partikel atmosfer, bersama dengan produksi

ozone dan nitrogen oksida yang berkaitan dengan lucutan korona, bisa merugikan

kesehatan manusia yang bermukim di wilayah-wilayah yang dilalui jaringan

listrik. Dengan begitu, peralatan transmisi tenaga listrik didesain untuk

meminimalisir terbentuknya lucutan korona. Lucutan korona pada umumnya tidak

diinginkan dalam:

Transmisi tenaga listrik, dimana lucutan korona menyebabkan:

Rugi daya

Bising terdengarkan

Gangguan elektromagnetik
Pijar ungu

Produksi ozon

Kerusakan pengisoliran

Di dalam komponen-komponen listrik seperti trafo, kapasitor, motor listrik serta

generator listrik. Korona secara progresif merusak isolasi di dalam peranti, yang

mengarah ke cacat perlengkapan dini. Salah satu bentuk serangan adalah

keretakan oleh ozonnya benda yang terbuat dari elastomer seperti cincin O.

Berbagai situasi dimana tegangan tinggi digunakan, tetapi produksi ozon

diminimalisir.

Mekanisme lucutan korona

Lucutan korona baik yang positif maupun negatif memiliki mekanisme bersama

tertentu.

Sebuah molekul atau atom netralnya medium, di dalam sebuah wilayah medan

listrik yang kuat (seperti gradien potensial yang tinggi di dekat elektrode

melengkung) diionisasikan oleh sebuah peristiwa lingkungan eksogen (misalnya

sebagai akibat dari interaksi foton), untuk menciptakan sebuah ion positif dan

elektron bebas.

Corona Discharge initiation.svg

Medan listrik lalu beroperasi pada partikel-partikel bermuatan lalu memisahkan,

mencegah penggabungan kembali, serta mempercepat partikel-partikel itu,

memberikan energi kinetik ke setiap partikel.


Sebagai akibat dari energisasi elektron (yang memiliki nisbah massa/muatan dan

kecepatan yang jauh lebih tinggi), lebih jauh lagi sejumlah pasangan ion

elektron/positif bisa diciptakan dengan menabrakkan atom-atom netral. Lalu

mereka mengalami proses pemisahan yang sama. Proses pemisahan ini

menciptakan sebuah longsoran elektron (Bahasa Inggris: electron avalanche).

Baik korona positif dan negatif mengandalkan longsoran elektron.

Corona electrical breakdown.svg

Dalam berbagai proses yang membedakan korona positif dengan negatif, proses

energi plasma ini diubah menjadi disosiasi elektron tahap awal untuk

menyebabkan longsoran lebih jauh lagi.

Sebuah spesies ion tercipta di dalam rangkaian longsoran ini (yang berlainan

antara korona positif dengan negatif) ditarik ke elektrode tak melengkung,

melengkapi sirkuit, dan mempertahankan aliran arus.

Corona discharge upkeep.svg

Tegangan awalnya korona atau Tegangan Insepsi Korona (TIK) bisa dicari

dengan hukum Peek (1929), yang diformulasikan dari pengamatan empiris.

Sifat elektris

Arus listrik yang dibawa oleh korona ditentukan dengan menyatukan rapat arus

pada permukaan konduktor. Rugi daya ditentukan dengan mengalikan arus

dengan tegangan.
Korona positif

Sifat

Korona positif berbentuk sebuah plasma seragam di sepanjang sebuah konduktor.

Korona positif sering terlihat dengan pijaran berwarna biru/putih, meski sebagian

besar emisi berada dalam ultraviolet. Keseragaman plasma disebabkan oleh

sumber lonsoran elektron sekunder yang homogen yang dijelaskan dalam seksi

mekanisme di bawah. Dengan geometri dan tegangan yang sama, korona positif

tampak lebih kecil daripada korona negatif, berkat kurangnya wilayah plasma

non-pengion di antara wilayah bagian dalam dengan bagian luar. Elektron bebas

dalam sebuah korona positif jauh lebih sedikit daripada korona negatif, kecuali

sangat dekat dengan elektrode melengkung: mungkin seperseribu rapatan elektron

dan seperseribu total jumlah elektron.

Namun, elektron-elektorn dalam sebuah korona positif dikonsentrasikan dekat

dengan permukaan konduktor melengkung, di dalam sebuah wilayah gradien

potensial yang tinggi (dan dengan begitu elektron memiliki tenaga tinggi),

sedangkan elektron di dalam korona negatif berada di wilayah luar bagian bawah.

Dengan begitu, jika elektron digunakan dalam sebuah aplikasi yang membutuhkan

tenaga aktivasi yang tinggi, korona positif bisa mendukung tetapan reaksi yang
lebih besar daripada korona negatif; walau jumlah total elektron lebih sedikit,

jumlah elektron tenaga sangat tinggi lebih banyak.

Korona merupakan produsen ozon yang efisien di udara. Ozon yang dihasilkan

sebuah korona positif jauh lebih sedikit daripada korona negatif, sebab reaksi

yang menghasilkan ozon berenergi relatif rendah. Dengan begitu, semakin banyak

jumlah elektron di korona negatif akan meningkatkan produksi ozon.

Mekanisme

Sama dengan korona negatif, korona positif dimulai oleh sebuah peristiwa ionisasi

eksogen dalam kawasan gradien potensial yang tinggi. Elektron yang dihasilkan

dari ionisasi ditarik menuju elektrode melengkung, dan ion-ion positif ditolak

darinya. Dengan melakukan benturan taklenting semakin dekat dan dekat ke

elektrode melengkung, makin banyak molekul yang diionkan dalam sebuah

longsoran elektron. Di dalam sebuah korona positif, elektron-elektron sekunder

dihasilkan di dalam fluida, tepatnya dalam wilayah di luar plasma atau wilayah

longsoran. Elektron-elektron sekunder itu diciptakan oleh ionisasi yang

disebabkan oleh foton yang dipancarkan dari plasma itu dalam berbagai proses

deeksitasi yang terjadi di dalam plasma seusai benturan elektron, energi termal

yang dibebaskan dalam benturan itu menciptakan foton yang diradiasikan ke

dalam gas. Elektron yang dihasilkan dari ionisasinya molekul gas netral lalu

ditarik kembali secara elektris menuju elektrode melengkung, ditarik ke dalam


plasma, dan dengan begitu memulai proses menciptakan longsoran lebih jauh di

dalam plasma.

Seperti yang bisa dilihat, korona positif dibagi menjadi dua wilayah, sepusat di

sekeliling elektrode tajam. Wilayah bagian dalam terdiri dari elektron pengion dan

ion positif yang bertindak sebagai sebuah plasma, longsoran elektron dalam

wilayah ini, yang lebih jauh menciptakan banyak sekali pasangan ion/elektron.

Hampir seluruh wilayah bagian luar terdiri dari ion positif masif yang bermigrasi

dengan pelan, bergerak menuju elektrode melengkung, dekat dengan antarmuka

kawasan ini, elektron-elektron sekunder, dibebaskan oleh foton yang

meninggalkan plasma, yang dipercepat kembali ke dalam plasma. Wilayah dalam

dikenal sebagai wilayah plasma, sedang wilayah luar sebagai wilayah unipolar.

Korona negatif

Sifat

Korona negatif dihadirkan dalam korona takseragam, yang bervariasi sesuai

dengan ciri permukaan dan ketidakteraturannya konduktor melengkung. Ia sering

muncul sebagai gumpalan korona di tepi tajam, jumlah gumpalan berubah sesuai

dengan kekuatan medan. Terbentuknya korona negatif merupakan hasil dari

sumber elektron longsoran sekunder (lihat di bawah). Ia tampak sedikit lebih

besar dari korona positif, sebab elektron diperbolehkan melayang keluar dari

wilayah pengion. Jumlah total elektron, dan rapatan elektron jauh lebih besar dari

yang ada di korona positif.


Mekanisme

Proses terbentuknya korona negatif jauh lebih kompleks daripada korona positif.

Sama seperti korona positif, pembentukan korona dimulai dengan sebuah

peristiwa ionisasi eksogen yang menghasilkan elektron primer, yang dilanjutkan

dengan longsoran elektron.

Elektron diionkan dari gas netral yang tidak berguna dalam mempertahankan

proses korona negatif dengan menghasilkan elektron sekunder untuk longsoran

lebih jauh lagi, karena pada umumnya elektron dalam sebuah korona negatif

bergerak keluar dari elektrode melengkung. Untuk korona negatif, proses

menghasilkan elektron sekunder yang dominan adalah efek fotolistrik, dari

permukaan elektrode sendiri. Fungsi kerjanya elektron (energi yang dibutuhkan

untuk membebaskan elektron dari permukaan) sangat rendah daripada energi

ionisasinya udara pada suhu dan tekanan yang standar, membuatnya menjadi

sumber elektron sekunder yang lebih liberal dalam kondisi tersebut. Sekali lagi,

sumber energi untuk pembebasan elektron adalah foton tenaga tinggi dari sebuah

atom dalam perelaksasian tubuh plasma setelah eksitasi dari benturan sebelumnya.

Penggunaan gas netral terionisasi sebagai sumber ionisasi dikurangi lebih jauh

dalam sebuah korona negatif dengan konsentrasi ion-ion positif yang tinggi yang

bergerombol di sekitar elektoda melengkung.


Dalam kondisi-kondisi yang lain, benturan spesies positif dengan elektrode

melengkung bisa pula menyebabkan pembebasan elektron.

Dengan begitu yang membedakan korona positif dengan korona negatif, dalam

hal terciptanya longsoran elektron sekunder, adalah longsoran elektron sekunder

di dalam korona positif diciptakan oleh gas berada di sekitar wilayah plasma,

elektron-elektron sekunder yang baru bergerak ke dalam, sedangkan longsoran

elektron sekunder dalam korona negatif diciptakan oleh elektrode melengkung itu

sendiri, elektron sekunder yang baru bergerak keluar.

Ciri selanjutnya dari struktur korona negatif adalah elektron yang melayang keluar

akan bertemu dengan molekul netral dan, bersama-sama molekul elektronegatif

(seperti oksigen dan uap air), bergabung untuk menghasilkan ion negatif. Lalu ion

negatif ditarik ke elektrode tak melengkung yang positif, menyelesaikan

‘rangkaian’.

Sebuah korona negatif bisa dibagi menjadi 3 wilayah radial, di sekeliling

elektrode tajam. Dalam wilayah bagian dalam, benturan taklenting elektron-

elektron berenergi tinggi dengan atom netral menyebabkan longsoran, sedangkan

elektron sebelah luar (yang biasanya berenergi lebih rendah) bergabung dengan

atom netral untuk memproduksi ion negatif. Dalam wilayah perantara/tengah,

elektron-elektron bergabung untuk membentuk ion negatif, tetapi biasanya

memiliki energi yang tak cukup untuk menyebabkan ionisasi longsoran, tetapi
tetap menjadi bagian dari sebuah plasma yang berhubungan dengan polaritas yang

berbeda dari spesies saat ini, dan kemampuan untuk ikut serta dalam berbagai

reaksi plasma karakteristik. Di wilayah sebelah luar, hanya berlangsung sebuah

aliran ion negatif dan, pada tingkatan yang lebih rendah, elektron bebas yang

menuju elektrode positif. Dua wilayah bagian dalam dikenal sebagai plasma

korona. Wilayah sebelah dalam merupakan plasma pengion, tengah merupakan

plasma bukan-pengion. Wilayah sebelah luar dikenal sebagai wilayah unipolar.

RUGI-RUGI DAYA KORONA

Ion dan elektron yang bergerak pada udara dapat bergerak dan memiliki

percepatan karena energi kinetik yang diberikan. Energi kinetik tersebut didapat

dari sistem dan dikatakan energi yang hilang. Energi yang hilang ini terdisipasi

dalam bentuk panas, suara, dan cahaya. Energi yang terdisipasi dalam bentuk

panas, suara, dan cahaya inilah yang dimaksud dengan rugi daya korona.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUGI-RUGI

DAYA KORONA

Faktor listrik

-Frekuensi dari supply Frekuensi dapat memperbesar (menaikkan) arus dan rugi-

rugi daya korona pada saluran transmisi tegangan tinggi.

-Kuat medan atau gradien tegangan di sekitar kawat penghantar Rugi-rugi daya

korona merupakan fungsi dari kuat medan atau gradien tegangan.


• Faktor cuaca

-Kerapatan udara dan temperatur Rugi-rugi daya korona pada kawat penghantar

yang melalui daerah dataran tinggi lebih besar daripada daerah dataran rendah

karena turunnya harga kerapatan udara relatif pada daerah yang tinggi

-Konduktivitas udara (daya hantar udara) Daya hantar ion dari udara sangat

tergantung pada daerah.

-Hujan dapat menaikkan rugi-rugi daya korona karena titik hujan pada permukaan

kawat penghantar dapat mengawali tembus korona lokal, sedangkan kabut,dan

hujan es juga dapat menaikkan rugi-rugi daya korona tetapi efeknya kurang

dibanding dengan pengaruh hujan.

• Faktor dari kawat penghantar

-Dengan memperbesar diameter kawat penghantar maka kuat medan pada

permukaan kawat penghantar akan diperkecil sehingga rugi-rugi daya korona akan

berkurang

-Jumlah penghantar per phasa pada penghantar berkas efek perisaian bersama

(mutual shielding effects) dari sub penghantar akan mengurangi gradien tegangan

masing-masing penghantar yang akan menyebabkan berkurangnya rugi-rugi daya

korona

Menurut Formula Peek, Rugi – Rugi Daya Korona Perphasa Dapat Dihitung

Dengan Persamaan Sebagai Berikut :


PK =

keterangan :

δ = Faktor kerapatan udara

f = frekuensi (Hz)

r = Jari-jari kawat (cm)

D = Jarak antara kawat (cm)

V = Tegangan fasa ke netral (kVrms)

Vd = Tegangan disruptif kritis (kVrms)

TEKNIK ISOLASI

Teknik isolasi adalah disiplin ilimah yang melakukan pengkajian dan

penelitian tentang sifat-sifat dari bahan isolator listrik. Keilmuan ini merupakan

cabang dari teknik tegangan tinggi. Teknik isolasi meneliti kemampuan isolator

listrik dalam menyekat listrik selama peralatan listrik bekerja. Sifat utama yang

diuji adalah ketahanan terhadap medan listrik. Selain itu, teknik isolasi juga
meneliti cara untuk mengurangi medan listrik yang dapat diterapkan pada isolator

listrik.

Teknik isolasi berlandaskan pada prinsip bahwa pengurangan medan

listrik akan mengurangi volume bahan isolasi. Pengurangan volume ini kemudian

akan mengurangi penyediaan bahan baku untuk produksi peralatan.

Tujuan teknik isolasi adalah menghasilkan berbagai macam isolator listrik dengan

harga yang murah. Hasil akhir yang dituju adalah pengurangan biaya pembuatan

dan biaya penggunaan peralatan tegangan tinggi.

Partial Discharge

Partial discharge adalah kerusakan dielektrik terlokalisasi (yang tidak

sepenuhnya menjembatani ruang antara dua konduktor) dari sebagian kecil dari

sistem isolasi listrik padat atau fluida (electrical insulation / EI) di bawah tekanan

tegangan tinggi. Sementara pelepasan korona biasanya diungkapkan oleh cahaya

yang relatif stabil atau pelepasan kuas (brush discharge / BD) di udara,

pembuangan sebagian dalam sistem isolasi padat tidak terlihat.


Ketika tegangan melebihi kekuatan kerusakan dari bagian bahan isolasi, Partial

Discharge dimulai dan terus memburuk isolasi itu.

Ketika Partial Discharge terjadi, berbagai perubahan fisik dan kimia dapat terjadi,

yang menghasilkan emisi yang dapat kita deteksi, pelokalkan, dan karakterisasi

untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk mencegah kegagalan isolasi

peralatan listrik Tegangan Menengah dan Tinggi.

PD terjadi dalam media isolasi Padat, Cair atau Gas. PD juga dapat terjadi dalam

bentuk Corona, Pelacakan Permukaan, atau elektroda mengambang (pelepasan


logam ke logam) yang menyebabkan degradasi isolasi. Begitu PD dimulai, itu

akan selalu menjadi lebih buruk. 80% kebakaran listrik disebabkan oleh kerusakan

atau kegagalan isolasi dan PD adalah indikasi pertama bahwa isolasi rusak.

NFPA 70B menyatakan bahwa kerusakan isolasi adalah penyebab utama

kegagalan listrik.

BAB III

KESIMPULAN
Teknik tegangan tinggi adalah cabang teknik listrik yang khusus membahas

tentang tegangan tinggi. Lingkup kajiannya meliputi seluruh permasalahan yang

dihasilkan oleh tegangan tinggi pada transmisi tenaga listrik.

Teknik tegangan tinggi terbagi menjadi beberapa cabang keilmuan Persoalan ini

berlanjut kepada hal teknis berupa gejala-gejala tegangan tinggi. Persoalan ketiga

berkaitan dengan cara mengatasi gejala-gejala tegangan tinggi yang

meliputi peralatan dan instrumentasi tegangan tinggi. Sedangkan persoalan

terakhir, berkaitan dengan fenomena alam di sekitar lokasi tegangan tinggi.

Persoalan ini umumnya membahas tentang surja hubung.


DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_tegangan_tinggi

https://www.radius.co.id/apa-yang-dimaksud-partial-discharge/

https://id.wikipedia.org/wiki/Lucutan_korona

https://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_isolasi

https://en.wikipedia.org/wiki/Corona_discharge

https://listrik.sv.ugm.ac.id/2018/06/25/mengenal-tegangan-listrik/

Anda mungkin juga menyukai