Anda di halaman 1dari 5

PENDAPAT HUKUM (Legal Opinion)

KASUS ROY SURYO TERSANGKA KASUS PENINSTAAN AGAMA

DI MEDIA SOSIAL

Oksalin Girysvia Ulaan

20071101737

A.KASUS POSISI

Perkembangan internet yang semakin meningkat baik teknologi dan penggunaannya, membawa
banyak dampak baik secara Positif maupun negatif. Sifat Internet tanpa adanya batasan ruang
dan waktu dapat mengubah banyak aspek serta memantik untuk munculnya suatu Kejahatan.
Kejahatan dalam dunia maya atau Internet ini dikenal dengan istilah Cyber Crime.

Hingga Tahun 2022, Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri mencatat
terdapat total 3.429 perkara tindak Pidana Siber dari Bulan Januari-Bulan Agustus 2022 dimana
perkara penipuan, Penyebaran konten Provokatif serta Peninstaan Agama di Media Sosial
menjadi perkara yang paling banyak jumlahnya.

Salah satu Kasusnya yang tengah ramai diperbincangkan ialah Kasus yang menjerat Pakar
telematika dan mantan menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) di era Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY)

Roy Suryo resmi ditahan Polda Metro Jaya usai dijadikan tersangka atas kasus meme stupa
Candi Borobudur yang diedit mirip Presiden Joko Widodo. Roy Suryo dijerat pasal berlapis
tentang UU ITE dan Penistaan Agama dengan ancaman hukuman paling lama 6 tahun penjara,
Roy Suryo menjelaskan dirinya bukan penyebar pertama meme stupa Candi Borobudur itu.
Menurut Roy Suryo, ada tiga akun penyebar pertama meme stupa Candi Borobudur sebelum
dirinya.

Berikut Kronologi Kasus Meme Stupa Candi Borobudur Yang Diungkapkan Roy Suryo
7 Juni 2022, Ada akun @irutpagut memposting meme stupa Borobudur direkayasa jadi foto
mirip Pak Jokowi. 9 Juni 2022 Ada akun lain @NewOpang yang juga memuat meme yang sama.
10 Juni 2022 Ada akun lain lagi @fly_free_DY malah me-mention (mengarahkan
langsung/menunjukkan) ke saya meme yang berbeda lagi. "Baru 10 Juni 2022 tersebut saya
mengomentari kenaikan rencana tarif naik Candi Borobudur sembari menertawakan akun-akun
pengunggah meme-meme sebelumnya tersebut (dengan melampirkan screenshot mereka). Sama
sekali tidak ada niat mempermalukan seseorang atau melecehkan agama, karena itu murni kritik
sosial terhadap rencana kenaikan tarif tiket naik Candi Borobudur (dari Rp 50 ribu ke Rp 750
ribu)," jelasnya. Tanggal 10, 11, 12, 13 postingannya itu masih sepi belum ada apa-apa. "Mulai
13 Juni 2022 malam mulai ada provokasi dari BuzzerRp yang langsung menuduh saya
melakukan kasus penistaan agama."Karena melihat gejala kurang bagus, tanggal 14 Juni 2022
itulah twit saya yang tanggal 10 Juni 2022 saya hapus dan saya ganti klarifikasi disertai
permohonan maaf serta kronologi." 16 Juni 2022 "Saya lapor terlebih dahulu ke Polda Metro
Jaya (untuk melaporkan 3 akun sebelumnya) dan sudah diterima.". 17 Juni 2022 Perwakilan
organisasi Dharmapala Nusantara, Kevin Wu, melaporkan Roy Suryo ke Polda Metro juga tetapi
ditolak. Kevin Wu lapor lagi ke Bareskrim Mabes Polri dan diterima. Pada saat bersamaan ada
laporan lain atas nama Kurniawan dengan lawyer Herna Sutana lapor juga ke Polda Metro Jaya
dan diterima "Jadi dua laporan mereka inilah yang diproses di Polda Metro Jaya hingga status
kasus tersebut dinaikkan ke penyidikan, tanpa saya pernah diklarifikasi sebelumnya," ucapnya.
20 Juli 2022, LPSK mengeluarkan rekomendasi perlindungan kepada Roy Suryo selaku saksi
pelapor. Namun ternyata status Roy Suryo naik jadi tersangka.

B.SUBJEK HUKUM

Yang menjadi subjek hukum dalam legal opinion yang saya buat adalah berfokus pada:
 Roy Suryono
 Perwakilan Umat Buddhis Indonesia ( Kevin Wu)
 Kurniawan

C.DASAR HUKUM

Pasal 45 A (2) jo Pasal 28 Ayat 2 Undang-undang No.19 Tahun 2016 tentan ITE : “Setiap
orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)

Pasal 156 (a) ayat 1: Dipidana dengan Pidana penjara selama-lamanya lima tahun
barangsiapa dengan sengaja dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan
perbuatan :

1.Yang Pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap


suatu agama yang dianut di Indonesia

D.ARGUMENTASI HUKUM

Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki keinginan untuk berinteraksi, berkomunikasi, bertukar
ide dan gagasan, mengirim dan menerima informasi, bekerjasama, menjalin hubungan, dan menjadi
bagian dari suatu kelompok tertentu. Bentuk keinginan manusia akan hasrat tersebut hanya dapat
dipenuhi apabila manusia melakukan interaksi dengan manusia lain. Interaksi berlangsung jika
komunikasi antar individu dengan individu lain menciptakan kebersamaan. Dalam melakukan
interaksi dan komunikasi manusia melakukan transformasi ilmu, pengetahuan, budaya, perilaku,
hingga cara berkomunikasi. Era teknologi menghantarkan manusia sebagai generasi modern. Hal ini
ditandai dengan teknologi informasi dan komunikasi yang telah berkembang pesat yang kita kenal
dengan „Era Cyber‟. Seperti halnya dengan komunikasi massa yang melibatkan banyak orang, namun
komunikasi massa juga tidak akan hanya bisa dilakukan melalui pidato ataupun berbicara dihadapan
sekumpulan khalayak ramai saja, komunikasi massa juga dapat dilakukan melalui media massa
seperti Koran, radio, dan juga televisi. Seperti halnya pernah diungkapkan oleh Nabeel Jurdi “in mass
communication there is no face to face contact” yang artinya dalam komuniksai massa, tidak ada
tatap muka antar penerima pesan.

1.Dizaman era globalisasi ini komunikasi tidak hanya akan terjadi pada saat bertatap muka atau disaat
bertemu dengan lawan komunikasi saja, karena komunikasi saat ini sudah banyak mendapatkan alat
bantu seperti media sosial, telephone, radio, dan televisi. Pradigma Harold D. Lasswell(1984) tentang
proses komunikasi, secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi seseorang
memerlukan media
2. Salah satu contoh alat bantu yang banyak digandrungi masyarakat dari zaman dahulu dan sampai
sekarang adalah televisi, saat ini banyak pemberitaan yang menarik minat penonton untuk melihat
dan mendengarkan pemberitaan masalah demo besar-besaran yang disebabkan karena adanya
pelecehan agama, mirisnya melecehkan agama tersebut tidak lain hanya untuk kepentingan politik
maupun kesenagan semata. Sehingga banyak menimbulkan opini-opini masyarakat yang mengutuk
tindaktanduk para pelaku pelecehan agama tersebut.

Salah satunya adalah Kasus yang meninmpa Roy Suryono yang bermula dari meme stupa Borodur
yang diedit mirip wajah Presiden Jokowi. Adapun maksut unggahan meme tersebut karena Roy
Suryono ingin mengkritik kebijakan pemerintah soal bakal naiknya tiket Candi Borobudur. Terkait
tindakan Roy Suryono ia telah ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan agama.untuk Kasus Roy
suryono ini dapat dikenakan pasal Pasal 45 A (2) jo Pasal 28 Ayat 2 Undang-undang No.19
Tahun 2016 tentan ITE : “Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA).Pasal ini telah memenuhi unsur sesuai Kasus yang Roy Suryono
lakukan begitupun untuk pasal 156 (a) ayat 1 yaitu “Yang Pada pokoknya bersifat
permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di
Indonesia” menurut penulis juga sudah memenuhi unsur untuk mengadili kasus atau
tindakan yang Roy Suryono lakukan.Namun dalam kasus ini juga bisa diselesaikan secara
Ultimum Remedium atau Upaya Mediasi antara Para Pihak yang berperkara.

E.KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan isu hukum dan argumentasi hukum diatas maka dapat disimpulkan dengan adanya
kurang memperhatikan, kelalaian ataupun tindakan melawan hukum dalam memberikan atau
mengkritisi sesuatu di media sosial dapat dikenakan sanksi pidana apalagi dalam memberikan
pendapat ataupun memposting sesuatu dalam media sosial sudah mengandung unsur penghinaan
terhadap Suku,Agama, dan Ras tertentu yang ada di Indonesia. Kitab undang-undang Hukum
Pidana khusunya Pasal 156 telah mengatur hal tersebut dan tindakan tersebut dilarang dalam
Undang-undang yang berlaku di Negara kita, begitupun Pada Undang-Undang ITE khususnya
pada pasal 45 A (2) jo Pasal 28 ayat 2 Undang-undang No.19 Tahun 2016.
Jadi untuk Masyarakat Indonesia ketika mengkritisi ataupun berkomentar di Media sosial harap
selalu memperhatikan hal-hal yang kalian ketik maupun tulis jangan sampai menimbulkan
masalah akibat tindakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai