1. Jenis Kata
Dalam jenis kata bahasa Jepang terdapat kata kerja, kata sifat, kata benda, kata keterangan,
kata penghubung dan partikel.
2. Urutan Kata
Predikat selalu terletak pada akhir kalimat. Selain itu, dalam bahasa Jepang kata yang
diterangkan terletak di belakang kata yang menerangkan.
Jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia mempunyai urutan kalimat
dasar S-P-O-K, sementara itu, bahasa Jepang S-K-O-P
contoh susunan kata dalam bahasa Indonesia;
Saya makan mendoan di Warung Banyumas besok. (S-P-O-K)
jika disusun dalam kalimat bahasa Jepang menjadi,
Saya besok Warung Banyumas di mendoan makan (S-K-O-P)
(Watashi wa ashita Warung Banyumas de mendoan o tabemasu)
3. Predikat
Kata benda, kata kerja, dan kata sifat dalam bahasa Jepang berfungsi sebagai predikat.
Predikat dapat menunjukkan (1) positif atau negatif dan (2) non-waktu lampau atau waktu
lampau.
Kata sifat dibagi dalam dua grup yaitu K. Sifat-i dan K. Sifat-na sesuai dengan perubahannya.
Dalam bahasa Jepang tidak ada perubahan untuk orang, jenis atau bilangan.
4. Partikel
Di belakang kata atau kalimat dipakai Partikel. Partikel menunjukkan hubungan antara kata
dengan kata dalam kalimat dan maksud si pembicara, juga berfungsi menambahkan berbagai
arti.
5. Penghilangan
Kata-kata dan ungkapan yang bisa diketahui dari konteks kalimat biasanya dihilangkan.
Subjek dan objek pada kalimat juga biasanya dihilangkan (dilesapkan, tidak disebutkan tetapi
antara pembicara dan lawan bicara sudah saling memahami tentang apa yang dimaksud)
Bahasa Jepang ditulis dengan ketiga aksara tadi, yaitu Kanji / Hiragana / Katakana. Nama-
nama dan kata-kata asing biasanya ditulis dengan huruf Katakana. 1945 Kanji ditentukan
sebagai Kanji yang perlu dipergunakan sehari-hari. Hiragana dipakai untuk menulis partikel,
bagian dalam kata kerja dan kata sifat yang dapat berubah dll
Selain dari ketiga aksara tadi, kadang-kadang dipakai pula Romaji (huruf Latin). Tapi
pemakaian Romaji tidak umum, kecuali pada papan-papan reklame atau penunjuk jalan yang
diperuntukkan bagi orang asing. Empat jenis aksara dipakai seperti contoh berikut.
Bunyi bahasa Jepang didasarkan pada lima vokal:あ(a), い(i), う (u), え(e) dan お(o) (Lih.daftar
di halaman depan). Sebagai satu bunyi, vokal dipakai sendiri atau di depannya dilampiri
konsonan (contoh: k+a=か) atau konsonan dan semi vokal "y" (contoh: k+ya ). Terdapat
pengecualian mora istimewa, ん(n), yang tidak berikut dengan vokal dan diucapkan sebagai
satu bunyi.
Semua bunyi tersebut di atas diucapkan sebagai satu bunyi yang panjangnya hampir sama.
[Catatan 1] Sebuah mora adalah satu satuan bunyi dalam bahasa Jepang
[Catatan 2] Untuk menulis bahasa Jepang sesuai dengan bunyi, digunakan Kana (Lih. Kana
dan Mora di halaman depan)
Pada umumnya satu Kana atau satu Kana yang diikuti dengan Kana yang kecil (contoh: きや
baca: kya ) mewakili sebuah mora.
Berdasarkan panjang-pendeknya vokal ini, arti katanya akan berubah. Oleh karena itu sangat
penting untuk membedakan pengucapan vokal yang panjang dengan yang pendek
contoh:
おばさん(bibi) :おばあさん(nenek)
おじさん(paman) :おじ 1 さん(kakek)
ゆき(salju) :ゆうき(keberanian)
え(gambar) :ええ(ya)
とる(mengambil) : とおる(melalui)
ここ (sin) :こうこう(SMU)
ヘや(kamar) :へいや(padang)
[Catatan]
1) Cara menulis bunyi vokal panjang dalam Hiragana
1) Pengucapan /n/ pada sebelum bunyi dalam baris ta, da, ra, dan baris na.
contoh: はんたい(perlawanan), うんどう (olahraga), せんろ (rel kereta api) みんな (semua)
2) Pengucapan /m/ pada sebelum bunyi dalam baris ba, pa, dan baris ma
contoh: しんぶん (surat kabar), えんびつ (pensil), うんめい (nasib)
contoh:
ひやく(meloncat) :ひゃく(seratus)
じゅう(kebebasan) : じゅう (sepuluh)
びよういん(salon kecantikan): びょういん(rumah sakit)
8. Aksen
Aksen kata dalarm bahasa Jepang tinggi-rendahnya nadanya. Yaitu dalam satu kata ada yang
moranya diucapkan dengan tinggi, ada yang moranya diucapkan dengan rendah. Ada tidaknya
ucapan yang mulai merendah dalam satu kata, terbagi dalam 2 jenis. Kata-kata yang
diucapkan dengan nada merendah terbagi lagi dalam 3 jenis menurut kedudukannya.
Aksen bahasa Jepang standar mempunyai ciri-cirinya bahwa dalam satu kata mora yang
pertama berbeda nadanya dengan mora yang kedua, dan ucapan yang merendah tak
meninggi lagi.
8