Anda di halaman 1dari 201

LAPORAN LENGKAP

KIMIA ORGANIK DASAR

SADIQAH YARA LAILANUN R


H041 20 1024

LABORATORIUM KIMIA DASAR II


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laboratorium Kimia Organik Dasar


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin

SADIQAH YARA LAILANUN R


H041 20 1024

NO. PERCOBAAN ASISTEN PARAF

1 Hidrokarbon Septian Pratama Paseru


Senyawa Halogen dan
2 Dionisius Sandi Tri Putra
Turunannya

3 Alkohol dan Fenol Muhammad Taufik

Asam Karboksilat dan


4 Muhammad Fathir Hasyim
Turunannya

5 Asam Amino dan Protein Nia Kurnia

6 Analisis Sifat Karbohidrat Septian Pratama Paseru

Makassar, 24 Mei 2021


Koordinator Laboratorium Kimia Organik Dasar

Dr. Hj. Seniwati Dali, M.Si


NIP.19581231 198803 2 003

ii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Terik matahari seakan menghujam

Selagi bertatap wajah via zoom

Lantas akal sejalan dengan hati

Tak lupa tp senantiasa menanti

Raut wajah laksana cuaca

Seruan Oncam tak henti-hentinya

Akal meggerutu kepayahan

Teringat gelisah saat respon

Dikiranya telah usai

Nyatanya laprak menanti

Menyelami lautan dunia maya

Berburu untuk daftar pustaka

Beribu-ribu spesies manusia

Bertemu saat bulan purnama

Apresiasi untuk Aslab kimia

Aslab terbaik sepanjang masa

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

seluruh berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar II dengan baik dan tepat waktu.

Tak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengawas

praktikum, asisten praktikum yang telah membimbing dengan sangat baik, orang

tua yang senantiasa mendampingi penulis, teman-teman tercinta, serta semua

pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian laporan lengkap praktikum ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan lengkap ini

masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun

demikian, penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan

yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan-laporan praktikum

penulis selanjutnya.

Makassar, 24 Mei 2021

Sadiqah Yara Lailanun R

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................i

Lembar Pengesahan................................................................................................ii

Lembar Persembahan............................................................................................iii

Kata Pengantar.......................................................................................................iv

Daftar Isi...................................................................................................................v

Laporan-laporan

1. Laporan Hidrokarbon.......................................................................................1

2. Laporan Senyawa Halogen Organik..............................................................19

3. Laporan Alkohol dan Fenol............................................................................43

4. Laporan Asam Karboksilat dan Turunannya..............................................79

5. Laporan Asam Amino dan Protein..............................................................105

6. Laporan Analisis Sifat Karbohidrat............................................................134

Kesan dan Pesan..................................................................................................165

Foto Praktikan Kimia Organik Dasar...............................................................171

Foto Angkatan Praktikum Kimia Organik Dasar 2021...................................184

Foto Kelompok dan Asisten................................................................................185

Biografi Penulis....................................................................................................187

Kartu Kontrol......................................................................................................190

v
HIDROKARBON
Laporan Praktikum Kimia Dasar II

PERCOBAAN I
HIDROKARBON

NAMA : SADIQAH YARA LAILANUN R

NIM : H041 20 1024

HARI/TANGGAL : RABU/ 31 MARET 2021

KELOMPOK : 2 (DUA)

ASISTEN : SEPTIAN PRATAMA PASERU

LABORATORIUM KIMIA DASAR II


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

1
HASIL PPRAKTIKUM

HIDROKARBON

Disusun dan diajukan oleh :

SADIQAH YARA LAILANUN R


H041 20 1024

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 11 April 2021

ASISTEN PRAKTIKAN

SEPTIAN PRATAMA PASERU SADIQAH YARA LAILANUN R


NIM : H311 16 307 NIM : H041 20 1024

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama awal abad ke-19, para pakar masih berpandangan bahwa senyawa

yang ditemukan dalam organisme hidup hanya dapat dibentuk oleh daya hidup

yang terdapat dalam organisme. Kimia organik merupakan nama yang didasarkan

pada paradigma tersebut dan dibedakan dari kimia anorganik yang mencakup

semua senyawa yang tidak ditemukan dalam materi hidup. Selanjutnya diketahui

bahwa semua senyawa organik mengandung karbon (Sunarya, 2016).

Senyawa organik jika dikategorikan menurut struktur kimianya menjadi

alkana (parafin) yang bersifat jenuh, alkena dan alkuna yang bersifat tidak jenuh

dan benzena sebagai senyawa hidrokarbon aromatik (Patel dan Shah, 2013).

Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon

yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu

ikatan dinamakan senyawa hidrokarbon jenuh. Senyawa hidrokarbon dengan dua

atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan

senyawa hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden dan Fessenden, 1997).

Senyawa karbon tidak harus berasal dari makhluk hidup. Walaupun


demikian, istilah kimia organik masih tetap dipakai mengingat bahwa sumber
utama senyawa karbon adalah makhluk hidup (tumbuhan dan hewan) atau fosil
makhluk hidup. Sesuai dengan uraian diatas maka dilakukanlah percobaan
hidrokarbon ini untuk mengetahui kelarutan dari senyawa hidrokarbon dan untuk
membedakan senyawa tersebut apakah merupakan hidrokarbon jenuh,
hidrokarbon tak jenuh, ataukah senyawa aromatik.

3
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah membedakan antara hidrokarbon jenuh,

tidak jenuh dan senyawa aromatik.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:

1. untuk mengetahui kelarutan senyawa-senyawa hidrokarbon di dalam pelarut

polar ataupun non-polar.

2. untuk mengetahui reaksi senyawa-senyawa hidrokarbon yang terjadi pada

pereaksi KMnO4 0,1 M dan pereaksi I2 5%.

1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini mereaksikan antara beberapa senyawa

hidrokarbon yang bersifat non polar dengan pelarut polar dan pelarut non polar

serta mengamati ada atau tidaknya reaksi yang terjadi antara senyawa hidrokarbon

oksidator KMnO4 0,1 M dan I2/CCl4 5%.

1.4 Landasan Teori

Hidrokarbon adalah senyawa organik yang tersusun dari atom karbon (C)

dan hidrogen (H). Berdasarkan penyusunannya dalam struktur hidrokarbon

dibedakan menjadi hidrokarbon alifatik, alisiklik dan aromatik. Hidrokarbon

alifatik adalah senyawa organik yang tersusun oleh karbon dan hidrogen dalam

rantai terbuka. Hidrokarbon alifatik dapat berupa alifatik jenuh dan tidak jenuh.

Alifatik jenuh apabila didalam struktur molekulnya hanya mempunyai ikatan

tunggal. Sedangakn alifatik tidak jenuh apabila di dalam strukturnya terdapat

4
ikatan rangkap. Hidrokarbon siklik adalah senyawa organik yang tersusun dalam

suatu cincin atau rantai tertutup. Senyawa aromatik merupakan hidrokarbon yang

tersusun dalam cincin yang memiliki ketidakjenuhan yang tinggi dan memiliki

aroma atau bau yang khas (Wardiyah, 2016).

Alkena lebih reaktif daripada alkana akibat adanya ikatan rangkap dua.

Reaksi brominasi pada alkena merupakan reaksi yang berguna untuk uji

ketidakjenuhan. Jika beberapa tetesan larutan Br2 yang dilarutkan dalam karbon

tetraklorida ditambahkan ke dalam alkena, warna merah coklat dari Br2 hilang.

Reaksi dengan alkana tidak terjadi, sebab larutan tetap berwarna merah coklat dari

brom (Sunarya, 2016).

Hidrokarbon termasuk kaya keragaman senyawa kimia organik dalam

bentuk potreleum deposits termasuk minyak dan gas diberbagai reservoirs,

bitumen dalam minyak alberta, batubara dan clathrate hydrates. Hidrokarbon

yang besar adalah alkana, metana (gas alam, CH4), etana (C2H6), propane (C3H8)

dan butane (C4H10). Cairan komponen dari petroleum termasuk campuran

kompleks dari hidrokarbon siklik (Septhon dan Hazen, 2013).

Pada reaksi adisi, gugus A pada senyawa A-B terikat pada salah satu

karbon yang memiliki ikatan rangkap dua dan gugus B terikat pada karbon

rangkap dua yang lainnya. Reaksi substitusi merupakan reaksi yang melibatkan

penggantian atom / gugus atom pada molekul dengan atom/gugus atom lainnya.

Pada umumnya, reaksi eliminasi mengikuti aturan Zaitsev. Aturan Zaitsev

menyatakan bahwa atom H yang tereliminasi merupakan atom H yang terikat

pada atom karbon yang paling sedikit mengikat hidrogen Pada umumnya alkena

lebih mudah dioksidasi dibanding alkana oleh reagen pengoksidasi. Reagen ini

menyerang elektron pada ikatan rangkap (Hart, 2012).

5
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Metode Percobaan

2.1.1 Alat dan Bahan Percobaan

2.1.1.1 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung

reaksi, pipet tetes, lampu spritus, kaki tiga, kasa, gelas piala, korek api dan tissue roll.

2.1.1.2 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah n-heksana,

sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, dietil eter, parafin, KMnO4 0,1 M,

I2/CCl4 5% dan aquades.

2.1.2 Prosedur Percobaan

2.1.2.1 Kelarutan Hidrokarbon

Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung reaksi (1)

diisi dengan 0,5 mL air dan tabung reaksi (2) diisi dengan 0,5 mL dietil eter.

Kedalam tabung reaksi (1) dan (2), ditambahkan setetes demi setetes larutan

n-heksana (10 tetes). Dikocok dan diperhatikan kelarutannya. Dikerjakan seperti 1

sampai 4 dengan menggunakan hidrokarbon yang lain.

2.1.2.2 Kereaktifan Senyawa Hidrokarbon

Disiapkan 12 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Masing-masing

tabung reaksi diisi dengan 1 mL n-heksana, sikloheksana, benzen, toluen, parafin,

dan etil asetoasetat (sebagai pembanding). Ditambahkan 1 tetes larutan KMnO4

0,1 M. Dikocok dan dipanaskan. Diamati dan dicatat perubahan yang

terjadi.Diulangi percobaan diatas dan diganti KMnO4 0,1 M dengan 1-2 tetes.

6
2.2 Tabel
2.2.1 Tabel Kelarutan Hidrokarbon

Tabel 1. Tabel Pengamatan Kelarutan Senyawa Hidrokarbon


Kelarutan Kelarutan
Hidrokarbon Keterangan
(Air) (dietil eter)
n-heksana 2 fasa 1 fasa non polar
Sikloheksana 2 fasa 1 fasa non polar
Benzena 2 fasa 1 fasa non polar
Toluena 2 fasa 1 fasa non polar
Parafin 2 fasa 1 fasa non polar

2.2.2 Tabel Reaksi Senyawa Hidrokarbon

Tabel 2. Tabel Pengamatan Reaksi Senyawa Hidrokarbon


Perubahan yang Terjadi
Hidrokarbon Keterangan
+KMnO4 0,1 M +Br2/CCl4 5 %
Terjadi perubahan
Tidak terjadi
n-heksana warna dari kuning Bereaksi dengan I2
perubahan warna
ke bening
Terjadi perubahan
Tidak terjadi
Sikloheksana warna dari kuning Bereaksi dengan I2
perubahan warna
ke bening
Tidak bereaksi
Tidak terjadi Tidak terjadi
Benzena dengan I2 dan
perubahan warna perubahan warna
KMnO4
Terjadi perubahan
Tidak terjadi
Toluena warna dari kuning Bereaksi dengan I2
perubahan warna
ke bening
Terjadi perubahan
Tidak terjadi
Parafin warna dari kuning Bereaksi dengan I2
perubahan warna
ke bening
Terjadi perubahan Terjadi perubahan
Bereaksi dengan I2
Etilasetoasetat warna dari ungu ke warna dari kuning
dan KMnO4
bening ke bening

2.3 Reaksi

CH3 – CH2 – CH2 – CH2- CH2 – CH3 + KMnO4

7
+ KMnO4

+ KMnO4

CH3

+ KMnO4

O O
H2
H3C C C C OC2H4 + KMnO4

O O
H2
H3C C C C OC2H4 + MnO2 + C2H5OH + K+

H2 H2 H2 H2
H3C C C C C CH3 + I2 H3C C4H6 CH2I + HI

I2
I2
I2

CH3 CH3
I
+ I2 + HI

I2

+ I2 + HI

8
O O O O

H3C O CH3 + I2 H3C O-I + C2H5I

II.3 Pembahasan

II.3.1 Kelarutan Senyawa Hidrokarbon

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa untuk n-heksana, sikloheksana,

benzena, toluena dan parafin tidak larut dalam air karena membentuk 2 fasa tetapi

larut dalam dietil eter karena membentuk 1 fasa. Berdasarkan teori dapat diketahui

suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar begitu pula dengan senyawa

non polar akan larut dalam senyawa non polar juga. Alkana seperti n-heksana,

sikloheksana, dan parafin bersifat non polar dipengaruhi oleh rantai karbonnya.

Semakin panjang rantai karbon atau semakin besar bobot molekulnya, semakin

bersifat non polar. Hidrokarbon aromatik sifat kimianya menyerupai benzena,

bersifat non polar, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti

dietil eter, karbon tetraklorida atau n-heksana. Urutan kepolaran hidrokarbon dari

yang paling non polar ke yang paling polar ialah n-Heksana (1,89) < Benzena

(2,3) < Toluena (4,3) < Etil asetoasetat (6,0) < Parafin (8,2) < Sikloheksana (9,3).

II.3.2 Reaksi Senyawa Hidrokarbon


Berdasarkan tabel 2, dapat diamati bahwa perubahan yang terjadi pada

n-heksana hanya bereaksi dengan I2/CCl45%, sikloheksana hanya bereaksi dengan

I2/CCl45%, benzena tidak dapat bereaksi dalam KMnO4 0,1 M dan tidak bereaksi

dengan I2/CCl4 5%, toluena hanya bereaksi dengan I2/CCl4 5%, parafin hanya

bereaksi dengan I2/CCl45%, etilasetoasetat bereaksi dengan KMnO4 0,1 M karena

teroksidasi dan sangat cepat larut dan pada I2/CCl4 5% juga bereaksi karena

teradisi dan ditandai dengan terjadinya perubahan warna.

Pada n-heksana, sikloheksana dan parafin tidak dapat dioksidasi karena


merupakan hidrokarbon jenuh. Berbeda dengan senyawa lainnya, khusus untuk

9
benzena, tidak mengalami oksidasi dan adisi karena didalam benzena terdapat

elektron yang terdelokalisasi, sehingga sangat sulit untuk memutuskan ikatan

rangkap yang ada di dalam benzena.

10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah:

1. Setelah dilakukan percobaan dan didapatkan hasil yaitu adapun senyawa

hidrokarbon yang bersifat non polar seperti n-heksana, sikloheksana, benzena,

etil asetoasetat, toluena, dietil eter dan parafin tidak larut dalam pelarut polar

(air) tetapi larut dalam pelarut non polar dikarenakan seyawa hidrokarbon

tersebut mempunyai sifat non polar.

2. Senyawa hidrokarbon seperti n-heksana, sikloheksana, parafin, benzena dan

toluena tidak dapat bereaksi dengan KMnO4 0,1 M karena merupakan

senyawa yang jenuh, sedangkan senyawa hidrokarbon seperti n-heksana,

sikloheksana, parafin dan toluen dapat bereaksi dengan I2/ CCl4 5% ketika

dipanaskan karena termasuk dalam kelompok senyawa yang tidak jenuh.

Namun, benzena tidak bereaksi dengan apapun dikarenakan molekulnya yang

sangat stabil.

3.2 Saran

3.2.1 Saran Untuk Praktikum

Diharapkan agar kedepannya praktikum dapat berjalan dengan lebih baik

lagi dengan cara meminimalisir kendala-kendala yang dapat terjadi dengan

kondisi praktikum daring seperti saat ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 2010, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa
Aksara Publisher, Tanggerang.

Hart, D.J., Hadad, C.M., Craine, L.E., dan Hart, H., 2012, Organic Chemistry:
A Short Course, Belmont, Brooks/ Cole.

Sephton, M.A., dan Hazen, R.M., 2013, On The Origin Of Deep Hydrocarbons,
Review in Mineralogy & Geochemistry, 75(1): 449-465.

Sunarya, Yayan., (2016). Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Terkini.


Bandung:CV. Yrama Widya.

Wardiyah., (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi:Kimia Organik.Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

12
Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Kelarutan Senyawa Hidrokarbon

Air dan dietil eter

(0,5 mL)

- Disiapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan kering.

- Diisi tabung pertama dengan 0,5 mL air, dan tabung kedua diisi

dengan 0,5 mL dietil eter.

- Ditambahkan setetes demi setetes larutan n-heksana (± 10 tetes)

kedalam tabung reaksi pertama dan kedua.

- Dihomogenkan masing-masing larutan. Diperhatikan

kelarutannya.

- Dicatat apa yang terjadi.

- Diulangi prosedur dengan mengganti n-heksana dengan

menggunakan senyawa hidrokarbon lain yaitu siklohekasana,

benzena, toluena dan parafin.

Hasil

13
B. Reaksi Senyawa Hidrokarbon

n-Heksana, sikloheksana,
benzena, toluen, parafin,
dan etil asetoasetat
(1 mL)
- Disiapkan enam buah tabung reaksi yang bersih dan kering.

- Diisi tabung pertama dengan 1 mL n-heksana, tabung kedua diisi

1 mL sikloheksana, tabung ketiga diisi 1 mL benzena, tabung

keempat diisi 1 mL toluen, tabung kelima diisi 1 mL parafin, dan

tabung keenam diisi 1 mL etil asetoasetat.

- Ditetesi masing-masing tabung reaksi dengan 1 tetes KMnO4

0,1 M.

- Dihomogenkan larutannya.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

- Diulangi prosedur dengan mengganti KMnO4 0,1 M dengan

beberapa tetes latutan I2/CCl4 5 %.

Hasil

14
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan

1. Kelarutan Hidrokarbon

2. Reaksi Hidrokarbon

15
16
Lampiran 3 Sumber

17
18
SENYAWA HALOGEN ORGANIK
Laporan Praktikum Kimia Dasar II

PERCOBAAN II
SENYAWA HALOGEN ORGANIK

NAMA : SADIQAH YARA LAILANUN R

NIM : H041 20 1024

HARI/TANGGAL : RABU/ 07 APRIL 2021

KELOMPOK : 2 (DUA)

ASISTEN : DIONISIUS SANDHI TRI PUTRA

LABORATORIUM KIMIA DASAR II\


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

19
HASIL PPRAKTIKUM

SENYAWA HALOGEN ORGANIK

Disusun dan diajukan oleh :

SADIQAH YARA LAILANUN R


H041 20 1024

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 27 April 2021

ASISTEN PRAKTIKAN

DIONISIUS SANDHI TRI PUTRA SADIQAH YARA LAILANUN R


NIM : H311 16 010 NIM : H041 20 1024

20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa halogen organik merupakan senyawa yang terdiri dari ikatan

karbon dan hidrogen yang mengandung unsur Flourin (F), Klorin (Cl), Bromin

(Br), Iodin (I), dan Astatin (As). Senyawa ini sangat berguna dalam kehidupan

sehari-hari karena ia dapat berfungsi sebagai pelarut dalam pencucian tanpa air,

pestisida, zat pedingin, dan penghilang lemak. Senyawa halogen organik adalah

senyawa yang penting karena senyawa halogen dapat berupa suatu reagen awalan

substrat yang dapat digunakan dalam sintesis seperti alkil halida dan aril halida,

terutama halnya unsur bromida dan klorida. (Adriani dkk, 2019).

Sumber senyawa ini di lingkungan adalah proses alami dan buatan. Proses

alami meliputi pembentukan senyawa selama pembakaran, kebakaran tetapi juga

dari sintesis yang dilakukan oleh jamur, alga, spons, dan lumut. Senyawa halogen

organik yang terjadi secara alami di lingkungan jauh lebih kecil daripada yang

terjadi dari sumber antropogenik (Wlodarczyk-Makula dan Wisniowska, 2019).

Halogen memiliki sifat tertentu dan berubah dengan teratur dari satu unsur

ke unsur yang berikutnya. Kenaikan titik didih dengan bertambahnya nomor atom,

molekul-molekul yang lebih besar , mempunyai gaya tarik menarik yang lebih

besar daripada yang memiliki molekul-molekul yang lebih kecil. Halogen lebih

mudah larut dalam pelarut nonpolar. Halogen merupakan pengoksidasi kuat. Daya

pengoksidasi halogen menurun dari atas ke bawah, yaitu dari Flourin ke Iodin

(Tobing dkk, 2019). Oleh karena itu dilakukan percobaan untuk mengetahui

kelarutan dan reaktifitas yang terjadi pada senyawa halogen organik.

21
1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan kali ini adalah :

1. bagaimana kelarutan senyawa halogen organik di dalam pelarut polar ataupun

non polar?

2. bagaimana kereaktifan senyawa halogen organik di dalam pelarut polar

ataupun non polar?

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui kelarutan senyawa halogen

organik dan reaktifitas senyawa halogen organik.

1.3.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. mengetahui kelarutan beberapa senyawa halogen organik

2. mengetahui reaktifitas beberapa senyawa halogen organik

1.4 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan ini, pada percobaan pertama untuk mengetahui

kelarutan senyawa halogen organik dengan mereaksikan kloroform (CHCl3),

karbon tetraklorida (CCl4) dengan air, minyak dan mentega kemudian mengamati

apakah senyawa halogen organik yang diujikan larut pada air, minyak dan

mentega. Apabila senyawa halogen organik yang diujikan larut pada air maka

menunjukkan senyawa tersebut bersifat polar namun jika senyawa tersebut tidak

dapat larut dalam air berarti menunjukkan senyawa tersebut bersifat nonpolar.

Sebaliknya jika senyawa yang diujikan dapat larut pada minyak dan mentega

22
maka hal ini menunjukkan senyawa bersifat nonpolar namun, jika senyawa

tersebut tidak larut pada minyak dan mentega maka hal ini menunjukkan senyawa

yang diujikan bersifat polar. Pada percobaan kedua untuk mengetahui kereaktifan

senyawa halogen organik dengan mereaksikan AgNO3/alkohol dan NaI/aseton

dengan benzil klorida, kloro benzena, kloroform, dan diklorometan, kemudian

mengamati apakah senyawa halogen organik yang diujikan bereaksi dengan

benzil klorida, kloro benzena, kloroform, dan diklorometan. Apabila senyawa

yang diujikan menghasilkan endapan maka menunjukkan bahwa senyawa tersebut

bersifat reaktif sebaliknya jika senyawa yang diujikan tidak mengalami perubahan

warna dan menghasilkan endapan menunjukkan bahwa senyawa tersebut bersifat

tidak reaktif.

23
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Metode Percobaan

2.1.1 Alat Percobaan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung dan pipet tetes.

2.1.2 Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak,

akuades, mentega, benzil klorida, kloro benzena, kloroform, diklorometan,

kloroform (CHCl3), karbon tetraklorida (CCl4), AgNO3/alkohol dan NaI/aseton.

2.1.3 Prosedur Kerja

2.1.3.1 Kelarutan Senyawa Halogen Organik

Disiapkan tiga buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 0,5 mL

CCl4. Tabung pertama (1) ditambahkan beberapa tetes air, tabung kedua (2)

dengan minyak dan tabung (3) dengan mentega (sudah dicairkan). Dikocok dan

perhatikan kelarutannya masing-masing dan dicatat. Diulangi prosedur dari awal

dengan mengganti CCl4 dengan CHCl3.

2.1.3.2 Reaktifitas Senyawa Halogen Organik

Disiapkan empat buah tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi diisi


dengan 1 mL AgNO3/alkohol yang berkadar 2%. Tabung pertama ditambah

dengan benzil klorida, tabung kedua dengan kloro benzena, tabung ketiga dengan

kloroform dan tabung keempat dengan diklorometan, masing-masing 3 tetes.

Dikocok agak kuat, diamati dan dicatat. Diulangi prosedur dari awal dengan
mengganti AgNO3/alkohol dengan NaI/aseton.

24
2.2 Tabel Pengamatan

2.2.1 Kelarutan Senyawa Halogen Organik


Tabel 1. Kelarutan Senyawa Halogen Organik
Kelarutan dalam
Bahan Keterangan
CCl4 CHCl3
Air 2 fasa 2 fasa Polar
Minyak 1 fasa 1 fasa Non polar
Mentega 1 fasa 1 fasa Non polar

2.2.2 Reaktifitas Senyawa Halogen Organik


Tabel 2. Reaktifitas Senyawa Halogen Organik
Perubahan yang terjadi
Bahan Keterangan
AgNO3/Alkohol Nal/Aseton
Bereaksi dengan
Benzil klorida Endapan putih Endapan putih
AgNO3 dan NaI
Tidak bereaksi
Kloro Benzena Larutan bening Larutan bening dengan AgNO3
dan NaI
Tidak bereaksi
Kloroform Larutan bening Larutan bening dengan AgNO3
dan NaI
Tidak bereaksi
Diklorometan Larutan bening Larutan bening dengan AgNO3
NaI

2.3 Reaksi

2.3.1 Kelarutan Senyawa Halogen Organik

25
26
2.3.2 Reaktifitas Senyawa Halogen Organik

27
2.4 Pembahasan

2.4.1 Kelarutan Senyawa Halogen Organik

Pada tabel 1, diketahui bahwa air bersifat polar, sedangkan minyak dan

mentega bersifat non polar. Ketika CCl4 dan CHCl3 dimasukkan ke dalam air,

kedua senyawa tersebut tidak dapat menyatu dengan air atau membentuk dua fasa

dimana air terletak di bagian atas serta CCl4 dan CHCl3 berada di bawah air. Hal

tersebut dikarenakan CCl4 dan CHCl3 bersifat nonpolar dan air bersifat polar,

selain itu senyawa CCl4 dan CHCl3 memiliki berat molekul yang lebih besar dari

berat molekul air yaitu CCl4 memiliki berat molekul sebesar 153,82 g/mol dan

CHCl3 memiliki berat molekul sebesar 119,38 gram/mol, sedangkan pada air

hanya memiliki berat molekul sebesar 18,01528 g/mol, karena berat molekul CCl4

dan CHCl3 lebih besar dibandingkan berat molekul air menyebabkan kedua

senyawa tersebut tidak dapat menyatu dengan air. Sedangkan, ketika CCl4 dan

CHCl3 direaksikan dengan minyak dan mentega, terlihat bahwa kedua senyawa

tersebut larut dalam minyak dan mentega serta membentuk 1 fasa karena CCl4,

CHCl3, minyak dan mentega bersifat non polar, akan tetapi, jika dibandingkan

tingkat kepolaran antara CCl4 dan CHCl3, maka yang lebih bersifat polar adalah

CHCl3 dikarenakan struktur dari CCl4 simetris dan beda keelektronegatifannya

lebih kecil dibandingkan CHCl3 yang hanya mengikat tiga atom halogen.

2.2 Reaksi Senyawa Halogen Organik

Perlakuan pertama dalam percobaan ini adalah mencampurkan benzil

klorida dengan AgNO3/Alkohol kemudian dibandingkan dengan campuran benzil

klorida dengan NaI/Aseton. Setelah diamati campuran benzil klorida dengan

AgNO3/Alkohol menghasilkan larutan bening disertai dengan adanya gelembung

gas. Sedangkan untuk campuran benzil klorida dengan NaI/Aseton menghasilkan

28
larutan keruh dan terdapat endapan berwarna putih, hal tersebut terjadi karena

adanya reaksi nukleofilik pertama SN1 dimana senyawa benzil klorida yang terikat

pada benzena melepaskan atom klor yang lebih bersifat reaktif dibandingkan

dengan iodin yang terikat pada NaI.

Perlakuan kedua yaitu dengan mencampurkan klorobbenzena dengan

AgNO3/Alkohol kemudian dibandingkan dengan campuran klorobenzena dengan

NaI/Aseton. Setelah diamati campuran klorobenzena dan AgNO3/Alkohol

menghasilkan larutan yang berwarna bening (tidak bereaksi). Sama halnya dengan

campuran klorobenzena dan AgNO3/Alkohol, campuran kloro benzena dengan

NaI/Aseton juga menghasilkan menghasilkan larutan berwarna bening (tidak

bereaksi) hal tersebut dikarenakan keelektronegatifan atom iodin pada NaI

memiliki keelektronegatifan yang lebih rendah dibandingkan klor pada

klorobenzena.

Perlakuan ketiga yaitu mencampurkan kloroform degan AgNO3/Alkohol

kemudian dibandingkan dengan campuran kloroform dengan NaI/Aseton. Setelah

diamati, campuran kloroform dengan AgNO3/Alkohol hanya menghasilkan

larutan berwarna bening (tidak bereaksi) begitu pula dengan campuran kloroform

dengan NaI. Perlakuan keempat yaitu mencampurkan diklorometan dengan

AgNO3/Alkohol dan NaI,didapatkan hasil yang sama dengan perlakuan pada

kloroform yaitu hanya menghasilkan larutan berwarna bening (tidak bereaksi).

Tidak bereaksinya kloroform dengan dengan NaI, disebabkan karena atom iodin

pada senyawa NaI memiliki keelektronegativitas yang lebih rendah dibandingkan

atom klor pada senyawa kloroform dan diklorometan, berdasarkan teori senyawa

kloroform seharusnya dapat bereaksi dengan AgNO3, karena Ag dapat mengikat

halogen dan NO3 akan terikat dalam senyawa kloroform, kemungkinan tidak

29
terjadinya reaksi yang telah dilakukan dikarenakan unsur halogen pada senyawa

kloroform telah menguap sehingga tidak terjadi reaksi.

Berdasarkan tingkat kereaktifan senyawa yang hanya mengandung unsur

karbon, hidrogen dan halogen, alkil halida lebih besar tingkat kereaktifannya

dibandingkan asil halida dan vinilik halida. Karena pengaruh resonansi pada

ikatan rangkap karbon milik asil halida dan vinilik halida menyebabkan

kurangnya tingkat kereaktifan pada kedua senyawa tersebut (Legiso,2021). Pada

percobaan ini didapatkan kereaktifan benzil klorida lebih besar dibandingkan

kloroform dan diklorometan, hal tersebut menyimpang dari teori yang ada karena

senyawa kloroform dan diklorometan seharusnya lebih cepat bereaksi

dibandingkan dengan benzil klorida karena pada ikatan rangkap senyawa benzil

klorida terjadi resonansi yang menyebabkan kereaktifannya lebih kecil

dibandingkan klorofom dan diklorometana. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

urutan kereaktifan berdasarkan teori yaitu kloroform > diklorometan > benzil

klorida > kloro benzena.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah:

1. senyawa halogen organik yaitu CCl4 dan CHCl3 tidak dapat larut dalam pelarut

polar seperti air, namun dapat larut dalam minyak dan mentega yang bersifat

nonpolar. Sehingga senyawa halogen organik CCl4 dan CHCl3 termasuk

senyawa nonpolar.

2. senyawa yang dapat bereaksi dengan AgNO3/alkohol bersifat reaktif, adapun

urutan reaksi senyawa halogen organik dilihat dari tingkat kereaktifannya,

yaitu kloro benzena < diklorometan < kloroform < benzil klorida. Senyawa

yang dapat bereaksi dengan NaI/aseton juga bersifat reaktif, adapun urutan

reaksi senyawa halogen organik dilihat dari tingkat kereaktifannya, yaitu kloro

benzena < diklorometan < kloroform < benzil klorida. Senyawa

3.2 Saran

Video percobaan yang ditampilkan sudah sangat jelas. Hanya saja karena

praktikum di laksanakan secara daring sehingga praktikan tidak bisa merasakan

langsung cara untuk melakukan percobaan tersebut dan semoga hubungan antara

praktikan dan asisten tetap terjalin dengan baik,agar praktikum berjalan dengan

kondusif, serta diharapkan untuk praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan

lebih baik lagi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, N., Nurhayanti, dan Maimun, 2019, Mekanisme Reaksi Substitusi


Nukleofilik SN1 dan SN2 Dengan Senyawa Halogen Organik. Jurnal
Pendidikan Kimia. 7(2): 1-5.

Legiso, Kiagus, Ahmad, Roni., 2021, Kimia Organik, NoerFikri, Palembang.

Tobing, A. M. L., Sidauruk, S., dan Mwiliawati, R., 2019, Kesulitan Memahami
Konsep Kimia Unsur Golongan VIIA (Halogen) Pada Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Palangka Raya Tahun
Akademik 2018/2019, Jurnal Ilmiah Kanderang, 10(1): 72-80.

Wlodarczyk-Makula, M., dan Wisniowska, E., 2019. Halogenated Organic


Compounds in Water and in Watewater. Sciendo. 29(4): 236-247.

32
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Kelarutan Senyawa Halogen Organik dalam CCl4

CCl4

- Dimasukkan sebanyak 0,5 mL ke dalam 3 tabung reaksi yang

bersih dan kering.

- Dimasukkan air pada tabung pertama, tabung kedua diisi

dengan minyak dan tabung ketiga diisi dengan mentega cair.

- Dihomogenkan dan diperhatikan dari kelarutannya masing-

masing.

- Dicatat apa yang terjadi

Hasil

33
2. Kelarutan Senyawa Halogen Organik dalam CHCl3

CHCl3

- Dimasukkan sebanyak 0,5 mL ke dalam 3 tabung reaksi yang

bersih dan kering.

- Dimasukkan air pada tabung pertama, tabung kedua diisi

dengan minyak dan tabung ketiga diisi dengan mentega cair.

- Dihomogenkan dan diperhatikan dari kelarutannya masing-

masing.

- Dicatat apa yang terjadi

Hasil

3. Reaksi Senyawa Halogen Organik dalam AgNO3/alkohol

AgNO3/alkohol

- Dimasukkan sebanyak 1 mL ke dalam 4 tabung reaksi yang bersih

dan kering.

- Masing-masing tabung ditambahkan 3 tetes: (1) kloro benzena,

(2) kloroform, (3) benzil klorida dan (4) diklorometan.

- Dihomogenkan larutannya

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

34
4.Reaksi Senyawa Halogen Organik dalam NaI/aseton

NaI/aseton

- Dimasukkan sebanyak 1 mL ke dalam 4 tabung reaksi yang

bersih dan kering.

- Masing-masing tabung ditambahkan 3 tetes: (1) kloro benzena,

(2) kloroform, (3) benzil klorida dan (4) diklorometan.

- Dihomogenkan larutannya

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

35
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan

2.1 Kelarutan senyawa halogen organik

Gambar 1. Tabung (1) yang diberikan akuades

Gambar 2. Tabung (2) yang diberikan minyak

Gambar 3. Tabung (3) yang diberikan mentega cair

36
2.2 Reaktifitas senyawa halogen organik

AgNO3 + Kloroform AgNO3 + Benzilklorida

AgNO + Klorobenzena AgNO + Diklorometan


Gambar 2. 1 Reaktif Senyawa Halogen Organik

Gambar 2. 2 Reaktif Senyawa Halogen Organik dengan AgNO3

37
Nal + Diklorometan Nal + Kloroform

Nal + Benzilklorida Nal + Klorobenzena


Gambar 2.3 Reaktif Senyawa Halogen Organik

Gambar 2.4 Reaktif Senyawa Halogen Organik dengan Nal

38
Lampiran 3. Referensi

Lampiran Referensi 1. Adriani dkk, 2019

39
Lampiran Referensi 2. Wlodarczyk-Makula dan Wisniowska, 2019

40
Lampiran Referensi 3. Tobing dkk, 2019

41
Lampiran Referensi 4. Legiso,2021

42
ALKOHOL DAN FENOL
Laporan Praktikum Kimia Dasar II

PERCOBAAN III
ALKOHOL DAN FENOL

NAMA : SADIQAH YARA LAILANUN R

NIM : H041 20 1024

HARI/TANGGAL : RABU/ 14 APRIL 2021

KELOMPOK : 2 (DUA)

ASISTEN : TAUFIK HIDAYAT

LABORATORIUM KIMIA DASAR II


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

43
HASIL PPRAKTIKUM

ALKOHOL DAN FENOL

Disusun dan diajukan oleh :

SADIQAH YARA LAILANUN R


H041 20 1024

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 25 April 2021

ASISTEN PRAKTIKAN

TAUFIK HIDAYAT SADIQAH YARA LAILANUN R


NIM : H031 17 1306 NIM : H041 20 1024

44
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alkohol (C2H5OH) adalah cairan transparan, tidak berwarna, cairan yang

mudah bergerak, mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter dan

kloroform, diperoleh melalui fermentasi karbohidrat dari ragi. Menurut Irianto,

alkohol merupakan zat pelarut dan bahan dasar paling umum yang digunakan di

laboratorium dan di dalam industri kimia. Etil alkohol dapat dibuat dari apa saja

yang dapat difermentasi oleh khamir. Salah satu pemanfaatan khamir yang paling

penting dan paling terkenal adalah produk etil alkohol dari karbohidrat. Proses

fermentasi ini dimanfaatkan oleh para pembuat bir, roti, anggur, bahan kimia, para

ibu rumah tangga, dan lain-lain (Berlian dkk, 2016).

Kata alkohol segera mengingatkan kita pada etanol, yaitu senyawa

memabukkan yang terdapat dalam anggur dan bir. Etanol adalah salah satu dari

keluarga senyawa organik yang disebut alkohol yang terdapat di alam. Alkohol

alami meliputi 2-feniletanol, yaitu senyawa yang menyebabkan bau memabukkan

dari bunga mawar, sukrosa yaitu gula untuk memenuhi rasa manis; dan banyak

lagi. Gugus hidroksil terdapat dalam banyak molekul yang penting secara

biologis. Empat alkohol jenuh yang penting dalam metabolisme ialah 3-metil-2-

buten-1-ol, 3-metil-3-buten-1-ol, geraniol, dan fernesol (Hart dkk, 2003).

Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan keahlian agar dapat

memanfaatkannya dengan menghindari efek buruk yang ditimbulkannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah percobaan tentang senyawa

alkohol dan fenol.

45
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari beberapa sifat fisika

dan kimia dari alkohol dan fenol serta membedakan antara alkohol primer,

sekunder dan tersier.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah

1. menentukan kelarutan metanol dan fenol dalam air dan n-heksana.

2. membedakan alkohol primer, sekunder dan alkohol tersier.

3. menentukan beberapa reaksi alkohol dan fenol dengan Na2CO3, NaHCO3 dan

FeCl3.

46
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode percobaan

2.1.1 Alat percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan alkohol dan fenol yaitu tabung

reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, dan sikat tabung.

2.1.2 Bahan percobaan


Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan alkohol dan fenol yaitu

metanol, etanol, 1-propanol, 2-propanol, amil alkohol, 1-butanol, 2-butanol,

2-metil-2-propanol, fenol, akuades, n-heksana, pereaksi lukas, Na2CO3, NaHCO3,

FeCl3, dan tissue roll.

2.1.3 Prosedur percobaan

2.1.3.1 Kelarutan alkohol dan fenol


Sebanyak dua buah tabung reaksi disediakan, masing-masing diisi dengan

0,5 mL air dan 0,5 mL n-heksana. 10 tetes metanol ditambahkan kemudian

dikocok dan diperhatikan kelarutannya dan dicatat hasilnya. Prosedur di atas

dilakukan kembali dengan metanol diganti dengan alkohol lainnya (etanol, 1-

propanol, 2-propanol, amil alkohol, 1-butanol, 2-butanol, 2-metil-2-propanol) dan

fenol.

2.1.3.2 Membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier


Sebanyak empat buah tabung reaksi disediakan, masing-masing diisi

dengan 1 mL reagen lukas. Tabung reaksi pertama ditambahkan 1 mL alkohol

primer (1-butanol), tabung reaksi kedua ditambahkan 1 mL alkohol sekunder (2-

47
butanol), tabung reaksi ketiga ditambahkan 1 mL alkohol tersier (2-metil-2-

propanol), dan tabung reaksi keempat ditambahkan 1 mL fenol. Tabung reaksi

dikocok dan dibiarkan selama 3–5 menit (pada tempratur kamar). Perubahan yang

terjadi diperhatikan dan dicatat.

2.1.3.3 Reaksi alkohol dan fenol


Empat buah tabung reaksi disediakan, tabung pertama diisi dengan 1 mL

butil alkohol, tabung kedua diisi dengan 1 mL isopropil alkohol, tabung reaksi

ketiga diisi dengan 1 mL fenol, dan tabung reaksi keempat diisi dengan 1 mL

asam asetat. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 0,5 mL Na2CO3. Tabung

reaksi dikocok dan dibiarkan selama 3–5 menit (pada tempratur kamar).

Perubahan yang terjadi diperhatikan dan dicatat. Prosedur di atas dilakukan

kembali dengan Na2CO3 diganti dengan NaHCO3.

Empat buah tabung reaksi disediakan, tabung pertama diisi dengan 1 mL

metanol, tabung kedua diisi dengan 1 mL etanol, tabung reaksi ketiga diisi dengan

1 mL 2-butanol, dan tabung reaksi keempat diisi dengan 1 mL fenol. Masing-

masing tabung reaksi ditambahkan 0,5 mL FeCl3. Perubahan yang terjadi

diperhatikan dan dicatat.

2.2 Hasil percobaan

2.2.1 Data percobaan

Tabel 2.1 Hasil percobaan kelarutan alkohol dan fenol


Kelaruta Keterangan
Kelaruta
Alkohol/ n dalam Air n-heksana
n dalam
Fenol n-
Air Kepolar Kepolar
heksana Warna Warna
an an
Tidak Tidak
Metanol √ × berwarna Polar berwarna Polar
→ tidak → putih

48
berwarna keruh
Tidak Tidak
berwarna berwarna
Etanol √ × Polar Polar
→ tidak → putih
berwarna keruh
Tidak Tidak
1- berwarna Semi berwarna Semi
√ √
propanol → tidak polar → tidak polar
berwarna berwarna
Tidak Tidak
2- berwarna Semi berwarna Semi
√ √
propanol → tidak polar → tidak polar
berwarna berwarna
Tidak Tidak
Amyl berwarna Semi berwarna Semi
√ √
alkohol → tidak polar → tidak polar
berwarna berwarna
Tidak Tidak
1- berwarna Nonpola berwarna Nonpola
× √
butanol → tidak r → tidak r
berwarna berwarna
Tidak Tidak
2- berwarna Nonpola berwarna Nonpola
× √
butanol → tidak r → tidak r
berwarna berwarna
Tidak Tidak
2-metil-
berwarna berwarna
2- √ × Polar Polar
→ tidak → putih
propanol
berwarna keruh
Oranye → Oranye →
Fenol × × - -
oranye oranye

Tabel 2.2 Hasil percobaan membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier

Keterangan

Pereaks
Alkohol/ Fenol
i Lukas
Laju
Fasa Warna
Reaksi

Atas: 1- Atas: tidak berwarna


1-butanol + Lama butanol Bawah: tidak
Bawah: air berwarna

49
2-butanol ++ Sedang 1 Tidak berwarna

2-metil-2-propanol +++ Cepat 1 Tidak berwarna

Atas: fenol Atas: Oranye


Fenol — - Bawah: Bawah: tidak
pereaksi lukas berwarna

Tabel 2.3 Hasil reaksi alkohol dan fenol dengan Na2CO3 dan Na2HCO3

Keterangan

Na2HCO Na2CO3 NaHCO3


Zat Na2CO3
3

Warna Sifat Warna Sifat

Tidak Tidak
Sedikit Sedikit
Butil berwarna berwarna
gelembun gelembun Asam Asam
alkohol → → tidak
g g
kuning berwarna

Tidak Tidak
Tidak ada Tidak ada
Isopropil berwarna berwarna
gelembun gelembun Basa Basa
alkohol → tidak → tidak
g g
berwarna berwarna

Banyak Banyak
Oranye Oranye
Fenol gelembun gelembun Asam Asam
→ Krem → Krem
g g

Tidak Tidak
Tidak ada Tidak ada
Asam berwarna berwarna
gelembun gelembun Basa Basa
asetat → tidak → tidak
g g
berwarna berwarna

50
Tabel 2.4 Hasil reaksi alkohol dan fenol dengan FeCl3
Keterangan
Zat FeCl3
Warna Fasa
Metanol Tidak bereaksi Kuning 2
Etanol Tidak bereaksi Kuning 2
2-butanol Tidak bereaksi Kuning keruh 2
Fenol Bereaksi Merah kecoklatan 1

2.2.2 Reaksi

2.2.2.1 Reaksi kelarutan alkohol dan fenol

H H

H3C OH + O H3C O + H O

H H
H H

OH + O O + H O

H H
H H

OH + O O + H O

H H

OH H O H

+ O + H O

H H
H H

OH + O O + H O

H H
H

OH + O
H
OH H

+ O

H
OH H O H

+ O + H O

H H

OH

+ O

51
2.2.2.2 Reaksi membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier

H
ZnCl2
+ H Cl + O
OH Cl
H

OH Cl
H
ZnCl2
+ H Cl + O

H
OH Cl
H
ZnCl2
+ H Cl + O

OH

ZnCl2
+ H Cl

2.2.2.3 Reaksi alkohol dan fenol dengan Na2CO3 dan Na2HCO3

2 + Na2CO3 2 + H2O+ CO2


OH ONa
OH

+ Na2CO3

OH ONa

2 + Na2CO3 2 + H2O + CO2

O
H3C + Na2CO3
OH

52
+ NaHCO3 + H2O+ CO2
OH ONa
OH

+ NaHCO3

OH ONa

+ NaHCO3 + H2O + CO2

O
H3C + NaHCO3
OH

2.2.2.4 Reaksi alkohol dan fenol dengan FeCl3

H3C OH + FeCl3

+ FeCl3
OH
OH

+ FeCl3

OH OFeCl2

+ FeCl3 + HCl

2.3 Pembahasan (hasil percobaan kemudian dibandingkan dengan teori)

2.3.1 Kelarutan alkohol dan fenol

Pada percobaan ini, alkohol dan fenol diuji kepolarannya dengan

menggunakan air dan n-heksana. Air (H2O) merupakan senyawa polar yang

molekulnya berbentuk asimetris (Riveros dan Riveros, 2017) dan n-heksana

(CH3CH2CH2CH2CH2CH3) merupakan senyawa nonpolar. Jadi, jika zat uji larut

53
dalam air dan tidak larut pada n-heksana maka zat itu polar, jika jika zat uji tidak

larut dalam air dan larut pada n-heksana maka zat itu nonpolar, dan jika larut

dalam air dan n-heksana maka zat itu semipolar.

Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa kepolaran alkohol

berkurang secara bertahap sesuai bertambahnya gugus karbonil dan dapat bersifat

semi polar bahkan bersifat nonpolar. Adanya gugus OH dalam air, membuat

alkohol memiliki polaritas yang hampir sama dengan polaritas air, sehingga

alkohol dapat larut dalam air. Namun, kepolaran yang dimiliki oleh alkohol tidak

akan sebanding dengan polaritas air. Hal ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus

alkil pada molekulnya. Gugus alkil merupakan gugus nonpolar, semakin panjang

alkil yang dimiliki oleh suatu senyawa maka akan semakin besar juga sifat

nonpolarnya. Oleh karena itu, senyawa alkohol yang berantai pendek atau

memiliki atom C 1-5 akan larut dalam beberapa pelarut polar seperti air.

Sedangkan, untuk senyawa alkohol yang berantai panjang atau memiliki atom C ≥

6 akan sukar larut dalam pelarut polar, tapi larut dalam pelarut nonpolar seperti n-

heksana dan pelarut organik lainnya. (Hu dkk, 2015).

Metanol, etanol dan 2-metil-2-propanol dapat larut sempurna dalam air

dan tidak larut dalam n-heksana. Hal ini dikarenakan metanol dan etanol memiliki

gugus alkil berantai pendek, sehingga tidak merubah tingkat keelektronegatifan,

dan gugus hidroksil (-OH) pada metanol tersebut mengambil bagian yang lebih

besar dalam molekulnya. Sehingga metanol etanol dan 2-metil-2-propanol bersifat

polar. (Yanti dkk, 2019).

1-propanol, 2-propanol, dan amil alkohol (n-pentanol) dapat larut dalam

air maupun n-heksana. Hal ini berarti ketiga senyawa tersebut merupaka senyawa

54
semi polar. Berdasarkan teori 1-propanol dan 2-propanol merupakan senyawa

polar dimana keduanya bercampur sempurna dengan air. Kesalahan terjadi

dimungkinkan karena adanya human error, ataupun pada zat yang digunakan.

Hasil percobaan yang menyatakan bahwa amil alkohol merupakan senyawa semi

polar sudah sesuai dengan teori dan data pustaka dimana kelarutan amil alkohol

adalah 27 g/L (pada suhu 20 °C). Hal ini dikarenakan amil alkohol (n-pentanol)

memiliki gugus alkil berantai sedang, sehingga keelektronegatifan sedikit berubah

akibat pengaruh ketidakpolaran yang dimiliki gugus alkil, sehingga gugus

hidroksil (-OH) dan gugus alkil (R) pada zat tersebut mengambil bagian yang

hampir sama besar dalam molekulnya yang menyebabkannya bersifat semi polar.

(Sunarya, 2012).

1-butanol dan 2-butanol tidak larut dalam air namun larut dalam n-

heksana, yang berarti kedua zat ini bersifat nonpolar. Hal ini tidak sesuai dengan

teori yang menyatakan bahwa senyawa alkohol yang berantai pendek atau

memiliki atom C 1-5 akan mempunyai sifat menyerupai air yang berarti dapat

larut dalam beberapa pelarut polar seperti air. 1-butanol dan 2-butanol merupakan

alkohol 1o dan 2o yang memiliki 4 atom C yang seharusnya bersifat nonpolar,

namun dalam percobaaan ini kedua senyawa tersebut tidak larut dalam air, hal ini

mungkin dikarenakan perbandingan air dan alkohol yang tidak sesuai dimana

kelarutan 1-butanol dalam air adalah 79 g/L (pada suhu 20 °C) dan kelarutan 2-

butanol dalam air adalah 290 g/L (pada suhu 20 °C). Jadi sebenarnya senyawa

tersebut larut namun hanya sedikit dan akan terlihat menjadi 2 fasa karena

sebagian besar tidak dapat larut lagi. (Sharma dkk, 2019).

55
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan bahwa senyawa fenol tidak

larut dalam air dan n-heksana. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa fenol memiliki sifat yang cenderung asam yang berarti fenol merupakan

senyawa polar. Jadi berdasarkan teori fenol seharusnya larut dalam air. Pada

percobaan didapatkan fenol tidak larut dalam air kemungkinan karena air yang

ditamambahkan terlalu banyak sehingga kelihatannya fenol tidak larut. Fenol

memiliki kelarutan terbatas dalam air, dimana kelarutan fenol dalam air sebanyak

8.3 g/100 mL (pada suhu 20 °C). Dapat ditarik kesimpulan bahwa fenol larut

dalam air namun dalam jumlah yang terbatas. (Diniyah dan Lee, 2020).

2.3.2 Reaksi membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier

Percobaan ini bertujuan untuk membedakan alkohol primer, sekunder, dan

tersier dengan menggunakan pereaksi lukas serta mereaksikan fenol dengan

pereaksi lukas sebagai pembanding. Pereaksi lukas terdiri atas campuran larutan

ZnCl2 ditambah dengan HCl pekat. Reaksi antara alkohol dengan hidrogen klorida

akan menghasilkan suatu alkil halida. Cara menandai cepat atau lambatnya

bereaksi yaitu dengan terjadinya larutan yang keruh saat bercampur dan cepat

kembalinya keadaan larutan seperti semula saat sebelum dicampurkan.

Hasil yang diperoleh dalam percobaan sesuai dengan teori, pada percobaan

didapat bahwa 1-butanol bereaksi lambat saat dicampur dengan pereaksi lukas, 2-

butanol bereaksi sedang, dan 2-metil-2-propanol bereaksi cepat (1o < 2o < 3o). Hal

ini disebabkan karena pada alkohol tersier sangat memungkinkan untuk terjadinya

pemutusan dan pelepasan gugus hidroksil untuk berlangsungnya reaksi subtitusi

karena ketidakstabilan atom karbon yang berikatan langsung dengan gugus

hidroksil dapat diminimalisir oleh atom karbon lain yang berada disekelilingnya.

56
Pada pernyataan ini, alkohol tersier lebih banyak memiliki atom karbon yang

menyebabkan kurangnya kestabilan atom karbon yang berikatan langsung dengan

gugus hidroksil. Selanjutnya, alkohol sekunder dan disusul alkohol primer. Selain

itu, kecepatan dan mekanisme reaksi alkohol dengan hidrogen klorida bergantung

pada struktur alkohol tersebut. Semakin banyak atom yang dapat membantu

menstabilkan karbokation (keadaan stabil pada karbokation mempercepat laju

reaksi). Sehingga alkohol tersier yang memiliki banyak gugus alkil lebih cepat

bereaksi dibandingkan dengan alkohol sekunder dan alkohol primer. Sehingga

urutan kereaktifan alkohol dengan pereaksi Lukas yaitu alkohol tersier > alkohol

sekunder > alkohol primer. (Eddy dkk, 2018).

Adapun Fenol saat dimasukkan dalam pereaksi Lukas, tidak

menghasilkan reaksi sedikitpun. Hal ini disebabkan karena gugus hidroksil pada

fenol sukar diputuskan akibat adanya delokalisasi elektron dari ikatan rangkap ke

ikatan sebelahnya, resonansi terjadi pada gugus aromatik (aril) yang terkonjugasi

sempurna, yaitu yang memiliki ikatan tunggal dan rangkap dua secara selang-

seling. Sehingga fenol hanya mampu melepaskan atom hidrogen pada gugus

hidroksil bukan OH−. Hal ini juga yang menyebabkan fenol lebih asam daripada

alkohol. (Eddy dkk, 2018).

2.3.3 Reaksi alkohol dan fenol dengan Na2CO3 dan Na2HCO3

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui keasaman dari suatu zat dengan

mereaksikannya dengan basa kuat yakni Na2CO3 dan NaHCO3. Jika zat uji bersifat

asam maka zat itu dapat bereaksi dengan kedua basa tersebut dan sebaliknya jika

bersifat basa maka zat itu tidak dapat bereaksi dengan kedua basa tersebut.

57
Pada percobaan ini, isopropil alkohol dan asam asetat direaksikan dengan

Na2CO3 dan NaHCO3 tidak menghasilan gelembung gas (CO2) yang menandakan

senyawa ini tidak bereaksi. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya

isopropil alkohol dapat bereaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3 membentuk

natrium alkoksida, air, dan gelembung gas CO2. Tingkat keasaman alkohol

ditentukan oleh panjangnya rantai karbon yang terikat pada gugus hidroksil.

Semakin panjang rantai karbonnya maka tingkat keasamannya akan semakin

rendah, begitupun sebaliknya semakin pendek rantai karbon maka semakin rendah

tingkat keasaman alkohol tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin panjang

rantai karbon pada alkil maka sifat gaya dorong elektronnya semakin besar

sehingga ion H+ pada gugus hidroksil akan sulit terlepas. Jadi berdasarka teori

isopropil alkohol memiliki rantai karbon yang pendek sehingga daya dorong

elektron tidak terlalu besar sehingga ion H+ tidak terikat kuat dengan ion alkoksida

sehingga ion H+ masih bisa terlepas. Asam asetat yang merupakan suatu asam

lemah namun lebih tinggi dibanding alkohol dan fenol, seharusnya dapat bereaksi

dengan Na2CO3 dan NaHCO3 membentuk natrium alkoksida, air, dan gelembung

gas CO2. Kekeliruan ini mungkin disebabkan oleh konsentrasi isopropil alkohol

dan asam asetat yang digunakan sangat kecil ataupun kedua zat tersebut sudah

tidak bagus digunakan.(Santoso dan Azwar, 2020).

Pada percobaan ini, didapatkan bahwa butil alkohol dan fenol dapat

bereaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3 yang ditandai dengan adanya gelembung

gas (CO2). Karena bahwa kedua zat ini dapat bereaksi dengan basa (Na2CO3 dan

NaHCO3) maka kedunya bersifat asam. (Cundari dkk, 2015). Hal ini sesuai

dengan teori dimana butil alkohol merupakan asam lemah dan jika direaksikan

dengan basa maka akan menghasilkan garam alkoksida dan air. Seperti halnya

58
butil alkohol fenol juga merupakan asam lemah yang lebih kuat dibanding alkohol

dan jika direaksikan dengan basa maka akan menghasilkan garam fenoksida dan

air. Fenol ialah asam yang lebih kuat daripada alkohol terutama karena ion

fenoksidanya distabilkan oleh resonansi. (Zuraida dkk, 2017).

2.3.4 Reaksi alkohol dan fenol dengan FeCl3

Tes Ferri Klorida digunakan untuk membedakan alkohol alifatik (rantai

terbuka) dengan alkohol aromatik. FeCl3 digunakan untuk membedakan antara

senyawa alkohol dan fenol, karena FeCl3 mempunyai kemampuan untuk beraksi

dengan fenol (alkohol alifatik) (Sunarya, 2012) dan tidak beraksi dengan alkohol

alifatik. Adanya reaksi ditandai dengan melihat perubahan warna sesaat setelah

dicampurkan. Jika bereaksi larutan akan berubah warna menjadi merah sampai

ungu kehitaman.

Dari hasil percobaan pada Metanol, etanol, dan 2-butanol setelah

dicampurkan dengan FeCl3, larutan menjadi berubah warna menjadi kuning dan

kuning keruh. Hal ini menunjukkan bahwa etanol, 1–butanol dan 2–butanol tidak

bereaksi dengan FeCl3. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa alkohol tidak dapat

bereaksi dengan FeCl3. Warna kekuning-kuningan berasal dari larutan FeCl3

bukan hasil reaksi. (Hart dkk, 2003).

Sedangkan pada fenol ketika dicampukan dengan FeCl3 larutan menjadi

merah kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks

dari Fe3+ dengan fenol. Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus

hidroksil yang terikat pada karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan

FeCl3 menghasilkan senyawa kompleks berwarna merah kecoklatan.

59
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. fenol bersifat polar sementara pada alkohol semakin panjang gugus alkil

alkohol semakin rendah kepolarannya.

2. kecepatan reaksi pada alkohol primer, sekunder, dan tersier dengan pereaksi

lukas adalah tersier > sekunder > primer.

3. fenol merupakan asam lemah namun lebih kuat dibanding alkohol.

3.2 Saran

3.2.1 Saran untuk laboratorium

Sebaiknya lampu pada laboratorium diterangkan lagi sehingga saat divideo

praktikan dapat dengan jelas melihat bahan dan prosedur percobaan dengan baik.

3.2.2 Saran untuk video percobaan

Video percobaan sudah bagus dan jelas namun kurang pencahayaan dan

volume suaranya kurang besar sehingga praktikan agak kesulitan untuk

menyimak.

60
DAFTAR PUSTAKA

Berlian, Z., Aini, F., dan Ulandari, R., 2016, Uji Kadar Alkohol pada Tapai Ketan
Putih dan Singkong Melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi yang berbeda,
Jurnal Biota, 1(2):106.

Cundari, L., Selpiana., Wijaya, C., Sucia, A., 2015, Pengaruh Penggunaan Solven
Natrium Karbonat (Na2CO3) Terhadap Absorpsi Co2 Pada Biogas Kotoran
Sapi Dalam Spray Column, Jurnal Teknik Kimia, 20(4):55.

Diniyah, N., dan Lee, S., 2020, Komposisi Senyawa Fenol Dan Potensi
Antioksidan Dari Kacang-Kacangan: Review, Jurnal Agroteknologi,
14(1):92.

Eddy, D, R., Saraswati, S., dan Rustaman., 2018, Uji fotokatalisis reduksi
benzaldehida menggunakan titanium dioksida hasil sintesis, Journal of
Science Education, 2(2):161.

Hart, H., L.E.,Craine, dan D.J., Hart, 2003, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat
edisi kesebelas, Erlangga, Jakarta.

Hu, Z., Zhang, K., Huang, F., dan Cao, Y., 2015, Water/Alcohol Soluble
Conjugated Polymers for the Interface Engineering of Highly Efficient
Polymer Light Emitting Diodes and Polymer Solar Cells, Journal Of
Chemical Communication, 26(51): 1-3.

Riveros-Perez, E., Riveros, R., 2017, Water in the human body: An


anesthesiologist's perspective on the connection between physicochemical
properties of water and physiologic relevance, Annals of Medicine and
Surgery, 26(1): 2.

Santoso, R., Azwar, R., 2020, Pengaruh Konsentrasi Isopropanol Terhadap


Karakteristik Karboksimetil Selulosa Dari Batang Pisang, Inovasi
Pembangunan : Jurnal Kelitbangan, 8(3): 255-256.

Sharma, S., Kandpal N, D., Dan Joshi, R., 2019, Molecular Interaction of
Aqueous Solution of 1-Propanol and 2-Propanol, Oriental Journal Of
Chemistry, 35(2):901-903.

Sunarya, Y.,2012, Kimia Dasar 2, Yrama Widya, Bandung.

Yanti, A., Mursiti, S., Widiarti, N., Nurcahyo, B., dan Alauhdin, M., 2019,
Optimalisasi Metode Penentuan Kadar Etanol dan Metanol pada Minuman

61
Keras Oplosan Menggunakan Kromatografi Gas (KG), Indonesian Journal
Of Chemical Science, 8(1): 54-56.

Zuraida., Sulistiyani., Sajuthi, D., Dan Suparto, I., 2017, Fenol, Flavonoid, Dan
Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak Kulit Batang Pulai (Alstonia Scholaris
R.Br), Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 35(3):211-215.

62
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Kerja


1. Kelarutan dalam air dan n-heksana

Kelarutan H2O dan


n-heksana

 Dipipet 2 mL.

 Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi.

 Ditambahkan dengan 10 tetes metanol pada masing-

masing tabung.

 Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

 Diulangi percobaan di atas dengan menggunakan fenol

Hasil

2. Membedakan alkohol primer, sekunder, dan tersier.

Pereaksi Lucas

 Dipipet 1 mL reagen lucas.

 Dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi.

 Ditambahkan dengan alkohol primer, sekunder, dan tersier.

 Dikocok selama 3-5 menit pada temperatur kamar.

 Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

 Diulangi prosedur di atas dengan menggunakan fenol.

Hasil

63
3. Reaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3

Na2CO3 dan NaHCO3

 Dipipet sebanyak 1 mL larutan fenol, asam asetat,

isoprofilalkohol, dan butyl alkohol.

 Dimasukkan masing-masing ke dalam tabung reaksi.

 Ditambahkan dengan Na2CO3 1 % 0,5 mL.

 Dikocok dan didiamkan 3-5 menit.

 Diulangi prosedur di atas dengan menggunakan

NaHCO3 1 %.

Hasil

4. Reaksi dengan FeCl3

FeCl3

 Dipipet sebanyak 1 mL larutan metanol, etanol, 2-butanol,

dan fenol dan dimasukkan kedalam masing-masing tabung

reaksi.

 Ditambahkan beberapa tetes dengan FeCl3.

 Dikocok dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

64
Lampiran 2. Dokumentasi Hasil Percobaan

1. Kelarutan dalam air dan n-heksana.

Gambar 1. Kelarutan dalam air dan n-heksana.

2. Membedakan alkohol primer, sekunder, dan tersier.

Gambar 2. Membedakan alkohol primer, sekunder, dan tersier.

65
3. Reaksi dengan Na2CO3, NaHCO3 dan FeCl3

Gambar 3. Reaksi dengan Na2CO3, NaHCO3 dan FeCl3


.

66
Lampiran 3. Buku dan Jurnal Referensi

67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
ASAM KARBOKSILAT
DAN
TURUNANNYA
Laporan Praktikum Kimia Dasar II

PERCOBAAN IV
ASAM KARBOKSILAT

NAMA : SADIQAH YARA LAILANUN R

NIM : H041 20 1024

HARI/TANGGAL : RABU/ 28 APRIL 2021

KELOMPOK : 2 (DUA)

ASISTEN : MUHAMMAD FATHIR HASYIM

LABORATORIUM KIMIA DASAR II


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

79
HASIL PPRAKTIKUM

ASAM KARBOKSILAT

Disusun dan diajukan oleh :

SADIQAH YARA LAILANUN R


H041 20 1024

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 13 Mei 2021

ASISTEN PRAKTIKAN

MUHAMMAD FATHIR HASYIM SADIQAH YARA LAILANUN R


NIM : H031 17 1304 NIM : H041 20 1024

80
BAB I

PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang

Gugus fungsi adalah kumpulan atom yang melekat pada senyawa dan

memiliki fungsi memberikan sifat yang khas pada sifat fisik serta kimia. Senyawa

organik mempunyai gugus yang sama akan ditempatkan pada deret homolog yang

sama..Gugus fungsi yang dalam senyawa organik yaitu alkohol, aldehida, keton,

asam karboksilat, amina, eter, dan ester (Prasojo, 2010).

Asam karboksilat memiliki gugus fungsi karboksil (-COOH) yang

namanya diperoleh dari nama 2 gugus penyusunnya yaitu gugus karbonil (-C=O)

dan gugus hidroksil (-OH). Dalam asam karboksilat gugus –COOH terikat pada

gugus alkil (-R) atau gugus aril (Ar-). Meskipun yang mengikat gugus –COOH

dapat berupa gugus alifatik atau aromatik, jenuh atau tak jenuh, tersubstitusi atau

tidak tersubstitusi, titik didih tinggi. (Parlan dan Wahjudi, 2003).

Asam karboksilat mempunyai sifat fisik berwujud cair tidak berwarna,

dapat larut dalam air jika memiliki suku rendah. Asam karboksilat memiliki sifat

polar karena memiliki gugus hidroksil, kereanktifan asam karboksilat akan

semakin rendah jika jumlah rantai atau atom karbon semakin panjang. Salah satu

manfaat asam karboksilat dalam kehidupan yakni asam asetat yang sering

digunakan sebagai cuka makanan dan cuka apel. (Parlan dan Wahjudi, 2003).

Dengan demikian, sifat fisika dan kimia dari asam karboksilat dan turunannya

dapat diketahui melalui percobaan asam karboksilat dan turunannya. Oleh karena

itu, maka dilakukanlah percobaan ini.

81
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui beberapa sifat asam

asam karboksilat dan garamnya serta mengetahui reaksi eseterifikasi asam

karboksilat dengan alkohol.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah :

1. menentukan reaksi garam dari garam karboksilatnya dengan air dan CaCl2.

2. menentukan reaksi asam karboksilat dengan basa.

3. menentukan reaksi esterifikasi pada asam karboksilat.

1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan adalah sifat garam dari garam karboksilat dapat

diketahui dengan mereaksikannya terlebih dahulu dengan air kemudian ditetesi

dengan CaCl2, dan juga sifat asam karboksilat dapat diketahui dengan

mereaksikannya dengan basa (NaOH) melalui pemanasan. Turunan dari asam

karboksilat dapat dibuat melalui reaksi esterifikasi dengan mereaksikannya

dengan alkohol dan ditandai dengan bau yang harum.

82
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Karboksilat

Asam karboksilat ialah golongan senyawa organik yang dicirikan oleh

gugus karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan

hidroksil. Rumus umum asam karboksilat ialah RCOOH. Asam karboksilat

tergolong asam karena senyawa ini mengion dalam larutan,menghasilkan ion

karboksilatdan proton.Banyak asam karboksilat rantai lurus mula-mula dipisahkan

dari lemak sehingga dijuluki juga sebagai asam lemah. Asam propionate yaitu

asam dengan tigakarbon, secara harfiah berarti asam lemak pertama (Yunani :

protos = pertama : pion = lemak). Asam berkarbon empat atau asam butirat

diperoleh dari lemak mentega (Latin : butyrum = mentega). (Petrucci, 1999).

Dinamakan asam karboksilat karena banyak senyawa dengan R berupa

gugusalifatik yang telah banyak dikenal dengan asam lemak karena banyak

terdapat didalam lemak dan minyak. Gugus karboksil juga dapat menempel pada

cicin benzena,jika dua asam karboksilat terdapat pada satu molekul, senyawa itu

dinamakan asamkarboksilat (Petrucci, 1999). Beberapa anggota asam karboksilat

berwujud cairan tidak bewarna dengan bau yang tajam, bersifat polar dan

membentuk ikatan hidrogen dengan molekul lain (Shome dan Mishra, 2016).

Asam karboksilat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun, pembuatan cuka,

dan digunakan sebagai koagulan dalam pembuatan karet (Lidén, 2017).

1.2 Turunan Asam Karboksilat

Turunan asam karboksilat adalah senyawa yang bagian hidroksil dan

gugus karboksilnya digantikan oleh berbagai gugus lain. Semua turunan asam

83
dapat dihidrolisis menjadi asamnya. Beberapa jenis karboksilat dapat diperoleh

dengan cara mengganti gugus hidroksil dari gugus karboksil dengan berbagai

macam gugus. Senyawa-senyawa turunan tersebut diantaranya adalah ester,

amida, asil halida dan anhidrin (Hart, dkk., 2003)

Anhidrida dan ester keduanya merupakan turunan asam, maka

namanyadidasarkan pada nama asamnya. Jika menganalisis struktur dalam usaha

memberinama, dicari bagian rumus dari yang berasal dari asam, yaitu bagian

dari rangkakarbon yang mengandung gugus karbonil. Anhidrida terbentukkarena

lepasnya molekul air dan dua gugus asam karboksilat. Reaksi ini dapat terjadi

secara antara molekul (antara dua gugus karboksil dari dua molekul yang berbeda)

atausecara intra molekul (antara dua gugus karboksil pada molekul yang sama).

Esterterbentuk karena lepasnya molekul air bila alkohol bereaksi dengan asam

karboksilatatau karena reaksi antara alkohol dengan anhidrida. Baik anhidrida

maupun esterterhidrolisis oleh air. Anhidrida menghasilkan dua asam

karboksilat, ester memberikan alkohol dan asam karboksilat (garam dari asam

karboksilat jika reaksiberkatalisiskan basa) (Staley, 1992).

Reaksi esterifikasi yaitu reaksi langsung antara asam karboksilat dengan

alkohol menghasilkan senyawa ester. Pada dasarnya reaksi esterifikasi memiliki

energi aktivitasi yang tinggi dan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai

kesetimbangannya. Katalis merupakan zat lain selain reaktan dan produk, yang

ditambahkan pada suatu sistem reaksi untuk meningkatkan suatu laju reaksi kimia

untuk mencapai suatu kesetimbangan reaksi kimianya. Katalis dapat mempercepat

suatu laju reaksi kimia dengan menyediakan suatu jalur reaksi alternatif yang

mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah sehingga reaksi bisa berjalan

dengan cepat . Biasanya reaksi esterfikasi menggunakan katalis asam kuat dengan

mekanisme Fischer, tetapi mekanisme ini cenderung memiliki hasil rendaman

yang kurang baik. (Hasanah dan Wirman, 2018).

84
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat Percobaan

3.1.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah HCOONa,

CH3COONa, HCOOH 1 M, CH3COOH 1 M, CH3COOH glasial, NaOH 1 M,

CaCl2 5 M, etanol (C2H5OH), amil alkohol (C5H11OH), H2SO4 pekat, sabun,

spiritus, korek api, akuades dan tissue roll.

3.1.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tabung reaksi, rak

tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, gelas kimia, kaki tiga, kawat kasa dan

lampu spritus.

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Reaksi dengan akuades dan CaCl2

Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Tabung pertama diisi dengan natrium

format dan tabung kedua dengan natrium asetat masing-masing 1 gram.

Dipanaskan 10-15 menit (hingga keluar gelembung gas yang hebat). Didinginkan

kemudian ditasmbahkan 5 mL akuades kedalam masing-masing tabung.

Dipanaskan kembali kemudian didiamkan/dekantasi. Supernatannya diambil,

dideteksi CaCl2 5 M, dicatat perubahan yang terjadi.

3.2.2 Reaksi dengan NaOH

Disiapkan 2 buah gelas piala 50 mL. Tabung pertama diisi dengan

HCOOH 1 M, dan tabung kedua diisi dengan CH3COOH 1 M, masing-masing

85
diisi 3 mL. Ditambah NaOH 1 M dalam jumlah yang sama. Kedua tabung reaksi

tersebut dipanaskan hingga semua airnya menguap. Didinginkan dan selanjutnya

dikerjakan sama dengan prosedur di atas.

3.2.3 Reaksi Esterifikasi

Dimasukkan 1 mL etanol kedalam tabung reaksi. Ditambahkan 1 mL asam

asetat glasial dan 1 mL H2SO4 pekat. Dipanaskan diatas penangas air kurang lebih

5 menit. Didinginkan, kemudian dituang kedalam gelas piala berisi air dingin

kurang lebih 50 mL. Diaduk, diperhatikan dan dicium baunya, kemudian dicatat.

Diulangi langkah diatas dengan mengganti etanol dengan amil alkohol.

86
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1.1 Pengamatan Garam Karboksilat


Perubahan Yang Terjadi
Zat Keterangan
Pemanasan + air + CaCl2

Ada gelembung Tidak


HCOONa Bening Bening
gas Bereaksi

Terbentuk Terbentuk
Ada gelembung
CH3COONa sedikit endapan Bereaksi
gas
supernatan putih
HCOOH dan CH3COOH setelah ditambahkan NaOH dan dipanaskan

terbentuk garam HCOONa dan CH3COONa.

Tabel 4.1.2 Pengamatan Sifat Asam Karboksilat Terhadap Basa


Perubahan yang Terjadi
Zat Keterangan
Pemanasan + air + CaCl2
HCOOH + Terbentuk Tidak
Bening Bening
NaOH gelembung bereaksi

CH3COOH + Terbentuk Tidak


Bening Bening
NaOH gelembung bereaksi

Tabel 4.1.3 Pengamatan Reaksi Esterifikasi Asam Karboksilat dengan Alkohol

Zat Hasil esterifikasi Keterangan

Terbentuk sedikit ester


Etanol (Berbau balon tiup) Bereaksi

Terbentuk ester
Amil alkohol Bereaksi
(Berbau permen karet)

87
4.2 Reaksi

4.2.1 Reaksi Pengamatan Garam Karboksilat

O O

C C + Na
H ONa H O
O

C + H2O
H O

2 C + CaCl2
H OH

4.2.2 Reaksi Penggaraman Asam Karboksilat

O O

C + NaOH C + H2O
H OH H ONa
O O

C + H2O C + H2O
H ONa H ONa

88
O O

C + NaOH C + H2O
H3C OH H3C ONa

O O

C + H2O C + H2O
H3C ONa H3C ONa

O O

C C + Na
H3C ONa H3C O

C + H2O
H3C O

C + CaCl2
H3C OH

4.2.3 Reaksi Eseterifikasi

O C2H5 O H
H2SO4
H3C C + O H3C C + O

OH H OC2H5 H

O C5H11 O H
H2SO4
H3C C + O H3C C + O

OH H OC5H11 H

89
4.3 Pembahasan

Pada percobaan kali ini, pengamatan reaksi penggaraman asam asetat

bertujuan untuk mengetahui sifat asam karboksilat dan garam karboksilat. Pada

prosedur pertama, padatan natrium asetat dan natrium formiat dipanaskan

sehingga molekul senyawa tersebut dapat terurai menjadi ion-ionnya. Kemudian,

penambahan akuades bertujuan untuk mengidrolisis garam sehingga menjadi

asam karboksilat kembali. Terbentuknya asam karboksilat dapat dideteksi dengan

penambahan larutan CaCl2 yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih

Ca(OH)2. Adapun hasil lain dari reaksi ini yaitu terbentuknya asil klorida (asetil

dan formil klorida). Adapun hasil yang diperoleh terbentuk endapan putih pada

percobaan dengan natrium asetat sedangkan pada percobaan dengan natrium

formiat tidak terbentuk endapan. Hal ini dapat terjadi karena bahan yang

terkontaminasi, ataupun proses ionisasi yang tidak sempurna sehingga tidak

terbentuk asam karboksilat yang diinginkan.

Sedangkan pada percobaan pengamatan reaksi asam karboksilat dengan

basa kuat membentuk suatu garam karboksilat. Garam karboksilat tersebut diberi

perlakuan yang hampir sama yaitu diionisasi, hidrolisis dan terakhir diendapkan

dengan CaCl2. Pada prosedur pertama, asam asetat dan asam format direaksikan

dengan NaOH dan dipanaskan. Penambahan NaOH berfungsi untuk menetralkan

sampel dan membentuk ion-ion garamnya. Kemudian, penambahan akuades

bertujuan untuk menghidrolisis garam sehingga menjadi asam karboksilat

kembali. Terbentuknya asam karboksilat dapat dideteksi dengan penambahan

larutan CaCl2 yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih Ca(OH)2.

90
Pada hasil pengamatan, tidak terbentuk endapan putih pada percobaan

dengan asam format dan asam asetat. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana

seharusnya terbentuk endapan putih pada percobaan ini. Hal ini dapat terjadi

karena bahan yang terkontaminasi ataupun proses ionisasi yang tidak sempurna

sehingga tidak terbentuk asam karboksilat yang diinginkan.

Pada percobaan reaksi esterifikasi, dilakukan untuk mengetahui reaksi

antara alkohol, dalam hal ini etanol (C2H5OH) dan amil alkohol (C5H10OH)

dengan asam karboksilat dengan menggunakan suatu katalis asam sulfat.

Penggunaan alkohol pada percobaan ini yaitu sebagai pereaksi untuk melakukan

reaksi esterifikasi. Sedangkan asam sulfat berfungsi sebagai katalis sehingga

reaksi esterifikasi dapat terjadi dengan cepat. Hasil dari reaksi tersebut merupakan

ester yaitu etil etanoat (CH3COOC2H5) dan pentil etanoat (CH3COOC5H10). Hasil

dari percobaan tersebut dapat diamati melalui aroma ester yang dihasilkan.

Aroma kedua ester tersebut berbeda, dimana pada aroma dari etil etanoat

adalah seperti aroma balon sedangkan aroma pada pentil asetat seperti aroma

permen karet. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah rantai karbon yang berbeda,

dimana semakin panjang rantai karbon yang dimiliki alkil pada ester, baunya akan

semakin kuat.

91
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:

1. garam dari asam karboksilat dapat menghasilkan endapan Ca(OH)2 melalui

penambahan air dan CaCl2.

2. asam karboksilat dapat dinetralkan oleh basa NaOH membentuk garam dan

garam yang terbentuk dapat dipisahkan dengan menguapkan airnya.

3. reaksi antara asam karboksilat dan alkohol dengan katalis asam sulfat

menghasilkan senyawa ester yang memiliki bau yang harus sesuai dengan

jenis alkoholnya, reaksi ini dinamakan esterifikasi.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Percobaan

Sebaiknya percobaan dilakukan dengan sesuai dengan prosedur agar

mendapatkan hasil yang semestinya.

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya alat-alat praktikum dan bahan-

bahan di laboratorium di lengkapi lagi agar praktikan tidak terhambat karena

kekurangan alat maupun bahan.

92
DAFTAR PUSTAKA

Hart, H.C., Craine, L.E., Dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik Suatu Kuliah
Singkat Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta.

Hasanah, F., Dan Wirman, A.P., 2018, Modifikasi Vanilin Dengan Asam P-
Hidroksi Benzoat Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Pseudomonas
Aeruginosa, Staphylococcus Aureus Dan Candida Albicans, Jurnal
Farmasi Indonesia, 15(2): 185-186.

Lidén, G., 2017, Carboxylic Acid Production, Journal Fermentation, 46(3): 1-2.

Parlan., Dan Wahjudi., 2003. Kimia Organik I Edisi Revisi. Jica. Jakarta.

Prasojo., 2010. Kimia Organik I, Gajah Mada Perss, Yogyakarta.

Petrucci, Ralph. H., 1987, Kimia Dasar Jilid 1, Erlangga, Jakarta .

Shome, M., Dan Mishra, N., 2016, Molecular Recognition Of Carboxylic Acids
And Carboxylates, Indian Journal Of Advances In Chemical Science, 4(1):
56-60.

Staley, D., 1992, Pengantar Kimia Organik Dan Hayati, ITB, Bandung.

93
Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Reaksi Garam Karboksilat Dengan Akuades dan CaCl2


1 gram HCOONa

— Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

— Dipanaskan 10-15 menit (hingga keluar gelembung gas yang

hebat).

— Didinginkan.

— Dipanaskan, kemudian ditambahkan 5 mL akuades.

— Didiamkan dan didekantasi dan diambil supernatannya.

— Dideteksi dengan CaCl2 5 M, dicatat perubahan yang terjadi

— Dilakukan hal yang sama dengan HCOONa dengan

CH3COONa.
Hasil

B. Reaksi Asam Karboksilat Dengan Air dan CaCl2

3 mL HCOOH 1 M
— Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

— Ditambahkan 3 mL NaOH 1 M, dan dipanaskan hingga

semua airnya menguap.

— Didinginkan dan ditambahkan 5 mL akuades.

— Dipanaskan dan didiamkan dan didekantasi.

— Diambil supernatannya dan dideteksi dengan CaCl2 5 M.

— Dicatat perubahan yang terjadi.

— Dilakukan hal yang sama dengan HCOOH digantikan oleh

CH3COOH

Hasil

94
C. Reaksi Esterifikasi Karboksilat Dengan Air dan CaCl2

1 mL etanol

— Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

— Ditambahkan 1 mL asam asetat glasial dan 1 mL H2SO4 pekat.

— Dipanaskan diatas penangas air kurang lebih 5 menit.

— Didinginkan dan dituang kedalam gelas piala berisi air dingin 50

mL.

— Diaduk.dan diperhatikan dan dicium baunya, kemudian dicatat.

— Dilakukan hal yang sama dengan etanol digantikan oleh amil

alkohol

Hasil

95
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan

Lampiran 1. Reaksi Garam Karboksilat Dengan Air dan CaCl2

Lampiran 2. Reaksi Asam Karboksilat Dengan Akuades dan CaCl2

96
Lampiran 3. Reaksi Esterifikasi Karboksilat Dengan Air dan CaCl2

97
Lampiran 3. Buku dan Jurnal Referensi

98
99
100
101
102
103
104
ASAM AMINO DAN PROTEIN
Laporan Praktikum Kimia Dasar II

PERCOBAAN V
ASAM AMINO DAN PROTEIN

NAMA : SADIQAH YARA LAILANUN R

NIM : H041 20 1024

HARI/TANGGAL : RABU/ 5 MEI 2021

KELOMPOK : 2 (DUA)

ASISTEN : NIA KURNIA

LABORATORIUM KIMIA DASAR II


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

105
HASIL PPRAKTIKUM

ASAM AMINO DAN PROTEIN

Disusun dan diajukan oleh :

SADIQAH YARA LAILANUN R


H041 20 1024

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 18 Mei 2021

ASISTEN PRAKTIKAN

NIA KURNIA SADIQAH YARA LAILANUN R


NIM : H311 16 316 NIM : H041 20 1024

106
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam amino mereupakan komponen utama penyusun protein yang

memiliki fungsi metabolisme dalam tubuh dan dibagi dalam dua kelompok yaitu

asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino esensial merupakan asam

amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh dan harus diperoleh dari makanan

sumber protein. Sedangkan, asam amino non-esensial adalah asam amino yang

dapat dibuat oleh tubuh manusia (Sari dkk, 2017). Protein merupakan

mikronutrien yang mengandung asam amino esensial. Asam amino esensial terdiri

dari lisin, metionin, treonin, triptofan, isoleusin, leusin, fenilalanin, dan lain-lain.

Protein berfungsi dalam pertumbuhan, perkembangan, neurotransmitter, serta

sebagai sumber energi (Annisaa dan Afifah, 2015).

Asam amino yaitu unit struktur protein dan peptida sederhana yang terdiri

dari beberapa asam amino yang digabungkan oleh ikatan peptida. Struktur protein

yang terdiri dari polipeptida yang mempunyai rantai yang amat panjang, tersusun

atas banyak unit asam amino. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat

penting bagi tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam

tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber

asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak

memiliki oleh lemak atau karbohidrat (Natsir dan Latifah, 2018).Berdasarkan

uraian diatas, maka dilakukanlah percobaan ini dengan maksud mengenal

beberapa sifat asam amino dan protein berdasarkan reaksi kimia yang terjadi.

107
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud percobaan adalah mengenal beberapa sifat asam amino

dan protein berdasarkan reaksi kimia.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi adanya gugus hidroksil fenil yang terikat pada protein.

2. Untuk mengidentifikasi asam amino atau adanya gugus amina dan asam

karboksilat yang terikat bebas pada senyawa protein.

3. Untuk mengidentifikasi protein atau ikatan peptida pada senyawa protein.

1.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu mengidentifikasi adanya gugus

hidroksil fenil pada protein menggunakan pereaksi Millon, mengidentifikasi asam

amino atau adanya gugus amina dan asam karboksilat yang terikat bebas pada

senyawa protein menggunakan pereaksi Ninhidrin, dan mengidentifikasi protein

atau ikatan peptida pada senyawa protein menggunakan pereaksi Biuret.

108
BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Metode Percobaan

2.1.1 Alat dan Bahan

2.1.1.1 Alat Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan protein,

glisin, sistein, sistin, alanin, tirosin, arginin, fenil alanin, gelatin, pereaksi millon,

larutan ninhidrin 0,1%, NaOH 2 N, CuSO4 0,01 N, air dan tissue roll.

2.1.1.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung, pipet tetes, penjepit tabung, gelas piala, kaki tiga, kasa dan lampu spirtus.

2.1.2 Prosedur Percobaan

2.1.2.1 Uji Millon

Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi

dengan 2 mL larutan asam amino dan protein. ditambahkan 5 tetes peresksi

Millon. Kemudian dikocok dan dipanaskan sambil digoyang-goyang dan diamati.

Lalu dicatat perubahan yang terjadi. Jika pereaksi berlebih warna akan hilang.

2.1.2.2 Uji Ninhidrin

Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi

dengan 2 mL larutan asam amino dan protein. Selenjutnya ditambahkan 0,5 mL

larutan ninhidrin 0,1% dan dikocok. Selanjutnya dipanaskan sampai mendidih.

Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

109
2.1.2.3 Uji Biuret

Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi dengan 2

mL larutan asam amino dan protein. Selanjutnya ditambahkan 1 mL NaOH 2N,

dikocok kemudian ditambahkan setetes CuSO4 0,01N, lalu amati.

110
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil

2.1.1 Tabel

2.1.1.1 Uji Millon

Tabel 1. Hasil Pengamatan Asam Amino dan Protein Terhadap Pereaksi Millon

Perubahan setelah ditambah


Larutan contoh
pereaksi Millon

L- Glisin Tidak Berwarna

L-Sistin Tidak Berwarna

L-Sistein Tidak Berwarna

L-Alanin Tidak Berwarna

L-Tirosin Tidak Berwarna

L-Arpharagin Tidak Berwarna

L- Arginin Tidak Berwarna

Methionin Tidak Berwarna

Protein Kuning

Keterangan : Tidak Berwarna (tidak bereaksi)


Berwarna (bereaksi)
2.1.1.2 Uji Ninhidrin

Tabel 2. Hasil Pengamatan Asam Amino dan Protein Terhadap Pereaksi


Ninhidrin

111
Ditambah Ninhidrin Setelah dipanaskan
Larutan contoh
warna yang terbentuk warna yang terbentuk

L- Glisin Tidak berwarna Tidak berwarna


L-Sistin Kuning Tidak Berwarna
L-Sistein Kuning Tidak Berwarna
L-Alanin Kuning Tidak berwarna
L-Tirosin Kuning Tidak berwarna
L-Arpharagin Tidak berwarna Tidak berwarna
L- Arginin Kuning Tidak Berwarna
Methionin Tidak berwarna Tidak berwarna
Protein Kuning Tidak Berwarna

2.1.1.3 Uji Biuret

Tabel 3. Hasil Pengamatan Asam Amino dan Protein Terhadap Pereaksi Biuret

Larutan contoh Ditambah NaOH 2N Ditambah CuSO4 0,01


N

L- Glisin Tidak berwarna Tidak berwarna

L-Sistin Tidak berwarna Tidak berwarna

L-Sistein Tidak berwarna Tidak berwarna

L-Alanin Tidak berwarna Tidak berwarna

L-Tirosin Tidak berwarna Tidak berwarna

L-Arpharagin Tidak berwarna Tidak berwarna

L- Arginin Tidak berwarna Tidak berwarna

Methionin Tidak berwarna Ungu

Protein Tidak berwarna Ungu

112
2.1.2. Reaksi

2.1.2.1 Reaksi Millon

a. H CH CO2H + Hg(NO3)2

NH2
Glisin
HOOC CH2 CH S S CH2 CH COOH + Hg(NO3)2
b.
NH2 NH2
Sistin

c. CH2 CH2 CH CO2H + Hg(NO3)2

SH NH2
Sistein
d. CH3 CH CO2H + Hg(NO3)2

NH2
Alanin

NH CH2 CH2 CH2 CH CO2H + Hg(NO3)2


g.
H2N CH NH2 NH2
Arginin

113
O O
e H N CH C NH CH2 C OH + Hg(NO3)2
H R
Protein

2.1.2.2 Reaksi Ninhidrin

a. H CH CO2H + O
OH
NH2 O
Glisin O
O + H-CHO + NH + CO
O 3 2
OH
b. HOOC CH2CH S S CH2CH COOH + O O
OH
NH2 NH2
Sistin O

c. CH2 CH2 CH CO2H + O


OH
SH NH2 O
Sistein

d. CH3 CH CO2H + O
OH
NH2 O
Alanin

e. HO CH2 H CO2H + O
OH
NH2
Tirosin O

114
O

CH2 CH CO2H + O
f.
OH
N
H Triptofan NH2 O
O
O COH + NH3 + CO2
O +
g. NH CH2 CH2 CH2 CH +
CO2HOH O
N
OH
H2N CH NH2 NH2
H
Arginin O O

O H2
O NH CH2 CH2 C COH + NH3 + CO2
O NH2 + O
OH H2N CH NH2
O
h. H2NCCH2CH2 CHCOOH 2 + OH
gelatin O

i. O
O O O
H N CH C NH CH2 C OH + OH
H R O
Protein

2.1.2.3 Reaksi Biuret

a. H CH CO2H + NaOH + CuSO4

NH2
Glisin

b. HOOC CH2 CH S S CH2 CH COOH + NaOH + CuSO4

NH2 NH2
Sistin

c.
CH2 CH2 CH CO2H + NaOH + CuSO4

SH NH2
Sistein

115
d.
CH3 CH CO2H + NaOH + CuSO4

NH2
Alanin

e. HO CH2 CH CO2H + NaOH + CuSO4


NH2
Tirosin
CH2 CH CO2H + NaOH + CuSO4
f.
N NH2
Triptofan

NH CH2 CH2 CH2 CH CO2H + NaOH + CuSO4


g.
H2N CH NH2 NH2
Arginin

O NH2

h. H2NCCH2CH2 CHCO2H + CuSO4 + NaOH

gelatin C2H5
H H
H2N C N C COOH
H
O

Cu + Na2SO4 + H2O

C2H5 O
H
HOOC C N CH
H
NH2

i. C O
O O
H N CH C NH CH2C OH + NaOH H N CH C NH CH2 C ONa + H2O
H R H R

Protein

116
R R O
H2N HC CH N CH C OH
O H
C O
H N CH C NH CH2C ONa + CuSO4 Cu
H H

O R H O
OH C HC NH CH CH NH2
R

2.2. Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa glisin

alanin, sistin, sistein, tirosin, arpharagin, arginin, methionin tidak tmengalami

perubahan warna ketika ditambahkan peraksi Millon yang menandakan tidak

terjadi reaksi apapun. Sementara pada protein tirosin dan gelatin saat ditambahkan

pereaksi Millon mengalami perubahan warna menjadi warna kuning namun hal ini

juga menandakan tidak terjadi reaksi karena berdasarkan teori (Elzagheid, 2018),

seharusnya apabila suatu senyawa ditambahkan pereaksi millon dan dipanaskan

maka akan terjadi perubahan warna menjadi merah apabila senyawa mengandung

asam amino tirosin atau protein yang mengandung asam amino tirosin. Pada

percobaan tidak sesuai dengan teori karena adanya beberapa faktor yakni tidak

dilakukannya pemanasan setelah ditambahkan pereaksi millon hal ini mungkin

terjadi karena adanya kekeliruan/lupa pada asisten yang melakukan percobaan dan

juga bisa terjadi karena reagen yang digunakan sudah tidak baik.

Setelah melakukan percobaan dengan menggunakan pereaksi ninhidrin

dapat diketahui bahwa ketika glisin, arpharagin dan methionin ketika ditambahkan

pereaksi ninhidrin, larutan tetap tidak berwarna, begitupun setelah dipanaskan

sehingga bisa diketahui tidak ada reaksi yang terjadi. Sedangkan ketika sistin,

117
sistein, alanin, tirosin, arginin, dan protein ketika ditambahkan pereaksi ninhidrin,

larutan mengalami perubahan warna menjadi kuning, setelah dilakukan

pemanasan dan setelah didinginkan kembali larutan menjadi tidak berwarna/

keruh meskipun mengalami perubahan warna tetap dikatakan tidak bereaksi

karena berdasarkan teori (Harding dan Warneford, 1916) seharusnya apabila

ditambahkan perekasi ninhidrin dan dipanaskan maka berubah menjadi warna biru

apabila senyawa yang diuji mengandung asam amino. Tidak sesuainya hasil

percobaan dan teori bisa disebabkan karena reagen yang digunakan sudah tidak baik.

Setelah dilakukan percobaan dengan menggunakan pereaksi biuret

didapatkan hasil yaitu pada semua larutan pada saat ditambahkan larutan NaOH 2

N larutan tetap tidak berwarna. Pada glisin, sistin, sistein, alanin, tirosin,

arpharagin, dan arginin tetap tidak mengalami perubahan warna ketika

ditambahkan setetes CuSO4 0,01 N Sedangkan pada methionin dan protein ketika

ditambahkan dengan setetes CuSO4 0,01 N larutan berubah menjadi warna ungu

hal ini mengindikasikan terjadinya reaksi yang berarti methionin (gelatin) dan

protein (albumin telur) mengandung ikatan peptida/protein. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari (Putri dkk, 2016), yang memiliki ikatan peptida lebih dari dua

sehingga bisa diidentifikasi dalam uji biuret ini, dan hasil ujinya positif. Apabila

warnanya ungu maka ikatan peptidanya panjang, apabila warnanya kemerah

mudaan maka ikatan peptidanya pendek.

118
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa:

1. pada pereaksi Millon tidak terjadi reaksi pada seluruh larutan karena

kemungkinan terjadinya kesalahan yakni tidak dipanaskan setelah

ditambahkan pereaksi millon dan bisa jadi karena reagen yang digunakan

tidak baik hal ini tidak sesuai teori yang seharusnya apabila mengandung

asam amino tirosin mengalami perubahan menjadi warna merah.

2. pada pereaksi Ninhidrin, juga tidak terjadi reaksi pada seluruh larutan krarena

kemungkinan reagen yang digunakan tidak baik hal ini tidak sesuai teori yang

seharusnya apabila mengandung asam amino mengalami perubahan menjadi

warna biru.

3. pada uji Biuret, gelatin dan protein terbukti positif mengandung ikatan

peptida karena terjadi perubahan warna menjadi warna ungu dan hak ini

sesuai dengan teori.

4.2 Saran

4.2.1 Saran Untuk Percobaan


Sebaiknya percobaan dilakukan dengan peralatan yang sudah bersih dan
layak pakai serta bahan yang digunakan masih layak agar hasil data yang
diperoleh akan jauh lebih akurat.

4.2.2 Saran Untuk Asisten


Asisten sudah sangat baik dalam membimbing praktikan.

119
DAFTAR PUSTAKA

Annisaa, A.L.F., dan Afifah, D.N., 2015, Kadar Protein, Nilai Cerna Protein In
Vitro Dan Tingkat Kesukaan Kue Kering Komplementasi Tepung Jagung
Dan Tepung Kacang Merah Sebagai Makanan Tambahan Anak Gizi
Kurang, Journal of Nutrition College, 4(2): 365-371.

Elzagheid, M.I., 2019, Color Presenting Products of Amino Acids


ReactionsQualitative Test, Journal Modern Chemistry, 6(4): 56-60.

Fessenden, Ralp J. dan Fessenden, Joan S., 1986, Kimia Organik Edisi Ketiga,
Jakarta, Erlangga.

Harding, V.J., and Warnerford, F.H.S., 1916, The Ninhydrin Reaction With
Amino-Acids And Ammonium Salts, The Journal Of Biological
Chemistry, 25(2): 319-335.

Natsir, N.A., dan Latifah, S., 2018, Analisis Kandungan Protein Total Ikan Kakap
Merah Dan Ikan Kerapu Bebek, Jurnal Biology Science & Education, 7(2):
49-55.

Putri, A.A.B., Yuliet, dan Jamaluddin, 2016, Analisis Kadar Albumin Ikan Sidat
(Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor) Dan Uji Aktivitas
Penyembuhan Luka Terbuka Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus),
Journal of Pharmacy, 2(2): 90-95.

Sari, E.M., Nurilmala, M., dan Abdullah, A., 2017, Profil Asam Amino Dan
Senyawa Bioaktif Kuda Laut Hippocampus comes, Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 9(2): 605-617.

Sastrohamidjojo, H. dan Pranowo, D.H., 2011, Sintesis Senyawa Organik.


Erlangga, Jakarta.

120
Lampiran 1. Bagan kerja

1. Uji Millon
Pereaksi Millon

- Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.


- Diisi pada masing-masing tabung dengan 2 ml: glisin,
sistein, sistin, meteonin, alanin, tirosin, triptopan,
arginin, fenil alanin, gelatin, protein.
- Ditambahkan 5 tetes pereaksi millon.
- Dikocok dan dipanaskan sambil digoyang-goyangkan,
dan amati.
- Dicatat perubahan yang terjadi, jika pereaksi berlebih
warna akan hilang.

Hasil

2. Uji Ninhidrin

Larutan ninhidrin 0,1%

- Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan


kering.
- Diisi pada masing-masing tabung dengan 2 ml larutan
asam amino atau protein yaitu: glisin, sistein, sistin,
meteonin, alanin, tirosin, triptopan, arginin, gelatin,
protein.
- Ditambahkan 0,5 mL larutan ninhidrin 0,1% dan
dikocok.
- Dipanaskan sampai mendidih, diamati dan dicatat
perubahan yang terjadi.

Hasil

121
3. Uji Biuret

1 mL NaOH 2N CuSO4 0,01N

- Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.


- Diisi pada masing-masing tabung dengan 2 ml: glisin,
sistein, sistin, meteonin, alanin, tirosin, triptopan,
arginin, gelatin, protein.
- Ditambahkan 1 mL NaOH 2N, dikocok kemudian
ditambahkan setetes CuSO4 0,01N.
- Dikocok dan diamati serta dicatat perubahan yang
terjadi. Jika tidak timbul warna tambahkan setetes atau
lebih CuSO4.

Hasil

122
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan

A. Uji Millon

Gambar 1. Setelah Penambahan pereaksi Millon


B. Uji Ninhidrin

Gambar 2. Sebelum Penambahan Ninhidrin

Gambar 3. Setelah Penambahan Ninhidrin

123
Gambar 4. Setelah Dipanaskan
C. Uji Biuret

Gambar 5. Sebelum Penambahan biuret

Gambar 6. Setelah Penambahan NaOH 2 N

124
Gambar 7. Setelah Penambahan CuSO4 0,01 N

125
Lampiran 3. Sumber Referensi

126
127
128
129
130
131
132
133
ANALISIS SIFAT KARBOHIDRAT
Laporan Praktikum Kimia Dasar II

PERCOBAAN VI
ANALISIS SIFAT KARBOHIDRAT

NAMA : SADIQAH YARA LAILANUN R

NIM : H041 20 1024

HARI/TANGGAL : RABU/ 15 MEI 2021

KELOMPOK : 2 (DUA)

ASISTEN : SEPTIAN PRATAMA PASERU

LABORATORIUM KIMIA DASAR II


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

134
HASIL PPRAKTIKUM

ANALISIS SIFAT KARBOHIDRAT

Disusun dan diajukan oleh :

SADIQAH YARA LAILANUN R


H041 20 1024

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 20 Mei 2021

ASISTEN PRAKTIKAN

SEPTIAN PRATAMA PASERU SADIQAH YARA LAILANUN R


NIM : H311 16 307 NIM : H041 20 1024

135
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen yang

terdapat dalam alam. Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehid dan

keton atau turunan mereka (Fitri dkk, 2020). Pada awalnya, istilah karbohidrat

digunakan untuk golongan senyawa dengan rumus (CH2O)n. Namun demikian,

terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian (Hart dkk, 2010).

Karbohidrat diklasifikasikan kedalam beberapa bagian seperti

monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida,

khususnya glukosa, merupakan nutrient utama sel. Sel-sel tubuh tersebut

menyerap glukosa dan mengambil tenaga yang tersimpan di dalam molekul

tersebut pada proses respirasi selular. Selain itu, kerangka karbon monosakarida

juga berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul organik kecil

lainnya (Hart dkk, 2010). Disakarida terdiri dari tiga jenis yang mempunyai arti

gizi yaitu sukrosa, maltosa dan laktosa. Sukrosa merupakan bahan yang sangat

diperlukan tubuh manusia, hewan dan tumbuhan (Pontoh, 2013). Oligosakarida

terdiri atas polimer dua hingga sepuluh monosakarida. Sebetulnya disakarida

termasuk oligosakarida, tetapi karena peranannya dalam ilmu gizi sangat penting

maka dibahas terpisah. Polisakarida mengandung banyak satuan monosakarida

yang terdiri dari ratusan atau ribuan. Jika polisakarida ini dihidrolisis reaksi

tersebut akan menghasilkan satuan-satuan monosakarida (Siregar, 2014).

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dilakukanlah percobaan ini.

136
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Mempelajari beberapa sifat golongan karbohidrat berdasarkan reaksi

kimia.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. untuk mengetahui beberapa sifat monosakarida dan disakarida melalui uji

reaksi dengan larutan perak beramoniak

2. untuk mengetahui beberapa sifat monosakarida melalui uji reaksi dengan

larutan fehling

3. untuk mengetahui beberapa sifat monosakarida dan disakarida melalui uji

reaksi dengan larutan benedict

4. untuk mengetahui beberapa sifat polisakarida melalui reaksi amilum dengan

yodium

5. untuk mengetahui beberapa sifat polisakarida melalui hidrolisis amilum.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Reaksi dangan Larutan Perak Beramoniak

Prinsip percobaan ini adalah mengidentifikasi beberapa sifat monosakarida

dan disakarida pada glukosa dan sukrosa dengan mereaksikan larutan AgNO3

dengan NH4OH melalui pemanasan untuk diketahui reaksinya.

1.3.2 Reaksi dengan I.arutan Fehling

Pinsip percobaan ini adalah mengidentifikasi adanya sifat monosakarida

pada glukosa dengan mereaksikannya dengan larutan fehling A dan fehling B

untuk diketahui reaksinya.

137
1.3.3 Reaksi dengan Larutan Benedict

Prinsip percobaan ini adalah mengidentifikasi adanya sifat monosakarida

dan disakarida pada glukosa dan sukrosa melalui uji reaksi benedict urtuk

diketahui reaksinya.

1.3.4 Reaksi Amilum dengan Iodium

Prinsip percobaan ini adalah mengidetifikasi adanya sifat polisakarida

melalui reaksi halogenasi antara amilum dengan iodium.

1.3.5 Hidrolisis Amilum

Prinsip percobaan ini adalah mengidentifikasi adanya sifat polisakarida


melalui reaksi hidrolisis amilum dengan HCl dan NaOH.

1.4 Landasan Teori

Karbohidrat banyak terdapat di alam, di antaranya dalam bentuk pati,

kapas, gula pasir, dan kayu. Karbohidrat adalah polihidroksi dari aldehida atau

keton. Nama karbohidrat atau ‘hidrat dari karbon’ adalah istilah yang dilontarkan

pada masa awal dipelajarinya kimia karbohidrat. Banyak dari senyawa ini

mempunyai bobot molekul kelipatan CH2O, misalnya C6H10O5 Dengan demikian,

molekul yang kita sebut karbohidrat termasuk gula seperti glukosa (gula darah),

sukrosa (gula meja), pati, dan selulosa. (Wilbraham,1992).

Karbohidrat dapat dibagi menjadi tiga kelas struktural besar

monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Karbohidrat yang tidak dapat

dihidrolisis menjadi molekul yang lebih kecil adalah monosakarida. Contohnya

adalah glukosa dan fruktosa. Karbohidrat yang dibuat dari "beberapa"

monosakarida (biasanya 2 sampai 10 atau lebih) adalah oligosakarida.

Oligosakarida yang disebut disakarida, trisakarida, dan sebagainya, tergantung

138
pada jumlah unit monosakarida terkait. Laktosa disakarida, juga disebut "gula

susu", mengandung satu molekul glukosa dan satu galaktosa. Maltosa, disakarida

lain, berisi dua unit glukosa. Polisakarida berisi ribuan monosakarida kovalen

terkait. Contohnya termasuk pati (Oullette, 1994).

Monosakarida adalah polihidroksi~ aldehida atau keton, umumnya

dengan rantai C- bercabang. Contoh terkenal adalah glukosa, fruktosa dan

galaktosa. Oligosakarida adalah karbohidrat yang secara formal polimerisasi dari

monosakarida dengan penghapusan air untuk memberikan asetal penuh. Dalam

polisakarida, yang terdiri dari monosakarida n, jumlah n sebagai aturan > 10.

Selulosa merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman, sedangkan katun

yang berasal dari kapas merupakan selulosa murni. Selulosa tidak larut dalam air,

dan bukan merupakan karbohidrat pereduksi. Jika dihidrolisis dalam suasana asam

makan akan menghasilkan banyak molekul D-glukosa (Belitz dkk, 2009).

Disakarida adalah suatu karbohidrat yang jika dihidrolisis menghasilkan

dua molekul monosakarida. Beberapa contoh disakarida adalah sebagai berikut

1. Maltosa dapat diperoleh sebanyak 81% dari hidrolisis pati (starch) dengan

menggunakan enzil amilase. Maltosa dengan rumus struktur C12H22O11 dapat

mereduksi pereaksi Fehling/Tollens.

2. Sukrosa biasa dikenal dengan gula meja, dapat diperoleh dari tanaman sugar

cane dan sugar beet (kentang/umbi manis). Di indonesia dapat juga diperoleh

dari tanaman aren (air nira). Sukrosa mempunyai rumus molekul C12H22O11.

Sukrosa tidak dapat mereduksi Tollens/Fehling/Benedict dan juga tidak dapat

membentuk osazon. (Riswiyanto, 2002).

139
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Metode Percobaan

2.1.1 Alat dan Bahan Percobaan

2.1.1.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain tabung reaksi, rak

tabung, pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, kaki tiga, kasa, gegep, dan lampu

spiritus.

2.1.1.2 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan glukosa

10%, larutan sukrosa 10%, larutan amilum 2%, larutan NH4OH 1 M, larutan

AgNO3 0,1 M, larutan I2 0,1 M, larutan Benedict, larutan Fehling A dan B, tissue

roll, dan aquades.

2.1.2 Prosedur Percobaan

2.1.2.1 Monosakarida

2.1.2.1.1 Reaksi Glukosa dengan Larutan Perak Beramoniak

Sebanyak 2 mL larutan AgNO3 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Kemudian, ditambahkan NH4OH sampai endapan yang terbentuk melarut. Lalu

dimasukkan 1 mL larutan glukosa 10 % ke dalam tabung reaksi dan dikocok.

Tabung reaksi tersebut dimasukkan lagi ke dalam gelas kimia yang berisi air

panas (penangas) selama beberapa menit. Diamati perubahan yang terjadi.

2.1.2.1.2 Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling

Sebanyak 1 mL larutan Fehling A larutan Fehling B dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, kemudian dikocok. Lalu ditambahkan 1 mL larutan glukosa 10%

140
dan dikocok. Tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi

air panas (penangas) selama 1 menit. Diamati perubahan yang terjadi.

2.1.2.1.3 Uji Benedict

Sebanyak 2 mL larutan Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Kemudian tabung reaksi tersebut ditambahkan 1 mL larutan glukosa 10%. Tabung

reaksi tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas)

selama 5 menit, didinginkan dan diamati perubahan yang terjadi.

2.1.2.2 Disakarida

2.1.2.2.1 Reaksi Sukrosa dengan Larutan Perak Beramoniak


Sebanyak 2 mL larutan AgNO3 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung

reaksi. Kemudian, ditambahkan NH4OH tetes per tetes sampai endapan yang

terbentuk melarut. Lalu dimasukkan 1 mL larutan sukrosa 10 % ke dalam tabung

reaksi dan dikocok. Tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia

yang berisi air panas (penangas) selama beberapa menit. Diamati perubahan yang

terjadi.

2.1.2.2.2 Uji Benedict

Sebanyak 2 mL larutan Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi .

Kemudian tabung reaksi tersebut ditambahkan 1 mL larutan sukrosa 10 %.

Tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air mendidih

(penangas) selama 5 menit, didinginkan dan diamati perubahan yang terjadi.

2.1.2.3 Polisakarida

2.1.2.3.1 Reaksi Amilum dengan Iodium

Sebanyak 3 mL larutan amilum 2 % dimasukkan ke dalam sebuah tabung

reaksi. Kemudian ditambahkan 2 sampai 3 tetes larutan iodium 0,1 M ke dalam

tabung reaksi dan dikocok. Selanjutnya tabung reaksi tersebut dipanaskan selama

141
beberapa menit. Kemudian didinginkan dan diamati serta catat perubahan yang

terjadi.

2.1.2.3.2 Hidrolisis Amilum

Sebanyak 5 ml larutan amilum 2% dimasukkan ke dalam. Tambahkan 10

tetes HCl pekat. Panaskan tabung reaksi sampai larutan mendidih selama beberapa

menit. 28- Tambahkan beberapa tetes larutan NaOH 10%, sampai larutan bersifat

basa. Ambil 3 ml larutan ini dan masukkan ke dalam tabung reaksi lain dan

tambahkan 2 ml larutan Benedict. Dipanaskan dalam penangas air mendidih

selama 5 menit. Diamati perubahan yang terjadi.

2.2 Tabel
2.2.1 Monosakarida

Tabel 1. Reaksi Glukosa dengan Larutan Perak Beramoniak


Zat-zat yang direaksikan Warna endapan/ larutan

AgNO3 + sedikit NH4OH Keruh

AgNO3 + kelebihan NH4OH Terbentuk endapan putih

AgNO3 + NH4OH + glukosa Terbentuk cermin perak

Tabel 2. Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling


Zat-zat yang direaksikan Warna endapan/ larutan

Fehling A + Fehling B Biru

Fehling + glukosa Terbentuk endapan merah

Tabel 3. Uji Benedict


Zat-zat yang direaksikan Warna endapan/ larutan

Terbentuk endapan dan larutan berubah


Benedict + glukosa
warna menjadi orange

142
2.2.2 Disakarida

Tabel 1. Reaksi sukrosa dengan Larutan Perak Beramoniak


Zat-zat yang direaksikan Warna endapan/ larutan

Larutan perak beramoniak + sukrosa Perak/ larutan abu-abu

Tabel 2. Uji Benedict


Zat-zat yang direaksikan Warna endapan/ larutan

Terbentuk endapan orange atau larutan


Benedict + sukrosa
jingga

2.2.3 Polisakarida

Tabel 1. Reaksi Amilum dengan Yodium


Zat-zat yang direaksikan Warna endapan/ larutan

Larutan amilum Putih keruh

Amilum + I2 Ungu pekat

Amilum + I2 + Pemanasan Hitan

Setelah didinginkan Hitam

Tabel 2. Hidrolisis Amilum


Zat-zat yang direaksikan Warna endapan/ larutan

Larutan amilum Keruh

Amilum + HCl panas Bening

Amilum + HCl + NaOH + Benedict Keruh 1 fase

143
2.3 Reaksi

1. Reaksi Glukosa dengan Larutan Perak Beramoniak

2. Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling

144
3. Reaksi Glukosa dengan pereaksi Benedict

4. Reaksi Disakarida dengan Larutan Perak Beramoniak

145
5. Uji Benedict dengan Sukrosa

6. Reaksi amilum dengan Iodium

7. Reaksi hidrolisis amilum

146
2.4 Pembahasan
Prosedur pertama adalah reaksi glukosa dengan larutan perak beramoniak.

Uji perak amoniak dikenal juga dengan uji Tollen yang berfungsi untuk

membedakan antara gugus aldehida dan keton pada beberapa karbohidrat

golongan monosakarida dan disakarida. Reagen Tollen, larutan perak nitrat dan

ammonia akan mengoksidasi aldehida tetapi tidak mengoksidasi keton. Ion perak

direduksi menjadi perak metalik yang membentuk cermin perak di permukaan

bagian dalam tabung reaksi. Pada tabel hasil pengamatan diketahui bahwa ketika

AgNO3 direaksikan dengan sedikit NH4OH terbentuk endapan putih pada larutan.

Pada saat AgNO3 direaksikan dengan NH4OH secara berlebihan endapan putih

yang terbentuk semakin pekat. Kemudian, setelah glukosa juga direaksikan

147
dengan larutan tersebut terlihat larutan berubah warna menjadi cokelat dan terlihat

adanya cermin perak yang mengapung di permukaan larutan. Hal ini dapat terjadi

karena adanya glukosa yang merupakan gula pereduksi (memiliki gugus aldehida

dan keton bebas). Sehingga, hasil percobaan ini bernilai positif sesuai dengan teori

yang mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan yakni glukosa memiliki

gugus aldehida. Hasil positif juga ditunjukkan oleh reaksi sukrosa dengan larutan

perak amoniak yang menghasilkan larutan keruh dengan cermin perak pada

permukaan bagian dalam tabung reaksi. Hal ini tidak sesuai dengan teori

seharusnya ketika sukrosa direaksikan dengan larutan perak amoniak tidak

menghasilkan cermin perak karena sukrosa tidak termasuk gula pereduksi,

Percobaan pada sukrosa hasilnya positif karena bisa jadi bahannya sudah rusak

sehingga terhidrolisis duluan.

Prosedur kedua adalah reaksi glukosa dengan larutan Fehling. Uji Fehling

berfungsi untuk menunjukkan sifat khusus yang dimiliki karbohidrat dengan

adanya karbohidrat perduksi. Pereaksi Fehling yang ditambahkan dengan

karbohidrat kemudian dipanaskan akan menghasilkan endapan merah bata.

Larutan Fehling A adalah CuSO4 dan larutan Fehling B adalah larutan garam

Kalium-tartrat dan NaOH dalam air.. Berdasarkan tabel pengamatan diketahui

bahwa setelah glukosa direaksikan dengan larutan Fehling kemudian dipanaskan,

larutan berubah menjadi endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

larutan terjadi reaksi redoks antara glukosa dengan larutan Fehling dimana Cu2+

direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan di endapkan sebagai

Cu2O. Hasil ini telah sesuai dengan teori yang mengindikasi bahwa glukosa yang

dijadikan sebagai sampel merupakan gula pereduksi.

148
Prosedur ketiga adalah reaksi glukosa dengan larutan Benedict. Uji

Benedict berfungsi untuk mendeteksi keberadaan gula pereduksi dalam sampel

yang dimaksud gula pereduksi adalah gula yang memiliki gugus aldehid atau

keton bebas. Gula pereduksi meliputi seluruh monosakarida dan beberapa

disakarida seperti laktosa, glukosa, dan maltosa. Hasil positif dari uji ini adalah

terbentuknya endapan merah bata, terkadang disertai dengan larutan berwarna

hijau, merah, atau jingga. Berdasarkan tabel pengamatan, diketahui bahwa reaksi

antara reagen Benedict dengan glukosa menghasilkan endapan merah bata. Hal ini

menandakan bahwa glukosa merupakan gula pereduksi kaena glukosa yang

mempunyai gugus aldehid akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis

menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Hasil positif

dari uji Benedict juga ditunjukkan oleh reaksi larutan Benedict dengan sukrosa

yang menghasilkan endapan hijau tua. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena

sukrosa tidak termasuk gula pereduksi (tidak memiliki gugus aldehida dan keton

bebas), kesalahan ini bisa terjadi karena kemungkinan bahan yang digunakan

sudah rusak sehingga terhidrolisis lebih duluan.

Prosedur keempat adalah reaksi amilum dengan yodium, direaksikan

amilum dengan larutan iodium. Reagen yodium digunakan untuk membedakan

pati dan glikogen dari monosakarida dan polisakarida lain. Reaksi positifnya

ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru, kemudian setelah

dipanaskan warna biru akan menghilang, dan setelah didinginkan, warna biru

akan timbul kembali. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari

ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi

iodin kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang

149
positif akan menghilang karena ikatan kompleks tersebut terputus dan sewaktu

didinginkan warna biru akan muncul kembali karena amilum dan iodin kembali

membentuk ikatan (energi kinetiknya meningkat) hal ini biasa disebut ikatan

semu. Secara spesifik di dalam amilum sendiri terdiri dari dua macam amilum

yaitu amilosa yang tidak larut dalam air dingin dan amilopektin yang larut dalam

air dingin. Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk

micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan tidak kasat mata karena

hanya pada tingkat molekuler. Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung

dalam reagen iodium dan memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji.

Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan saling menjauh sehingga micelles

pun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna

biru khas yang ditimbulkan menghilang.

Prosedur kelima adalah hidrolisis amilum. Uji hidrolisis dilakukan dengan

maksud untuk memecah karbohidrat kompleks menjadi sederhana. Percobaan ini

dimulai dengan mereaksikan amilum dengan HCl. Penambahan HCl ini bertujuan

sebagai dekstruktif dan menghidrolisis ikatan polisakarida agar menjadi

monosakarida. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk menangkap senyawa-

senyawa yang tidak ikut beraksi dan sebagai zat penguji gula. Hasil akhir dari uji

hidrolisis ini ditegaskan dengan uji Benedict. Hasil percobaan ini adalah

terbentuknya endapan merah bata yang mengindikasi amilum tersebut telah

terhidrolisis menjadi monomer atau unit penyusunnya seperti glukosa.

150
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah:

1. pada percobaan monosakarida dan disakarida melalui uji reaksi dengan larutan

perak beramoniak bereaksi positif yang menghasilkan endapan pada glukosa

dan sukrosa. Pada uji monosakaradia hasil percobaan sudah sesuai dengan teori

sedangkan pada uji disakarida tidak.

2.pada percobaan monosakarida melalui uji reaksi dengan larutan fehling bereaksi

positif yang menghasilkan endapan berwarna merah bata.

3. pada percobaan monosakaridan dan disakarida melaui uji reaksi dengan larutan

benedict bereaksi positif yang menghasilkan endapan berwarna merah bata

pada glukosa dan endapan berwarna hijau pada sukrosa. Pada uji

monosakaradia hasil percobaan sudah sesuai dengan teori sedangkan pada uji

disakarida tidak.

4. pada percobaan polisakaridai melalu reaksi amilum dengan yodium bereaksi

positif yang menghasilkan larutan berwarna biru kehitaman.

5. pada percobaan polisakarida melalui hidrolisis amilum bereaksi positif yang

menghasilkan endapan berwarna merah bata.

3.2 Saran

3.2.1 Saran Untuk Praktikum

Sebaiknya bahan yang digunakan dalam percobaan harus layak/ bagus

sehingga hasil percobaan dapat sesuai seperti yang diharapkan.

151
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, S. A., dan Fitriana, Y. A. N., 2020, Analisis Senyawa Kimia pada
Karbohidrat , SAINTEKS, 17(1): 45-52.

Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik, Edisi Kesebelas,
Erlangga, Jakarta.

Siregar, N. S., 2014, Karbohidrat, Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13(2): 38-44.

Pontoh, J., 2013, Penentuan Kandungan Sukrosa pada Gula Aren dengan Metode
Enzimatik. Jurnal Kimia, 1(3): 28

Belitz, H.D, Grosch, W, dan Schieberle, P. 2009. Food Chemistry. Verlag Berlin
Heidelberg, Berlin.

Ouellette, J. Robert. 1994. Organic Chemistry. York graphic services : New York.

Wilbraham, C. Antony, dan Matta S. Michael. 1992. Pengantar Kimia Organik


dan Hayati. ITB, Bandung.

152
Lampiran 1 : Bagan Kerja

1. Reaksi dengan Larutan Perak Beramoniak

Larutan AgNO3

- Dimasukkan sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan NH₄OH sampai endapan yang terbentuk terlarut.

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 mL larutan glukosa 10%

dan dikocok.

- Dimasukkan tabung reaksi tersebut ke dalam gelas kimia yang

berisi air panas selama beberapa menit.

- Diamati perubahan yang terjadi.

- Diulangi prosedur yang sama dengan mengganti glukosa 10%


dengan sukrosa 10%.

Hasil

2. Reaksi dengan Larutan Fehling

Larutan Fehling

- Dimasukkan sebanyak 1 mL larutan Fehling A dan 1 mL larutan

Fehling B ke dalam tabung reaksi kemudian dikocok.

- Ditambahkan 1 mL larutan glukosa 10% dan dikocok.

- Dimasukkan tabung reaksi tersebut ke dalam gelas kimia yang

berisi air panas selama 1 menit. Diamati perubahan yang terjadi.

Hasil

153
3. Reaksi dengan Larutan Benedict

Larutan Benedict

- Dimasukkan sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 1 mL larutan glukosa 10%.

- Dimasukkan tabung reaksi tersebut ke dalam gelas kimia ang berisi

air panas selama 5 menit, kemudian didinginkan.

- Diamati perubahan yang terjadi.

- Diulangi prosedur yang sama dengan mengganti glukosa 10%


dengan sukrosa 10%.

Hasil

4. Reaksi Amilum dengan Yodium

Larutan Amilum

- Dimasukkan sebanyak 3 mL larutan amilum 2% ke dalam tabung

reaksi.

- Ditambahkan 5 tetes larutan yodium 0,1 M dan dikocok.

- Dipanaskan tabung reaksi tersebut selama beberapa menit

kemudian didinginkan.

- Diamati perubahan yang terjadi.

Hasil

154
4. Hidrolisis Amilum

Larutan Amilum

- Dimasukkan sebanyak 5 mL larutan amilum 2% ke dalam tabung

reaksi.

- Ditambahkan 10 tetes HCL pekat.

- Dipanaskan tabung reaksi tersebut sampai larutan mendidih selama

beberapa menit .

- Ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 10%, sampai larutan

bersifat basa.

- Ambil 3 mL larutan ini dan masukkan ke dalam tabung reaksi lain


dan tambahkan 2 ml larutan Benedict.

- Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit.


- Diamati perubahan yang terjadi.

Hasil

155
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan

(Gambar 2.1 Reaksi Glukosa dengan Larutan Perak Beramoniak)

(Gambar 2.2 Reaksi Glukosa dengan Larutan Fehling)

(Gambar 2.3 Reaksi Glukosa dengan Larutan Benedict)

156
(Gambar 2.4 Reaksi Sukrosa dengan Larutan Perak Beramoniak)

(Gambar 2.5 Reaksi Sukrosa dengan Larutan Benedict)

(Gambar 2.6 Hidrolisis Amilum)

157
Lampiran 3 Sumber

158
159
160
161
162
163
164
Kesan dan Pesan
Asisten Laboratorium Kimia Dasar II

KESAN DAN PESAN

SADIQAH YARA LAILANUN R


H041 20 1024

KELOMPOK II

LABORATORIUM KIMIA DASAR II


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

165
166
167
168
169
170
FOTO PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR

KELOMPOK 1

ANNISA DZULKIFLI DIAH AYU PRATIWI


H041 20 1018 H041 20 1021 H041 20 1014

ANDINA PUTRI PRAHARA FATHIRAH NURUL W. DONI


H041 20 1042 H041 20 1043 H041 20 1041

EKA PURNAMASARI ANDI ALFHITO A. HASNAWATI


H041 20 1011 H041 20 1025 H041 20 1007

171
FEBBY FEBRIYANTY S. ADIATNA AYU KAMILA AINUN AMINI
H041 20 1017 H041 20 1022 H041 20 1037

LIKE AYU SUTRISNO ANDI FAKHIRAH N.W RAHMAWATI


H041 20 1030 H041 20 1045 H041 20 1008

HAYATUL AZIZAH KIKI KURNIAWAN


H041 20 1019 H041 17 1303

172
KELOMPOK 2

NATALIA KATAPPANAN RISDA HERLIA NUR


H041 20 1006 H041 20 1015 H041 20 1012

NAHDIAH ALFIAH MELATI RESKI YUNIKA NUR INSANI


H041 20 1026 WULANDARI H041 20 1001
H041 20 1002

AHMAD NURFAKHRY S FATIMAH AZZAHRA WD TIARA PUTRI K


H041 20 1038 H041 20 1027 H041 20 1035

173
SAEFUL MUSAWWIR DODI SETIAWAN SADIQAH YARA
H041 20 1044 H041 20 1032 LAILANUN
H041 20 1024

BELUSYIFA IRHAMNI MUHAMMAD RIZAL UDIN MUH. JAMIL ILMA


H041 20 1036 H041 20 1071 H041 20 1004

GILANG RAMDHAN
H041 20 1003

174
KELOMPOK 3

FIORELLA BADZLI IRHEN LIE AINUN SAPUTRI


H041 20 1088 H041 20 1099

YUSNIAR SITI ROFIQOH ATHIYYAH


H041 20 1062 H041 20 1078

SARWAN DHEA SAGITA


H041 20 1046 H041 20 1016

175
GRACE MAIRI SATIAN NURUL AMALIA
H041 20 1028 H041 20 1033

RIVALDI PRATAMA AMELYA MADANI PUTRI


H041 20 1034 H041 20 1081

ASTI KHAERANI
H041 20 1058

176
YOSHELINE GAYATRI D. A A. FIKA HAYYINUN RIZKY
H041 20 1040 H041 20 1092

NURHIKMA SABIR
H041201029

ISTI RAHMADILLA RISKA


H041 20 1031 H041 20 1020

177
KELOMPOK 4

TASYA ASIZA SUCI WULANDARI M SITI AULIA ADILA


H041 20 1077 H041 20 1091 H041 20 1072

DYTHA EKAWURI HANDAYANI IFFAH MUTHIAH FIRMAN


H041 20 1083 H041 20 1070

178
COREZY FILADELFI A. S ASFIRA DWI ANGRIANI
H041 20 1051 H041 20 1082

DZULFAIDA RAJASA
H041 20 1050

INTAN RAMADHANI ALIZA ZAKIAH RIFAAT


H041 20 1076 H041 20 1078

179
NUR AINUN MILE
H041 20 1060

ELVINA DWIYANTI LESNUSSA INDIRA DJILOI


H041 20 1084 H041 20 1059

VEMY ARRUANLAYA
H041 20 1053

180
KELOMPOK 5

ASHRIYAH IRFIANA TIARA


H041 20 1056 H041 20 1080

NURFADILLAH ADILAH NUR SYAHBANI SYAFAH. A


H041 20 1069 H041 20 1061

181
NURUL FATIMAH MIFTAHUL JANNA
H041 20 1047 H041 20 1039

KHAERUN NIZA NUR INDAH AGUSTIN


H041 20 1010 H041 20 1063

WILDA AULIAH FEBRIANI INDRY AURA


H041 20 1055 H041 20 1074

182
MUTMAINNAH NURUL DINZA JENIA
H041 20 1057 H041 20 1048

NUR ULFIKA NURUL ARDIYAH SARI


H041 20 1054 H041 20 1073

ANISA IRIANI
H041 20 1079

183
FOTO ANGKATAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR 2021

Gambar 1. Foto Angkatan Praktikum Kimia Organik Dasar 2021

184
FOTO KELOMPOK DAN ASISTEN

Gambar 1. Foto Kelompok 2 dengan Kak Septian Pratama Paseru

Gambar 2. Foto Kelompok 2 dengan Kak Dionisius Sandhi Tri Putra

185
Gambar 3. Foto Kelompok 2 dengan Kak Muhammad Fathir Hasyim

Gambar 4. Foto Kelompok 2 dengan Kak Nia Kurnia

186
BIOGRAFI PENULIS

NAMA : SADIQAH YARA LAILANUN R


NIM : H041201024

SADIQAH YARA LAILANUN R, Dilahirkan di Kota

Makassar tepatnya di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Pertiwi pada hari selasa tanggal 09 oktober 2001.

Tetapi penulis sebenarnya berasal dari sebuah desa

kecil di ujung pulau Buton Selatan, provinsi Sulawesi

tenggara, orang tua penulis dilahirkan di sana tetapi

sudah sejak lama menetap di Makassar. Penulis merupakan anak ketiga dari

delapan bersaudara pasangan dari Muh. Yasin Welson yang bekerja sebagai

wiraswasta dan Nurlis Dewi yang merupakan ibu rumah tangga. Penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD INPRES Tamalanrea II di

Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar pada tahun 2014, sebelumnya penulis

bersekolah di SD Islam Athirah Bukit Baruga selama 3 tahun dari kelas satu

sampai kelas tiga lalu karena orang tua penulis harus berpindah ke Buton,

Sulawesi tengara sehingga penulis juga ikut bersama orang tua dan bersekolah di

SDN 1 Burangasi Rumbia yang berada di dekat rumah nenek penulis. Selama dua

tahun penulis tinggal bersama nenek dan kakek karena orang tua penulis sibuk

bekerja pada saat itu di kota, penulis banyak belajar selama tinggal di desa dan

mendapatkan banyak teman baru serta sudut pandang baru mengenai kehidupan.

Lalu saat kelas enam penulis dan orang tuanya kembali ke kota Makassar dan

penulis melanjutkan sekolahnya di SD INPRES Tamalanrea II.

Pada tahun itu juga penulis melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 30

Makassar, Kecamatan Tamalanrea dan tamat pada tahun 2017. Selama masa SMP

187
penulis mengalami dan mempelajari banyak hal selain itu penulis sangat

bersyukur memiliki teman-teman SMP yang sangat baik, suportif, dan membuat

masa SMP penulis menjadi menyenangkan untuk dikenang. Penulis sangat senang

karena masih berteman baik dengan mereka dan saling memberi support hingga

saat ini, kemudian penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri

21 Makassar pada tahun 2017 dan selesai pada tahun 2020. Di masa SMA ini

penulis bertemu dengan berbagai macam orang baru dan sudut pandang baru

selain itu di masa ini penulis banyak berefleksi dengan diri sendiri dan

mempelajari berbagai hal baru dengan mengikuti ekstrakurikuler rohis, kti yang

bergelut di bidang lingkungan dan mading, penulis juga mengikuti berbagai

macam lomba tetapi belum pernah menang maskipun begitu penulis sudah sangat

senang karena memiliki pengalaman yang baru. Saat kelas dua SMA terjadi

pengacakan kelas pada awalnya penulis sangat sedih karena harus berpisah

dengan teman-teman dekat penulsi namun pada akhirnya penulis mensyukuri hal

itu karena penulis bisa berteman dan mengenal lebih banyak orang-orang yang

luar biasa dan saat kelas tiga SMA, kelas dikembalikan seperti dulu sebelum

pengacakan penulis senang karena bisa bersama dengan teman dekat penulis lagi

namun dilain sisi sedih karena harus berpisah dengan teman dekat penulis di kelas

dua. Selain itu di masa SMA penulis mengalami krisis identitas namun penulis

bersyukur bisa melewati hal tersebut dengan sangat baik dan didampingi oleh

orang tua dan teman-teman yang sangat membawa pengaruh posititf terhadap

penulis. Di masa SMA juga penulis menyadari mengalami trust issue yang

sebenarnya sudah berkembang semenjak SD hingga saat ini.

188
Pada tahun 2020 terjadi pandemi COVID-19 sehingga penulis

menghabiskan banyak waktu di rumah (sebenarnya penulis tidak kaget karena

sebelumnya penulis memang lebih menyukai berdiam diri rumah), penulis sedih

karena di saat itu banyak orang-orang yang “ditinggalkan” oleh pekerjaan hingga

keluarga tercinta, di masa ini penulis menyadari seluruh berkah yang diberikan

Allah Subhanahu Wata’ala kepada penulis dalam bentuk kesehatan hingga masih

bisa berkumpul dengan seluruh keluarga tercinta. Semoga pandemi berakhir

secepatnya sehingga keadaan bisa berjalan normal meskipun tidak sama seperti

dulu. Saat ini penulis sedang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri,

tepatnya di Universitas Hasanuddin (UNHAS) Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam pada Program Studi Biologi, penulis lulus melalui jalur

SBMPTN. Saat membuka pengumuman hasil seleksi SBMPTN LTMPT 2020,

penulis terkejut, senang bercampur haru melihat kalimat “Selamat! Anda

dinyatakan lulus seleksi SBMPTN LTMPT 2020 di PTN Universitas Hasanuddin

Program Studi Biologi” saat itu juga penulis menyadari bahwa status penulis

bukan lagi siswa melainkan mahasiswa dan tanggung jawab penulis tentunya

semakin besar. Saat ini penulis sedang berusaha untuk berdamai dengan diri

sendiri semoga penulis bisa melewati masa kuliah dengan baik dan membuat

orang tua penulis bangga di masa depan amin.

189
190

Anda mungkin juga menyukai