Laporan Lengkap - Sadiqah Yara Lailanun R - 024..
Laporan Lengkap - Sadiqah Yara Lailanun R - 024..
ii
LEMBAR PERSEMBAHAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar II dengan baik dan tepat waktu.
Tak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengawas
praktikum, asisten praktikum yang telah membimbing dengan sangat baik, orang
pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian laporan lengkap praktikum ini.
masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Penulis sangat mengharapkan
penulis selanjutnya.
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................................i
Lembar Pengesahan................................................................................................ii
Lembar Persembahan............................................................................................iii
Kata Pengantar.......................................................................................................iv
Daftar Isi...................................................................................................................v
Laporan-laporan
1. Laporan Hidrokarbon.......................................................................................1
Biografi Penulis....................................................................................................187
Kartu Kontrol......................................................................................................190
v
HIDROKARBON
Laporan Praktikum Kimia Dasar II
PERCOBAAN I
HIDROKARBON
KELOMPOK : 2 (DUA)
1
HASIL PPRAKTIKUM
HIDROKARBON
ASISTEN PRAKTIKAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
Selama awal abad ke-19, para pakar masih berpandangan bahwa senyawa
yang ditemukan dalam organisme hidup hanya dapat dibentuk oleh daya hidup
yang terdapat dalam organisme. Kimia organik merupakan nama yang didasarkan
pada paradigma tersebut dan dibedakan dari kimia anorganik yang mencakup
semua senyawa yang tidak ditemukan dalam materi hidup. Selanjutnya diketahui
alkana (parafin) yang bersifat jenuh, alkena dan alkuna yang bersifat tidak jenuh
dan benzena sebagai senyawa hidrokarbon aromatik (Patel dan Shah, 2013).
atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan
3
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
hidrokarbon yang bersifat non polar dengan pelarut polar dan pelarut non polar
serta mengamati ada atau tidaknya reaksi yang terjadi antara senyawa hidrokarbon
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang tersusun dari atom karbon (C)
alifatik adalah senyawa organik yang tersusun oleh karbon dan hidrogen dalam
rantai terbuka. Hidrokarbon alifatik dapat berupa alifatik jenuh dan tidak jenuh.
4
ikatan rangkap. Hidrokarbon siklik adalah senyawa organik yang tersusun dalam
suatu cincin atau rantai tertutup. Senyawa aromatik merupakan hidrokarbon yang
tersusun dalam cincin yang memiliki ketidakjenuhan yang tinggi dan memiliki
Alkena lebih reaktif daripada alkana akibat adanya ikatan rangkap dua.
Reaksi brominasi pada alkena merupakan reaksi yang berguna untuk uji
ketidakjenuhan. Jika beberapa tetesan larutan Br2 yang dilarutkan dalam karbon
tetraklorida ditambahkan ke dalam alkena, warna merah coklat dari Br2 hilang.
Reaksi dengan alkana tidak terjadi, sebab larutan tetap berwarna merah coklat dari
yang besar adalah alkana, metana (gas alam, CH4), etana (C2H6), propane (C3H8)
Pada reaksi adisi, gugus A pada senyawa A-B terikat pada salah satu
karbon yang memiliki ikatan rangkap dua dan gugus B terikat pada karbon
rangkap dua yang lainnya. Reaksi substitusi merupakan reaksi yang melibatkan
penggantian atom / gugus atom pada molekul dengan atom/gugus atom lainnya.
pada atom karbon yang paling sedikit mengikat hidrogen Pada umumnya alkena
lebih mudah dioksidasi dibanding alkana oleh reagen pengoksidasi. Reagen ini
5
BAB II
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet tetes, lampu spritus, kaki tiga, kasa, gelas piala, korek api dan tissue roll.
sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, dietil eter, parafin, KMnO4 0,1 M,
Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Tabung reaksi (1)
diisi dengan 0,5 mL air dan tabung reaksi (2) diisi dengan 0,5 mL dietil eter.
Kedalam tabung reaksi (1) dan (2), ditambahkan setetes demi setetes larutan
terjadi.Diulangi percobaan diatas dan diganti KMnO4 0,1 M dengan 1-2 tetes.
6
2.2 Tabel
2.2.1 Tabel Kelarutan Hidrokarbon
2.3 Reaksi
7
+ KMnO4
+ KMnO4
CH3
+ KMnO4
O O
H2
H3C C C C OC2H4 + KMnO4
O O
H2
H3C C C C OC2H4 + MnO2 + C2H5OH + K+
H2 H2 H2 H2
H3C C C C C CH3 + I2 H3C C4H6 CH2I + HI
I2
I2
I2
CH3 CH3
I
+ I2 + HI
I2
+ I2 + HI
8
O O O O
II.3 Pembahasan
benzena, toluena dan parafin tidak larut dalam air karena membentuk 2 fasa tetapi
larut dalam dietil eter karena membentuk 1 fasa. Berdasarkan teori dapat diketahui
suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar begitu pula dengan senyawa
non polar akan larut dalam senyawa non polar juga. Alkana seperti n-heksana,
sikloheksana, dan parafin bersifat non polar dipengaruhi oleh rantai karbonnya.
Semakin panjang rantai karbon atau semakin besar bobot molekulnya, semakin
bersifat non polar, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti
dietil eter, karbon tetraklorida atau n-heksana. Urutan kepolaran hidrokarbon dari
yang paling non polar ke yang paling polar ialah n-Heksana (1,89) < Benzena
(2,3) < Toluena (4,3) < Etil asetoasetat (6,0) < Parafin (8,2) < Sikloheksana (9,3).
I2/CCl45%, benzena tidak dapat bereaksi dalam KMnO4 0,1 M dan tidak bereaksi
dengan I2/CCl4 5%, toluena hanya bereaksi dengan I2/CCl4 5%, parafin hanya
teroksidasi dan sangat cepat larut dan pada I2/CCl4 5% juga bereaksi karena
9
benzena, tidak mengalami oksidasi dan adisi karena didalam benzena terdapat
10
BAB III
3.1 Kesimpulan
etil asetoasetat, toluena, dietil eter dan parafin tidak larut dalam pelarut polar
(air) tetapi larut dalam pelarut non polar dikarenakan seyawa hidrokarbon
sikloheksana, parafin dan toluen dapat bereaksi dengan I2/ CCl4 5% ketika
sangat stabil.
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 2010, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa
Aksara Publisher, Tanggerang.
Hart, D.J., Hadad, C.M., Craine, L.E., dan Hart, H., 2012, Organic Chemistry:
A Short Course, Belmont, Brooks/ Cole.
Sephton, M.A., dan Hazen, R.M., 2013, On The Origin Of Deep Hydrocarbons,
Review in Mineralogy & Geochemistry, 75(1): 449-465.
12
Lampiran 1. Bagan Kerja
(0,5 mL)
- Diisi tabung pertama dengan 0,5 mL air, dan tabung kedua diisi
kelarutannya.
Hasil
13
B. Reaksi Senyawa Hidrokarbon
n-Heksana, sikloheksana,
benzena, toluen, parafin,
dan etil asetoasetat
(1 mL)
- Disiapkan enam buah tabung reaksi yang bersih dan kering.
0,1 M.
- Dihomogenkan larutannya.
Hasil
14
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan
1. Kelarutan Hidrokarbon
2. Reaksi Hidrokarbon
15
16
Lampiran 3 Sumber
17
18
SENYAWA HALOGEN ORGANIK
Laporan Praktikum Kimia Dasar II
PERCOBAAN II
SENYAWA HALOGEN ORGANIK
KELOMPOK : 2 (DUA)
19
HASIL PPRAKTIKUM
ASISTEN PRAKTIKAN
20
BAB I
PENDAHULUAN
karbon dan hidrogen yang mengandung unsur Flourin (F), Klorin (Cl), Bromin
(Br), Iodin (I), dan Astatin (As). Senyawa ini sangat berguna dalam kehidupan
sehari-hari karena ia dapat berfungsi sebagai pelarut dalam pencucian tanpa air,
pestisida, zat pedingin, dan penghilang lemak. Senyawa halogen organik adalah
senyawa yang penting karena senyawa halogen dapat berupa suatu reagen awalan
substrat yang dapat digunakan dalam sintesis seperti alkil halida dan aril halida,
Sumber senyawa ini di lingkungan adalah proses alami dan buatan. Proses
dari sintesis yang dilakukan oleh jamur, alga, spons, dan lumut. Senyawa halogen
organik yang terjadi secara alami di lingkungan jauh lebih kecil daripada yang
Halogen memiliki sifat tertentu dan berubah dengan teratur dari satu unsur
ke unsur yang berikutnya. Kenaikan titik didih dengan bertambahnya nomor atom,
molekul-molekul yang lebih besar , mempunyai gaya tarik menarik yang lebih
besar daripada yang memiliki molekul-molekul yang lebih kecil. Halogen lebih
mudah larut dalam pelarut nonpolar. Halogen merupakan pengoksidasi kuat. Daya
pengoksidasi halogen menurun dari atas ke bawah, yaitu dari Flourin ke Iodin
(Tobing dkk, 2019). Oleh karena itu dilakukan percobaan untuk mengetahui
21
1.2 Rumusan masalah
non polar?
karbon tetraklorida (CCl4) dengan air, minyak dan mentega kemudian mengamati
apakah senyawa halogen organik yang diujikan larut pada air, minyak dan
mentega. Apabila senyawa halogen organik yang diujikan larut pada air maka
menunjukkan senyawa tersebut bersifat polar namun jika senyawa tersebut tidak
dapat larut dalam air berarti menunjukkan senyawa tersebut bersifat nonpolar.
Sebaliknya jika senyawa yang diujikan dapat larut pada minyak dan mentega
22
maka hal ini menunjukkan senyawa bersifat nonpolar namun, jika senyawa
tersebut tidak larut pada minyak dan mentega maka hal ini menunjukkan senyawa
yang diujikan bersifat polar. Pada percobaan kedua untuk mengetahui kereaktifan
bersifat reaktif sebaliknya jika senyawa yang diujikan tidak mengalami perubahan
tidak reaktif.
23
BAB II
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
CCl4. Tabung pertama (1) ditambahkan beberapa tetes air, tabung kedua (2)
dengan minyak dan tabung (3) dengan mentega (sudah dicairkan). Dikocok dan
dengan benzil klorida, tabung kedua dengan kloro benzena, tabung ketiga dengan
Dikocok agak kuat, diamati dan dicatat. Diulangi prosedur dari awal dengan
mengganti AgNO3/alkohol dengan NaI/aseton.
24
2.2 Tabel Pengamatan
2.3 Reaksi
25
26
2.3.2 Reaktifitas Senyawa Halogen Organik
27
2.4 Pembahasan
Pada tabel 1, diketahui bahwa air bersifat polar, sedangkan minyak dan
mentega bersifat non polar. Ketika CCl4 dan CHCl3 dimasukkan ke dalam air,
kedua senyawa tersebut tidak dapat menyatu dengan air atau membentuk dua fasa
dimana air terletak di bagian atas serta CCl4 dan CHCl3 berada di bawah air. Hal
tersebut dikarenakan CCl4 dan CHCl3 bersifat nonpolar dan air bersifat polar,
selain itu senyawa CCl4 dan CHCl3 memiliki berat molekul yang lebih besar dari
berat molekul air yaitu CCl4 memiliki berat molekul sebesar 153,82 g/mol dan
CHCl3 memiliki berat molekul sebesar 119,38 gram/mol, sedangkan pada air
hanya memiliki berat molekul sebesar 18,01528 g/mol, karena berat molekul CCl4
dan CHCl3 lebih besar dibandingkan berat molekul air menyebabkan kedua
senyawa tersebut tidak dapat menyatu dengan air. Sedangkan, ketika CCl4 dan
CHCl3 direaksikan dengan minyak dan mentega, terlihat bahwa kedua senyawa
tersebut larut dalam minyak dan mentega serta membentuk 1 fasa karena CCl4,
CHCl3, minyak dan mentega bersifat non polar, akan tetapi, jika dibandingkan
tingkat kepolaran antara CCl4 dan CHCl3, maka yang lebih bersifat polar adalah
lebih kecil dibandingkan CHCl3 yang hanya mengikat tiga atom halogen.
28
larutan keruh dan terdapat endapan berwarna putih, hal tersebut terjadi karena
adanya reaksi nukleofilik pertama SN1 dimana senyawa benzil klorida yang terikat
pada benzena melepaskan atom klor yang lebih bersifat reaktif dibandingkan
menghasilkan larutan yang berwarna bening (tidak bereaksi). Sama halnya dengan
klorobenzena.
larutan berwarna bening (tidak bereaksi) begitu pula dengan campuran kloroform
Tidak bereaksinya kloroform dengan dengan NaI, disebabkan karena atom iodin
atom klor pada senyawa kloroform dan diklorometan, berdasarkan teori senyawa
halogen dan NO3 akan terikat dalam senyawa kloroform, kemungkinan tidak
29
terjadinya reaksi yang telah dilakukan dikarenakan unsur halogen pada senyawa
karbon, hidrogen dan halogen, alkil halida lebih besar tingkat kereaktifannya
dibandingkan asil halida dan vinilik halida. Karena pengaruh resonansi pada
ikatan rangkap karbon milik asil halida dan vinilik halida menyebabkan
kloroform dan diklorometan, hal tersebut menyimpang dari teori yang ada karena
dibandingkan dengan benzil klorida karena pada ikatan rangkap senyawa benzil
urutan kereaktifan berdasarkan teori yaitu kloroform > diklorometan > benzil
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. senyawa halogen organik yaitu CCl4 dan CHCl3 tidak dapat larut dalam pelarut
polar seperti air, namun dapat larut dalam minyak dan mentega yang bersifat
senyawa nonpolar.
yaitu kloro benzena < diklorometan < kloroform < benzil klorida. Senyawa
yang dapat bereaksi dengan NaI/aseton juga bersifat reaktif, adapun urutan
reaksi senyawa halogen organik dilihat dari tingkat kereaktifannya, yaitu kloro
3.2 Saran
Video percobaan yang ditampilkan sudah sangat jelas. Hanya saja karena
langsung cara untuk melakukan percobaan tersebut dan semoga hubungan antara
praktikan dan asisten tetap terjalin dengan baik,agar praktikum berjalan dengan
31
DAFTAR PUSTAKA
Tobing, A. M. L., Sidauruk, S., dan Mwiliawati, R., 2019, Kesulitan Memahami
Konsep Kimia Unsur Golongan VIIA (Halogen) Pada Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Palangka Raya Tahun
Akademik 2018/2019, Jurnal Ilmiah Kanderang, 10(1): 72-80.
32
LAMPIRAN
CCl4
masing.
Hasil
33
2. Kelarutan Senyawa Halogen Organik dalam CHCl3
CHCl3
masing.
Hasil
AgNO3/alkohol
dan kering.
- Dihomogenkan larutannya
Hasil
34
4.Reaksi Senyawa Halogen Organik dalam NaI/aseton
NaI/aseton
- Dihomogenkan larutannya
Hasil
35
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan
36
2.2 Reaktifitas senyawa halogen organik
37
Nal + Diklorometan Nal + Kloroform
38
Lampiran 3. Referensi
39
Lampiran Referensi 2. Wlodarczyk-Makula dan Wisniowska, 2019
40
Lampiran Referensi 3. Tobing dkk, 2019
41
Lampiran Referensi 4. Legiso,2021
42
ALKOHOL DAN FENOL
Laporan Praktikum Kimia Dasar II
PERCOBAAN III
ALKOHOL DAN FENOL
KELOMPOK : 2 (DUA)
43
HASIL PPRAKTIKUM
ASISTEN PRAKTIKAN
44
BAB I
PENDAHULUAN
mudah bergerak, mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter dan
alkohol merupakan zat pelarut dan bahan dasar paling umum yang digunakan di
laboratorium dan di dalam industri kimia. Etil alkohol dapat dibuat dari apa saja
yang dapat difermentasi oleh khamir. Salah satu pemanfaatan khamir yang paling
penting dan paling terkenal adalah produk etil alkohol dari karbohidrat. Proses
fermentasi ini dimanfaatkan oleh para pembuat bir, roti, anggur, bahan kimia, para
memabukkan yang terdapat dalam anggur dan bir. Etanol adalah salah satu dari
keluarga senyawa organik yang disebut alkohol yang terdapat di alam. Alkohol
dari bunga mawar, sukrosa yaitu gula untuk memenuhi rasa manis; dan banyak
lagi. Gugus hidroksil terdapat dalam banyak molekul yang penting secara
biologis. Empat alkohol jenuh yang penting dalam metabolisme ialah 3-metil-2-
45
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari beberapa sifat fisika
dan kimia dari alkohol dan fenol serta membedakan antara alkohol primer,
3. menentukan beberapa reaksi alkohol dan fenol dengan Na2CO3, NaHCO3 dan
FeCl3.
46
BAB II
PEMBAHASAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan alkohol dan fenol yaitu tabung
fenol.
47
butanol), tabung reaksi ketiga ditambahkan 1 mL alkohol tersier (2-metil-2-
dikocok dan dibiarkan selama 3–5 menit (pada tempratur kamar). Perubahan yang
butil alkohol, tabung kedua diisi dengan 1 mL isopropil alkohol, tabung reaksi
ketiga diisi dengan 1 mL fenol, dan tabung reaksi keempat diisi dengan 1 mL
reaksi dikocok dan dibiarkan selama 3–5 menit (pada tempratur kamar).
metanol, tabung kedua diisi dengan 1 mL etanol, tabung reaksi ketiga diisi dengan
48
berwarna keruh
Tidak Tidak
berwarna berwarna
Etanol √ × Polar Polar
→ tidak → putih
berwarna keruh
Tidak Tidak
1- berwarna Semi berwarna Semi
√ √
propanol → tidak polar → tidak polar
berwarna berwarna
Tidak Tidak
2- berwarna Semi berwarna Semi
√ √
propanol → tidak polar → tidak polar
berwarna berwarna
Tidak Tidak
Amyl berwarna Semi berwarna Semi
√ √
alkohol → tidak polar → tidak polar
berwarna berwarna
Tidak Tidak
1- berwarna Nonpola berwarna Nonpola
× √
butanol → tidak r → tidak r
berwarna berwarna
Tidak Tidak
2- berwarna Nonpola berwarna Nonpola
× √
butanol → tidak r → tidak r
berwarna berwarna
Tidak Tidak
2-metil-
berwarna berwarna
2- √ × Polar Polar
→ tidak → putih
propanol
berwarna keruh
Oranye → Oranye →
Fenol × × - -
oranye oranye
Tabel 2.2 Hasil percobaan membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier
Keterangan
Pereaks
Alkohol/ Fenol
i Lukas
Laju
Fasa Warna
Reaksi
49
2-butanol ++ Sedang 1 Tidak berwarna
Tabel 2.3 Hasil reaksi alkohol dan fenol dengan Na2CO3 dan Na2HCO3
Keterangan
Tidak Tidak
Sedikit Sedikit
Butil berwarna berwarna
gelembun gelembun Asam Asam
alkohol → → tidak
g g
kuning berwarna
Tidak Tidak
Tidak ada Tidak ada
Isopropil berwarna berwarna
gelembun gelembun Basa Basa
alkohol → tidak → tidak
g g
berwarna berwarna
Banyak Banyak
Oranye Oranye
Fenol gelembun gelembun Asam Asam
→ Krem → Krem
g g
Tidak Tidak
Tidak ada Tidak ada
Asam berwarna berwarna
gelembun gelembun Basa Basa
asetat → tidak → tidak
g g
berwarna berwarna
50
Tabel 2.4 Hasil reaksi alkohol dan fenol dengan FeCl3
Keterangan
Zat FeCl3
Warna Fasa
Metanol Tidak bereaksi Kuning 2
Etanol Tidak bereaksi Kuning 2
2-butanol Tidak bereaksi Kuning keruh 2
Fenol Bereaksi Merah kecoklatan 1
2.2.2 Reaksi
H H
H3C OH + O H3C O + H O
H H
H H
OH + O O + H O
H H
H H
OH + O O + H O
H H
OH H O H
+ O + H O
H H
H H
OH + O O + H O
H H
H
OH + O
H
OH H
+ O
H
OH H O H
+ O + H O
H H
OH
+ O
51
2.2.2.2 Reaksi membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier
H
ZnCl2
+ H Cl + O
OH Cl
H
OH Cl
H
ZnCl2
+ H Cl + O
H
OH Cl
H
ZnCl2
+ H Cl + O
OH
ZnCl2
+ H Cl
+ Na2CO3
OH ONa
O
H3C + Na2CO3
OH
52
+ NaHCO3 + H2O+ CO2
OH ONa
OH
+ NaHCO3
OH ONa
O
H3C + NaHCO3
OH
H3C OH + FeCl3
+ FeCl3
OH
OH
+ FeCl3
OH OFeCl2
+ FeCl3 + HCl
menggunakan air dan n-heksana. Air (H2O) merupakan senyawa polar yang
53
dalam air dan tidak larut pada n-heksana maka zat itu polar, jika jika zat uji tidak
larut dalam air dan larut pada n-heksana maka zat itu nonpolar, dan jika larut
berkurang secara bertahap sesuai bertambahnya gugus karbonil dan dapat bersifat
semi polar bahkan bersifat nonpolar. Adanya gugus OH dalam air, membuat
alkohol memiliki polaritas yang hampir sama dengan polaritas air, sehingga
alkohol dapat larut dalam air. Namun, kepolaran yang dimiliki oleh alkohol tidak
akan sebanding dengan polaritas air. Hal ini dipengaruhi oleh kehadiran gugus
alkil pada molekulnya. Gugus alkil merupakan gugus nonpolar, semakin panjang
alkil yang dimiliki oleh suatu senyawa maka akan semakin besar juga sifat
nonpolarnya. Oleh karena itu, senyawa alkohol yang berantai pendek atau
memiliki atom C 1-5 akan larut dalam beberapa pelarut polar seperti air.
Sedangkan, untuk senyawa alkohol yang berantai panjang atau memiliki atom C ≥
6 akan sukar larut dalam pelarut polar, tapi larut dalam pelarut nonpolar seperti n-
dan tidak larut dalam n-heksana. Hal ini dikarenakan metanol dan etanol memiliki
dan gugus hidroksil (-OH) pada metanol tersebut mengambil bagian yang lebih
air maupun n-heksana. Hal ini berarti ketiga senyawa tersebut merupaka senyawa
54
semi polar. Berdasarkan teori 1-propanol dan 2-propanol merupakan senyawa
dimungkinkan karena adanya human error, ataupun pada zat yang digunakan.
Hasil percobaan yang menyatakan bahwa amil alkohol merupakan senyawa semi
polar sudah sesuai dengan teori dan data pustaka dimana kelarutan amil alkohol
adalah 27 g/L (pada suhu 20 °C). Hal ini dikarenakan amil alkohol (n-pentanol)
hidroksil (-OH) dan gugus alkil (R) pada zat tersebut mengambil bagian yang
hampir sama besar dalam molekulnya yang menyebabkannya bersifat semi polar.
(Sunarya, 2012).
1-butanol dan 2-butanol tidak larut dalam air namun larut dalam n-
heksana, yang berarti kedua zat ini bersifat nonpolar. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa senyawa alkohol yang berantai pendek atau
memiliki atom C 1-5 akan mempunyai sifat menyerupai air yang berarti dapat
larut dalam beberapa pelarut polar seperti air. 1-butanol dan 2-butanol merupakan
namun dalam percobaaan ini kedua senyawa tersebut tidak larut dalam air, hal ini
mungkin dikarenakan perbandingan air dan alkohol yang tidak sesuai dimana
kelarutan 1-butanol dalam air adalah 79 g/L (pada suhu 20 °C) dan kelarutan 2-
butanol dalam air adalah 290 g/L (pada suhu 20 °C). Jadi sebenarnya senyawa
tersebut larut namun hanya sedikit dan akan terlihat menjadi 2 fasa karena
55
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan bahwa senyawa fenol tidak
larut dalam air dan n-heksana. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa fenol memiliki sifat yang cenderung asam yang berarti fenol merupakan
senyawa polar. Jadi berdasarkan teori fenol seharusnya larut dalam air. Pada
percobaan didapatkan fenol tidak larut dalam air kemungkinan karena air yang
memiliki kelarutan terbatas dalam air, dimana kelarutan fenol dalam air sebanyak
8.3 g/100 mL (pada suhu 20 °C). Dapat ditarik kesimpulan bahwa fenol larut
dalam air namun dalam jumlah yang terbatas. (Diniyah dan Lee, 2020).
pereaksi lukas sebagai pembanding. Pereaksi lukas terdiri atas campuran larutan
ZnCl2 ditambah dengan HCl pekat. Reaksi antara alkohol dengan hidrogen klorida
akan menghasilkan suatu alkil halida. Cara menandai cepat atau lambatnya
bereaksi yaitu dengan terjadinya larutan yang keruh saat bercampur dan cepat
Hasil yang diperoleh dalam percobaan sesuai dengan teori, pada percobaan
didapat bahwa 1-butanol bereaksi lambat saat dicampur dengan pereaksi lukas, 2-
butanol bereaksi sedang, dan 2-metil-2-propanol bereaksi cepat (1o < 2o < 3o). Hal
ini disebabkan karena pada alkohol tersier sangat memungkinkan untuk terjadinya
hidroksil dapat diminimalisir oleh atom karbon lain yang berada disekelilingnya.
56
Pada pernyataan ini, alkohol tersier lebih banyak memiliki atom karbon yang
gugus hidroksil. Selanjutnya, alkohol sekunder dan disusul alkohol primer. Selain
itu, kecepatan dan mekanisme reaksi alkohol dengan hidrogen klorida bergantung
pada struktur alkohol tersebut. Semakin banyak atom yang dapat membantu
reaksi). Sehingga alkohol tersier yang memiliki banyak gugus alkil lebih cepat
urutan kereaktifan alkohol dengan pereaksi Lukas yaitu alkohol tersier > alkohol
menghasilkan reaksi sedikitpun. Hal ini disebabkan karena gugus hidroksil pada
fenol sukar diputuskan akibat adanya delokalisasi elektron dari ikatan rangkap ke
ikatan sebelahnya, resonansi terjadi pada gugus aromatik (aril) yang terkonjugasi
sempurna, yaitu yang memiliki ikatan tunggal dan rangkap dua secara selang-
seling. Sehingga fenol hanya mampu melepaskan atom hidrogen pada gugus
hidroksil bukan OH−. Hal ini juga yang menyebabkan fenol lebih asam daripada
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui keasaman dari suatu zat dengan
mereaksikannya dengan basa kuat yakni Na2CO3 dan NaHCO3. Jika zat uji bersifat
asam maka zat itu dapat bereaksi dengan kedua basa tersebut dan sebaliknya jika
bersifat basa maka zat itu tidak dapat bereaksi dengan kedua basa tersebut.
57
Pada percobaan ini, isopropil alkohol dan asam asetat direaksikan dengan
Na2CO3 dan NaHCO3 tidak menghasilan gelembung gas (CO2) yang menandakan
senyawa ini tidak bereaksi. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya
natrium alkoksida, air, dan gelembung gas CO2. Tingkat keasaman alkohol
ditentukan oleh panjangnya rantai karbon yang terikat pada gugus hidroksil.
rendah, begitupun sebaliknya semakin pendek rantai karbon maka semakin rendah
tingkat keasaman alkohol tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin panjang
rantai karbon pada alkil maka sifat gaya dorong elektronnya semakin besar
sehingga ion H+ pada gugus hidroksil akan sulit terlepas. Jadi berdasarka teori
isopropil alkohol memiliki rantai karbon yang pendek sehingga daya dorong
elektron tidak terlalu besar sehingga ion H+ tidak terikat kuat dengan ion alkoksida
sehingga ion H+ masih bisa terlepas. Asam asetat yang merupakan suatu asam
lemah namun lebih tinggi dibanding alkohol dan fenol, seharusnya dapat bereaksi
dengan Na2CO3 dan NaHCO3 membentuk natrium alkoksida, air, dan gelembung
gas CO2. Kekeliruan ini mungkin disebabkan oleh konsentrasi isopropil alkohol
dan asam asetat yang digunakan sangat kecil ataupun kedua zat tersebut sudah
Pada percobaan ini, didapatkan bahwa butil alkohol dan fenol dapat
bereaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3 yang ditandai dengan adanya gelembung
gas (CO2). Karena bahwa kedua zat ini dapat bereaksi dengan basa (Na2CO3 dan
NaHCO3) maka kedunya bersifat asam. (Cundari dkk, 2015). Hal ini sesuai
dengan teori dimana butil alkohol merupakan asam lemah dan jika direaksikan
dengan basa maka akan menghasilkan garam alkoksida dan air. Seperti halnya
58
butil alkohol fenol juga merupakan asam lemah yang lebih kuat dibanding alkohol
dan jika direaksikan dengan basa maka akan menghasilkan garam fenoksida dan
air. Fenol ialah asam yang lebih kuat daripada alkohol terutama karena ion
senyawa alkohol dan fenol, karena FeCl3 mempunyai kemampuan untuk beraksi
dengan fenol (alkohol alifatik) (Sunarya, 2012) dan tidak beraksi dengan alkohol
alifatik. Adanya reaksi ditandai dengan melihat perubahan warna sesaat setelah
dicampurkan. Jika bereaksi larutan akan berubah warna menjadi merah sampai
ungu kehitaman.
dicampurkan dengan FeCl3, larutan menjadi berubah warna menjadi kuning dan
kuning keruh. Hal ini menunjukkan bahwa etanol, 1–butanol dan 2–butanol tidak
bereaksi dengan FeCl3. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa alkohol tidak dapat
merah kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk senyawa kompleks
dari Fe3+ dengan fenol. Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus
hidroksil yang terikat pada karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan
59
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. fenol bersifat polar sementara pada alkohol semakin panjang gugus alkil
2. kecepatan reaksi pada alkohol primer, sekunder, dan tersier dengan pereaksi
3.2 Saran
praktikan dapat dengan jelas melihat bahan dan prosedur percobaan dengan baik.
Video percobaan sudah bagus dan jelas namun kurang pencahayaan dan
menyimak.
60
DAFTAR PUSTAKA
Berlian, Z., Aini, F., dan Ulandari, R., 2016, Uji Kadar Alkohol pada Tapai Ketan
Putih dan Singkong Melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi yang berbeda,
Jurnal Biota, 1(2):106.
Cundari, L., Selpiana., Wijaya, C., Sucia, A., 2015, Pengaruh Penggunaan Solven
Natrium Karbonat (Na2CO3) Terhadap Absorpsi Co2 Pada Biogas Kotoran
Sapi Dalam Spray Column, Jurnal Teknik Kimia, 20(4):55.
Diniyah, N., dan Lee, S., 2020, Komposisi Senyawa Fenol Dan Potensi
Antioksidan Dari Kacang-Kacangan: Review, Jurnal Agroteknologi,
14(1):92.
Eddy, D, R., Saraswati, S., dan Rustaman., 2018, Uji fotokatalisis reduksi
benzaldehida menggunakan titanium dioksida hasil sintesis, Journal of
Science Education, 2(2):161.
Hart, H., L.E.,Craine, dan D.J., Hart, 2003, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat
edisi kesebelas, Erlangga, Jakarta.
Hu, Z., Zhang, K., Huang, F., dan Cao, Y., 2015, Water/Alcohol Soluble
Conjugated Polymers for the Interface Engineering of Highly Efficient
Polymer Light Emitting Diodes and Polymer Solar Cells, Journal Of
Chemical Communication, 26(51): 1-3.
Sharma, S., Kandpal N, D., Dan Joshi, R., 2019, Molecular Interaction of
Aqueous Solution of 1-Propanol and 2-Propanol, Oriental Journal Of
Chemistry, 35(2):901-903.
Yanti, A., Mursiti, S., Widiarti, N., Nurcahyo, B., dan Alauhdin, M., 2019,
Optimalisasi Metode Penentuan Kadar Etanol dan Metanol pada Minuman
61
Keras Oplosan Menggunakan Kromatografi Gas (KG), Indonesian Journal
Of Chemical Science, 8(1): 54-56.
Zuraida., Sulistiyani., Sajuthi, D., Dan Suparto, I., 2017, Fenol, Flavonoid, Dan
Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak Kulit Batang Pulai (Alstonia Scholaris
R.Br), Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 35(3):211-215.
62
LAMPIRAN
Dipipet 2 mL.
masing tabung.
Hasil
Pereaksi Lucas
Hasil
63
3. Reaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3
NaHCO3 1 %.
Hasil
FeCl3
reaksi.
Hasil
64
Lampiran 2. Dokumentasi Hasil Percobaan
65
3. Reaksi dengan Na2CO3, NaHCO3 dan FeCl3
66
Lampiran 3. Buku dan Jurnal Referensi
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
ASAM KARBOKSILAT
DAN
TURUNANNYA
Laporan Praktikum Kimia Dasar II
PERCOBAAN IV
ASAM KARBOKSILAT
KELOMPOK : 2 (DUA)
79
HASIL PPRAKTIKUM
ASAM KARBOKSILAT
ASISTEN PRAKTIKAN
80
BAB I
PENDAHULUAN
Gugus fungsi adalah kumpulan atom yang melekat pada senyawa dan
memiliki fungsi memberikan sifat yang khas pada sifat fisik serta kimia. Senyawa
organik mempunyai gugus yang sama akan ditempatkan pada deret homolog yang
sama..Gugus fungsi yang dalam senyawa organik yaitu alkohol, aldehida, keton,
namanya diperoleh dari nama 2 gugus penyusunnya yaitu gugus karbonil (-C=O)
dan gugus hidroksil (-OH). Dalam asam karboksilat gugus –COOH terikat pada
gugus alkil (-R) atau gugus aril (Ar-). Meskipun yang mengikat gugus –COOH
dapat berupa gugus alifatik atau aromatik, jenuh atau tak jenuh, tersubstitusi atau
dapat larut dalam air jika memiliki suku rendah. Asam karboksilat memiliki sifat
semakin rendah jika jumlah rantai atau atom karbon semakin panjang. Salah satu
manfaat asam karboksilat dalam kehidupan yakni asam asetat yang sering
digunakan sebagai cuka makanan dan cuka apel. (Parlan dan Wahjudi, 2003).
Dengan demikian, sifat fisika dan kimia dari asam karboksilat dan turunannya
dapat diketahui melalui percobaan asam karboksilat dan turunannya. Oleh karena
81
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui beberapa sifat asam
1. menentukan reaksi garam dari garam karboksilatnya dengan air dan CaCl2.
Adapun prinsip percobaan adalah sifat garam dari garam karboksilat dapat
dengan CaCl2, dan juga sifat asam karboksilat dapat diketahui dengan
82
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gugus karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan
dari lemak sehingga dijuluki juga sebagai asam lemah. Asam propionate yaitu
asam dengan tigakarbon, secara harfiah berarti asam lemak pertama (Yunani :
protos = pertama : pion = lemak). Asam berkarbon empat atau asam butirat
gugusalifatik yang telah banyak dikenal dengan asam lemak karena banyak
terdapat didalam lemak dan minyak. Gugus karboksil juga dapat menempel pada
cicin benzena,jika dua asam karboksilat terdapat pada satu molekul, senyawa itu
berwujud cairan tidak bewarna dengan bau yang tajam, bersifat polar dan
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul lain (Shome dan Mishra, 2016).
gugus karboksilnya digantikan oleh berbagai gugus lain. Semua turunan asam
83
dapat dihidrolisis menjadi asamnya. Beberapa jenis karboksilat dapat diperoleh
dengan cara mengganti gugus hidroksil dari gugus karboksil dengan berbagai
memberinama, dicari bagian rumus dari yang berasal dari asam, yaitu bagian
lepasnya molekul air dan dua gugus asam karboksilat. Reaksi ini dapat terjadi
secara antara molekul (antara dua gugus karboksil dari dua molekul yang berbeda)
atausecara intra molekul (antara dua gugus karboksil pada molekul yang sama).
Esterterbentuk karena lepasnya molekul air bila alkohol bereaksi dengan asam
karboksilat, ester memberikan alkohol dan asam karboksilat (garam dari asam
energi aktivitasi yang tinggi dan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai
kesetimbangannya. Katalis merupakan zat lain selain reaktan dan produk, yang
ditambahkan pada suatu sistem reaksi untuk meningkatkan suatu laju reaksi kimia
suatu laju reaksi kimia dengan menyediakan suatu jalur reaksi alternatif yang
mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah sehingga reaksi bisa berjalan
dengan cepat . Biasanya reaksi esterfikasi menggunakan katalis asam kuat dengan
84
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, gelas kimia, kaki tiga, kawat kasa dan
lampu spritus.
Dipanaskan 10-15 menit (hingga keluar gelembung gas yang hebat). Didinginkan
85
diisi 3 mL. Ditambah NaOH 1 M dalam jumlah yang sama. Kedua tabung reaksi
asetat glasial dan 1 mL H2SO4 pekat. Dipanaskan diatas penangas air kurang lebih
5 menit. Didinginkan, kemudian dituang kedalam gelas piala berisi air dingin
kurang lebih 50 mL. Diaduk, diperhatikan dan dicium baunya, kemudian dicatat.
86
BAB IV
Terbentuk Terbentuk
Ada gelembung
CH3COONa sedikit endapan Bereaksi
gas
supernatan putih
HCOOH dan CH3COOH setelah ditambahkan NaOH dan dipanaskan
Terbentuk ester
Amil alkohol Bereaksi
(Berbau permen karet)
87
4.2 Reaksi
O O
C C + Na
H ONa H O
O
C + H2O
H O
2 C + CaCl2
H OH
O O
C + NaOH C + H2O
H OH H ONa
O O
C + H2O C + H2O
H ONa H ONa
88
O O
C + NaOH C + H2O
H3C OH H3C ONa
O O
C + H2O C + H2O
H3C ONa H3C ONa
O O
C C + Na
H3C ONa H3C O
C + H2O
H3C O
C + CaCl2
H3C OH
O C2H5 O H
H2SO4
H3C C + O H3C C + O
OH H OC2H5 H
O C5H11 O H
H2SO4
H3C C + O H3C C + O
OH H OC5H11 H
89
4.3 Pembahasan
bertujuan untuk mengetahui sifat asam karboksilat dan garam karboksilat. Pada
Ca(OH)2. Adapun hasil lain dari reaksi ini yaitu terbentuknya asil klorida (asetil
dan formil klorida). Adapun hasil yang diperoleh terbentuk endapan putih pada
formiat tidak terbentuk endapan. Hal ini dapat terjadi karena bahan yang
basa kuat membentuk suatu garam karboksilat. Garam karboksilat tersebut diberi
perlakuan yang hampir sama yaitu diionisasi, hidrolisis dan terakhir diendapkan
dengan CaCl2. Pada prosedur pertama, asam asetat dan asam format direaksikan
90
Pada hasil pengamatan, tidak terbentuk endapan putih pada percobaan
dengan asam format dan asam asetat. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana
seharusnya terbentuk endapan putih pada percobaan ini. Hal ini dapat terjadi
karena bahan yang terkontaminasi ataupun proses ionisasi yang tidak sempurna
antara alkohol, dalam hal ini etanol (C2H5OH) dan amil alkohol (C5H10OH)
Penggunaan alkohol pada percobaan ini yaitu sebagai pereaksi untuk melakukan
reaksi esterifikasi dapat terjadi dengan cepat. Hasil dari reaksi tersebut merupakan
ester yaitu etil etanoat (CH3COOC2H5) dan pentil etanoat (CH3COOC5H10). Hasil
dari percobaan tersebut dapat diamati melalui aroma ester yang dihasilkan.
Aroma kedua ester tersebut berbeda, dimana pada aroma dari etil etanoat
adalah seperti aroma balon sedangkan aroma pada pentil asetat seperti aroma
permen karet. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah rantai karbon yang berbeda,
dimana semakin panjang rantai karbon yang dimiliki alkil pada ester, baunya akan
semakin kuat.
91
BAB V
5.1 Kesimpulan
2. asam karboksilat dapat dinetralkan oleh basa NaOH membentuk garam dan
3. reaksi antara asam karboksilat dan alkohol dengan katalis asam sulfat
menghasilkan senyawa ester yang memiliki bau yang harus sesuai dengan
5.2 Saran
92
DAFTAR PUSTAKA
Hart, H.C., Craine, L.E., Dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik Suatu Kuliah
Singkat Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta.
Hasanah, F., Dan Wirman, A.P., 2018, Modifikasi Vanilin Dengan Asam P-
Hidroksi Benzoat Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Pseudomonas
Aeruginosa, Staphylococcus Aureus Dan Candida Albicans, Jurnal
Farmasi Indonesia, 15(2): 185-186.
Lidén, G., 2017, Carboxylic Acid Production, Journal Fermentation, 46(3): 1-2.
Parlan., Dan Wahjudi., 2003. Kimia Organik I Edisi Revisi. Jica. Jakarta.
Shome, M., Dan Mishra, N., 2016, Molecular Recognition Of Carboxylic Acids
And Carboxylates, Indian Journal Of Advances In Chemical Science, 4(1):
56-60.
Staley, D., 1992, Pengantar Kimia Organik Dan Hayati, ITB, Bandung.
93
Lampiran 1. Bagan Kerja
—
1 gram HCOONa
hebat).
— Didinginkan.
CH3COONa.
Hasil
3 mL HCOOH 1 M
— Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
CH3COOH
Hasil
94
C. Reaksi Esterifikasi Karboksilat Dengan Air dan CaCl2
1 mL etanol
mL.
alkohol
Hasil
95
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan
96
Lampiran 3. Reaksi Esterifikasi Karboksilat Dengan Air dan CaCl2
97
Lampiran 3. Buku dan Jurnal Referensi
98
99
100
101
102
103
104
ASAM AMINO DAN PROTEIN
Laporan Praktikum Kimia Dasar II
PERCOBAAN V
ASAM AMINO DAN PROTEIN
KELOMPOK : 2 (DUA)
105
HASIL PPRAKTIKUM
ASISTEN PRAKTIKAN
106
BAB I
PENDAHULUAN
memiliki fungsi metabolisme dalam tubuh dan dibagi dalam dua kelompok yaitu
asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino esensial merupakan asam
amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh dan harus diperoleh dari makanan
sumber protein. Sedangkan, asam amino non-esensial adalah asam amino yang
dapat dibuat oleh tubuh manusia (Sari dkk, 2017). Protein merupakan
mikronutrien yang mengandung asam amino esensial. Asam amino esensial terdiri
dari lisin, metionin, treonin, triptofan, isoleusin, leusin, fenilalanin, dan lain-lain.
Asam amino yaitu unit struktur protein dan peptida sederhana yang terdiri
dari beberapa asam amino yang digabungkan oleh ikatan peptida. Struktur protein
yang terdiri dari polipeptida yang mempunyai rantai yang amat panjang, tersusun
atas banyak unit asam amino. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat
penting bagi tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam
tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber
beberapa sifat asam amino dan protein berdasarkan reaksi kimia yang terjadi.
107
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Untuk mengidentifikasi adanya gugus hidroksil fenil yang terikat pada protein.
2. Untuk mengidentifikasi asam amino atau adanya gugus amina dan asam
amino atau adanya gugus amina dan asam karboksilat yang terikat bebas pada
108
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
glisin, sistein, sistin, alanin, tirosin, arginin, fenil alanin, gelatin, pereaksi millon,
larutan ninhidrin 0,1%, NaOH 2 N, CuSO4 0,01 N, air dan tissue roll.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, penjepit tabung, gelas piala, kaki tiga, kasa dan lampu spirtus.
Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi
Lalu dicatat perubahan yang terjadi. Jika pereaksi berlebih warna akan hilang.
Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi
109
2.1.2.3 Uji Biuret
Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi dengan 2
110
BAB II
2.1 Hasil
2.1.1 Tabel
Tabel 1. Hasil Pengamatan Asam Amino dan Protein Terhadap Pereaksi Millon
Protein Kuning
111
Ditambah Ninhidrin Setelah dipanaskan
Larutan contoh
warna yang terbentuk warna yang terbentuk
Tabel 3. Hasil Pengamatan Asam Amino dan Protein Terhadap Pereaksi Biuret
112
2.1.2. Reaksi
a. H CH CO2H + Hg(NO3)2
NH2
Glisin
HOOC CH2 CH S S CH2 CH COOH + Hg(NO3)2
b.
NH2 NH2
Sistin
SH NH2
Sistein
d. CH3 CH CO2H + Hg(NO3)2
NH2
Alanin
113
O O
e H N CH C NH CH2 C OH + Hg(NO3)2
H R
Protein
a. H CH CO2H + O
OH
NH2 O
Glisin O
O + H-CHO + NH + CO
O 3 2
OH
b. HOOC CH2CH S S CH2CH COOH + O O
OH
NH2 NH2
Sistin O
d. CH3 CH CO2H + O
OH
NH2 O
Alanin
e. HO CH2 H CO2H + O
OH
NH2
Tirosin O
114
O
CH2 CH CO2H + O
f.
OH
N
H Triptofan NH2 O
O
O COH + NH3 + CO2
O +
g. NH CH2 CH2 CH2 CH +
CO2HOH O
N
OH
H2N CH NH2 NH2
H
Arginin O O
O H2
O NH CH2 CH2 C COH + NH3 + CO2
O NH2 + O
OH H2N CH NH2
O
h. H2NCCH2CH2 CHCOOH 2 + OH
gelatin O
i. O
O O O
H N CH C NH CH2 C OH + OH
H R O
Protein
NH2
Glisin
NH2 NH2
Sistin
c.
CH2 CH2 CH CO2H + NaOH + CuSO4
SH NH2
Sistein
115
d.
CH3 CH CO2H + NaOH + CuSO4
NH2
Alanin
O NH2
gelatin C2H5
H H
H2N C N C COOH
H
O
Cu + Na2SO4 + H2O
C2H5 O
H
HOOC C N CH
H
NH2
i. C O
O O
H N CH C NH CH2C OH + NaOH H N CH C NH CH2 C ONa + H2O
H R H R
Protein
116
R R O
H2N HC CH N CH C OH
O H
C O
H N CH C NH CH2C ONa + CuSO4 Cu
H H
O R H O
OH C HC NH CH CH NH2
R
2.2. Pembahasan
terjadi reaksi apapun. Sementara pada protein tirosin dan gelatin saat ditambahkan
pereaksi Millon mengalami perubahan warna menjadi warna kuning namun hal ini
juga menandakan tidak terjadi reaksi karena berdasarkan teori (Elzagheid, 2018),
maka akan terjadi perubahan warna menjadi merah apabila senyawa mengandung
asam amino tirosin atau protein yang mengandung asam amino tirosin. Pada
percobaan tidak sesuai dengan teori karena adanya beberapa faktor yakni tidak
terjadi karena adanya kekeliruan/lupa pada asisten yang melakukan percobaan dan
juga bisa terjadi karena reagen yang digunakan sudah tidak baik.
dapat diketahui bahwa ketika glisin, arpharagin dan methionin ketika ditambahkan
sehingga bisa diketahui tidak ada reaksi yang terjadi. Sedangkan ketika sistin,
117
sistein, alanin, tirosin, arginin, dan protein ketika ditambahkan pereaksi ninhidrin,
ditambahkan perekasi ninhidrin dan dipanaskan maka berubah menjadi warna biru
apabila senyawa yang diuji mengandung asam amino. Tidak sesuainya hasil
percobaan dan teori bisa disebabkan karena reagen yang digunakan sudah tidak baik.
didapatkan hasil yaitu pada semua larutan pada saat ditambahkan larutan NaOH 2
N larutan tetap tidak berwarna. Pada glisin, sistin, sistein, alanin, tirosin,
ditambahkan setetes CuSO4 0,01 N Sedangkan pada methionin dan protein ketika
ditambahkan dengan setetes CuSO4 0,01 N larutan berubah menjadi warna ungu
hal ini mengindikasikan terjadinya reaksi yang berarti methionin (gelatin) dan
protein (albumin telur) mengandung ikatan peptida/protein. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari (Putri dkk, 2016), yang memiliki ikatan peptida lebih dari dua
sehingga bisa diidentifikasi dalam uji biuret ini, dan hasil ujinya positif. Apabila
118
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1. pada pereaksi Millon tidak terjadi reaksi pada seluruh larutan karena
ditambahkan pereaksi millon dan bisa jadi karena reagen yang digunakan
tidak baik hal ini tidak sesuai teori yang seharusnya apabila mengandung
2. pada pereaksi Ninhidrin, juga tidak terjadi reaksi pada seluruh larutan krarena
kemungkinan reagen yang digunakan tidak baik hal ini tidak sesuai teori yang
warna biru.
3. pada uji Biuret, gelatin dan protein terbukti positif mengandung ikatan
peptida karena terjadi perubahan warna menjadi warna ungu dan hak ini
4.2 Saran
119
DAFTAR PUSTAKA
Annisaa, A.L.F., dan Afifah, D.N., 2015, Kadar Protein, Nilai Cerna Protein In
Vitro Dan Tingkat Kesukaan Kue Kering Komplementasi Tepung Jagung
Dan Tepung Kacang Merah Sebagai Makanan Tambahan Anak Gizi
Kurang, Journal of Nutrition College, 4(2): 365-371.
Fessenden, Ralp J. dan Fessenden, Joan S., 1986, Kimia Organik Edisi Ketiga,
Jakarta, Erlangga.
Harding, V.J., and Warnerford, F.H.S., 1916, The Ninhydrin Reaction With
Amino-Acids And Ammonium Salts, The Journal Of Biological
Chemistry, 25(2): 319-335.
Natsir, N.A., dan Latifah, S., 2018, Analisis Kandungan Protein Total Ikan Kakap
Merah Dan Ikan Kerapu Bebek, Jurnal Biology Science & Education, 7(2):
49-55.
Putri, A.A.B., Yuliet, dan Jamaluddin, 2016, Analisis Kadar Albumin Ikan Sidat
(Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor) Dan Uji Aktivitas
Penyembuhan Luka Terbuka Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus),
Journal of Pharmacy, 2(2): 90-95.
Sari, E.M., Nurilmala, M., dan Abdullah, A., 2017, Profil Asam Amino Dan
Senyawa Bioaktif Kuda Laut Hippocampus comes, Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 9(2): 605-617.
120
Lampiran 1. Bagan kerja
1. Uji Millon
Pereaksi Millon
Hasil
2. Uji Ninhidrin
Hasil
121
3. Uji Biuret
Hasil
122
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan
A. Uji Millon
123
Gambar 4. Setelah Dipanaskan
C. Uji Biuret
124
Gambar 7. Setelah Penambahan CuSO4 0,01 N
125
Lampiran 3. Sumber Referensi
126
127
128
129
130
131
132
133
ANALISIS SIFAT KARBOHIDRAT
Laporan Praktikum Kimia Dasar II
PERCOBAAN VI
ANALISIS SIFAT KARBOHIDRAT
KELOMPOK : 2 (DUA)
134
HASIL PPRAKTIKUM
ASISTEN PRAKTIKAN
135
BAB I
PENDAHULUAN
keton atau turunan mereka (Fitri dkk, 2020). Pada awalnya, istilah karbohidrat
terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian (Hart dkk, 2010).
tersebut pada proses respirasi selular. Selain itu, kerangka karbon monosakarida
juga berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul organik kecil
lainnya (Hart dkk, 2010). Disakarida terdiri dari tiga jenis yang mempunyai arti
gizi yaitu sukrosa, maltosa dan laktosa. Sukrosa merupakan bahan yang sangat
termasuk oligosakarida, tetapi karena peranannya dalam ilmu gizi sangat penting
yang terdiri dari ratusan atau ribuan. Jika polisakarida ini dihidrolisis reaksi
136
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
kimia.
larutan fehling
yodium
dan disakarida pada glukosa dan sukrosa dengan mereaksikan larutan AgNO3
137
1.3.3 Reaksi dengan Larutan Benedict
dan disakarida pada glukosa dan sukrosa melalui uji reaksi benedict urtuk
diketahui reaksinya.
kapas, gula pasir, dan kayu. Karbohidrat adalah polihidroksi dari aldehida atau
keton. Nama karbohidrat atau ‘hidrat dari karbon’ adalah istilah yang dilontarkan
pada masa awal dipelajarinya kimia karbohidrat. Banyak dari senyawa ini
molekul yang kita sebut karbohidrat termasuk gula seperti glukosa (gula darah),
138
pada jumlah unit monosakarida terkait. Laktosa disakarida, juga disebut "gula
susu", mengandung satu molekul glukosa dan satu galaktosa. Maltosa, disakarida
lain, berisi dua unit glukosa. Polisakarida berisi ribuan monosakarida kovalen
polisakarida, yang terdiri dari monosakarida n, jumlah n sebagai aturan > 10.
Selulosa merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman, sedangkan katun
yang berasal dari kapas merupakan selulosa murni. Selulosa tidak larut dalam air,
dan bukan merupakan karbohidrat pereduksi. Jika dihidrolisis dalam suasana asam
1. Maltosa dapat diperoleh sebanyak 81% dari hidrolisis pati (starch) dengan
2. Sukrosa biasa dikenal dengan gula meja, dapat diperoleh dari tanaman sugar
cane dan sugar beet (kentang/umbi manis). Di indonesia dapat juga diperoleh
dari tanaman aren (air nira). Sukrosa mempunyai rumus molekul C12H22O11.
139
BAB II
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, gelas ukur, gelas kimia, kaki tiga, kasa, gegep, dan lampu
spiritus.
10%, larutan sukrosa 10%, larutan amilum 2%, larutan NH4OH 1 M, larutan
AgNO3 0,1 M, larutan I2 0,1 M, larutan Benedict, larutan Fehling A dan B, tissue
2.1.2.1 Monosakarida
Tabung reaksi tersebut dimasukkan lagi ke dalam gelas kimia yang berisi air
140
dan dikocok. Tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi
reaksi tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air panas (penangas)
2.1.2.2 Disakarida
reaksi. Kemudian, ditambahkan NH4OH tetes per tetes sampai endapan yang
reaksi dan dikocok. Tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia
yang berisi air panas (penangas) selama beberapa menit. Diamati perubahan yang
terjadi.
Tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air mendidih
2.1.2.3 Polisakarida
tabung reaksi dan dikocok. Selanjutnya tabung reaksi tersebut dipanaskan selama
141
beberapa menit. Kemudian didinginkan dan diamati serta catat perubahan yang
terjadi.
tetes HCl pekat. Panaskan tabung reaksi sampai larutan mendidih selama beberapa
menit. 28- Tambahkan beberapa tetes larutan NaOH 10%, sampai larutan bersifat
basa. Ambil 3 ml larutan ini dan masukkan ke dalam tabung reaksi lain dan
2.2 Tabel
2.2.1 Monosakarida
142
2.2.2 Disakarida
2.2.3 Polisakarida
143
2.3 Reaksi
144
3. Reaksi Glukosa dengan pereaksi Benedict
145
5. Uji Benedict dengan Sukrosa
146
2.4 Pembahasan
Prosedur pertama adalah reaksi glukosa dengan larutan perak beramoniak.
Uji perak amoniak dikenal juga dengan uji Tollen yang berfungsi untuk
golongan monosakarida dan disakarida. Reagen Tollen, larutan perak nitrat dan
ammonia akan mengoksidasi aldehida tetapi tidak mengoksidasi keton. Ion perak
bagian dalam tabung reaksi. Pada tabel hasil pengamatan diketahui bahwa ketika
AgNO3 direaksikan dengan sedikit NH4OH terbentuk endapan putih pada larutan.
Pada saat AgNO3 direaksikan dengan NH4OH secara berlebihan endapan putih
147
dengan larutan tersebut terlihat larutan berubah warna menjadi cokelat dan terlihat
adanya cermin perak yang mengapung di permukaan larutan. Hal ini dapat terjadi
karena adanya glukosa yang merupakan gula pereduksi (memiliki gugus aldehida
dan keton bebas). Sehingga, hasil percobaan ini bernilai positif sesuai dengan teori
gugus aldehida. Hasil positif juga ditunjukkan oleh reaksi sukrosa dengan larutan
perak amoniak yang menghasilkan larutan keruh dengan cermin perak pada
permukaan bagian dalam tabung reaksi. Hal ini tidak sesuai dengan teori
Percobaan pada sukrosa hasilnya positif karena bisa jadi bahannya sudah rusak
Prosedur kedua adalah reaksi glukosa dengan larutan Fehling. Uji Fehling
Larutan Fehling A adalah CuSO4 dan larutan Fehling B adalah larutan garam
larutan berubah menjadi endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
larutan terjadi reaksi redoks antara glukosa dengan larutan Fehling dimana Cu2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan di endapkan sebagai
Cu2O. Hasil ini telah sesuai dengan teori yang mengindikasi bahwa glukosa yang
148
Prosedur ketiga adalah reaksi glukosa dengan larutan Benedict. Uji
yang dimaksud gula pereduksi adalah gula yang memiliki gugus aldehid atau
disakarida seperti laktosa, glukosa, dan maltosa. Hasil positif dari uji ini adalah
hijau, merah, atau jingga. Berdasarkan tabel pengamatan, diketahui bahwa reaksi
antara reagen Benedict dengan glukosa menghasilkan endapan merah bata. Hal ini
mempunyai gugus aldehid akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis
menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Hasil positif
dari uji Benedict juga ditunjukkan oleh reaksi larutan Benedict dengan sukrosa
yang menghasilkan endapan hijau tua. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena
sukrosa tidak termasuk gula pereduksi (tidak memiliki gugus aldehida dan keton
bebas), kesalahan ini bisa terjadi karena kemungkinan bahan yang digunakan
pati dan glikogen dari monosakarida dan polisakarida lain. Reaksi positifnya
dipanaskan warna biru akan menghilang, dan setelah didinginkan, warna biru
akan timbul kembali. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari
ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi
iodin kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang
149
positif akan menghilang karena ikatan kompleks tersebut terputus dan sewaktu
didinginkan warna biru akan muncul kembali karena amilum dan iodin kembali
membentuk ikatan (energi kinetiknya meningkat) hal ini biasa disebut ikatan
semu. Secara spesifik di dalam amilum sendiri terdiri dari dua macam amilum
yaitu amilosa yang tidak larut dalam air dingin dan amilopektin yang larut dalam
air dingin. Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk
micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan tidak kasat mata karena
hanya pada tingkat molekuler. Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung
dalam reagen iodium dan memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji.
pun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna
dimulai dengan mereaksikan amilum dengan HCl. Penambahan HCl ini bertujuan
senyawa yang tidak ikut beraksi dan sebagai zat penguji gula. Hasil akhir dari uji
hidrolisis ini ditegaskan dengan uji Benedict. Hasil percobaan ini adalah
150
BAB III
3.1 Kesimpulan
1. pada percobaan monosakarida dan disakarida melalui uji reaksi dengan larutan
dan sukrosa. Pada uji monosakaradia hasil percobaan sudah sesuai dengan teori
2.pada percobaan monosakarida melalui uji reaksi dengan larutan fehling bereaksi
3. pada percobaan monosakaridan dan disakarida melaui uji reaksi dengan larutan
pada glukosa dan endapan berwarna hijau pada sukrosa. Pada uji
monosakaradia hasil percobaan sudah sesuai dengan teori sedangkan pada uji
disakarida tidak.
3.2 Saran
151
DAFTAR PUSTAKA
Fitri, S. A., dan Fitriana, Y. A. N., 2020, Analisis Senyawa Kimia pada
Karbohidrat , SAINTEKS, 17(1): 45-52.
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik, Edisi Kesebelas,
Erlangga, Jakarta.
Pontoh, J., 2013, Penentuan Kandungan Sukrosa pada Gula Aren dengan Metode
Enzimatik. Jurnal Kimia, 1(3): 28
Belitz, H.D, Grosch, W, dan Schieberle, P. 2009. Food Chemistry. Verlag Berlin
Heidelberg, Berlin.
Ouellette, J. Robert. 1994. Organic Chemistry. York graphic services : New York.
152
Lampiran 1 : Bagan Kerja
Larutan AgNO3
dan dikocok.
Hasil
Larutan Fehling
Hasil
153
3. Reaksi dengan Larutan Benedict
Larutan Benedict
Hasil
Larutan Amilum
reaksi.
kemudian didinginkan.
Hasil
154
4. Hidrolisis Amilum
Larutan Amilum
reaksi.
beberapa menit .
bersifat basa.
Hasil
155
Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan
156
(Gambar 2.4 Reaksi Sukrosa dengan Larutan Perak Beramoniak)
157
Lampiran 3 Sumber
158
159
160
161
162
163
164
Kesan dan Pesan
Asisten Laboratorium Kimia Dasar II
KELOMPOK II
165
166
167
168
169
170
FOTO PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR
KELOMPOK 1
171
FEBBY FEBRIYANTY S. ADIATNA AYU KAMILA AINUN AMINI
H041 20 1017 H041 20 1022 H041 20 1037
172
KELOMPOK 2
173
SAEFUL MUSAWWIR DODI SETIAWAN SADIQAH YARA
H041 20 1044 H041 20 1032 LAILANUN
H041 20 1024
GILANG RAMDHAN
H041 20 1003
174
KELOMPOK 3
175
GRACE MAIRI SATIAN NURUL AMALIA
H041 20 1028 H041 20 1033
ASTI KHAERANI
H041 20 1058
176
YOSHELINE GAYATRI D. A A. FIKA HAYYINUN RIZKY
H041 20 1040 H041 20 1092
NURHIKMA SABIR
H041201029
177
KELOMPOK 4
178
COREZY FILADELFI A. S ASFIRA DWI ANGRIANI
H041 20 1051 H041 20 1082
DZULFAIDA RAJASA
H041 20 1050
179
NUR AINUN MILE
H041 20 1060
VEMY ARRUANLAYA
H041 20 1053
180
KELOMPOK 5
181
NURUL FATIMAH MIFTAHUL JANNA
H041 20 1047 H041 20 1039
182
MUTMAINNAH NURUL DINZA JENIA
H041 20 1057 H041 20 1048
ANISA IRIANI
H041 20 1079
183
FOTO ANGKATAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK DASAR 2021
184
FOTO KELOMPOK DAN ASISTEN
185
Gambar 3. Foto Kelompok 2 dengan Kak Muhammad Fathir Hasyim
186
BIOGRAFI PENULIS
sudah sejak lama menetap di Makassar. Penulis merupakan anak ketiga dari
delapan bersaudara pasangan dari Muh. Yasin Welson yang bekerja sebagai
wiraswasta dan Nurlis Dewi yang merupakan ibu rumah tangga. Penulis
bersekolah di SD Islam Athirah Bukit Baruga selama 3 tahun dari kelas satu
sampai kelas tiga lalu karena orang tua penulis harus berpindah ke Buton,
Sulawesi tengara sehingga penulis juga ikut bersama orang tua dan bersekolah di
SDN 1 Burangasi Rumbia yang berada di dekat rumah nenek penulis. Selama dua
tahun penulis tinggal bersama nenek dan kakek karena orang tua penulis sibuk
bekerja pada saat itu di kota, penulis banyak belajar selama tinggal di desa dan
mendapatkan banyak teman baru serta sudut pandang baru mengenai kehidupan.
Lalu saat kelas enam penulis dan orang tuanya kembali ke kota Makassar dan
Makassar, Kecamatan Tamalanrea dan tamat pada tahun 2017. Selama masa SMP
187
penulis mengalami dan mempelajari banyak hal selain itu penulis sangat
bersyukur memiliki teman-teman SMP yang sangat baik, suportif, dan membuat
masa SMP penulis menjadi menyenangkan untuk dikenang. Penulis sangat senang
karena masih berteman baik dengan mereka dan saling memberi support hingga
saat ini, kemudian penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri
21 Makassar pada tahun 2017 dan selesai pada tahun 2020. Di masa SMA ini
penulis bertemu dengan berbagai macam orang baru dan sudut pandang baru
selain itu di masa ini penulis banyak berefleksi dengan diri sendiri dan
mempelajari berbagai hal baru dengan mengikuti ekstrakurikuler rohis, kti yang
macam lomba tetapi belum pernah menang maskipun begitu penulis sudah sangat
senang karena memiliki pengalaman yang baru. Saat kelas dua SMA terjadi
pengacakan kelas pada awalnya penulis sangat sedih karena harus berpisah
dengan teman-teman dekat penulsi namun pada akhirnya penulis mensyukuri hal
itu karena penulis bisa berteman dan mengenal lebih banyak orang-orang yang
luar biasa dan saat kelas tiga SMA, kelas dikembalikan seperti dulu sebelum
pengacakan penulis senang karena bisa bersama dengan teman dekat penulis lagi
namun dilain sisi sedih karena harus berpisah dengan teman dekat penulis di kelas
dua. Selain itu di masa SMA penulis mengalami krisis identitas namun penulis
bersyukur bisa melewati hal tersebut dengan sangat baik dan didampingi oleh
orang tua dan teman-teman yang sangat membawa pengaruh posititf terhadap
penulis. Di masa SMA juga penulis menyadari mengalami trust issue yang
188
Pada tahun 2020 terjadi pandemi COVID-19 sehingga penulis
sebelumnya penulis memang lebih menyukai berdiam diri rumah), penulis sedih
karena di saat itu banyak orang-orang yang “ditinggalkan” oleh pekerjaan hingga
keluarga tercinta, di masa ini penulis menyadari seluruh berkah yang diberikan
Allah Subhanahu Wata’ala kepada penulis dalam bentuk kesehatan hingga masih
secepatnya sehingga keadaan bisa berjalan normal meskipun tidak sama seperti
dulu. Saat ini penulis sedang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri,
Pengetahuan Alam pada Program Studi Biologi, penulis lulus melalui jalur
Program Studi Biologi” saat itu juga penulis menyadari bahwa status penulis
bukan lagi siswa melainkan mahasiswa dan tanggung jawab penulis tentunya
semakin besar. Saat ini penulis sedang berusaha untuk berdamai dengan diri
sendiri semoga penulis bisa melewati masa kuliah dengan baik dan membuat
189
190