Anda di halaman 1dari 11

HISTORIOGRAFI KORUPSI DI INDONESIA

“ Kristina Tambunan”

Kristinatambunan82@gmail.com

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negri Gorontalo

Abstrak
Pola perkembangan korupsi di Indonesia menjadi salah satu akar budaya Indonesia
sejak masa lalu, problematika adanya permasalahan terkait korupsi membuat
permasalahan dalam struktur pemerintahan serta menurunkan perkembangan di
berbagai sektor pemerintahan. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan studi pustaka untuk mengkaji terkait informasi dari sumber
referensi sebagai rujukan dalam penelitian. Tujuan dalam penelitian ini untuk
mengetahui mengetahui problematika korupsi di Indonesia serta solusi dalam
melakukan pemberantasan korupsi melalui pendidikan karakter terutama di era
globalisasi di kalangan generasi milenial sebagai penerus bangsa Indonesia. Hasil
dalam penelitian ini menunjukan bahwa dalam pemanfaatan pembelajaran sejarah
untuk merekonstruksi terkait problematika pada masa lalu untuk dikaji terkait apa
penyebab masyarakat pada waktu itu melakukan perilaku tindak korupsi, sehingga
proses penanaman pendidikan karakter melalui dunia pendidikan serta memberikan
pemahaman mengenai akar budaya korupsi secara tinjauan historis.
Kata kunci Korupsi; Budaya; Sejarah
Abstract
The pattern of the development of corruption in Indonesia has become one of the
roots of Indonesian culture since the past, the problematic existence of problems
related to corruption creates problems in the government structure and reduces
development in various government sectors. In this study using a qualitative method
with a library study approach to examine information from reference sources as a
reference in research. The purpose of this study is to find out the problems of
corruption in Indonesia and solutions in eradicating corruption through character
education, especially in the era of globalization among the millennial generation as
the successor of the Indonesian nation. The results in this study indicate that in the
use of history learning to reconstruct related problems in the past to be studied
regarding what caused the people at that time to commit acts of corruption, so that the
process of planting character education through the world of education and providing
an understanding of the cultural roots of corruption historically.
Keywords Corruption; Culture; History

Pendahuluan

perkataan sejarah dalam bahasa Indonesia adalah sama dengan history


(Inggris), Geschichte (Jerman) atau geschiedenis (Belanda). Sama berarti kurang
lebih sama; sebab jumlah definisi yang memberikan arti kepada perkataan sejarah,
history dan sebagainya itu banyak sekali. Menurut kamus-kamus yang bersahaja
tetapi banyak terpakai demikianlah pengertiannya. Maka dengan singkat dapat
ditegaskan bahwa sejarah itu berarti: (1) jumlah perubahan-perubahan, kejadian-
kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita; (2) cerita tentang
perubahan-perubahan itu dan sebagainya; (3) ilmu yang bertugas menyelidiki
perubahan dan sebagainya tersebut itu.Cerita tentang perubahan-perubahan dan
sebagainya serta ilmu yang menyelidiki perubahan-perubahan tersebut itu pada
dasarnya merupakan kegiatan manusia. Manusia menyelidiki kenyataan kemanusiaan
yang terus berubah. 1

Awal perkembangan penulisan sejarah di Indonesia dimulai dengan adanya


penulisan sejarah dalam bentuk naskah. Beberapa sebutan untuk naskah-naskah
antara lain adalah babad, hikayat, kronik, dan tambo. Bentuk penulisan sejarah pada
naskah-naskah tersebut termasuk dalam kategori historiografi tradisional. Sebutan
historiografi tradisonal dipergunakan untuk membedakannya dari historiografi
modern. Historiografi modern sudah lebih dahulu. berkembang di Barat. Ciri utama
historiografi modern dan yang membedakannya dengan historiografi tradisonal
adalah penggunaan fakta. Historiografi tradisional kurang mementingkan kebenaran
fakta, sedangkan historiografi modern sangat mementingkan fakta. Fakta sangat
penting karena fakta dapat menjadi kenyataan sejarah. Kalau kita membicarakan
cerita sejarah berdasarkan pada fakta yang benar, berarti kita telah menceritakan

1
R. Moh Ali. 2005. Penghantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta. Lkis Pelangi Aksara, hal. 11-12
suatu kenyataan sejarah yang benar. Salah satu ciri fakta itu benar adalah fakta yang
diuraikan dalam sumber itu dapat diterima akal.2

Menulis sejarah, terutama sejarah nasional, bukan sekedar kegiatan intelektual


atau akademis, tetapi juga kegiatan yang bermakna politis. Berbagai klaim mengenai
asal-usul, kedaulatan wilayah, legitimasi pemegang kekuasaan, status pahlawan
nasional, siapa musuh dan siapa korban, peran atau nasib pengkhianat dan penjahat,
siapa kaum elite dan kelompok tersisih, sudah lama menjadi pokok perdebatan
sejarah, baik bagi pelaku politik maupun sejarawan. Mengapa penulisan sejarah dan
klaim akan kebenaran. (truth-claims) tentang masa lampau menjadi demikian
penting? Hal ini karena sejarah dianggap sebagai dasar kesadaran sejarah yang
fungsinya untuk memperkokoh identitas nasional atau kolektif. Salah satu sebab
perselisihan pendapat mengenai bagaimana masa lalu sebaiknya ditampilkan dan
fakta diciptakan, menjadi pertarungan tanpa akhir. Seperti kata Trouillot satu dekade
lalu, 'permainan kekuasaan dalam penyusunan narasi-narasi alternatif diawali dengan
penciptaan fakta maupun sumber.3

Historiografi Indonesia yang berkembang setelah reformasi sebagian mencoba


untuk mempertanyakan versi masa lampau sejarah Indonesia dan menguji kerangka
yang sudah lama mapan. Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa pada historiografi
pascareformasi terjadi kecederungan berupa adanya keinginan untuk membersihkan
upaya penulisan sejarah dari kedekatannya dengan Orde Baru dan adanya upaya
mengubah paradigma yang telah lama berkembang baliwa sejarah identik dengan
sejarah politik . Dengan demikian, dapat diungkapkan bahwas telah terjadi dinamisasi
dan perubahan corak historiografi Indonesia pascareformasi sehingga mengakibatkan

2
Dr. Ahmad Choirul Rofiq, Mfil.I. 2016.Menelah Historiografi Nasional Indonesia.
yokyakarta. Depublish, hal. 14-15
3
Henk Schulte, dkk. 2008. Prespektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. jakarta. Yayasan
Bogor Indonesia, hal 2-3
munculnya beberapa versi tentang suatu peristiwa sejarah, yang berpengaruh terhadap
perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan dalam proses pendidikan sejarah.4

Secara semantik kata “Historiografi” merupakan gabungan dari dua kata,


yaitu history yang berarti sejarah dan grafi yang berarti deskripsi atau penulisan.
History berasal dari kata benda Yunani “Istoria” yang berarti ilmu. Akan tetapi,
dalam perkembangan zaman, kata latin yang sama artinya, yakni “scientia” lebih
sering digunakan untuk menyebutkan pemaparan sistematis non kronologis mengenai
gejala alam. Sedangkan kata “istoria” diperuntukan bagi pemaparan mengenai gejala-
gejala, terutama hal ihwal manusia, dalam urutan kronologis. Sekarang “History”
menurut definisi yang paling umum berarti “masa lampau umat manusia”. Conal
Furay dan Michael J. Salevouris6 mendefinisikan “historiografi” sebagai “studi
tentang cara sejarah ditulis atau sejarah penulisan sejarah”, ketika kita mengkaji
“historiografi” berarti kita tidak mempelajari peristiwa masa lalu secara langsung,
tetapi interpretasi perubahan peristiwa-peristiwa dalam karya sejarawan individu.

Historiografi atau penulisan sejarah dalam ilmu sejarah merupakan titik


puncak seluruh kegiatan penelitian sejarah. Dalam metodologi sejarah, historiografi
merupakan bagian terakhir. Langkah terakhir, tetapi langkah terberat, karena di
bidang ini letak tuntutan terberat bagi sejarah untuk membuktikan legitimasi dirinya
sebagai suatu bentuk disiplin ilmiah.5

Dalam perkembangan historiografi Indonesia terdapat beberapa co rak


historiografi yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial, historiografi
nasional dan historiografi modern. Historiografi tradisional lebih awal muncul
sebelum adanya kesadaran historis. Corak historiografi tradisional diperlihatkan oleh
babad, tambo, hikayat, silsilah, lontara, dan sebagainya. Di samping orientasinya

4
Tsabit Azinar Ahmad. 2016. Sejarah kontrofersial di indonesia. Jakarta. Yayasan pustaka
obor indonesia, hal. 2-3
5
Alfian Firmanto, “Historiografi Islam Cirebon ( Kajian Manuskrip Sejarah Islam Cirebon)” ,
dalam Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 13, No. 1, 2015, hal. 36-35
yang bersifat lokal atau etnis-kultu ral, juga sering bersifat simbolik dalam arti di
belakang apa yang dikata kan terdapat makna yang sesungguhnya.6

Pembahasan

Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak lama dengan


menggunakan berbagai cara, sanksi terhadap pelaku korupsi sudah diperberat, namun
hampir setiap hari kita masih membaca atau mendengar adanya berita mengenai
korupsi. Berita mengenai operasi tangkap tangan (OTT) terhadap pelaku korupsi
masih sering terjadi. Yang cukup menggemparkan adalah tertangkap tangannya 41
dari 45 anggota DPRD Kota Malang oleh KPK. Kemudian, tidak kalah
menggemparkannya adalah berita mengenai tertangkap tangannya anggota DPRD
Kota Mataram yang melakukan pemerasan terkait dengan dana bantuan rehabilitasi
fasilitas pendidikan yang terdampak bencana gempa bumi Lombok, NTB. Di bawah
ini akan diuraikan mengenai penyebab, hambatan, solusi dan regulasi korupsi di
Indonesia.Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa
Inggris adalah corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption dan
dalam bahasa Belanda disebut dengan coruptie. Agaknya dari bahasa Belanda itulah
lahir kata korupsi dalam bahasa Indonesia. Korup berarti busuk, buruk; suka
menerima uang sogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan sendiri dan
sebagainya). Korupsi adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok Dan sebagainya).7

Wartawan terkenal, almarhum Mukhtar Lubis pernah mengatakan pada tahun


tujuh puilihan bahwa korupsi telah menjadi budaya bangsa Indonesia. Sebuah
pernyataan yang Illengge litik dan menyinggung banyak orang, tetapi susah untuk
diingkari. Masalah korupsi se lalu menarik untuk dibicarakan karena berbagai hal.
Pertama, korupsi menyangkut uang rakyat atau harta negara yang harus digllnakan

6
Wahyu Iriyawan. 2021. Historiografi Islam. Jakarta. Kencana, hal: 4-2
7
Wicipto Setiadi, “Korupsi Di Indonesia (Penyebab, Bahaya, Hambatan Dan Upaya
Pemberantasan, Serta Regulasi)” dalam Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 15, No.3, 2018, hal. 250-251
sesuai kehendak rakyat atau peratllran perundang-lindangan yang dibuat negara. Bila
menyangkut uang atall kekayaan pribadi, maka itu adalah kejahatan biasa yang di
sebut. pencurian, penipuan. pcrampokan dan lain-lain. Bila terbukti, maka kejahatan
sepel1i ini dihukum dengan hukum biasa yang diatur clalam Kitab Unclang-Undang
Pidana biasa, Sementara itu. kcjahatan korupsi adalah kejahatan luar biasa yang harus
ditangani secara Illar biasa. melalui pengadilan khusus. dengan hakim yang dilatih
khusus. dan dengan hukuman yang

lebih berat. Ini antara lain dibunyikan dalam pertimbangan UU No. : 20


Tahun 200I Tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. bahwa '''tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai
kejahalan yang pemberantasannya harus dilakukan seeara luar biasa." Dalam
penjelasannya antara lain dinyatakan bahwa "pemberantasan tindak pidana korllpsi
hanls dilakukan dengan eara yang khusus. antara lain penerapan sistem pembuktian
terbalik, yakni pembuktian yang dibebankan kepada terdakwa. 8

Historiografi Korupsi Indonesia

Berbicara perihal tindakan korupsi Indonesia telah ratusan tahun bahkan lebih
telah terjadi di Indonesia. Tindakan korupsi sudah menjadi akar budaya Indonesia
dalam rentang waktu yang lama. Tindakan korupsi sudah mendarah daging pada diri
pejabat pemerintah sejak dahulu dimulai dari kerajaan, masa VOC, masa
kolonialisme dan hingga saat ini. Korupsi dikatakan suatu warisan yang secara turun-
temurun. Dan kasus korupsi di Indonesia terjadi secara terus-menerus dengan kasus
yang sama. Sejak abad ke-16 sampai dengan kemerdekaan bangsa kita dikuasai oleh
penjajahan terutama oleh Belanda yang telah lama menjajah bangsa Indonesia dengan
mengambil kekayaan alam serta memeras tenaga sumber daya manusia untuk
kepentingannya sendiri dan bangsanya sebagai keperluan di negaranya dan perang
yang saat itu sedang terjadi dimana-dimana. Belanda kala itu membuktikan ingin
8
Rifyal Ka'bah, “Korupsi Di Indonesia” dalam Jurnal Hukum Dan Pembangunan, Vol. 37,
No. 1, 2007, hal 77-79
menjadi bangsa yang kuat dan semangat nasionalismenya ingin menguasai dan
membentuk koloni-koloni di beberapa negara salah satunya di Indonesia. Rakyat
Indonesia kala itu dilanda kemiskinan yang mayoritas pekerjaannya yaitu bertani dan
berladang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kemudian, rakyat dituntut bekerja yang
tidak sewajarnya sehingga banyak menelan korban jiwa akibat sistem tanam paksa
yang diberlakukan oleh kebijakan kolonialisme. Pada saat penjajahan Belanda situasi
masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan dengan segala kondisi sosial yang serba
kekurangan dan sikap nasionalisme belum sepenuhnya terbentuk secara utuh. Dengan
kondisi tersebut, masyarakat Indonesia memiliki beban yang diberlakukan oleh
Belanda dengan menerapkan sistem tanam paksa yang membuat masyarakat melarat
dan miskin.9

Sejak munculnya VOC ditahun 1602, Sekularisasi pasar mulai terjadi dalam
bentuk monopoli pasar, praktik korupsi, bunga dan uang kertas, internalisasi itu bisa
terjadi karena masyarakat Indonesia kerap bertikai, minimnya pengetahuan agama
dan ketergantungan pada agama leluhur. Walaupun dilarang agama, nilai Islam yang
tercampur sintesis budaya menjadikan peran agama hanya dipraktikkan dalam hal
ibadah saja, hal ini tercermin dalam babad, suluk dan serat dizamannya puncaknya
adalah sebagaimana yang termaktub dalam kitab Sulbiyyah sehingga peran agama
ditinggalkan bahkan dilupakan dalam konteks muamalah. Lemahnya mental dan iman
pejabat pemerintah lokal membuat Belanda mudah memasukkan budaya eropa
sebagai kiblat modernitas dengan meninggalkan budaya lokal yang sarat dengan nilai
agama. Puncaknya adalah kristenisasi yang memicu lahirnya gerakan pemurnian
Islam diakhir abad ke 19.10

9
Herdin Muhtarom, Dkk “Akar Budaya Korupsi Indonesia : Historiografi, Penyebab, Dan
Pencegahannya” dalam Jurnal Indonesian History And Education Vol. 2, No.1, 2022, hal. 16-17
10
Arip Rahman dkk, “Historiografi Sekularisasi Pasar pada Masyarakat Muslim Indonesia
dimasa Kolonial Belanda (1602 - 1942),” dalam jurnal Shariah Economic Research Vol. 5, No. 2,
2021, hal. 197-198
Penulis juga berulang kali menyebut Daendels sebagai revolusioner, radikalis,
dan bertangan besi dalam memimpin Hindia-Belanda, sehingga “negaranya”
produktif, dan sistem pemerintahannya bertahan ratusan tahun. Disinilah penulis
berusaha meyakinkan pembaca, bahwa salah satu pemecahan teknis masalah korupsi
adalah keberanian dan ketegasan melakukan reformasi birokrasi. Meski begitu,
pembahasan Bab I tidak langsung menukik pada persoalan korupsi seperti bagian
Prakata dan Pengantar Ahli, tidak juga langsung merujuk pada efek korupsi terhadap
stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Perbandingan pengalaman Inggris dengan
Indonesia kontemporer baru dibicarakan di Bab II, yang secara terang-terangan
disebutkan Inggris sebagai pembesar dunia dalam bidang ekonomi dan militer ,jatuh
akibat korupsi, suap, dan money politic. Lantas muncul dua ketakutan sekaligus,
yakni bencana militer (perang revolusi Amerika), dan krisis ekonomi yang
mengakibatkan lepasnya koloni Inggris di Amerika, Eropa dan Asia. Tesis pokok
yang dibangun dalam Bab II ialah beberapa “tawaran” kebijakan Inggris dalam
mengatasi korupsi selama lebih dari 150 tahun, termasuk eksekusi mati. Namun
dalam konteks Indonesia, penulis menyediakan alternatif yang lebih manusiawi,
seperti pemiskinan dan penghapusan hak politik seumur hidup. Berbeda dengan dua
bab tulisan Carey sebelumnya, Sri Margana melalui Bab III membicarakan historical
perspective reasoning mengapa korupsi di Indonesia. Sedangkan Bab IV secara lebih
spesifik menjurus ke Indonesia modern. Sebagai penulisnya, Haryadi melalui BAB
IV menelanjangi kerangka demokrasi dan pluralitas yang berantakan sejak era
Soekarno hingga penghujung 2017.11

Pemberantasan Korupsi

Di era Orde Lama, Pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan


pemberantasan korupsi. Peraturan pemberantasan korupsi dikeluarkan karena tidak
adanya kelancaran dalam usaha-usaha memberantas korupsi, sehingga perlu segera

11
Miftakhuddin, “Historiografi Korupsi Di Indonesia: Resensi Buku Korupsi Dalam Silang
Sejarah Indonesia” dalam Jurnal Rihlah Vol.7, No. 2, 2019, hal. 167-170
menetapkan suatu tata kerja untuk dapat menerobos kemacetan dalam usaha
memberantas korupsi. 14 Mulai tanggal 9 April 1957 telah berlaku Peraturan
Pemberantasan Korupsi No. Prt/PM-06/1957 yang dikeluarkan oleh Jendral A.H.
Nasution yang pada saat itu menjabat sebagai Penguasa Militer Seluruh Indonesia. Di
era Orde Baru, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 dan
mencabut Undang-Undang Nomor 24 Prp Tahun 1960. Dalam Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1971 terdapat 37 pasal yang dibagi dalam tujuh bab. Untuk
melengkapi UndangUndang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pemerintah kembali membuat Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap. Di era Reformasi, pada
masa kepemimpinan B.J. Habibie pemerintah juga membuat Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 pada tanggal 19 Mei 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.12

Pasca tumbangnya pemerintahan Presiden Soeharto, masa reformasi menjadi


salah satu saksi dari lahirnya kebijakan korupsi yang baru. Dengan beberapa
amandemen, kebijakan terkait korupsi pada masa reformasi lahir sebagai Undang-
Undang No.31 tahun 1999. Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan peraturan baru
yaitu Undang-Undang No.28 tahun 1999 tentang aparatur negara yang bebas dari
korupsi kolusi dan nepotisme. Dengan melihat perjalanan singkat dari kebijakan-
kebijakan tersebut hingga pada masa reformasi, pemberantasan korupsi dari tahun ke
tahun mengalami perkembangan dari segi kebijakan. Dari satu masa pemerintahan ke
pemerintahan yang lain, kebijakan tindak pidana korupsi tetap mendapat perhatian.13

12
Hikmatus Syuraida, ” Perkembangan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Era Orde Lama
Hingga Hera Reformasi” dalam Jurnal Avatara, E-Journal Pendidikan Sejarah, Vol. 3, No. 2, 2015,
hal. 233-234
13
Rendy Kurniawan, “Dinamika Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Dalam Perspektif
Sejarah Politik: Komparasi Undang-Undang Di Masa Orde Baru Dan Masa Reformasi” dalam Jurnal
Historiography: Journal Of Indonesian History And Education, Vol. 2, No. 1, 2022. hal 86
Kesimpulan

Pola perkembangan korupsi di Indonesia menjadi salah satu akar budaya


Indonesia sejak masa lalu, problematika adanya permasalahan terkait korupsi
membuat permasalahan dalam struktur pemerintahan serta menurunkan
perkembangan di berbagai sektor pemerintahan. Adanya penyebab korupsi terutama
disebabkan karena memiliki sebuah kekuasaan sehingga dia melakukan hal tindak
korupsi untuk memanfaatkan kekuasaan sebagai alat untuk dapat melakukan
permasalahan yang krusial dalam pemerintahan Indonesia salah satunya korupsi.
Namun permasalahan mengenai korupsi harus dapat dihapuskan karena dampak dari
adanya tindak korupsi di suatu Negara akan berdampak terhadap kemajuan Negara
tersebut, karena terlalu sering melakukan korupsi akan memberikan dampak terkait
perkembangan kemajuan Negara tersebut. Pola mengatasi problematika korupsi di
Indonesia dapat diatasi melalui pola pendidikan karakter anti korupsi sebagai tinjauan
untuk memberikan pemahaman terkait dampak negatif adanya tindak korupsi melalui
dunia pendidikan. Dalam pemanfaatan pembelajaran sejarah untuk merekonstruksi
terkait problematika pada masa lalu untuk dikaji terkait apa penyebab masyarakat
pada waktu itu melakukan perilaku tindak korupsi, sehingga proses penanaman
pendidikan karakter melalui dunia pendidikan serta memberikan pemahaman
mengenai akar budaya korupsi secara tinjauan historis.

Daftar Pustaka

Alfian Firmanto, “Historiografi Islam Cirebon ( Kajian Manuskrip Sejarah Islam


Cirebon)” , dalam Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 13, No. 1, 2015

Arip Rahman dkk, “Historiografi Sekularisasi Pasar pada Masyarakat Muslim


Indonesia dimasa Kolonial Belanda (1602 - 1942),” dalam jurnal Shariah
Economic Research Vol. 5, No. 2, 2021.

Dr. Ahmad Choirul Rofiq, Mfil.I. 2016.Menelah Historiografi Nasional Indonesia.


yokyakarta. Depublish.
Henk Schulte, Dkk. 2008. Prespektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. jakarta.
Yayasan Bogor Indonesia.

Herdin Muhtarom, Dkk “Akar Budaya Korupsi Indonesia : Historiografi, Penyebab,


Dan Pencegahannya” dalam Jurnal Indonesian History And Education Vol.
2, No.1, 2022.

Hikmatus Syuraida, ” Perkembangan Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Era Orde


Lama Hingga Hera Reformasi” dalam Jurnal Avatara, E-Journal Pendidikan
Sejarah, Vol. 3, No. 2, 2015.

Miftakhuddin, “Historiografi Korupsi Di Indonesia: Resensi Buku Korupsi Dalam


Silang Sejarah Indonesia” dalam Jurnal Rihlah Vol.7, No. 2, 2019.

R. Moh Ali. 2005. Penghantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta. Lkis Pelangi Aksara.

Rifyal Ka'bah, “Korupsi Di Indonesia” dalam Jurnal Hukum Dan Pembangunan,


Vol. 37, No. 1, 2007.

Rendy Kurniawan, “Dinamika Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Dalam


Perspektif Sejarah Politik: Komparasi Undang-Undang Di Masa Orde Baru
Dan Masa Reformasi” dalam Jurnal Historiography: Journal Of Indonesian History
And Education, Vol. 2, No. 1, 2022.

Tsabit Azinar Ahmad. 2016. Sejarah kontrofersial di indonesia. Jakarta. Yayasan


pustaka obor indonesia.

Wicipto Setiadi, “Korupsi Di Indonesia (Penyebab, Bahaya, Hambatan Dan Upaya


Pemberantasan, Serta Regulasi)” dalam Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 15,
No.3, 2018.

Wahyu Iriyawan. 2021. Historiografi islam. Jakarta. Kencana.

Anda mungkin juga menyukai